Anda di halaman 1dari 6

PENGAPLIKASIAN SIFAT ALLAH DALAM MENGHADAPI

PROBLEMATIKA KEHIDUPAN DI DUNIA


Oleh : Jawahirul Jauhan Jauhari ( 2204046019 )
Kelas : A-2 Tasawuf dan Psikoterapi
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

ABSTRAK
Problem-problem kehidupan tidak dapat dihindari sepanjang kehidupan manusia. Dalam
menghadapi tantangan dan kesulitan, keyakinan dan penghargaan akan sifat-sifat Allah dapat
menjadi pembimbing dan sumber kuasa rohani. Hal ini bertujuan untuk menganalisis
penerapan karakter Allah dalam mengatasi problem kehidupan. Dalam menulis artikel ini,
berdasarkan sumber-sumber dari jurnal yang dapat bertanggung jawab atas tingkat
keasliannya. Data dikumpulkan melalui literatur yang relevan dan referensi teologis dan
pengalaman pribadi dalam berurusan dengan masalah kehidupan sehari-hari. Analisis Data
dilakukan dengan mengidentifikasi sifat-sifat Allah yang relevan dan kemudian menjelaskan
bagaimana penerapan sifat-sifat tersebut dapat membantu individu-individu dalam
menghadapi situasi-situasi sulit dalam kehidupan. Dalam menulis artikel ini, berdasarkan
sumber-sumber dari jurnal yang dapat bertanggung jawab atas tingkat keasliannya. Data
dikumpulkan melalui literatur yang relevan dan referensi teologis dan pengalaman pribadi
dalam berurusan dengan masalah kehidupan sehari-hari. Analisis Data dilakukan dengan
mengidentifikasi sifat-sifat Allah yang relevan dan kemudian menjelaskan bagaimana
penerapan sifat-sifat tersebut dapat membantu individu-individu dalam menghadapi situasi-
situasi sulit dalam kehidupan. Hasil memperlihatkan bahwa ada beberapa sifat Allah yang
dapat diimplementasikan dalam masalah kehidupan, seperti kebijaksanaan, belas kasih,
kekuatan, pengampunan, serta pengasuhan dan sebagainya. Mutu hikmat Allah
memungkinkan orang-orang merenungkan dan membuat keputusan yang bijaksana dalam
menghadapi problem. Kasih Allah menyediakan ketenangan dan dukungan emosi dalam
menghadapi kesedihan dan kesukaran. Kekuatan Allah memberi keberanian dan keberanian
untuk mengatasi tantangan kehidupan. Pengampunan Allah memberikan kemampuan untuk
mengampuni diri kita sendiri dan orang lain, sehingga memungkinkan pemulihan dan
pertumbuhan rohani. Sifat dasar pengasuhan Allah menyediakan perlindungan dan
bimbingan dalam menghadapi keputusan hidup yang sulit. Penerapan sifat-sifat Allah ini
dapat dilakukan melalui praktik rohani seperti doa, meditasi, dan perenungan diri. Dengan
menghayati sifat-sifat Allah, orang-orang dapat memperoleh kedamaian.
PENDAHULUAN
Adapun maksud istilah wajib 'aqli adalah segala hal yang menurut akal pasti adanya atau
tidak dapat diterima ketiadaannya; maksud mustahil 'aqli adalah segala hal yang menurut
akal pasti tidak ada atau tidak diterima adanya; sedangkan jaiz 'aqli adalah segala hal yang
menurut akal bisa saja ada maupun tidak, atau diterima ada maupun ketiadaannya. Sifat
gerak dan diam bagi makhluk dapat dijadikan permisalan dalam hal ini. Ilustrasi wajib,
mustahil, dan jaiz 'aqli secara berurutan adalah: (1) akal pasti mengharuskan salah satu dari
diam dan bergerak terjadi pada makhluk, (2) akal tidak akan membenarkan keduanya
secara bersamaan tidak terjadi padanya; dan (3) akal menerima ada dan ketiadaaan salah
satunya dari makhluk. Demikian antara lain dijelaskan Syekh Muhammad as-Sanusi, dalam
Syarh Umm al-Barahain. Klasifikasi Sifat Wajib 20 Sifat-sifat wajib bagi Allah yang
terdiri atas 20 sifat itu dikelompokkan menjadi 4 sebagai berikut:
1.Sifat Nafsiyah, yaitu sifat yang berhubungan dengan Dzat Allah. Sifat nafsiyah ini ada
satu, yaitu wujûd.
2.Sifat Salbiyah, yaitu sifat yang meniadakan adanya sifat sebaliknya, yakni sifat-sifat yang
tidak sesuai, atau sifat yang tidak layak dengan kesempurnaan Dzat-Nya. Sifat Salbiyah ini
ada lima, yaitu: qidâm, baqâ’, mukhâlafatu lil hawâditsi, qiyâmuhu binafsihi, dan
wahdâniyat.
3.Sifat Ma’ani, yaitu sifat- sifat abstrak yang wajib ada pada Allah. Yang termasuk sifat
ma’ani ada tujuh yaitu: qudrat, irâdat, ‘ilmu, hayât, sama', bashar, kalam.
4.Sifat Ma’nawiyah, adalah kelaziman dari sifat ma’ani. Sifat ma’nawiyah tidak dapat berdiri
sendiri, sebab setiap ada sifat ma’ani tentu ada sifat ma’nawiyah. Bila sifat ma'ani telah
didefinisikan sebagai sifat yang ada pada sesuatu yang disifati yang otomatis menetapkan
suatu hukum padanya, maka sifat ma'nawiyah merupakan hukum tersebut. Artinya, sifat
ma'nawiyah merupakan kondisi yang selalu menetapi sifat ma'ani. Sifat 'ilm misalnya, pasti
dzat yang bersifat dengannya mempunyai kondisi berupa kaunuhu 'âliman (keberadannya
sebagi Dzat yang berilmu). Dengan demikian itu, sifat ma'nawiyyah juga ada tujuh
sebagaimana sifat ma'ani
Dalam al-‘Aqidah as-Sughra yang terkenal dengan judul Umm al-Barahain Imam as-Sanusi
mengatakan:

‫ب لِ َم ْوََل ََن َج َّل َو َعَّز ِع ْشُرو َن ِص َفة‬ ِ ِ


ُ ‫فَم َّما ََي‬
“Maka di antara sifat wajib bagi Allah Tuhan Kita-Yang Maha Agung dan Maha Perkasa-
adalah 20 sifat.”

2
Akan tetapi disini lebih ditekankan sifat-sifat wajib dua puluh yang di miliki Allah.
PEMBAHASAN
I. PROBLEMATIKA KEHIDUPAN DI DUNIA KHUSUSNYA DI
INDONESIA
Problematika adalah suatu kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang
membutuhkan penyelesaian atau pemecahan. Masalah diartikan sebagai suatu hal
yang menghalangi tercapainya tujuan. Sedangkan menurut KBBI problematika
adalah masih menimbulkan masalah atau sesuatu yang belum terpecahkan. Jadi
problematika kehidupan adalah sesuatu yang belum terdapat cara penyelesaianya
secara tepat dalm konteks kehidupan.Problematika dalam masyarakat sendiri
sangat banyak dan luas, pengaruh waktu dan perkembangan masyarakat juga
menjadi faktor munculnya masalah-masalah baru. Sebagai contoh meningkatnya
jumlah penduduk menyebabkan meningkatnya jumlah sampah pada tempat
pengolahan yang menyebabkan tidak terkondisikan lagi sampahnya. Sehingga
meningkatnya jumlah penduduk pada suatu daerah juga menyebabkan suatu
problematika baru.Masalah sosial budaya merupakan masalah alam pikiran dan
realitas hidup masyarakat. Alam pikiran setiap bangsa pada umumnya adalah
majemuk, sehingga pergaulan hidupnya selalu dipenuhi konflik dengan sesama
orang Islam maupun dengan non-Islam. Apalagi pada zaman modern ini,
dimungkinkan sebagian masyarakat antara yang satu dengan yang lainnya saling
bermusuhan, yaitu ada ancaman kehancuran. Ekonomi indonesia semakin
memburuk. Hal ini karena kapitalisme memiliki sistem adaptif dan
mengakibatkan korupsi besar-besaran. Adapun politik, selalu ada konflik antara
partai dan semakin terpisah parlemen dari nilai-nilai al-qur 'an 'ani, yang
pragmatis dan oportunis. Dalam lingkungan sosial, banyak problem timbul.
Tindakan kriminal sering terjadi dan pelanggaran norma dimungkinkan oleh
anggota masyarakat. Yang lebih memprihatinkan lagi adalah menjamurnya
narkoba oleh anak-anak sekolah, siswa, dan masyarakat. Masalahnya timbul,
karena kesalahpahaman ilmiahnya, sementara sains wasa bergerak, semangat
pewarnaan budaya. Ini menyajikan tantangan yang luar biasa dan membawa
tekanan. Sebagian besar permasalahan sekarang adalah bahwa umat islam berada
dalam kehidupan modern yang serba mudah, serba bisa bahkan cenderung serba
boleh.
Setiap detik dalam kehidupan umat islam selalu berhadapan dengan hal-hal yang
dilarang agamanya akan tetapi sangat menarik naluri kemanusiaanya, ditambah
lagi kondisi religius yang kurang mendukung.Keadaan seperti ini sangat berbeda
dengan kondisi umat islam terdahulu yang kental dalam kehidupan beragama dan
situasi zaman pada waktu itu yang cukup mendukung kualitas iman seseorang.
Olah karenanya dirasa perlu mewujudkan satu konsep khusus mengenai pelatihan
individu muslim menuju sikap taqwa sebagai tongkat penuntun yang dapat

3
digunakan (dipahami) muslim siapapun. Karena realitas membuktikan bahwa
sosialisasi taqwa sekarang, baik yang berbentuk syariat seperti puasa dan lain-lain
atau bentuk normatif seperti himbauan khatib dan lain-lain terlihat kurang
mengena, ini dikarenakan beberapa faktor, diantaranya :Muslim yang
bersangkutan belum paham betul makna dari taqwa itu sendiri, sehingga
membuatnya enggan untuk memulai, Ketidaktahuannya tentang bagaimana,
darimana dan kapan dia harus mulai merilis sikap taqwa Kondisi sosial dimana
dia hidup tidak mendukung dirinya dalam membangun sikap taqwa.
Akan tetapi di satu sisi lainnya juga umat islam pada umumnya masih
kebingungan dalam penerapan sikap taqwa seperti apa yang harus direalisaikan
dalam menghadapi segala bentuk problematika yang ada disekitarnya.

II. PENGAPLIKASIAN SIFAT ALLAH DALAM MENGHADAPI


PROBLEMATIKA KEHIDUPAN DI DUNIA
Karena timbul rasa bingung dan gelisah sikap seperti apa yang harus dijadikan
tuntuntan serta panutan yang benar dan sesuai. Maka muncullah penyelesaian
masalahnya. Yaitu dengan menerapkan, meamalkan, serta mengaplikasikan sifat
Allah yang dua puluh tersebut. Lalu mengapa harus sifat Allah yang dua puluh
tersebut? Tentunya tidak diragukan lagi bahwa sifat Allah yang dua puluh
tersebut sudah mewakili segala bentuk sifat baik dan sikap baik yang ada pada
Allah. Maka dengan berpedoman pada sifat Allah yang dua puluh tersebut
diharapkan segala bentuk problematika yang ada pada kehidupan di dunia ini
dapat dihadapi serta di tanggapi dengan sebaik-baiknya sesuai dengan pedoman
tersebut diatas. Lalu bagaimana contoh konkritnya dalam penerapanya?
(1) Contohnya Aliman (Maha Mengetahui) maka dapat kita aplikasikan sebagai
beberapa hal sebagai berikut,
Manusia memiliki banyak rancangan dalam kehidupannya. Kalau kita
terapkan dalam kehidupan sehari-hari, manusia yang tidak memiliki
rancangan atau tidak mengetahui maka hidupnya akan biasa-biasa saja.
Karena Allah mengetahui rancangan bagi setiap mahluknya. Kita boleh
merancang banyak hal, dan menyerahkannya pada Allah. Terwujud tidak-nya
sebuah rancangan tergantung pada kita, apakah kita mau bekerja keras,
berharap pada Allah dan selalu sabar menunggu jawaban Allah. Karena kita
mengetahui bahwa Allah pasti mengijabah do’a hambanya. Hal diatas
termasuk juga dalam pengaplikasian sifat Allah.
(2) Contoh lainya sebagai berikut : Baqa artinya kekal. Allah itu kekal, berbeda
dengan makhluk-Nya yang semuanya berproses menuju kepada kehancuran
atau kebinasaan. Misalnya manusia, dari janin dalam kandungan, kemudian
dilahirkan menjadi bayi, lalu tumbuh menjadi anak-anak, remaja, dewasa, tua
dan pada waktunya akan meninggal. Di sini ketika kita menghadapi
kehidupan di dunia ini contohnya mencari harta seharusnya sebagai manusia

4
yang tidak kekal tidak terlalu terlarut dalam mencari harta di dunia ini karena
hakikatnya yang kekal hanyalah Allah semata, Maka dari itu dalam
menghadapi dunia ini jangan berlebihan dalam bersedih dalam berlebihan
dalam berbahagia karena kita tahu bahwa tiada kekekalan di dunia yang fana
ini.

III. PENGAPLIKASIAN SIFAT ALLAH MEMBENTUK PERSONALITAS


SUFISTIK
Karena pengaplikasian sifat Allah tersebut maka di dapatilah sifat-sifat ketuhanan
tersebut membentuk para sufi menjadi seorang sufi yang penuh dengan sifat
ilahiyah yang tidak ahnya tergambar dalam perilaku kehidupannya akan tetapi
juga dari segala aspek termasuk yang paling jelas adalah daripada segi
spiritualnya. Yang mana contohnya apabila seoang sufi dikenal apabila telah
hilang sifat ke Fana’an yaitu sifat-sifat kemanusian yang bersifat duniawiah
seperti contohnya makan berlebihan dan hal-hal yang berkaitan dengan yang
bersifat sementara duniawi. Akan tetapi apabila telah mencapai Baqa, sampai
daripada sifat ilahiah yang ada pada dirinya muncul dengan hakikat yang
terkadang sulit diterima akal manusia yang terbatas. Akan tetapi sifat-sifat yang
dimiliki Allah pastilah baik.

KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya, Maka dapat dikatakan bahwa
Sifat-sifat Allah pastikah adalah salah satu pedoman yang dapat jadikan sebagai tuntunan
untuk mengahadapi sebuah problematika kehidupan, juga bisa menjadi sebagai rujukan
kembalinya kita berharap. Karena pada dasaranya manusia sebgai makhluk terkadang juga
bingung ketika dihadapkan pada suatu masalah sehingga sifat-sifat Allah tentunya
diharapkan dapat dijadikan sebuah obat guna mengantisipasi sebuah kebingungan akan
masalah yang dihadapi seingga terkadang juga menyebabkan ia mengakhiri hidupnya. Dan
perlu juga ditekankan bahwa dengan menerapkan sifat-sifat Allah dapat membentuk diri
menjadi manusia yang penuh dengan sifat-sifat baik ilahiah.

5
DAFTAR PUSTAKA

Arbak, S., Yatiban, A., & Atiyah, U. (2020). PENGHAYATAN SIFAT ALLAH
ALHAKIM DALAM PEMBINAAN KEPERIBADIAN BELIA: TEORI IMAM
AL-GHAZALI SEBAGAI MODUL APLIKASI. In Journal of Critical Reviews
(Vol. 7, Issue 5, pp. 129–135).
Prasetiya, Angga, & Persada, S. S. (2022). Membaca Konflik: Problematika dan Refleksi
atas Kehidupan Beragama Masyarakat Aceh Singkil. JIM: Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pendidikan Sejarah, 7(3), 156–167.
As-Sa’dy,Abdurrahman, Agama Islam Solusi Problematika Kehidupan
Sunan, U., Yogyakarta, K., & Ashiroh, S. U. (2021). ANALISIS PEMIKIRAN
SULAIMAN AL-ASYQAR TENTANG SIFAT ALLAH DALAM KITAB
ZUBDAH AT-TAFSIR Rizal Samsul Mutaqin. ANALISIS PEMIKIRAN
SULAIMAN AL-ASYQAR TENTANG SIFAT ALLAH DALAM KITAB
ZUBDAH AT-TAFSIR, 9(2), 367–384.
Karidawati. (2021). PROBLEMATIKA DALAM KEHIDUPAN GENERSI MUDA
(PESERTA DIDIK) MELALUI PENDEKATAN PAI. PROBLEMATIKA
DALAM KEHIDUPAN GENERSI MUDA(PESERTA DIDIK) MELALUI
PENDEKATAN PAI, 7(2), 1–18.
https://islam.nu.or.id/ilmu-tauhid/dalil-dan-penjelasan-tentang-20-sifat-wajib-bagi-allah-
8AFCb

Anda mungkin juga menyukai