Komponen-komponen yang menentukan FCR di perusahaan daerah air minum antara lain:
1. Biaya investasi: Biaya investasi meliputi semua biaya yang dikeluarkan untuk
membangun atau memperbaiki infrastruktur pengairan, seperti pompa, pipa, dan
reservoir. Biaya ini juga meliputi biaya bunga dan amortisasi atas pinjaman yang
diambil perusahaan untuk membiayai investasi tersebut.
2. Biaya operasional: Biaya operasional meliputi biaya untuk menjalankan sistem
pengairan, termasuk biaya listrik, bahan kimia, dan gaji pegawai yang terlibat dalam
operasional perusahaan.
3. Biaya pemeliharaan: Biaya pemeliharaan meliputi biaya untuk memelihara
infrastruktur pengairan, termasuk biaya perawatan, perbaikan, dan penggantian pipa,
pompa, dan reservoir yang rusak atau usang.
4. Biaya overhead: Biaya overhead meliputi biaya-biaya yang tidak terkait langsung
dengan produksi atau distribusi air, seperti biaya administrasi, biaya pemasaran, dan
biaya keamanan.
5. Pendapatan: Pendapatan dihasilkan dari penjualan air kepada pelanggan. Pendapatan
ini harus mencukupi untuk menutupi semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
dan memberikan keuntungan yang wajar bagi perusahaan.
Dalam prakteknya, untuk mencapai FCR, perusahaan daerah air minum harus menetapkan
tarif air yang mencakup semua biaya yang telah disebutkan di atas, termasuk keuntungan
yang wajar bagi perusahaan. Tarif air ini harus dapat dijustifikasi dan disetujui oleh regulator
(dalam hal ini pemerintah daerah) dan pelanggan untuk memastikan keberlanjutan
operasional perusahaan dan ketersediaan air yang memadai bagi masyarakat. Contoh
penetapan tarif yang dilakukan oleh Perumda Tirtawening Kota Bandung dapat dilihat di link
berikut ini
https://perumdatirtawening.co.id/cposting/posting/Penyesuaian-Tarif-Baru
Adakah Hubungan Antara FCR Dan NRW (Non Revenue Water) di PDAM?
Ada hubungan yang erat antara FCR (Full Cost Recovery) dan NRW (Non Revenue Water)
di PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). NRW merujuk pada kehilangan air yang terjadi
selama proses produksi, distribusi, dan konsumsi air, yang dapat disebabkan oleh kebocoran,
pencurian, penggunaan yang tidak efisien, atau masalah teknis lainnya.
Ketika PDAM tidak mencapai FCR, mereka mungkin tidak memiliki cukup dana untuk
memperbaiki atau memelihara sistem distribusi air yang efisien. Ini dapat menyebabkan
meningkatnya kehilangan air yang disebabkan oleh kebocoran, yang pada akhirnya akan
menyebabkan NRW yang lebih tinggi. Kondisi infrastruktur yang buruk dan tidak diperbaiki
dengan baik dapat menyebabkan terjadinya kebocoran dan kerugian air yang lebih banyak,
dan pada akhirnya dapat meningkatkan NRW.
Dalam hal ini, mencapai FCR dapat membantu PDAM untuk memperbaiki atau memelihara
sistem distribusi air yang efisien, sehingga dapat mengurangi kehilangan air dan NRW. FCR
juga dapat membantu PDAM untuk memiliki lebih banyak dana untuk melakukan investasi
yang diperlukan untuk mengurangi NRW, seperti memasang alat ukur dan kontrol,
memperbaiki atau mengganti pipa yang rusak, dan meningkatkan efisiensi penggunaan air.
Dengan demikian, mencapai FCR dan mengurangi NRW adalah kunci untuk menjaga
kelangsungan operasional dan ketersediaan air yang memadai bagi masyarakat.