Disusun oleh :
Sania Salsabila
S20191036
Sania Salsabila
Email : saniasalsabila9@gmail.com
ABSTRAK
Sejarah Peradaban Islam merupakan kemajuan suatu periode kekuasaan islam mulai dari
periode Nabi Muhammad Saw, sampai perkembangan islam sekarang . sejarah peradapan
islam merupakan hasil yang dicapai oleh umat islam dalam lapangan kesusastraan, ilmu
pengetahuan dan kesenian. Sejarah peradapan islam merupakan kemajuan politik kekuasaan
islam terutama dalam hubungannya dengan ibadah-ibadah, penggunaan bahasa, dan
kebiasaan hidup bermasyarakat.
Kata kunci : Sejarah, Peradaban Islam, Daulah buahi, Saljuk, Fatimiyyah, dan Mamluk.
PENDAHULUAN
Sejarah peradaban merupakan uraian sistematis dari segala sesuatu yang telah
dipikirkan dan dikerjakan dalam lapangan peradaban pada waktu yang telah lampau. Didalam
memahami sejarah peradaban tersebut dibutuhkan ilmu bantu sejarah dengan mengkaji
sejarah, dapat diperoleh informasi tentang aktifitas peradaban islam dari zaman Rosulullah
hingga sekarang, mulai dari pertumbuhan, perkembangan, kemajuan, kemunduran, dan
kebangkitan kembali agama islam. Selain itu dengan mempelajari sejarah peradaban islam
diharapkan seseorang dapat memiliki kemauan untuk melakukan pembangunan dan
pengembangan peradaban islam dan dapat pula melesaikan problematika peradaban islam
pada masa kini, serta dapat memunculkan sikap positif terhadap berbagai berubahan sistem
peradaban islam.
METODE PENELITIAN
Ada beberapa riwayat tentang asal usul dinasti buwaihi. Pertama, berasal dari
keturunan orang besar yaitu Mentri Mahr Nursi, ada juga yang mengatakan keturunan dinasti
dibbat, dinasti diarab, dan ada pula mengatakan keturunan dari Raja Persi. Dinasti ini berasal
dari keluarga yng miskin yang hidup dinegeri dalam. Dimana negeri yang terletak dibarat
daya laut kaspia, yang telah tunduk pada kekuaaan islam sejak pada masa pemerintahan
Khalifah Umar bin Khattab.
Pemerintahan buwaihi ini didasarkan pada sistem kekeluargaan, dimana satu sama
lain saling mengakui daerah kekuasaan masing-masing termasuk daerah yang telah dikuasai
oleh saudara tertua, yaitu Ali yang telah menguasai isfahan ketika mardawij terbunuh dan
kemudian seluruh fars. Pada saat itu golongan mamalik dan Amir-amir umara’ tidak berhasil
menjalankan tugasnya dengan baik, dan keadaan Baghdad pun semakin memburuk.
Kemudian pada tuhan 334 H, panglima Baghdad mengirim surat kepada Ahmad bin buwaihi
agar datang ke Baghdad untuk mengambil kekuasaanya. Setelah Ahmad menanggapi
permintaan itu, dan kemudian khalifah-khalifah Abbasiyah telah tunduk kepada buwaihi, dan
nasib dunia islam berkaitan dengan golongan yang baru berkuasa itu. Sehingga pada zaman
tersebut, khalifah tidak mempunyai kekuasaan dan pengaruh lagi.
Sistem pemerintahan Dinasti Buwaihi ini tidak independen seperti Dinasti Saman.
Sebab, Ali bin buya masih mengakui otoritas Baghdad sebagai pusat kekuasaan Dinasti
Abbasiyah, pada saat waktu itu sudah amat sangat lemah. Jabatan para penguasa Dinasti
Buwaihi bukanlah sebagai khalifah melainkan sebatas gubernur, karena Dinasti Buwaihi
banyak menyandang pada gelar Persia Kuno. Hal ini sama sepeti halnya Dinasti saman, yang
bermaksud mengembalikan kejayaan orang-orang arya. Wilayah kekuasaan Dinasti Buwaihi
lebih menyerupai federasi dari pada kerajaan. Unit kekuasaannya cenderung dikota-kota
besar.
Kaum saljuk merupakan salah satu bangsa Turki dari suku besar Turki yang bernama
Ghuzz, Letaknya ditepian sungai Amudaria. Mereka bekerja hanya untuk bangsa Turkuman,
yaitu di negeri seberang Amudari. Saljuk adalah seorang laki-laki yang pandai berututur kata
dan sangat dermawan. Maka dari itu saljuk ditunjuk sebagai panglima perang dan disukai
masyarakat atas kedermawannya sehingga masyarakat patuh terhadap perintahnya. Pada saat
Saljuk memeluk agama islam, Saljuk ingin memerangi Turki Kafir atas kelicikan istri Raja
Turki yang ingin membunuhnya. Setelah Saljuk memenangkan peperangan, lalu mengusir
bawahan Turki tersebut dan menghapus pungutan pajak umat islam serta mengusir para
1 Muzaiyana, 2011, Jurnal Sejarah dan Peradaban Islam-2 (UIN Sunan Ampel Surabaya), hlm. 70
pembantu Raja. Dinasti Saljuk terkenal sebagai Dinasti islam yang pernah menguasai Asia
Tengah dan Timur Tengah dari abad ke 11 hingga abad ke 14. Dinasti ini juga dikenal
dengan nama Kekaisaran Saljuk Agung. Kekaisaran saljuk agung ada salah satu sasaran
utama dari serbuan tentara salib. Pendiri Dinasti Saljuk adalah suku Oghuz Turki yang
berasal dari Asia Tengah. Asal-usul bangsa Saljuk berasal dari daerah pegunugan dan stepa
Turkistan.
Jatuhnya kekuasaan Bani Buwaihi ke tangan saljuk Ibn Tuqaq berawal dari perebutan
kekuasaan didalam negeri. Pada tanggal 18 Desember 1055 M/447 H pimpinan saljuk,
Tughril Beg, masuk kedalam Baghdad. Setelah Al-Malik al-Rahim, Amir al-Umara Bani
Buwaihi yang terakhir dipenjarakan, maka berakhirlah kekuasaan Bani Buwaihi dan
digantikan oleh Daulah Saljuk. Saljuk menyatakan memerdekakan diri, karena ia merasa
berhasil menguasai wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh daulah samaniyyah. Beberapa
hari kemudian setelah saljuk meninggal pimpinanannya diambil alih oleh anaknya yaitu
Israel Ibn Saljuk. Pimpinan terakhir dinasti saljuk telah berhasil mengalahkan Mas’ud al-
Ghaznawi. Setelah keberhasilan tersebut, Thugril meresmikan berdirinya Daulah Saljuk serta
mendapat pengakuan dari khalifah Abbasiyah di Baghdad. Posisi dan kedudukan khalifah
lebih baik setelah dinasti Saljuk berkuasa, paling tidak dalam kewibawaannya dibidang
agama yang telah dikembalikan setelah sekian lama dirampas oleh orang-orang syi’ah.
Pemerintahan Saljuk ini dikenal sebagai al-Salajiqah al-Kubra (Saljuk Raya atau Saljuk
Agung).
Pada masa Sultan Maliksyah wilayah kekuasaan Daulah Saljuk ini semakin luas,
membentang dari Kashgor, sebuah daerah diujung daerah Turki, sampai ke Yerussalen.
Wilayah yang luas itu dibagi menjadi empat bagian : pertama, Saljuk Raya yang meliputi
wilayah kekuasaan Khurasan, Rayy, Jabal, Irak, Persia dan Ahwas. Namun ia merupakan
induk dari yang lainnya. Pada masa Alp Arselan, ilmu pengetahyan dan agama mulai
berkembang sangat cepat dan dan mengalami kemajuan pada zaman Sultan Maliksyah yang
dibantu oleh perdana menterinya Nizhamiyah, dimana pembangunannya selesai pada tahun
460 H/1065 M dan juga mendirikan Madrasah Hanifiyah di Baghdad.
Setelah mencapai kejayaan, kemudian beberapa tahun sultan Maliksyah dan perdana
mentrinya Nizham al-Mulk wafat, Saljuk besar mulai mengalami masa kemunduran dibidang
politik. Pererbutan kekuasaan antar anggota keluarga mulai timbul. Setiap provinsi juga
mulai melepaskan diri dari pusat. Terjadi konflik dan peperangan antar anggota keluarga
melemahkan mereka sendiri. Sementara itu, beberapa dinasti kecil memerdekakan diri,
seperti Syahat Khawarizm, Ghuz, dan al-Ghuriyah. Disisi lain, sedikit demi sedikit kekuaaan
politik khalifah juga kembali, terutama untuk negeri Irak. Kekuasaan dinasti Saljuk di Irak
berakhir ditangan Khawarizm Syah dan terjadi pada tahun 590 H/199 M. Pada maa
kesultanan Saljuk inilah, System Asuransi pertama diperkenalkan. Kesultanan Saljuk akan
membayar semua kerugian dari pedagang yang mengalami peristiwa perampokan didalam
teori Saljuk.
Kemunduran dinasti Saljuk ini ketika Maliksyah wafat pada tahun 1092 Masehi.
Kemudian Dinasti Saljuk terpecah menjadi beberapa negara. Hal ini diakibatkan karena
sejumlah persaingan yang muncul dikalangan bangsawan dalam memperebutkan kursi
kekuasaan. Dinasti Saljuk yang sudah berkembang pesat kini terbagi menjadi beberapa
bagian semakin terlihat adanya ketidakompakan, dan malah menimbulkan persaingan.
Dinasti saljuk ini kemudian benar-benar hanya tinggal namanya saja dan kemudian jatuh ke
tangan kekuasaan Dinasti Usmaniyah. Seiring berjalannya waktu, imperium yang besar ini
pun mulai mengalami kemunduran. Tentu saja dalam hal ini sebab faktor, internal dan
eksternal. Diantara yang termasuk faktor internal adalah munculnya konflik didalam
pemerintahan Dinasti Saljuk itu sendiri yang mengakibatkan kelemahan tak dapat dihindari
lagi. Akhirnya kelemahan itu pun menagalami kemunduran baik dalam aspek maupun
pertahanannya, dan kekuasaan Saljuk jatuh dikuasai oleh dinasti Usmaniyah.
Dinasti ini lahir pada tahun 296 H/909 M di Afrika, yang dipimpin oleh Ubaidillah
(Al-Mahdi) cucu Muhammad bin Ismail bin Ja’far Ash-Shiddiq ialah yang berhak memegang
jabatan khalifa karena ia keturunan Nabi Muhammad. Dinasti Fatimiyyah ini merupakan
satu-satunya dinasti yang berafiliasi pada mazhab Syi’ah. Sebelum dikuasai dinasti
fatimiyyah, wilayah Afrika kecil, Tunisia dan afrika Utara, berada dibawah kekuasaan
Dinasti Aghlabiyah. Fatimiyyah ini juga dianggap sebagai tandingan Dinasti Abbasiyah
yang Sunni di Baghdad. Mengenai keabsahan dan keaslian silsilah dinasti fatimiyyah ini, ada
2 macam pendapat menurut sejarawan. Pertama, kelompok sejarawan yang mendukung
keabsahan silsilahnya, mereka antara lain Ibnu ‘Atsir, Ibn Khaldun, dan Al-Maqrizi. Kedua,
Khalikhan, Ibn al-Idzari, al-Suyuti dan Ibn Taghi Birdi, mereka yang menyangkal dan sama
sekali tidak percaya terhadap silsilah itu, bahkan menganggap bahwa Sa’id seorang
pembohong dan penipu ulung. Setelah empat tahun kemudian, pusat Dinasti Fatimiyyah
dipindahkan dari Tunisia (al-mahdiah) ke mesir dengan ibu kotanya yang baru adalah Kairo.
Dikota Kairo inilah kemudian nama Dinasti Fatimiyyah semakin populer dan
menenggelamkan nama Dinasti Ubaidiyyah, dengan salah satu argumentasinya, bahwa secara
genetik para khalifah dinasti ini dinisbahkan kepada Fatimah puteri Nabi Muhammad Saw.
Dari aspek keluasan wilayahnya, Dinasti Fatimiyyah begitu agresif dalam melakukan
ekspansi. Terbukti pada tahun 359 H/969 M Dinasti fatimiyyah telah menguasai Suriah
bagian selatan.
Kemajuan sebuah kerajaan ataupun negara tidak bisa dilepaskan dari kehebatan peran
yang dilakukan oleh para pemimpinnya. Demikian pula dengan kondisi peradaban pada
Dinasti Fatimiyyah. Nama Mu’iz Lidinillah sangat popoler dalam sejarah ketika
membincangkan kebesaran Fatimiyyah di mesir. Mu’iz ini adalah seorang yang paling
berjasa dalam menakhlukan mesir untuk dikuasai oleh Dinasti Fatimiyyah. Mesir dikenal
sebagai negeri yang subur sebab dialiri Sungai Nil. Dinegeri inilah kemudian Dinasti
Fatimiyyah mulai mengembangkan peradaban-peradaban islam dan Kairo dijadikan sebagai
pusat pemerintahannya. Salah satu aset terbesarnya yang kemudian menjadikan Dinasti
Fatimiyyah harum namanya hingga saat ini adalah lembaga pendidikan Universitas al-Azhar.
Dimana dahulu pada awal didirikannya, al-Azhar hanyalah berupa sebuah masjid besar yang
dibangun dengan megahnya. Akan tetapi sekarang fungsinya tidak hanya sekedar sebagai
tempat umat islam melaksanakan ibadah sholat, melainkan juga dijadikan sebagai pusat
pengembangan Ilmu Pengetahuan. Dari sinilah kebesaran dan keagungan namanya menjadi
sangat populer didunia.
Pada saat tahun 359 H/969 M, Fatimiyyah kini telah berhasil menguasai Suriah
bagian selatan. Khalifah Abbasiyah, al-Muqtadir billah, tampaknya tidak dapat lagi
membendung. Dalam perjalanan sejarahnya, kedua dinasti ini memang tidak bisa bersatu dan
selalu berseteru. Ditengah-tengah perseteruan itulah, Dinasti Fatimiyyah ini harus diakui
telah mampu menghidupkan keagungan dan mengangkat harkat dan martabatnya. Akan
tetapi, terjadi konflik internal yang tak dapat dihindari. Dimana para panglimanya kurang
memiliki sense of belonging yang kuat, hingga turut menggoyang para menterinya. Hal-hal
semacam inilah yang kelak menjadi benih kehancuran Dinasti Fatimiyyah ini.
Sejak tahun 446-454 H, Kemunduran yang dialami Dinasti Fatimiyyah ini berawal
dari periode pemerintahan al-Hakim Biamrillah, akibat dari tindakan-tindakannya yang
cenderung mengundang pro dan kontra dikalangan umat silam sendiri. Penderitaan itu
semakin terasa berat pula karena ditambah dengan adanya perang antar saudara didalam
negeri. Peperangan terus menerus terjadi dan melibatkan fatimiyyah, sampai akhirnya dinasti
ini diruntuhkan dan dikalahkan oleh shalahuddin al ayyubi.
Dinasti mamluk merupakan dinasti yang unik karena secara genetic berasal dari kelas
sosial rendahan, yakni sebagai budak. Akan tetapi karena keterampilan dan kecerdasan yang
dimilikinya. Seiring berjalannya waktu kaum mamluk mampu meng-create sebuah dinasti
besar yang memliki kontribusi penting bagi perkembangan peraban islam. Dinasti besar
tersebut dikenal dengan nama Dinasti Mamluk. zaman dahulu kaum mamluk adalah
komunitas budak yang semula bukanlah termasuk pemeluk agama islam.
Pada abad ke-9 dizaman Abbasiyah mereka direkrut untuk dijadikan sebagai tentara.
Kaum mamluk yang hanya berasal dari kawasan Kaukasus dan Laut hitam kini mereka
menjadi tentara Abbasiyah yang tangguh. Tentara budak ini merupakan golongan etnis
pendatang atau asing dan merupakan strata sosial yang terendah dalam lapisan kehidupan
bermasyarakat. Sehingga mereka tidak akan menentang khalifah dan mudah dijatuhkan
hukuman jika suatu saat menimbulkan masalah. Sebab itu, tentara mamluk adalah aset
terpenting dalam militer. Setelah kaum mamluk memeluk islam, kaum mamluk kemudian
dilatih keras sebagai tentara berkuda. Mereka wajib mematuhi Furisiyyah, atau sebuah aturan
perilaku yang memasukkan nilai-nilai seperti keberanian dan kemurahan hati juga doktrin
mengenai strategi berperang dengan menunggang berkuda. mulai keterampilan menunggang
kuda, keterampilan memanah, hingga kecermatan dalam merawat luka dan cedera.
inginkan. Saat ini para Mamluk menjadi alat yang fleksibel bagi raja-raja Dinasti al-Ayyubi
untuk digunakan mempertahankan kekuasaan serta superioritas mereka. 2
PENUTUP
Dengan demikian mengkaji dan menganalisis sejarah peradaban dapat membantu kita
untuk mengetahui sejarah peradaban islam mulai jaman Rosulullah hingga sekarang. Dan
mengetahui kemajuan dan tingkat kecerdasan akal yang dihasilkan atau hasil-hasil yang
dicapai oleh umat islam yang berperan melindungi pandangan hidup islam dalam hubungan
dengan ibadah-ibadah dalam suatu periode kekuasaan islam dimulai perkembangan kekuaaan
islam sekarang. Maka dari itu mengetahui sejarah peradaban islam sangatlah penting bagi
generasi muda mulai dari segala bentuk ide, konsep, institusi, sistem dan pengoprasian
ketatanegaraan pada peradaban islam dari zaman ke zaman.
2 Maturi Irham, Abdul Majid, 2018, Bangkit dan runtuhnya Dinasti Mamluk, hlm. 29
REFERENSI