Kompleksitas Iman Dalam Kitab Yakobus
Kompleksitas Iman Dalam Kitab Yakobus
Iman sejati membutuhkan pemurnian dan pemurnian terus menjadi pengalaman hidup
manusia. Iman adalah gagasan yang benar-benar unik dan berbeda di dalam Perjanjian
Baru. Di dalam pencobaan tersebut iman berkorelasi dengan relaitas kehidupan sehari-hari.
Iman sejati mampu menjaga hidup dari pelarian-pelarian atas masalah kehidupan (ex.
mabuk, dll).
Perbuatan adalah reflektor iman. Iman adalah karya Allah yang terwujud di dalam relasi
yang intim dengan Yesus Kristus dan beriman kepada Kristus artinya senantiasa
menghasilkan perbuatan di dalam keserupaan dengan Kristus. Dalam hal ini iman Kristen
menjadi berbeda.
Perbuatan bukan hanya suatu tindakan dalam lintasan waktu, perbuatan adalah reflektor
dari apa yang ada di dalam pikiran, hati, bathin dan kesadaran seseorang.
Perbuatan manusia bukan hanya sebuah respons mekanik (seperti gerak refleks), tetapi
perbuatan adalah demonstasi dari apa yang merupakan value yang membentuk dirinya,
ajaran yang ia warisi dan yakini serta sistem hidup yang membentuk pola bagi dirinya.
jadi
- perbuatan bukan hanya suatu fenomena tindakan
- jangan hanya berespon terhadap apa yang menjadi fenomena saja
- beresponlah dengan terlebih dahulu menggumulinya dalam kompleksitas iman
Dalam pandangan Yakobus, perbuatan orang percaya pada akhirnya akan dipertanggung
jawabkan kepada Allah. Setiap orang akan dihakimi menurut perbuatannya. Hal yang sama
juga ada di dalam penjelasan rasul Paulus di dalam 1 Korintus 3.
Iman dalam perbuatan tidak menghina, tidak meragukan, tidak merendahkan, tidak
mengumbar kesalahan dan tidak mempermalukan manusia ciptaan Allah yang lain. Iman
1
sejati nampak di dalam perbuatan/tindakan mempermuliakan manusia ciptaan Allah
lainnya.
Perkataan dapat berguna baik tapi juga dapat berdampak buruk, sehingga setiap orang perlu
berkata-kata dalam kesadaran iman dan pertanggung jawaban iman. Disinilah iman hadir
dalam pengendalian diri melalui perkataan (termasuk dalam media sosial) untuk
mempermuliakan Allah. Perkataan baik adalah investasi atas kehidupan sedangkan
perkataan buruk justru akan membuat kehidupan menjadi tidak bernilai.
Allah senantiasa memiliki perencanaan yang baik dan kudus bagi umat-Nya, oleh karena itu
umat perlu peka dengan rencana Allah dan membiarkan rencana pribadinya diterangi oleh
kekudusan Allah yang hadir dalam kehidupan yang terencana.
Manusia tidak mungkin dapat hidup dari fenomena saja, sebab semua yang fenomena tidak
akan bertahan. Fenomena hanya mendatangkan perselisihan/pertengkaran dalam diri
manusia. Pada saat yang sama fenomena dapat menjadi alat setan yang menipu manusia,
jadi libatkan Tuhan dalam perencanaan hidupmu agar:
- kamu tidak terjebak pada hidup yang tidak berdasar
- kamu memiliki hidup yang berarti
Rencana Tuhan selalu terbaik karena bersumber dari natur Allah yang baik, sehingga penting
bagi manusia untuk menempatkan iman dalam merealisasikan perencaan dalam hidupnya.
2
Iman & Penderitaan
Manusia rentan dengan kenikmatan, kesenangan dan foya-foya yang ditawarkan dan
disediakn oleh dunia. Sayangnya manusia tidak menyadari bahwa Ini adalah bagian dari
penderitaan yang dialami manusia di dalam rentang waktu yang ia alami. Dunia
menggunakan kenikmatan, kesenangan dan foya-foya untuk menjerat iman yang sejati dan
menipu manusia. Iman sejati akan menolong manusia untuk menjaga ketekunan iman
seperti Ayub.
Hidup dalam fenomena adalah hidup yang sia-sia dan menyengsarakan. Penderitaan adalah
bagian dari realitas kehidupan oleh karena manusia di dalam upaya profesionalistasnya pun
selalu akan rentan terhadap kelemahan dan kekurangan. Tidak ada kemanusiaan yang
sempurna dan penderitaan dapat saja merupakan konsekuensi dari natur manusia tersebut.
Penderitaan tentu saja bukan hanya hadir dalam pengalaman fisik, sebab manusia dapat
menderita di dalam semua aspek yang ada pada dirinya. Tidak ada bagian di dalam diri
manusia yang tidak bisa tidak untuk menderita.
Yakobus menegur orang-orang yang memiliki status di atas dari pada yang lain, oleh karena
tidak ada aspek di dalam diri manusia yang imun terhadap penderitaan. Penderitaan bagi
orang kaya bisa saja adalah kemewahannya.
Ketekunan iman adalah suatu daya yang akan menyelamatkan orang percaya di tengah-
tengah relitas penderitaan yang ia alami. Ketekunan iman itu juga yang akan
menghubungkan orang percaya satu dengan yang lainnya.
Allah adalah adil dan akan memperhitungkan setiap sikap manusia yang tidak berkenan.
Mereka yang hanya hidup dalam keduniawiaan dan harta yang dimiliki akan menderita oleh
karena imannya tidak memiliki dasar yang benar.
Manusia harus mendengar firman, tidak sombong atas kepemilikan pribadi karena semua
adalah milik Allah. Penderitaan terbesar manusia adalah ketika ia hanya berpegang pada
hal-hal yang tidak dapat menjadi investasinya di dalam kekekalan. Memiliki firman Allah
adalah investasi manusia ke dalam kekekalan. Ia akan menjauhkan manusia dari
penderitaan.