Anda di halaman 1dari 15

PROGRAM MANAJEMEN RESIKO

DI RSUP Dr. RIVAI ABDULLAH PALEMBANG


TAHUN 2022

I. Pendahuluan
Peningkatan mutu pelayanan kesehatan menjadi isu utama dalam pembangunan
kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global. Hal ini didorong karena semakin
besarnya tuntutan terhadap organisasi pelayanan kesehatan untuk mampu memberikan
pelayanan kesehatan secara prima terhadap konsumen. Dalam pengembangan
masyarakat yang semakin kritis, maka mutu pelayanan akan menjadi sorotan baik untuk
pelayanan medis, maupun bentuk pelayanan lainnya.
Pengertian mutu pelayanan kesehatan itu sendiri menurut WHO 1988 adalah
penampilan yang pantas atau sesuai yang berhubungan dengan standar-standar dari suatu
intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang
bersangkutan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak pada
kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi (Anonim, 2011).
Azwar (1996) mengatakan bahwa banyak hal yang perlu diperhatikan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu diantaranya yang dianggap
mempunyai peranan yang cukup penting adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Sesuai dengan peraturan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Pelayanan
Kesehatan. Agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang
diinginkan maka pelayanan harus memenuhi berbagai syarat diantaranya; tersedia dan
berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau, dan
bermutu (Muda, 2008).
Dalam setiap pusat pelayanan kesehatan harus dibangun sistem yang dapat menjamin
bahwa setiap tindakan medik yang dilakukan haruslah aman bagi pasien maupun petugas
dan lingkungan sekitar. Pendekatan yang dapat dilakukan disebut dengan manajemen
risiko.
Manajemen risiko merupakan perilaku dan intervensi proaktif untuk mengurangi
kemungkinan cedera serta kehilangan. Dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit,
manajemen risiko bertujuan untuk mencegah cedera pada pasien dan menghindari
tindakan yang merugikan profesi kesehatan. Asuhan pelayanan kesehatan yang bermutu
tinggi dan sistem pelaksanaannya yang aman, merupakan kunci bagi manajemen risiko
yang efektif dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Mayoritas cedera pada pasien
dapat ditelusuri sampai kepada ketidaksempurnaan sistem yang dapat menjadi penyebab
primer cedera atau yang membuat perawat melakukan kesalahan sehingga terjadi cedera
pada pasien. Begitu terjadi cedera, manajemen risiko harus memfokuskan perhatiannya
pada upaya mengurangi akibat cedera tersebut untuk memperkecil kemungkinan
diambilnya tindakan hukum terhadap petugas.

II. Latar belakang


Setiap upaya medik umumnya mengandung risiko, sebagian di antaranya berisiko
ringan atau hampir tidak berarti secara klinis. Namun tidak sedikit pula yang memberikan
konsekuensi medik yang cukup berat. Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan sesuatu
1
terjadi atau potensi bahaya yang terjadi yang dapat memberikan pengaruh kepada hasil
akhir.
Risiko yang dicegah berupa risiko klinis dan risiko non klinis. Risiko klinis adalah risiko
yang dikaitkan langsung dengan layanan medis maupun layanan lain yang dialami pasien
selama di RS. Sementara risiko non medis ada yang berupa risiko bagi organisasi maupun
risiko finansial. Risiko organisasi adalah yang berhubungan langsung dengan komunikasi,
produk layanan, proteksi data, sistem informasi dan semua risiko yang dapat
mempengaruhi pencapaian organisasi. Risiko finansial adalah risiko yang dapat
mengganggu kontrol finansial yang efektif, salah satunya adalah sistem yang harusnya
dapat menyediakan pencatatan akuntansi yang baik (Bury PCT, 2007).
Rumah Sakit harus dapat mengidentifikasi, menilai dan menyusun prioritas risiko
dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan dampaknya.

III. Tujuan umum dan Tujuan khusus


a. Tujuan Umum
Tercapainya upaya-upaya yang dilakukan Rumah Sakit yang dirancang untuk
mencegah cedera pada pasien atau meminimalkan kehilangan finansial dengan
mengenali kelemahan dalam sistem dan memperbaiki kelemahan tersebut
(dilakukan dengan menerapkan no blame culture).

b. Tujuan Khusus
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RSUP Dr. Rivai Abdullah Palembang
2. Meningkatkan akuntabilitas.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD).
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian yang tidak diharapkan.
5. Meminimalisir risiko yang mungkin terjadi dimasa mendatang. Dengan adanya
antisipasi risiko, apabila terjadi insiden sudah terdapat alternatif
penyelesaiannya.
6. Melindungi pasien, karyawan, pengunjung dan pemangku kepentingan lainnya

IV. Kegiatan pokok dan Rincian kegiatan


a. Kegiatan pokok
1. Monitoring risiko yang berhubungan dengan perawatan pasien
2. Monitoring risiko yang berhubungan dengan tenaga medis
3. Monitoring risiko yang berhubungan dengan karyawan
4. Monitoring risiko yang berhubungan dengan property
5. Monitoring risiko yang berhungan dengan keuangan
6. Monitoring risiko lainnya

b. Rincian kegiatan
1. Monitoring risiko yang berhubungan langsung dengan perawatan pasien :
a) Identifikasi risiko yang berhubungan langsung dengan perawatan pasien
secara umum adalah:
1). Konsekuensi yang tidak pantas atau perawatan medis yang tidak
benar dilakukan. Risiko yang terjadi apabila dilakukan tidak sesuai
dengan standar prosedur operasional

2
2). Kerahasiaan dan pemberian informasi yang tepat
3). Perlindungan dari penyalahgunaan, penelantaran dan kekerasan
4). Informasi risiko kepada pasien
5). Pengobatan diskriminatif
6). Ketepatan triase dan transfer pasien
7). Partisipasi pasien dalam studi penelitian dan penggunaan obat
eksperimental - pasien diberikan consent
8). Pasien dipulangkan sudah sesuai – apakah sembuh dari penyakit
atau atas pertimbangan lainnya.
9). Meningkatkan volume perawatan yang menyebabkan volume beban
pelayanan.

Risiko dapat diidentifikasi dengan kategori risiko utama sebagai berikut :


1). Perawatan pasien dan keselamatan (penyediaan perawatan) :
a) Komukasi
b) Faktor tugas
c) Tim dan faktor sosial
d) Akses dan k ontinuitas
e) Pasien, keluarga dan hak advokasi
f) Penilaian pasien
g) Pemberian perawatan
h) Edukasi pasien dan keluarga
i) Manajemen informasi
j) Perencanaan layanan

2). Sumber daya manusia


a) Kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan karyawan.
b) Pelatihan dan pengembangan
c) Mempertahankan tenaga kerja yang berkualitas
d) Hubungan antar karyawan

3). Governance
a) Tujuan dan sasaran
b) Integritas
c) Asuransi

4). Standar hukum dan nasional/kebijakan


a) Peraturan
b) Kontraktual
c) Standar nasional / kebijakan

5). Keuangan
a). Pembelian / pengadaan
b). Manajemen akunting
c). Akutansi keuangan

6).Teknologi komunikasi informasi (ICT)


a). Kegagalan sistem / ketersediaan
b). Informasi keamanan
c). Perangkat keras
d). Perangkat lunak
3
e). Perangkat lunak lainnya
f). Jaringan
g). Sistem operasional
h). Pelatihan ICT

7). Peralatan (non ICT)


a). Peralatan klinis
b). Peralatan nonklinis

8). Manajemen fasilitas :


a). Fasilitas yang ada
b). Lingkungan

9). Pengaruh eksternal


a). Pemerintah / politik
b). Demografi
c). Kemajuan teknologi
d). Penyedia layanan kesehatan lainnya
e). Kebutuhan dan harapan pelanggan
f). Kesadaran masyarakat
g). Bencana eksternal
h). Hubungan eksternal
i). Pasar kerja/ pemasok pasar
j). Lingkungan
k). Penyakit pandemi

b). Penyusunan Panduan, SPO manajemen risiko yang berhubungan


dengan perawatan pasien.
c). Melakukan edukasi kepada pasien, keluarga dan pengunjung rumah
sakit
d). Melaksanakan pengumpulan data di unit kerja
e). Melakukan rencana tindak lanjut apabila terjadi risiko terhadap
perawatan pasien.
f). Melaporkan kepada Kepala Rumah Sakit tentang kejadian yang terkait
dengan manajemen risiko yang menyangkut perawatan pasien.

2. Monitoring risiko yang berhubungan dengan tenaga medis


a). Kredensial terhadap staf medis
b). Tindakan medis sesuai kompetensi dan prosedur baku
c). Pengelolaan pasien dengan baik
d). Pelatihan staf.

3. Monitoring risiko yang berhubungan dengan karyawan


a). Risiko keselamatan dan kecelakaan kerja
b). Mempertahankan kebijakan kesehatan yang aman baik lingkungan
maupun karyawan :
1). Mengurangi risiko penyakit dan kecelakaan kerja
2). Menyediakan pengobatan dan kompensasi pekerja untuk
penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan atau cedera.
4
4. Monitoring risiko yang berhubungan dengan property
a). Melindungi aset dari kerugian akibat kebakaran, banjir, dll
b). Kertas dan atau elekronik catatan pasien dari kerusakan atau
kehancuran
c). Prosedur penanganan uang tunai dan menjaga barang-barang berharga
d). Ikatan dan asuransi untuk melindungi fasilitas dari kerugian

5. Monitoring risiko yang berhubungan dengan keuangan


a). Utang buruk
b). Meningkatnya suku bunga
c). Keuangan global akibat bencana nasional

6. Monitoring risiko lainnya


a). Manajemen material berbahaya : bahan kimia, radioaktif, pengelolaan
limbah biologis menular
b). Hukum dan regulasi risiko
c). Risiko reputasi

V. Cara melaksanakan kegiatan


1. Identifikasi risiko
Proses sistematis dan terstruktur untuk menemukan dan mengenali risiko,
kemudian dibuat daftar risiko. Daftar risiko dilengkapi dengan deskripsi risiko
termasuk menjelaskan kejadian dan persitiwa yang mungkin terjadi dan dampak
yang ditimbulkannya.
Identifikasi dilakukan pada: Sumber risiko, area risiko, peristiwa dan
penyebabnya dan potensi akibatnya. Metode identifikasi risiko dilakukan dengan
proaktif melalui self asessment, incident reporting sistem dan clinical audit dan
dilakukan menyeluruh terhadap medis dan non medis.
Identifikasi risiko klinis :
a. Koleksi dan penggunaan yang efektif dari indikator klinis
b. Telaah / review morbiditas dan mortalitas
c. Audit klinis
d. Skrining kejadian tidak diharapkan (adverse outcome) dan pelaporan insiden
klinis
e. Audit rekam medis dan telaah konten klinis
f. Telaah kedaruratan medis
g. Strategi manajemen medikasi
h. Asesmen risiko pasien (misalnya : jatuh, medication error)
i. Peer review dan peer supervise
j. Penggunaan complain dan feedback/umpan balik dari pasien serta staf secara
efektif
k. Bukti / evidence, kepustakaan, riset
ACHS : Risk Management & Quality Improvement Handbook, 2013

Identifikasi risiko non klinis


a. Pengembangan dan penggunaan yg efektif dari indikator yg relevan bagi RS
b. Proses-proses audit
c. Monitoring penyimpangan anggaran

5
d. Pelaporan akivitas proyek
e. Evaluasi pembelian dan produk
f. Skema meminimalkan fraud
g. Asemen risiko dan identifikasi hazard / bahaya
h. Pelaporan cedera karena kehilangan waktu
i. Strategi manajemen perubahan pola kerja
j. Strategi manajemen finansial
k. Perencanaan kontigensi dan disaster (bencana)
l. Sistem yang berlebihan
m. Infrastruktur & kemampuan Teknologi Informasi & sistem data entry
n. Perencanaan tenaga kerja
o. Kredensialing dan penentuan cakupan dari praktek klinis bagi seluruh
professional pemberi asuhan
p. Strategi rekrutmen dan retensi
q. Program edukasi dan pelatihan wajib bagi staf
r. Telaah dan pengembangan kinerja staf
s. Jadwal pemeliharaan dan penggantian peralatan
t. Telaah kontrak eksternal

2. Urutkan prioritas risiko dengan mengukur tingkat risiko


Pengelolaan risiko diawali dengan menilai konsekuensi yang dapat diakibatkan
sebuah insiden dan kemungkinan terjadinya risiko setelah teridentifikasi. Kemudian
risiko dievaluasi lalu diberikan skor untuk menentukan bobot dan prioritas risiko
yang telah terjadi. Sesuai dengan bobotnya ditentukan tindakan yang akan
diberlakukan terhadap masing-masing risiko. Bila bobotnya ringan dan tidak
prioritas tindakannya dapat hanya mentoleransi saja dan menjadikannya catatan.
Namun bila risiko yang terjadi memiliki bobot besar dan mengganggu pencapaian
tujuan RS, maka ditentukan sebagai prioritas utama dan harus diatasi atau
ditransfer, atau bahkan menghentikan kegiatan yang meningkatkan terjadinya
risiko.
Tujuan menentukan prioritas risiko adalah membantu proses pengambilan
keputusan berdasarkan hasil analisis risiko.

Menentukan prioritas risiko dengan menggunakan rumus :

TINGKAT RISIKO = PELUANG X


Kriteria Peluang (P)

Nilai Keterangan
10 Almost certain / Hampir pasti; Sangat mungkin akan terjadi /hampir
dipastikan akan terjadi pada semua kesempatan.
6 Quite possible / Mungkin terjadi; Mungkin akan terjadi atau bukan sesuatu
hal yang aneh untuk terjadi (50 – 50 kesempatan)
3 Unusual but possible / Tidak biasa namun dapat terjadi; Biasanya tidak
terjadi namun masih ada kemungkinan untuk dapat terjadi tiap saat.
1 Remotely possible / Kecil kemungkinannya; Kecil kemungkinannya
untukterjadi / sesuatu yang kebetulan terjadi
0,5 Conceivable / Sangat kecil kemungkinannya; Belum pernah terjadi
sebelumnya setelah bertahun-tahun terpapar bahaya / kecil sekali
6
kemungkinannya untuk terjadi
0,1 Practically impossible / Secara praktek tidak mungkin terjadi; Belum
pernah terjadi sebelumnya di manapun / merupakan sesuatu yang tidak
mungkin untuk terjadi

Kriteria Frekuensi Pajanan (F)

Nilai Keterangan
10 Continue / Terus-menerus; terjadi beberapa kali dalam sehari.
6 Frequent / Sering; terjadi harian / minimal sekali dalam sehari
3 Occasional / Kadang-kadang; terjadi seminggu sekali
2 Infrequent / Tidak sering; terjadi sekali antara seminggu sampai sebulan
1 Rare / Jarang; beberapa kali dalam setahun
0,5 Very rare / Sangat jarang; terjadi sekali dalam setahun
0 No exposure / Tidak terpapar;tidak pernah terjadi

Kriteria Akibat (A)

Nilai Keterangan
100  Catastrophe / Malapetaka/ Keuangan ekstrem
 Banyak kematian
 Kerugian sangat besar / berhenti total
 Kerugian keuangan > 10 Milyar
40  Disaster / Bencana/ Keuangan sangat berat
 Beberapa kematian
 Kerugian besar / sebagian proses berhenti
 Menyebabkan penyakit yang bersifat komunitas/endemik pada karyawan
atau pasien
 Menyebabkan terhambatnya pelayanan hingga lebih dari 1 hari
 Kerugian keuangan > 5 M – 10M
15  Very serious / Sangat serius/ Keuangan berat
 Menyebabkan satu kematian, kerugian cukup besar
 Memperberat atau menambah penyakit pada beberapa pasien atau
karyawan
 Menyebabkan penyakit yang bersifat permanen atau kronis (HIV,
Hepatitis, keganasan, Tuli, gangguanfungsi organ menetap).
 Menyebabkan terhambatnya pelayanan lebih dari 30 menit hingga 1 hari
 Kerugian keuangan 1 – 5 Milyar
7  Serious / Serius/ Keuangan sedang
 Menyebabkan cidera serius seperti cacat atau kehilangan anggota tubuh
permanen
7
 Menyebabkan penyakit yang memerlukan perawatan medis lebih dari 7
hari dan dapat disembuhkan
 Menyebabkan terhambatnya pelayanan kurang dari 30 menit.
 Kerugian keuangan 500 jt – 1 Milyar
3  Casualty treatment / Perawatan medis/ Keuangan ringan
 Menyebabkan cidera/penyakit yang memerlukan perawatan medis atau
tidak dapat masuk bekerja hingga 7 hari.
 Kerugian keuangan 50 juta – 500 juta
1  First aid treatment / P3K/ Keuangan sangat ringan
 Cidera tidak serius / minor seperti lecet, luka kecil dan hanya perlu
penanganan P3K
 Kerugian keuangan s/d 50 juta

3. Tentukan respon RS.


Respon RS ditentukan melalui asesmen risiko atau pengelolaan risiko, yang
meliputi :
a. Identifikasi potensial risiko dan hazard.
b. Menelusuri siapa dan apa yang dapat dirugikan serta bagaimana caranya.
c. Evaluasi temuan risiko, analisa apakah pengelolaannya sudah cukup atau perlu
diubah untuk mencegah terjadinya insiden.
d. Catat temuan lalu buat rencana pengelolaanya.
e. Evaluasi pengelolaan secara menyeluruh dan perbaiki bila perlu.

Area untuk dinilai :

a. Operasional / clinical :
1). Kredensial dan staf :
a). Perjanjian awal
b). Perjanjian lanjutan
c). Staf terafiliasi

2). Klinis :
a) Komunikasi pasien
b) Catatan perawatan pasien
c) Kerahasiaan
d) Pengambilan keputusan
e) Protokol telpon
f) Pelacakan informasi diagnostik
g) Skrening perawatan primer dan pemantauan
h) Supervisi
i) Kepuasan pasien / komplain pasien
j) Masalah cakupan
k) Keamanan obat
l) Respon kegawatdaruratan
m) Edukasi pasien dan staf

3). Topik penilaian kewajiban umum :


a). Program keselamatan pasien
b). Program keamanan
8
c). Manajemen fasilitas

4). Parkir ( pencahayaan, lokasi, keamanan) :


a). Prosedur pengendalian pengunjung
b). Barang berharga

b. Keuangan :
1). Risiko pembiayaan pengobatan :
a). Asuransi
b). Asuransi perorangan
2). Kemampuan untuk meningkatkan modal
3). Pengembalian
4). Pengumpulan tagihan
5). Administrasi kontrak :
a). Cakupan pelayanan dan metode pembayaran
b). Persyaratan kontrak
c). Risiko Perjanjian sistem sharing
d). Penyalahgunaan obat

c. Modal manusia
1). Praktik kerja / sumber daya manusia
a). Kompensasi pekerja
b). Gangguan
c). Kelalaian
d). Diskriminasi
e). Kerahasiaan
f). Edukasi
g). Kesehatan karyawan
h). Hak staf dan kompetensi staf

2). Isu lingkungan terkait terkait karyawan :


a). Keselamatan
b). Keamanan
c). Bahaya kerja
d). Bahaya lingkungan

d. Strategi
1). Rencana dan misi strategi
2). Usaha bisnis :
a). Penggabungan
b). Usaha bersama
3). Status kompetisi
4). Kewajiban iklan
5). Risiko reputasi :
a). Pasien dan hubungan komunitas
b). Hubungan media
c). Pemasaran dan penjualan
6). Proyek baru dan jasa :
9
a). Identifikasi kebutuhan asuransi
b). Persyaratan staf
c). Kebutuhan kontrak
d). Dampak kompetitif
7). Konstruksi / perbaikan :
a). Lisensi / ijin
b). Kontrak
c). Gangguan layanan
d). Gangguan ( kualitas udara, metode keselamatan)
e). Persetujuan

e. Hukum / regulasi
1). Anggaran dasar / standar dan regulasi :
a). Regional, negara, lokal, dampak
2). Lisensi
3). Akreditasi
4). Program kepatuhan perusahaan :
a). Identifikasi kepatuhan terkait faktor
b). Komponen program : edukasi, pelaporan, pemeliharaan data, ulasan,
monitoring.
c). Hubungan

f. Teknologi:
1). Sistem informasi
2). Telemedicin
3). Peralatan
4). Teknologi baru
5). Pengawasan inventaris

g. Bencana alam / bahaya


Risiko disebabkan hilangnya aset fisik atau pengurangan nilai, termasuk risiko
yang timbul dari :
1). Gempa bumi
2). Angin topan
3). Banjir, dll.
Risiko yang timbul akibat bencana alam dan gangguan laiinya diasuransikan.

Proses menganalisa risiko yang perlu dipertimbangkan adalah dampak dari


risiko tersebut bila benar terjadi. Risiko yang dampaknya besar harus segera
ditindaklanjuti dan mendapat perhatian dari pimpinan. Risiko yang dampaknya
medium-rendah akan dikelola oleh Tim Mutu dan Manajemen Risiko bersama
Kepala Unit Kerja untuk membuat rencana tindak lanjut dan pengawasan.

Kriteria Skor Risiko (R)

Skor Kriteria Keterangan


≥ 400 Sangat tinggi Hentikan kegiatan dan perlu perhatian manajemen
puncak.
200 – 400 Tinggi Perlu mendapat perhatian dari manjemen puncak dan

10
tindakan perbaikan segera di lakukan.
70 – 199 Substantial Lakukan perbaikan secepatnya dan tidak diperlukan
keterlibatan pihak manajemen puncak.
20 – 69 Menengah Tindakan perbaikan dapat dijadwalkan kemudian dan
penanganan cukup dilakukan dengan prosedur yang ada
<20 Rendah Risiko dapat diterima

4. Kelola kasus risiko untuk meminimalkan kerugian (Risk Control)


Perlakukan risiko adalah upaya untuk menyeleksi pilihan-pilihan yang dapat
mengurangi atau meniadakan dampak serta kemungkinan terjadi risiko. Perlakuan
yang dapat dipilih adalah;

a. Pengendalian = upaya-upaya untuk mengubah risiko yang merupakan langkah-


langkah antisipatif yang direncanakan dan dilakukan secara rutin untuk
mengurangi risiko.

b. Penanganan = langkah-langkah yang diambil untuk mengurangi risiko jika


tindakan pengendalian belum memadai. Dapat juga bermakna langkah-langkah
yang telah direncanakan dan akan dilakukan apabila risiko benar-benar terjadi.

Sementara menurut NHS (National Health System) pengelolaan risiko adalah:


a. Mengambil kesempatan dengan kondisi yang ada dengan mempertimbangkan
keuntungan lebih besar daripada kerugian
b. Mentolerasi risiko
c. Mentransfer risiko pada pihak ke 3 seperti asuransi
d. Menghentikan aktivitas yang menimbulkan risiko

Opsi Perlakuan Risiko


Klasifikasi Jenis Pengendalian

Menghindari risiko Menghentikan kegiatan


Tidak melakukan kegiatan
Mengurangi risiko Membuat Kebijakan
Membuat SPO
Mengganti atau membeli alat
Mengembangkan sistem informasi
Melaksanakan prosedur pengadaan, perbaikan dan pemeliharaan
bangunan dan instrumen yang sesuai dengan persyaratan;
pengadaan bahan habis pakai sesuai dengan prosedur dan
persyaratan; pembuatan dan pembaruan prosedur, standar dan
check-list; pelatihan penyegaran bagi personil, seminar,
pembahasan kasus, poster, stiker
Mentransfer risiko Asuransi
Mengeksploitasi risiko Mengambil kesempatan dengan kondisi yang ada dengan
mempertimbangkan keuntungan lebih besar daripada kerugian
Menerima risiko

11
Alat untuk menilai risiko :
a. Matrik Grading risiko.
Probability / likelihood
b. l DESKRIPSI
level Deskripsi
1 0 – 5 % - extremely unlikely or virtually impossible
Very low HAMPIR TIDAK MUNGKIN TERJADI
2 6 – 20 % - Low but not impossible
Low JARANG TAPI BUKAN TIDAK MUNGKIN TERJADI
3 21 – 50 % - fairly likely to occur
Medium MUNGKIN TERJADI / BISA TERJADI
4 51 – 80 % - more likely to occur than not
High SANGAT MUNGKIN
5 81 – 100 % - almost certainly will occur
Very high HAMPIR PASTI AKAN TERJADI

SKOR DAMPAK

1 2 3 4 5

INSIGNIFICA MINOR MODERATE MAJOR CATASTROPH


NT IC
Cedera Tidak ada Dapat Berkurangnya Cedera luas Kematian
pasien cedera diatasi fungsi kehilangan
dengan motorik/sensorik fungsi utama
pertolongan setiap kasus yang permanent
pertama memperanjang
perawatan
Pelaya Terhenti lebih Terhenti Terhenti lebih dari Terhenti Terhenti
nan/ dari 1 jam lebih dari 8 1 hari lebih dari 1 permanent
operasi jam minggu
onal
Biaya/ Kerugian Kerugian lebih Kerugian Kerugian lebih
keuang Kerugian kecil lebih dari dari 0,25% lebih dari 0,5 dari 1%
an 0,1% anggaran anggaran anggaran
anggaran
Publika Rumor -media lokal -media lokal Media Media nasional
si -waktu -waktu lama nasional lebih dari 3 hari
singkat kurang dari 3
hari
Reputa Rumor Dampak Dampak Dampak Menjadi
si kecil bermakna serius masalah berat
terhadap terhadap moril terhadap bagi PR
12
moril karyawan dan moril
karyawan kepercayaan karyawan
dan masyarakat dan
kepercayaa kepercayaan
n masyarakat
masyarakat

MATRIKS GRADING RISIKO

probabilitas Tak Minor Moderat Mayor Ketatrospik


signifikan 2 3 4 5
1
Sangat sering terjadi
(Tiap minggu /bulan) Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
5
Sering terjadi
(bbrp kali/tahun) Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
4
Mungkin terjadi
(1 - < 2 tahun/kali) Rendah moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
3
Jarang terjadi
(> 2 - < 5 th/kali) Rendah rendah Moderat Tinggi Ekstrim
2
Sangat jarang terjadi
( > 5 th/kali ) Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
1

c. RCA (root cause analysis)


Ada 10 langkah program RCA yang efektif :
1). Mengupayakan komitmen senior manajemen dan klinisi
2). Implementasi kebijakan investasi insiden
3). Menunjuk seorang koordinator RCA
4). Menetapkan panitia keselamatan dan mutu
5). Menetapkan proses incident response
6). Menetapkan prosedur investigasi RCA
7). Memahami pertimbangan-pertimbangan legal
8). Menetapkan hubungan dengan “open disclosure process)”
9). Evaluasi effektifitas program RCA
10).menetapkan seperangkat instrumen RCA

7 (tujuh) langkah RCA :


1). Identifikasi insiden yang akan di investigasi
2). Tentukan tim investigator
3). Kumpulkan data
4). Petakan kronologis kejadian
5). Identifikasi masalah
6). Analisis informasi

13
7). Rekomendasi dan rencana kerja untuk improvement

d. FMEA (failure mode and effect analysis)

5. Membangun upaya pencegahan


Dalam hal ini adalah monitoring dan reviu. Monitoring adalah pemantauan rutin
terhadap kinerja aktual proses manajemen risiko dibandingkan dengan rencana
atau harapan yang akan dihasilkan. Reviu adalah peninjauan atau pengkajian
berkala atas kondisi saat ini dan dengan fokus tertentu.

6. Kelola pembiayaan risiko (Risk Financing)


Biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian atau penanganan yang dilakukan.

VI. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporannya


Evaluasi pelaksanaan kegiatan adalah evaluasi minimal 6 (enam) bulan sekali, dan bila
dari evaluasi diketahui ada penyimpangan maka dapat segera diperbaiki sehingga tidak
mengganggu program secara keseluruhan.

1. Evaluasi dan analisis dilakukan tiap 1 bulan oleh Tim manajemen risiko dan hasil
evaluasi diserahkan kepada Pimpinan Rumah Sakit, kemudian dilakukan tindak lanjut
dari hasil yang didapat.
2. Laporan setiap kejadian risiko dibuat setiap selesai melakukan pengelolaan risiko oleh
SubKomite Managemen Risiko ke Ketua Komite PMKP untuk selanjutnya diteruskan ke
Kepala rumah sakit.

VII. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan


Pencatatan adalah catatan kegiatan. Setiap kegiatan di unit kerja yang berkaitan
dengan manajemen risiko dicatat dan dilaporkan oleh masing-masing bagian/unit yang

14
terkait dengan manajemen risiko yang ada di unit kerja sesuai dengan jenis kegiatan dan
SPO nya.
Pelaporan adalah setiap kegiatan program manajemen risiko yang telah dilaksanakan
akan disusun berdasarkan laporan unit kerja dan setiap bulan Komite PMKP melaporkan
kegiatan kepada Ka rumah sakit.
Evaluasi kegiatan adalah evaluasi pelaksanaan program secara menyeluruh yang
dilakukan melalui rapat koordinasi setiap bulan.

Palembang, April 2017


Direktur Utama RSK Dr.Rivai Abdullah Palembang

dr. Ahmad Budi Arto, MM


NIP : 1957111061986031002

15

Anda mungkin juga menyukai