Anda di halaman 1dari 4

UJIAN AKHIR SEMESTER

(UAS ini dibuat untuk Mata Kuliah Geografi Kesehatan Semester 117 oleh Dosen Pengampu ibu
Rayuna Handawati, M.Pd.)

Oleh:
Adhi Rangga Evalianto
1411620017

PROGRAM STUDI GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2022
Soal.

1. Sebagai seorang geograf, anda diminta oleh pihak otoritas kekuasaan untuk memberikan
rekomendasi pengendalian penyakit menular tropis Demam Berdarah di wilayah perkotaan
yang telah terjadi selama 3 tahun secara masif. Deskripsikan setiap langkah-langkah anda
sejak mendapatkan mandat hingga mencapai rekomendasi akurat dan tepat secara saintifik
dalam sudut pandang dan metode geografis.
2. Sebagai seorang geograf, anda diminta oleh pihak otoritas kekuasaan untuk memberikan
rekomendasi desain pelayanan kesehatan lansia dan kesehatan jiwa di wilayah perkotaan dan
perdesaan dimana terjadi peningkatan penurunan indikator indeks kesehatan lansia dan jiwa
di Indonesia dalam 5 tahun terakhir. Deskripsikan setiap langkah-langkah anda sejak
mendapatkan mandat hingga mencapai rekomendasi akurat dan tepat secara saintifik dalam
sudut pandang dan metode geografis.

Jawaban:
1. Langkah – langkah yang saya ambil apabila berada diposisi pihak otoritas dan saya dapat
merekomendasikannya, langkah awal yang saya lakukan dengan mengetahui wilayah
perkotaan yang menjadi tempat penyakit menular tropis demam berdarah, sebagai pengambil
langkah yang berlatar belakang saya akan mencari dan menganalisi keruangan, analisis
ekologi dan analisis kompleks wilayah.
yang dilakukan untuk memberikan rekomendasikan pengendaliam penyakit menular
tropis Demam Berdarah di wilayah perkotaan selama 3 tahun secara masif adalah dengan
menganalisis variabel penyebab timbulnya penyakit Demam Berdarah secara spasial dan
menggunakan metode – metode untuk mengkorelasikan antar variabel yang menyebabkan
timbulnya Demam Berdarah.
Variabel penyebab timbulnya Demam Berdarah dibagi menjadi 3, yaitu:
 Agent ( agentnya virus dan vektornya nyamuk)
 Host ( Manusia )
 dan Lingkungan
Setelah mengetahui variabel – variabel yang menjadi penyebab demam berdarah,
selanjutnya mengumpulkan data – data yang dibutuhkan berdasarkan karakteristik wilayah
perkotaan untuk nantinya dianalisis.
Data – data yang diperlukan berdasarkan jenis variabelnya, yaitu:
 variabel bebas (data iklim meliputi suhu, curah hujan, kelembaban udara,
lama penyinaran matahari, data kepadatan penduduk, data lokasi kumuh,
ketinggian atau elevasi dan keterjangkauan sungai atau pantai).
 variabel antara (data ABJ), dan variabel terikat (data jumlah kasus). Data
tersebut menggunakan data yang tersedia selama 3 tahun belakang.
Setelah data terkumpul, data dianalisis dan mengkorelasikan antara variabel terikat
( data jumlah kasus) dan antara (data ABJ) secara spasial menggunakan peta, misalnya peta
persebaran kasus demam berdarah berdasarkan kepadatan penduduk, peta persebaran kasus
demam berdarah berdasarkan curah hujan, peta ABJ berdasarkan kepadatan penduduk, dll.
Setelah dianalisis dapat dilihat variabel apa yang paling mempengaruhi penyebab timbulnya
demam Berdarah.
Analisis dan korelasi antar variabel dapat dilakukan metode – metode pengendalian
terhadap demam berdarah. Dalam kasus demam berdarah, Dalam melakukan pengendalian
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) terbagi dalam beberapa metode yaitu metode satu
yaitu pengendalian terfokus langsung pada sumber penyakitnya seperti penderita demam
berdarah, metode kedua yaitu pengendalian terfokus pada media penularan atau transmisinya,
dengan cara mengendalikan agent penyakit melalui media transmisi. Setelah mendapatkan
metode, dapat diberikan kesimpulan dan rekomendasi yang dapat digunakan untuk otoritas
dalam mengendalikan penyakit demam berdarah terutama di daerah perkotaan.

2. Langkah – langkah yang saya ambil apabila berada diposisi pihak otoritas dan saya dapat
merekomendasikannya, langkah awal yang saya lakukan dengan membentuk tim dan
berkaloborasi kepada pihak-pihak terkait, Seperti Kementian Kesehatan RI dan Kementrian
Sosial RI.
Penduduk lanjut usia adalah penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Indonesia
termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah lanjut usia terbanyak di dunia. Berdasarkan
sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah lanjut usia di Indonesia yaitu 18,1 juta jiwa (7,6%
dari total penduduk). Pada tahun 2014, jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia menjadi
18,781 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mancapai 36 juta jiwa.

Menurut Undang-undang No 3 Tahun 1966 yang dimaksud dengan “Kesehatan Jiwa”


adalah keadaan jiwa yang sehat menurut ilmu kedokteran sebagai unsur kesehatan.
“Kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual
dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan
keadaan orang lain”. Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) dan
memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan dalam hubungannya dengan
manusia lain.

kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan merupakan kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, mental dan sosial individu secara optimal, dan yang
selaras dengan perkembangan orang lain.

Penambahan fasilitas kesehatan dari tingkat terendah dan menyebaran merata hingga
daerah terpencil dan terluar indonesia, penambahan tenaga kesehatan disetiap puskesmas
yang memperhatikan Kesehatan lansia dan kesehatan jiwa.
Penambahan tempat” konseling untuk menjadi tempat pengobatan dan menjadi sarana
bagi calon pasien yang mengeluh kejiwaan.

Mengeluakan kebijakan dengan kerjasama BPJS terhadap rumah sakit dan tempat”
konseling, yang mana BPJS mengcover pengobatan yang diderita rentan lansia dan layanan
kesehatan konseling jiwa yang masih banyak cuek dan abai terhadap masalah mental
seseorang.

Melakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada paralansia dan penderita kejiwaan


dengan memberi wawasan hidup sehat kepada lansia, sedangkan kepada penderita kejiwaan
dengan mengadakan obrolan umum yang membuat penderita kejiwaan dapat memiliki
semangat untuk terus hidup.

Memperoleh data jumlah pasien pada jenis penyakit yang terkait di setiap kota dan
kabupaten yang ada di indonesia, Mendapatkan data penyakit yang rentan terjadi pada lansia
dan jenis penyakit kejiwaan, penyakit rentan lansia, yakni:
 Penyakit Kardiovaskular (Penyakit jantung)
 Penyakit Stroke
 Hipertensi
 Kanker
 Radang Sendi
 Diabetes
 Katarak

Analisis dan korelasi antar variabel dapat dilakukan metode – metode pengendalian
penyakit rentan lansia serta kesehatan kejiwaan, memetakan wilayah di indonesia seperti kota
terbanyak lansia sakit dan masalah kesehatan mental terbanyak terdapat di kota atau
kabupaten, wilayah terbanyaklah yang menjadi fokus dan kasus yang mengalami peningkat
tinggi menjadi wilayah yang banyak penyuluhan untuk mencegah agar tidak terus bertambah
dan meredam peningkatannya.

Anda mungkin juga menyukai