Anda di halaman 1dari 13

STRATEGI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI


PEKERTI SEKOLAH DASAR

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kegiatan Bimtek Pengembangan Diri Guru PAI dalam
PengEmbangan Keprofesian Berkelanjutan Pendidikan Dasar Tingkat Kantor Wilayah
Kementerian Agama Gorontalo Tahun 2018

O
L
E
H

ASTIN GANI, S.Ag


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum 2013 menjadi model baru dalam pembelajaran agama Islam, dimana
dalam kurikulum ini pada pembelajarannya menekankan pada dimensi pedagogik modern.
Selain itu, pendekatan ilmiah yang digunakan dalam kurikulum ini memunculkan rasa
optimis akan dunia pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik. Dari pendekatan ilmiah ini,
siswa mendapatkan stimulus untuk selalu aktif dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
Sebagaimana disebutkan di atas, kebijakan pemerintah terkait dengan adanya
kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan ilmiah ini juga diikuti dalam pembelajaran
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Oleh karenanya, dalam tiap proses
pembelajaran dan evaluasinya, pelajaran PAI juga harus menerapkan pendekatan ilmiah ini.
Oleh karenanya, penting kiranya untuk melakukan pengembangan dan inovasi metode
pembelajaran PAI dengan pendekatan ilmiah ini. Pengembangan metode ini bisa dilakukan
dengan
eksplorasi mengenai berbagai metode pembelajaran PAI yang merupakan bagian dari
pendekatan ilmiah. Sebagai sebuah ijtihad dalam proses pembelajaran, pendekatan saintifik
tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Terlebih ketika awalnya merupakan sebuah
pendekatan pembelajaran bagi bidang eksakta yang kemudian dipakai dalam Pendidikan
Agama Islam yang itu bukan merupakan bidang eksakta, tentunya terjadi penyesuaian-
penyesuaian dalam implementasinya. Dan dirasa penting untuk melakukan kajian secara
mendalam kaitannya pendekatan saintifik ini untuk diterapkan untuk pembelajaran bidang
Pendidikan Agama Islam (PAI).

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, penulis membuat beberapa rumusan masalah, yaitu sebagai
berikut:
1. Bagaimana konsep pembelajaran dengan pendekatan saintifik?
2. Bagaimana implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI)?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Saintifik
1. Pengertian Saintifik
Istilah saintifik (scientific) berasal dari bahasa Inggris yang dialihbahasakan menjadi
ilmiah, yaitu bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan atau berdasarkan ilmu pengetahuan.
Sementara, scientifically dialihbahasakan menjadi “secara ilmu” atau “secara ilmiah”.
Berdasarkan pengertian tersebut, saintifik memiliki makna ilmiah dan dilakukan secara
ilmiah.1 Sedangkan kata pendekatan yang dalam bahasa Inggris diistilahkan sebagai
approach merupakan konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan
melatarbelakangi pemikiran tentang suatu hal tertentu. Dari dua pengertian di atas, maka
dapat diartikan bahwa pendekatan
ilmiah adalah (scientific approach) adalah pendekatan atas suatu hal yang didasarkan
pada suatu teori ilmiah tertentu.2
Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi
perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Oleh karenanya,
pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan bagian dari pendekatan
pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode
ilmiah ilmiah.3 Pendekatan dalam kontek pendidikan dapat diartikan sebagai sudut pandang
bagi pendidik baik guru dan dosen atau instruktur terhadap proses pembelajaran. Dari
pengertian tersebut maka muncul pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered
approach), pendekatan berpusat pada peserta didik (student centered approach).4
Dalam proses pembelajaran, peserta didik diharapkan terhindar dari sifat-sifat atau
nilai-nilai non ilmiah. Pendekatan non ilmiah yang dimaksud meliputi kegiatan yang semata-
mata berdasarkan intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal
berpikir kritis. Oleh karenanya, pendekatan saintifik merupakan konsep yang mewadahi,
menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana pembelajaran
diterapkan, bagaimana mengembangkan kompetensi peserta didik dalam melakukan
observasi atau eksperimen,dan bagaimana mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
berpikir yang dapat mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya.5

2
Metode scientific atau ilmiah ini pertama kali diperkenalkan ke ilmu pendidikan
Amerika pada akhir abad ke-19, sebagai penekanan pada metode laboratorium formalistik
yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah. Metode
ilmiah ini memiliki karakteristik doing science. Metode ini memudahkan guru atau
pengembang kurikulum untuk memperbaiki proses pembelajaran, yaitu dengan memecah
proses ke dalam langkah-langkah atau tahapan-tahapan secara terperinci yang memuat
instruksi untuk siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal inilah yang menjadi dasar
dari pengembangan kurikulum 2013 di Indonesia.6 Akhmadi menyebutkan bahwa metode
saintifik ini pada dasarnya merujuk pada model penelitian yang dikembangkan oleh Bacon.
Metode ini memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi masalah dari fakta yang ditemukan di lingkungan.
b. Mengumpulkan data yang sesuai dengan permasalahan yang ditemukan.
c. Memilah data yang sesuai dengan permasalahan.
d. Merumuskan hipotesis, yaitu dugaan ilmiah yang menjelaskan data dan
permasalahan yang ada sehingga dapat menentukan langkah penyelesaian masalah lebih
lanjut.
e. Menguji hipotesis dengan mencari data yang lebih faktual dengan mengadakan
eksperimen.
f. Menguji keakuratan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya agar dapat
menentukan tindakan terhadap hipotesis tersebut dengan mengkonfirmasi, memodifikasi,
ataupun menolak hipotesis.7
Ciri utama dalam pendekatan ini adalah penonjolan pada dimensi pengamatan,
penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Hal ini sesuai
dengan firman Allah yang menyebutkan tentang potensi dasar manusia yang merupakan
bawaan dari lahir dan merupakan karunia dari-Nya. Allah swt telah menyebutkan terkait hal
ini dalam surat an-Nahl ayat 78, sebagai berikut:

َ ‫ون ُأ َّمهَاتِ ُك ْم اَل تَ ْعلَ ُمونَ َش ْيًئا َو َج َع َل لَ ُك ُم ال َّس ْم َع َواَأْل ْب‬


ۙ َ‫صا َر َواَأْل ْفِئ َدة‬ ِ ُ‫َوهَّللا ُ َأ ْخ َر َج ُك ْم ِم ْن بُط‬
َ‫لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُون‬
Terjemah: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar
kamu bersyukur. (Q.S. An-Nahl: 78)
Ide mengenai pendekatan ilmiah ini sejalan dengan ayat di atas, dimana peserta didik
dituntut untuk memaksimalkan potensi dirinya yang telah dikaruniakan oleh Allah swt berupa
pendengaran, penglihatan dan hati. Tiga unsur inilah yang menjadi modal utama sebuah

3
penalaran ilmiah, yaitu dari pengamatan, penemuan, dll. Oleh karenanya, ayat di atas
merupakan landasan dari ideologis dari pendekatan saintifik.
2. Tujuan Saintifik
Mengutip dari Kuhlthau, Sulastri menuturkan bahwa model pembelajaran saintifik ini
merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa beraktivitas sebagaimana layaknya
seorang ahli sains. Dalam praktiknya, siswa harus melakukan langkah-langkah penerapan
metode ilmiah, yaitu merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data,
mengolah dan menganalisis data, serta membuat kesimpulan. 15 Oleh karenanya, tujuan
diterapkannya pendekatan saintifik dalam proses dan pembelajaran ini adalah:
a. Menstimulus siswa menjadi aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, tidak hanya
terpaku pada buku dan penjelasan guru.
b. Untuk menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi dan memiliki keinginan untuk menggali
lebih dalam terkait pembahasan dalam pelajaran.16
c. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa.
d. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara
sistematik.
e. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan
suatu kebutuhan.
f. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
g. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel
ilmiah.
3. Langkah-Langkah Pembelajaran Saintifik
Berikut ini langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
a. Mengamati.
Siswa menggunakan panca inderanya untuk mengamati fenomena yang
relevan dengan apa yang dipelajari. Fenomena yang diamati mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, siswa mendengarkan lantunan ayat-ayat
Alquran. Siswa dapat mengamati fenomena secara langsung maupun melalui media
audio visual. Hasil yang diharapkan dari langkah pembelajaran ini adalah siswa
menemukan masalah, yaitu gap of knowledge – apa pun yang belum diketahui atau
belum dapat lakukan terkait dengan fenomena yang diamati. Pada langkah ini guru
dapat membantu siswa menginventarisasi segala sesuatu yang belum diketahui (gap
of knowledge) tersebut. Agar kegiatan mengamati dapat berlangsung dengan baik,
4
sebelum pembelajaran dimulai guru perlu menemukan/mempersiapkan fenomena
yang diamati siswa dan merancang kegiatan pengamatan untuk siswa menemukan
masalah.
b. Menanya.
Siswa merumuskan pertanyaan tentang apa saja yang tidak diketahui atau belum
dapat lakukan terkait dengan fenomena yang diamati. Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dapat mencakup pertanyaan-pertanyaan yang menghendaki jawaban berupa
pengetahuan faktual, konseptual, maupun prosedural, sampai ke pertanyaan yang
bersifat hipotetik. Hasil kegiatan ini adalah serangkaian pertanyaan siswa yang
relevan dengan indikator-indikator KD. Guru Membantu siswa merumuskan
pertanyaan berdasarkan daftar hal-hal yang perlu/ingin diketahui agar dapat
melakukan/menciptakan sesuatu.
c. Mengumpulkan informasi/mencoba.
Siswa mengumpulkan data melalui berbagai teknik, misalnya melakukan
eksperimen, mengamati objek/kejadian/aktivitas, wawancara dengan nara sumber,
membaca buku pelajaran, dan sumber lain di antaranya buku referensi, kamus,
ensiklopedia, media massa, atau serangkaian data statistik. Guru menyediakan
sumber-sumber belajar, lembar kerja (worksheet), media, alat peraga/peralatan
eksperimen, dan sebagainya. Guru juga membimbing dan mengarahkan siswa untuk
mengisi lembar kerja, menggali informasi tambahan yang dapat dilakukan secara
berulang-ulang sampai siswa memperoleh informasi atau data yang dibutuhkan. Hasil
kegiatan ini adalah serangkaian data atau informasi yang relevan dengan pertanyaan-
pertanyaan yang siswa rumuskan.
d. Menalar/mengasosiasi.
Siswa menggunakan data atau informasi yang sudah dikumpulkan untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mereka rumuskan. Pada langkah ini guru
mengarahkan agar siswa dapat menghubung-hubungkan data/informasi yang
diperoleh untuk menarik kesimpulan. Hasil akhir dari tahap ini adalah simpulan-
simpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan yang dirumuskan pada langkah
menanya.
e. Mengomunikasikan.
Siswa menyampaikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan mereka ke kelas
secara lisan dan/atau tertulis atau melalui media lain. Pada tahapan pembelajaran ini
siswa dapat juga memajang/memamerkan hasilnya di ruang kelas, atau mengunggah
5
(upload) di blog yang dimiliki. Guru memberikan umpan balik, meluruskan,
memberikan penguatan, serta memberikan penjelasan/informasi lebih luas. Guru
membantu peserta didik untuk menentukan butir-butir penting dan simpulan yang
akan dipresentasikan, baik dengan atau tanpa memanfaatkan teknologi informasi.
Berdasar dari beberapa aspek sebagaimana diterangkan di atas, maka
karakteristik proses pembelajaran pada kurikukum 2013 disandarkan dengan
pendekatan saintifik pada semua tema atau mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.
Usaha ini dilakukan dengan asumsi bahwa pembelajaran pada kurikulum ini
diarahkan untuk mengembangkan keseluruhan kompetensi peserta didik yang terdiri
dari kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan dengan memperkuat proses
pembelajaran dan penilaian autentik. Artinya, proses pembelajaran harus didasarkan
pada pengetahuan yang dibangun dengan metode bersifat ilmiah dengan ciri khas
dapat dibuktikan oleh panca indera manusia.
4. Kelebihan dan Kekurangan Sintifik
Sebagai sebuah ijtihad kaitannya dengan menemukan model yang paling bagus untuk
sebuah proses pembelajaran, pendekatan saintifik tentunya memiliki kelebihan dan
kekurangan. Berikut beberapa hal yang menjadi kelebihan dan kekurangan dari pendekatan
saintifik ini.
a. Kelebihan Saintifik
1) Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif peserta didik melalui
analisis masalah dan menemukan berbagai alternatif pemecahan masalah.
2) Meningkatkan keterampilan memecahkan masalah, baik berupa masalah sendiri
maupun masyarakat.
3) Meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar
4) Membantu peserta didik belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru.
5) Mendorong peserta didik untuk memiliki inisiatif untuk belajar secara mandiri dalam
situasi yang beragam.
6) Mendorong kreativitas peserta didik dalam pengungkapan dan penyelidikan masalah
yang telah ia lakukan.
7) Terjadi pembelajaran bermakna melalui belajar memecahkan masalah dan
menerapkan pengetahuan yang dimilikinya serta mengintegrasikan pengetahuan dan
keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.39
8) Mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan komunikasi dan hubungan
sosial.
6
9) Membuat suasana belajar lebih menyenangkan.40
10) Siswa menjadi aktif dan kreatif. Tidak seperti kurikulum sebelumya materi di
kurikulum terbaru ini lebih ke pemecahan masalah. Jadi siswa untuk aktif mencari
informasi agar tidak ketinggalan materi pembelajar.
11) Penilaian di dapat dari semua aspek. Pengambilan nilai siswa bukan hanya di dapat
dari nilai ujianya saja tetapi juga di dapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap
dan lain lain
b. Kekurangan
a) Terkadang, pembelajaran dengan pendekatan saintifik membutuhkan waktu.
b) Terkadang membutuhkan biaya yang cukup banyak dalam proses pembelajaran.
c) Butuh banyak peralatan yang harus disediakan.
d) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi
akan mengalami kesulitan.
e) Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok yang akan
mengganggu pembelajaran.
f) Guru merasakan tidak dapat menyampaikan materi berupa konsep-konsep sebagaimana
tuntutan bahan ajar.
g) Guru jarang menjelaskan. Banyak yang beranggapan bahwa dengan kurikulum terbaru ini
guru tidak perlu menjelaskan materinya. Padahal kita tahu bahwa belajar agama,
matematika, fisika, dll tidak cukup hanya membaca saja.
h) Sulitnya melakukan evaluasi secara menyeluruh. Evaluasi dan penilaian secara
menyeluruh kepada siswa terkadang menjadi hal yang sulit dilakukan, terutama untuk
ranah afektif atau sikap.
B. Saintifik Dalam Pembelajaran PAI
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa implementasi pendekatan saintifik ini adalah peserta
didik didorong untuk melakukan proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
menalar, dan mengkomunikasikan. Berikut implementasi dari proses tersebut dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
1. Mengamati
Salah satu bagian dari pendekatan saintifik adalah mengamati. Metode mengamati ini
lebih mengutamakan kebermaknaan dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajarannya di
kelas, mengamati dapat dilakukan dengan melalui berbagai media yang dapat diamati siswa,
termasuknya mangamati langsung di lapangan. Misalnya untuk pembelajaran mengenai
shalat jenazah, siswa bisa langsung diajak atau diminta untuk takziah ketika ada tetangga
7
sekolah yang meninggal. Dari proses ini, siswa akan memiliki pemahaman yang utuh ketika
diajak untuk shalat jenazah, melihat saat orang meninggal tersebut dimandikan, dikafani dan
dikuburkan. Selain itu, dengan proses mengamati langsung ini akan memunculkan
pemaknaan yang dalam terkait dengan hakikat hidup dan kematian.
Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi, dapat
berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdot (anecdotal
record), catatan berkala, dan alat mekanikal (mechanical device).
2. Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan
mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya,
pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik.
Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong siswa
untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Sikap aktif dari tanya-jawab ini akan
memberikan pemahaman yang leih dalam dan lebih utuh kaitannya dengan pembelajaran di
kelas.
Dari proses tanya jawab ini juga mampu membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan
perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran, mendorong dan
menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan
untuk dirinya sendiri, dan mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus
menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya. Selain itu, juga mampu menstrukturkan
tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap,
keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan,
membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan
memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
3. Menalar
Istilah menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang
dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik
merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus
lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas
fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Proses penalaran ini ketika diimplementasikan dalam materi PAI misalnya
mengkaitkan ayat-ayat yang menjelaskan tentang kewajiban shalat dan zakat. Siswa bisa
diberikan pemahaman bahwa ayat yang menjelaskan shalat selalu diikuti dengan perintah
zakat. Salah satu kaitannya adalah bahwa hubungan vertikal antara manusia sebagai hamba
8
dan Allah sebagai Tuhan pemilik kehidupan ini harus seimbang juga dengan hubungan
horizontal antar sesama manusia. Penalaran ini akan melatih siswa untuk memahami fakta
tidak hanya sekedar faktual, tapi juga tahu epistimologis dari suatu fakta.
4. Mencoba/Eksplorasi
Eksplorasi adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan
pemahaman atas suatu fenomena. Strategi yang digunakan adalah memperluas dan
memperdalam pengetahuan yang menerapkan strategi belajar aktif. Pendekatan pembelajaran
yang berkembang saat ini
5. Membuat Jejaring Pembelajaran
Membuat jejaring pembelajaran ini juga dapat diartikan sebagai proses
mengkomunikasi yang dilakukan oleh siswa dengan mengkaitkan antara tema pembelajaran
dan antar mata pelajaran yang berkaitan. Misalnya, dalam mata pelajaran Fiqih, ketika
mempelajari materi tentang zakat yang isinya tentang humun zakat, syarat dan rukun zakat,
serta hikmah diwajibkannya zakat, selanjutnya siswa bisa mengkaitkannya dengan materi
ekonomi. Dalam pembelajaran ekonomi, disebutkan bahwa kemiskinan di Indonesia adalah
salah satu masalah yang harus diatasi. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan
memaksimalkan zakat, baik zakat mal atau zakat fitrah, agar dikelola maksimal.
Pengelolaanzakat secara maksimal akan memberikan dampak positif dalam upaya
mengurangi kemiskinan di Indonesia.
Materi tersebut juga bisa dikaitkan dengan materi dari pelajaran Aqidah Akhlak
tentang kemiskinan yang mendekatkan diri kepada kekufuran. Karena ketika secara ekonomi
lemah, maka godaan-godaan keimanan akan muncul.
C. Kekurangan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran PAI
Dalam implementasi pendekatan saintifik ini, guru PAI sering mengalami kendala dan
kesulitan yang merupakan kekurangan dari pendekatan saintifik ini. Beberapa kelemahan
dalam pendekatan saintifik ini diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kendala untuk membuat siswa aktif
Salah satu tujuan dari pembelajaran saintifik adalah membuat siswa aktif. Salah satu
kendala ketika dituntut untuk melakukan proses pembelajaran aktif adalah ketika siswa
tidak aktif atau sulit untuk diajak aktif.
2. Proses penilaian dan evaluasi yang sulit
Proses penilaian dalam pendekatan saintifik ini adalah menggunakan penilaian autentik,
dimana guru dituntuk untuk membuat penilaian pada aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Keterbatasan guru dalam berinteraksi dengan siswa membuat penilaian
9
autentik ini menjadi tidak bisa menyeluruh, terutama pada aspek afektif dan
psikomotorik.

10
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

1) Pendekatan saintifik adalah suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang


meliputi mengamati (observing), menanya (questioning), menalar (associating),
mencoba (experimenting), membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran
(networking). Pendekatan saintifik ini dilakukan dalam proses pembelajaran dan
penilaian.
2) Implementasi pendekatan saintifik dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) bertujuan
untuk membuat siswa memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dan membuat siswa
lebih aktif dalam proses pembelajaran. Dari kelima langkah dari pendekatan saintifik
ini, ketika digunakan dalam pembelajaran PAI, maka bisa mengkaitakn antara satu
tema dengan tema yang lain yang kemudian bisa dibuat jejaring atau
mengkomunikasikan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Akhmadi, Agus, Pendekatan Saintifik, Model Pembelajaran Masa Depan, Yogyakarta:


Araska, 2015.
Atsnan, MF., Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Matematika SMP Kelas
VII Materi Bilangan”, Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika
dengan tema Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika untuk
Indonesia yang Lebih Baik, Yogyakarta 9 November 2013, FMIPA UNY.
Jarrard, Richard D., Scientific Methods, Dept. Of Geology and Geophysics University of
Utah, 2001, 197-199.
Ngabalin, Maghfirah, “Persepsi dan Upaya Guru PAI dalam Implementasi Pendekatan
Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara”, Skripsi, UIN
Jakarta, 2014.
Nugroho, Taufik, “Pendekatan Saintifik, Model dan Strategi Pembelajaran dalam Kurikulum
2013”, E-Journal Online. Melalui https://www.academia.edu/
7859855/Pendekatan_Scientific_Model_dan_Strateginya [06/05/17].
Salim, Ahmad, “Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di
Madrasah”, Cendekia, Volume 12, Number 1 (Juni 2014): 33-48.
Sulastri, dkk, “Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran PAI di SMP Negeri 2
dan SMP Negeri 5 Kota Bandung Tahun 2015”, Tarbawy, Volume 2, Number 1
(2015): 60-74.
Umiati, “Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII-D di SMPN 04 Kota Malang”,
Skripsi, UIN Malang, 2015, 15.
http://www.kursusmudahbahasainggris.com/2015/06/pendekatan-saintific-dan-penilaian.html
(diakses pada tanggal 5/5/2017 pukul 20.00 WIB)

12

Anda mungkin juga menyukai