Anda di halaman 1dari 38

BAHAN KULIAH

SISTEM DIGITAL
3 SKS

Disusun Oleh :

Rahmaddeni, S.Kom, M.Kom


(NIDN : 1007128301)

STMIK Amik Riau

Program Studi Teknik Informatika


Tahun 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga bahan ajar mata kuliah Teknik Digital dapat diselesaikan.

Bahan ajar ini disusun sebagai panduan pembelajaran mata kuliah Sistem Digital
untuk dosen dan mahasiswa. Materi yang terkandung dalam bahan ajar dibuat dengan
sesederhana mungkin sehingga mahasiswa mudah untuk mempelajari dan mempraktekannya.
Dengan mempelajari konsep Sistem Digital, nantinya diakhir perkuliahan mahasiswa harus
dapat menerapkan konsep Sistem Digital dalam menyelesaikan berbagai masalah dalam
bidang informatika.

Penulis menyadari bahan ajar ini masih jauh dari sempurna dan mungkin juga banyak
terdapat kesalahan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya saran dari semua pihak
untuk dapat lebih menyempurnakan bahan ajar ini.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga tersusunya bahan ajar ini, semoga bahan ajar ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.

Pekanbaru, Februari 2023

Dosen Pengampu

Rahmaddeni. S.Kom, M.Kom


NIDN : 1007128301
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

RENCANA KEGIATAN PROGRAM PEMBELAJARAN (RKPP)

PERTEMUAN I KONTRAK KULIAH, RPS, RANGKAIAN


DAN SISTEM DIGITAL
PERTEMUAN II SISTEM BILANGAN DAN SISTEM KODE

PERTEMUAN III GERBANG – GERBANG LOGIKA DASAR

PERTEMUAN IV GERBANG – GERBANG


LOGIKA LANJUTAN
PERTEMUAN V KUIS I

PERTEMUAN VI TEOREMA ALJABAR BOOLEAN

PERTEMUAN VII RANGKAIAN LOGIKA KOMBINASI

PERTEMUAN VIII METODE PETA KARNAUGH

PERTEMUAN IX UTS

PERTEMUAN X RANGKAIAN LOGIKA KOMBINASI DALAM


KEMASAN IC
PERTEMUAN XI KOMPARATOR DAN ADDER

PERTEMUAN XII MULTIPLEXER DAN DEMULTIPLEXER

PERTEMUAN XIII KUIS II

PERTEMUAN XIV ENCODER DAN DECODER

PERTEMUAN XV FLIP-FLOP

PERTEMUAN XVI PENCACAH DAN REGISTER

PERTEMUAN XVII PRAKTIKUM I

PERTEMUAN XVIII PRAKTIKUM II


RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Mata Kuliah : Sistem Digital (3


SKS) Kode : TI223206
Prasyarat : Matematika Komputasi
Program Studi : Teknik Informatika
(S1)
Semester : II A, B Siang
Dosen : Rahmaddeni, S.Kom.,M.Kom

PRODI TEKNIK INFORMATIKA


STMIK Amik Riau
2023
I. ANALISIS INSTRUKSIONAL

Mata Kuliah : Sistem Digital (3SKS)


Kode : TI223206
Prasyarat : Matematika Komputasi
Program Studi : Teknik Informatika
Semester : II
Capaian Pembelajaran (LO) Prodi : Lulusan mampu melakukan analisis dan
merancang suatu rangkaian logika sederhana
yang dapat diterapkan pada kasus nyata
Capaian Pembelajaran (LO) MK : Mahasiswa mampu memberikan penjelasan
tentang analisis dan rancangan rangkaian
logika sederhana serta implementasinya.

Mahasiswa mampu memberikan penjelasan tentang analisis dan rancangan rangkaian logika
sederhana serta implementasinya dengan menggunakan simulator komputer DSCH2/ Livewire yang
dapat diterapkan pada kasus nyata.

Menerapkan Konsep Perancangan Rangkaian Logika Kombinasi dan Sekuensi


dengan menggunakan simulator komputer DSCH2/ Livewire

Menerapkan Konsep Perancangan Modul- Menerapkan Konsep Perancangan


Modul Rangkaian Logika Kombinasi Modul-Modul Rangkaian Logika
Sekuensi

Menerapkan Konsep Peta Menerapkan Konsep Menerapkan Konsep


Karnaugh Rangkaian Logika Rangkaian Logika Sekuensi
Kombinasi

Menerapkan Konsep Gerbang Menerapkan Konsep Aljabar Menerapkan Konsep Persamaan


Logika Boolean Logika

Menerapkan Konsep Tentang Sistem Menerapkan Konsep Tentang Sistem Kode


Bilangan Dan Konversinya

Mahasiswa Dapat Menjelaskan Sistem Dan Rangkaian Elektronika Digital

Entry behavior Mahasiswa


Entry behavior Mahasiswa
Start
II. RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

Program Studi : Teknik Informatika


Mata Kuliah : Sistem Digital Kode : TI223206 Jumlah SKS : 3 SKS
Semester : 2 (dua)
Dosen Pengampu : Rahmaddeni, S.Kom., M.Kom
Deskripsi Mata Kuliah : Mata kuliah ini memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa tentang konsep sistem
bilangan dan sistem kode serta penerapannya pada suatu rangkaian digital, konsep
rangkaian logika berdasarkan watak gerbang- gerbang logika baik dasar maupun gabungan
terutama untuk pengkonsepan organisasi komputer digital, konsep rangkaian logika
kombinasi dengan menggunakan metode Aljabar Boolean, konsep rangkaian logika
kombinasi dengan menggunakan metode peta Karnaugh, watak dan cara kerja modul-
modul logika kombinasi, watak dan cara kerja modul-modul logika sekuensial. Pelaksanaan
kuliah dilaksanakan dalam bentuk tatap muka, tanya jawab, diskusi, penugasan dan
presentasi.

Capaian Pembelajaran : Mahasiswa mampu mampu memberikan penjelasan tentang analisis dan rancangan
rangkaian logika sederhana serta implementasinya yang dapat diterapkan pada kasus
nyata.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Perte Bahan Bobot Sumber/
Capaian Metode Pengalaman Teknik
muan Kajian/Pokok Indikator Penilaian Penilai- Waktu Bahan
Pembelajaran Pembelajaran Belajar Penilaian
Ke Bahasan an Ref
1 Mahasiswa  Kontrak Belajar  Tatap muka  Praktek  Menyebutkan  Partisipasi 5% 3 x 50 3, 4
menyepakati hal-  Deskripsi  Tanya jawab / mengunakan perbedaan sistem di kelas menit
hal yang menjadi matakuliah, diskusi software elektronis analog
penunjang silabus, DSCH2 dan dan sistem
 Demo Software
keberhasilan referensi Livewire digital
DSCH2 dan
perkuliahan.  Membuat  Menyebutkan
 Pengantar Livewire
Mahasiswa aplikasi dari besaran biner
Sistem untuk simulasi
memahami rangkaian dalam berbagai
Digital rangkaian
definisi Sistem logika representasi
 Sistem analog logika
Digital
dan digital  Dapat menerapkan
 Representasi konsep organisasi
besaran biner komputer digital
 Organisasi
komputer
digital

2 Mahasiswa  Rangkaian  Tatap muka  Praktek  Menjelaskan  Partisipasi 7.5 % 3 x 50 1, 3, 4


mampu digital  Tanya jawab / mengunakan tentang rangkaian di kelas menit
menjelaskan  Sistem digital diskusi software digital dan  Penugasan
rangkaian dan DSCH2 untuk aplikasinya individu
 Representasi  Demo Software
sistem digital pembuatan  Menjelaskan
besaran digital DSCH2 untuk
simulasi rangkaian tentang sistem
rangkaian digital dan digital dan
logika aplikasinya aplikasinya
pada sistem
 Menjelaskan
digital
representasi
besaran digital
3 Mahasiswa  Sistem bilangan  Tatap muka  Dapat  Menjelaskan  Partisipasi 7,5 % 3 x 50 3, 4
mampu a) Sistem  Tanya jawab / menerapkan tentang arti di kelas menit
menjelaskan dan bilangan diskusi konsep bilangan desimal  Penugasan
menerapkan desimal tentang sistem  Menjelaskan individu
 Perhitungan
konsep tentang b) Sistem bilangan pada perhitungan
sistem
sistem bilangan bilangan biner aplikasi sistem bilangan biner
bilangan pada
aplikasi sistem digital dalam konteks
c) Sistem
bilangan oktal digital sistem desimal
d) Sistem  Menjelaskan
bilangan perhitungan
heksadesimal bilangan oktal
dalam konteks
sistem desimal
 Menjelaskan
perhitungan
bilangan
heksadesimal
dalam konteks
sistem desimal
4 Mahasiswa  Konversi antar  Tatap muka  Dapat  Menjelaskan  Partisipasi 7,5 % 3 x 50 3, 4
mampu sistem bilangan  Tanya jawab / menerapkan konversi bilangan di kelas menit
menjelaskan dan a) Sistem diskusi konsep desimal ke sistem  Penugasan
menerapkan bilangan tentang bilangan lainnya individu
 Perhitungan
konsep tentang desimal konversi antar  Menjelaskan
konversi antar
konversi sistem b) Sistem sistem konversi bilangan
sistem
bilangan bilangan biner bilangan pada biner ke sistem
bilangan pada
aplikasi sistem bilangan lainnya
c) Sistem aplikasi sistem
digital
bilangan oktal digital  Menjelaskan
d) Sistem konversi bilangan
bilangan oktal ke sistem
heksadesimal bilangan lainnya
 Menjelaskan
konversi bilangan
heksadesimal ke
sistem bilangan
lainnya
5 Mahasiswa  Sistem kode  Tatap muka  Dapat  Menjelaskan  Partisipasi 7,5 % 3 x 50 3, 4
mampu a) Sistem kode  Tanya jawab / menerapkan konsep sistem kode di kelas menit
menjelaskan dan BCD diskusi konsep BCD pada aplikasi  Penugasan
menerapkan b) Sistem kode tentang sistem sistem digital individu
 Perhitungan
konsep tentang Excess-3 kode pada  Menjelaskan
sistem kode
sistem kode pada aplikasi sistem konsep sistem kode
c) Sistem kode pada aplikasi
aplikasi sistem digital XS-3 pada aplikasi
Gray sistem digital
digital sistem digital
d) Sistem kode
ASCII  Menjelaskan
e) Peraga 7 konsep sistem kode
Segmen Gray pada aplikasi
sistem digital
 Menjelaskan
konsep sistem kode
ASCII pada aplikasi
sistem digital
 Menjelaskan
konsep peraga 7
segmen
6 Mahasiswa dapat  Gerbang logika  Tatap muka  Praktek  Menjelaskan  Partisipasi 7,5 % 3 x 50 1, 2, 3, 4
memahami dan a) Gerbang AND  Tanya jawab / mengunakan tentang gerbang di kelas menit
menerapkan b) Gerbang OR diskusi software logika pada  Penugasan
konsep DSCH2 untuk organisasi individu
c) Gerbang NOT  Demo Software
rangkaian logika simulasi komputer
d) Gerbang NAND DSCH2 untuk
berdasarkan rangkaian digital
simulasi
watak gerbang- e) Gerbang NOR logika dengan  Menjelaskan
rangkaian
gerbang logika f) Gerbang buffer menggunakan penerapan konsep
logika dengan
baik dasar gerbang logika gerbang OR dan
menggunakan
maupun NOR
gerbang logika
gabungan
 Menjelaskan
terutama untuk
penerapan konsep
pengkonsepan
gerbang AND dan
organisasi
NAND
komputer digital
 Menjelaskan
penerapan konsep
gerbang NOT
 Menjelaskan
penerapan konsep
mengubah gerbang
logika ke dalam
ekspresi Boolean
7 Mahasiswa dapat  Teorema aljabar  Tatap muka  Dapat  Menjelaskan  Partisipasi 7,5 % 3 x 50 1, 2, 3, 4
memahami dan Boolean  Tanya jawab / menerapkan penerapan konsep di kelas menit
menerapkan  Teorema de diskusi konsep teorema aljabar  Penugasan
konsep Morgan rangkaian Boolean individu
 Perhitungan
rangkaian logika  Teorema logika  Menjelaskan untuk
konsep aljabar
dengan variabel tunggal kombinasi penerapan konsep merancang
Boolean
menggunakan dengan teorema de suatu
 Teorema
metode Aljabar menggunakan Morgan rangkaian
variabel jamak
Boolean metode Aljabar logika
 Menjelaskan
Boolean dengan
penerapan konsep
teorema variabel berbagai
tunggal pada jenis
rangkaian logika gerbang
logika dan
 Menjelaskan
bagaimana
penerapan konsep
hasil
teorema variabel
keluaran
jamak pada
dari
rangkaian logika
rancangan
tersebut
8 UJIAN TENGAH SEMESTER
9 Mahasiswa dapat  Bentuk  Tatap muka  Dapat  Menjelaskan  Partisipasi 5% 3 x 50 1, 2, 3, 4
memahami dan persamaan Sum  Tanya jawab / menerapkan penerapan bentuk di kelas menit
menerapkan of Product (SOP) diskusi konsep SOP  Penugasan
konsep bentuk-  Bentuk bentuk-bentuk  Menjelaskan individu
 Perhitungan
bentuk persamaan persamaan penerapan bentuk
konsep
persamaan Product of Sum logika dari POS
bentuk-bentuk
logika dari (POS) rangkaian
persamaan  Menjelaskan dan
rangkaian digital digital
 Fungsi bentuk logika dari menerapkan fungsi
tak standar rangkaian bentuk tak standar
menjadi bentuk digital menjadi bentuk
standar standar
 Persamaan  Menjelaskan dan
bentuk menerapkan bentuk
standar dari standar dari tabel
tabel kebenaran
kebenaran
10 Mahasiswa dapat  Metode Peta  Tatap muka  Dapat  Menjelaskan  Partisipasi 7,5 % 3 x 50 1, 2, 3, 4
memahami dan Karnaugh  Tanya jawab / menerapkan penerapan metode di kelas menit
menerapkan  Bentuk diskusi konsep Peta Karnaugh (K-  Penugasan
konsep minimum dari rangkaian Map) individu
 Perhitungan
rangkaian logika persamaan yang logika  Menjelaskan
konsep Peta
kombinasi diketahui kombinasi konsep dengan
Karnaugh
dengan dengan metode peta
 Bentuk
menggunakan menggunakan Karnaugh untuk
minimum dari
metode Peta metode Peta mencari bentuk
tabel kebenaran
Karnaugh (K- Karnaugh minimum dari
Map)  Kondisi
diabaikan (Don’t persamaan
Care Condition) minimalis suatu
rangkaian logika
yang diketahui
 Menjelaskan
konsep dengan
metode peta
Karnaugh untuk
mencari bentuk
minimum dari tabel
kebenaran suatu
rangkaian logika
 Menjelaskan arti
tentang Kondisi
diabaikan (Don’t
Care Condition)
pada metode
Peta Karnaugh
11 Mahasiswa dapat  Pengertian  Tatap muka  Praktek  Menjelaskan  Partisipasi 7.5 % 3 x 50 1, 2, 3, 4
memahami dan rangkaian logika  Tanya jawab / mengunakan penerapan konsep di kelas menit
menerapkan kombinasi dan diskusi Software rangkaian logika  Penugasan
konsep logika sekuensi DSCH2 untuk kombinasi dan individu
 Demo Software
rangkaian logika  Perancangan simulasi logika sekuensi
DSCH2 untuk
kombinasi dan rangkaian logika rangkaian  Merancang
simulasi
sekuensial kombinasi dan logika rangkaian logika
rangkaian
logika sekuensi logika kombinasi dan kombinasi dan
kombinasi dan sekuensial logika sekuensi
sekuensial
12 Mahasiswa dapat  Modul  Tatap muka  Praktek  Menjelaskan watak  Partisipasi 7.5 % 3 x 50 1, 2, 3, 4
memahami komparator  Tanya jawab / mengunakan dan cara kerja di kelas menit
watak dan cara  Modul half adder diskusi Software modul-modul logika  Penugasan
kerja modul- DSCH2 untuk kombinasi individu
 Modul full adder  Demo Software
modul logika simulasi  Merancang untuk
DSCH2 untuk
kombinasi modul-modul modul- modul merancang
simulasi
rangkaian rangkaian logika rangkaian
modul-modul
logika kombinasi logika
rangkaian
kombinasi (komparator, FA, kombinasi
logika
(komparator, dan HA) (kompara
kombinasi
FA, dan HA) menggunakan tor, FA, dan
(komparator,
FA, dan HA) Software DSCH2 HA)
mengguna
kan
Software
DSCH2
13 Mahasiswa dapat  Modul  Tatap muka  Praktek  Merancang  Partisipasi 7.5 % 3 x 50 1, 2, 3, 4
memahami multiplekser  Tanya jawab / mengunakan modul- modul di kelas menit
watak dan cara dan diskusi Software rangkaian logika  Penugasan
kerja modul- demultiplekser DSCH2 untuk kombinasi (Mux individu
 Demo Software
modul logika  Modul enkoder simulasi dan Demux, untuk
DSCH2 untuk
kombinasi dan dekoder modul-modul Enkoder dan merancang
simulasi
 Rangkaian modul-modul rangkaian dekode, rangkaian rangkaian
terintegrasi rangkaian logika terintegrasi) logika
modul-modul logika kombinasi menggunakan kombinasi
logika kombinasi (Mux dan Software DSCH2 (Mux dan
kombinasi (Mux dan Demux, Demux,
Demux, Enkoder dan Enkoder
Enkoder dan dekode, dan
dekode, rangkaian dekode,
rangkaian terintegrasi) rangkaian
terintegrasi) terintegra
si)
mengguna
kan
Software
DSCH2
14 Mahasiswa dapat  Modul flip-flop  Tatap muka  Praktek  Menjelaskan watak  Partisipasi 7.5 % 3 x 50 1, 2, 3, 4, 5
memahami a) Flip-flop SR  Tanya jawab / mengunakan dan cara kerja di kelas menit
watak dan cara b) Flip-flop JK diskusi Software modul-modul logika  Penugasan
kerja modul- DSCH2 untuk sekuensi individu
c) Flip-flop D  Demo Software
modul logika simulasi  Merancang modul- untuk
d) Flip-flop T DSCH2 untuk
sekuensi modul-modul modul rangkaian merancang
simulasi
modul-modul rangkaian logika sekuensi modul-
rangkaian logika (Flip-flop SR, Flip- modul
logika sekuensi (Flip- flop JK, Flip-flop D, rangkaian
sekuensi (Flip- flop SR, Flip- Flip-flop T) logika
flop SR, Flip- flop JK, Flip- menggunakan sekuensi
flop JK, Flip- flop D, Flip- Software DSCH2 (Flip-flop
flop D, Flip- flop T) SR, Flip-
flop T) flop JK,
Flip-flop D,
Flip-flop T)
menggunak
an Software
DSCH2
15 Mahasiswa dapat  Modul pencacah  Tatap muka  Praktek  Merancang modul-  Partisipasi 7.5 % 3 x 50 1, 2, 3, 4
memahami  Modul register  Tanya jawab / mengunakan modul rangkaian di kelas menit
watak dan cara diskusi Software logika sekuensi  Penugasan
kerja modul- DSCH2 untuk (pencacah dan individu
 Demo Software
modul logika simulasi register) untuk
DSCH2 untuk
sekuensi modul-modul menggunakan merancang
simulasi
modul-modul rangkaian Software DSCH2 modul-
rangkaian logika modul
logika sekuensi rangkaian
sekuensi (pencacah dan logika
(pencacah dan register) sekuensi
register) (pencacah
dan
register)
mengguna
kan
Software
DSCH2
16 UJIAN AKHIR SEMESTER
1. EVALUASI
No Komponen Evaluasi Bobot (%)
1 Kehadiran dan Partisipasi dalam kelas 10%
2 Kuis 15%
3 Hasil Penugasan 20%
3 Ujian Tengah Semester 25%
4 Ujian Akhir Semester 30%
Jumlah 100%

Referensi :
1. Hall, D.V., 1992, “Microprocessors and Interfacing. Programming and Hardware”, McGraw-Hill, Lake Forest, Illinois.
2. Hill, F.J., 1981, “Switching Theory and Logical Design”, John Wiley & Sons, Inc., New York.
3. Muchlas, 2005, “Rangkaian Digital”, Gava Media, Yogyakarta.
4. Tocci, R.J., 1985. “Digital Systems”. Principles and Applications. Prentice-Hall Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.
5. Tokheim Roger.L., 1990, “Elektronika Digital”, Erlangga.
6. Tarigan., 2012, “Dasar Teknik Digital”, Graha Ilmu.
7. Wijaya Widjanarka., 2006, “Teknik Digital”, Erlangga

Disusun Oleh: Diperiksa oleh : Disahkan oleh :


Penanggungjawab Ketua Progam Studi Ketua STMIK Amik Riau
Keilmuan

Rahmaddeni. S.Kom.,M.Kom ................................ Junadhi, S.Kom., M.Kom Susandri, S.Kom., M.Kom


NIDN : 1007128301
BAB 1
SISTEM DIGITAL
1. Capaian Pembelajaran :
Setelah membaca Bab I ini, mahasiswa mampu menjelaskan pengertian sistem
digital dan menyebutkan contoh contoh yang termasuk kedalam sistem digital
tersebut untuk bidang teknik komputer.

2. Tujuan Instruksional Umum (TIU) :


Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian sistem digital dengan tepat.

3. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) :


 Mahasiswa dapat menyebutkan contoh contoh sistem digital padabidang teknik
komputer.
 Mengetahui prinsip kerja analog dan digital
 Membedakan gelombang analog dan gelombang digital
 Mengetahui keuntungan sistem digital

A. PENGERTIAN SISTEM DIGITAL

Sistem Digital adalah Sistem elektronika yang setiap rangkaian penyusunnya melakukan
pengolahan sinyal diskrit. Oleh karena merupakan suatu system elektronika, maka system digital
terdiri atas beberapa rangkaian digital/logika, komponen elektronika, dan elemen/gerbang logika
untuk suatu tujuan pengalihan tenaga/energy.

Sistem Digital adalah suatu sistem yang terdiri dari komponen komponen elektronika dan
gerbang-gerbang logika yang diproses secara biner oleh bilangan biner yaitu bilangan 0 (nol) dan
bilangan 1 (satu), serta bilangan bilangan 0 dan 1 tersebut merupakan dasar pembentukan angka-
angka digital mulai dari 0 sampai dengan 9.

Contoh alat yang menggunakan sistem digital adalah jam tangan digital, timbangan digital,
papan reklame digital, alat ukur digital, timbangan bayi digital, TV digital, radio digital dan lain
sebagainya.

Keberadaan sistem analog dan sistem digital dapat dilihat dari sisi keluaran yang dihasilkan
pada suatu peralatan. Keberadaan sistem analog dapat berupa arus, tegangan atau gerakan jarum
meter, contoh spidometer pada sebuah kendaraan mobil. Keberadaan sistem digital dapat berupa
nilai digit, contoh adalah jam digital.

Rahmaddeni, M.Kom (NIDN : Page


Gambar 1.1 Jam Tangan Analog dan Jam Tangan Digital

B. SIGNAL ANALOG DAN SIGNAL DIGITAL

Adapun perbedaan antara Signal Analog dan Signal Digital antara lain :

Tabel 1.1 Perbedaan Signal Analog dan Signal Digital

Kriteria Signal Analog Signal Digital


Sifatnya Bersifat continue/terus Bersifat diskrit/step by
menerus/berkelanjutan step/putus-putus
Jenis Gelombang Digambarkan sebagai gelombang Digambarkan sebagai gelombang
sinus yang kontinu dan kotak yang terputus-putus dan
amplitudonyo berubah seiring hanya memiliki dua nilai
dengan bertambahnya waktu amplitudo seiring dengan
bertambahnya waktu

Perubahan Tegangan sinyal analog terus- Sinyal digital tidak terus-menerus


Tegangannya menerus berubah (naik dan berubah di setiap perubahan
turun) di setiap perubahan waktu. waktu. Sinyal digital hanya
Di mana semua waktu memiliki memiliki dua nilai yaitu 0 dan 1
besar tegangan sinyal analog yang bergantian seiring
tertentu. perubahan waktu.
Gangguan Mudah terpengaruh oleh noise Stabil dan kurang rentan
terhadap noise
Troubleshooting Sulit dilakukan Mudah dilakukan

Rahmaddeni, M.Kom (NIDN : Page


Komponen pada Pada alat ukur analog Pada alat ukur digital
Alat Ukur menggunakan prinsip menggunakan komponen
Galvanometer (adanya suatu komponen gerbang logika yang
simpangan jarum ukur jika menghasilkan keluaran berupa
terdapatarus yang mengalir digit angka angka.
pada kumparan medan magnet)
dengan keluaran berupa gerakan
jarum.

Gambar : Multitester atau AVO Meter Gambar : Multitester atau AVO Meter
Analog Digital

C. RANGKAIAN ANALOG DAN RANGKAIAN DIGITAL

Dalam rangkaian analog memiliki komponen elektronika aktif dan elektronika pasif,
namun tidak memiliki komponen gerbang gerbang logika.

Rangkaian analog di bawah ini, tersusun dari komponen : potensiometer (RV1), Resistor (R1),
Transistor (C9013), LDR, dan Relay. Rangkaian analog berfungsi untuk mengolah sinyal
kontinyu.

Gambar 1.2 Rangkaian Analog

Rahmaddeni, M.Kom (NIDN : Page


Rangkaian digital terdiri dari komponen komonen elektronika aktif dan komponen
elektronika pasif, dan dilengkapi dengan komponen gerbang logika.

Jika kita perhatikan dalam rangkaian di bawah ini, tersusun dari Resistor R1- R18), Kapasitor
(C1-C2), Transistor (T1-T6), seven segment, dan IC gerbang logika (IC1 dan IC2) dan saklar.
Rangkaian ini berfungsi untuk mengolah sinyal diskrit.

Gambar 1.3 Rangkaian Digital

D. REPRESENTASI BESARAN DIGITAL

Besaran digital merupakan besaran yang sifatnya diskrit, yakni besaran yang hanya memiliki
dua keadaan biner saja yakni keadaan rendah (level logika 0) dan keadaan tinggi (level logika
1).

Dalam kehidupan sehari-hari banyak terdapat peralatan-peralatan yang beroperasi dalam


keadaan biner :

1. Pita Magnetik

Keadaan level 1 pita magnetic dlm keadaan termagnetisasi


Keadaan level 0 pita magnetic tidak termagnetisasi

2. Kopling mekanik pada mobil

Keadaan level 1 saat dilepas atau tidak diinjak


Keadaan level 0 saat diinjak karena membebaskan persneling.

3. Thermostat

Keadaan level 1 saat tertutup


Keadaan level 0 saat terbuka

Rahmaddeni, M.Kom (NIDN : Page


4. Photocell

Keadaan level 1 ketika terkena cahaya


Keadaan level 0 ketika keadaannya
gelap

Dalam bidang elektronika, besaran digital dapat direpresentasikan dengan tegangan listrik :

Level logika 0 Tegangan yang nilainya antara 0 s/d 0,8 volt

Level logika 1 Tegangan yang nilainya 2 s/d 5 volt.

Dapat digambarkan dalam bentuk jangkauan (range) :

Dapat juga digambarkan dalam bentuk gelombang kotak


:

Dari gambar disamping,


gelombang kotak
digunakan untuk
merepresentasikan
keadaan biner 01010
secara berurutan.

Rahmaddeni, M.Kom (NIDN : Page


Secara umum representasi besaran digital pada bidang elektronika disajikan dalam tabel
berikut ini :

Level Logika 0 Level Logika 1

Tegangan listrik 0 s.d 0,8 V Tegangan listrik 2 s.d 5 V

Titik Potensial Referensi 0 (ground) Titik Potensial Catu Daya +Vcc

Diode dengan reverse bias Diode dengan forward bias

Transistor dalam keadaan jenuh


Transistor dalam keadaan mati (cut-off)
(saturated)

Saklar dalam keadaan terbuka Saklar dalam keadaan tertutup

Lampu atau LED dalam keadaan padam Lampu atau LED dalam keadaan menyala

Keuntungan yang diberikan dalam menggunakan Rangkaian Digital :

1. Sinyal digital lebih tahan noise (gangguan) dari pada sinyal analog sehingga
lebihjernih bila untuk berkomunikasi
2. Data dapat lebih mudah disimpan dan dimanipulasi. Contoh : Komputer Digital
3. Mendesain system digital relative lebih mudah / praktis dibandingkan
dengan mendesain system analog yang sama.
4. Sistem dapat diprogram dan menunjukkan kemampuan mendasar.
5. IC yang tidak mahal dapat digunakan dengan sedikit komponen eksternal.
6. Informasi dapat disimpan untuk periode pendek atau tak didefinisikan.

Rahmaddeni, M.Kom (NIDN : Page


Latihan :

1. Representasikan data digital 16-bit 1010110011110111 dalam bentuk


gelombangkotak.

2. Perhatikan representasi besaran digital menggunakan gelombang kotak berikut ini :

Tulislah data digital dalam ekspresi biner 0 dan 1 yang direpresentasikan pada interval:

a. t1 sampai dengan t13


b. t1 sampai dengan t7
c. t5 sampai dengan t12
d. t4 sampai dengan t10
e. t6 sampai dengan t11

3. Perhatikan rangkaian berikut ini :

Rahmaddeni, M.Kom (NIDN : Page


Jika SAKLAR-1 sebagai INPUT-1, SAKLAR-2 sebagai INPUT-2, LED-1 sebagaiOUTPUT-1, LED-2
sebagai OUTPUT-2, LED-3 sebagai OUTPUT-3, dan LED-4
sebagai OUTPUT-4 dari rangkaian, tulislah level logika input dan output rangkaian untuk
keadaan :

a. SAKLAR-1 dan SAKLAR-2 terbuka, LED-1 menyala dan lainnya padam


b. SAKLAR-1 terbuka, SAKLAR-2 tertutup, LED-2 menyala dan lainnya padam
c. SAKLAR-1 tertutup, SAKLAR-2 terbuka, LED-3 menyala dan lainnya padam
d. SAKLAR-1 dan SAKLAR-2 tertutup, LED-4 menyala dan lainnya padam

Rahmaddeni, M.Kom (NIDN : Page


BAB 2
SISTEM BILANGAN DAN SISTEM KODE
1. Capaian Pembelajaran :
Setelah membaca Bab 2 ini, mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami sistem
bilangan dan sistem kode serta mampu mengkonversi antar sistem bilangan

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) :


 Mahasiswa dapat memahami tentang sistem bilangan dan sistem kode
 Mahasiswa dapat melakukan konversi bilangan ke/dari biner, octal, decimal dan
hexadecimal
 Mahasiswa dapat melakukan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian untukmasing-masing sistem bilangan.
 Mahasiswa dapat memahami sistem kode BCD, Grey, XS-3, ASCII dan 7 Segemen
Display

A. DEFENISI SISTEM BILANGAN


Sistem bilangan (number system) adalah suatu cara untuk mewakili besaran dari suatu
item fisik. Sistem bilangan yang banyak dipergunakan oleh manusia adalah system bilangan
desimal, yaitu sisitem bilangan yang menggunakan 10 macam simbol untuk mewakili suatu
besaran. Sistem ini banyak digunakan karena manusia mempunyai sepuluh jari untuk dapat
membantu perhitungan. Lain halnya dengan komputer, logika di komputer diwakili oleh
bentuk elemen dua keadaan yaitu off (tidak ada arus) dan on (ada arus). Konsep inilah yang
dipakai dalam sistem bilangan binary yang mempunyai dua macam nilai untuk mewakili
suatu besaran nilai. Selain sistem bilangan biner, komputer juga menggunakan system
bilangan octal dan hexadesimal.

Rahmaddeni, S.Kom, M.Kom (NIDN : Page 9


B. TEORI BILANGAN

1. BILANGAN DESIMAL
Sistem ini menggunakan 10 macam symbol yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8,dan 9. Sistem ini
menggunakan basis 10. Bentuk nilai ini dapat berupa integer desimal atau pecahan.

Bentuk Integer Desimal:


adalah nilai desimal yang bulat, misalnya 8598 dapat diartikan :
8 x 103 = 8000
5 x 102 = 500
9 x 101 = 90
8 x 100 = 8
8598

position value/palce
value absolute value

Absolue value merupakan nilai untuk masing-masing digit bilangan, sedangkan position
value adalah merupakan penimbang atau bobot dari masing-masing digit tergantung dari
letak posisinya, yaitu nernilai basis dipangkatkan dengan urutan posisinya.

Bentuk Pecahan desimal :


adalah nilai desimal yang mengandung nilai pecahan dibelakang koma, misalnya nilai
183,75 adalah pecahan desimal yang dapat diartikan :
1 x 10 2 = 100
8 x 10 1 = 80
3 x 10 0 = 3
7 x 10 –1 = 0,7
5 x 10 –2 = 0,05
183,75

2. BILANGAN BINER
Sistem bilangan binary menggunakan 2 macam symbol bilangan berbasis 2 digit angka,
yaitu 0 dan 1.
Contoh bilangan 1001 dapat diartikan :1 0 0 1
1x20 =1
0x21 =0
0x22 =0
1x23 =8
9 (10)

Rahmaddeni, S.Kom, M.Kom (NIDN : Page


3. BILANGAN OKTAL
Sistem bilangan Oktal menggunakan 8 macam symbol bilangan berbasis 8 digit angka,
yaitu 0 ,1,2,3,4,5,6,7.
Position value system bilangan octal adalah perpangkatan dari nilai 8.
Contoh :

1 2 (8) = …… (10)
2x80=2
1x81=8
10 (8)

4. BILANGAN HEKSADESIMAL

Sistem bilangan Oktal menggunakan 16 macam symbol bilangan berbasis 8 digit angka,
yaitu 0 ,1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E dan F
Dimana A = 10, B = 11, C= 12, D = 13 , E = 14 dan F = 15
Position value system bilangan octal adalah perpangkatan dari nilai 16.
Contoh :

C7(16) = …… (10)

7 x 16 0 = 7
C x 16 1 = 192
199 (16)

C. OPERASI ARITMATIKA PADA SISTEM BILANGAN

SISTEM OPERASI KET


BILANGAN
BINER Penjumlahan Dasar penjumlahan biner adalah
:0+0=0
0+1=1
1+0=1
1 + 1 = 0  dengan carry of 1

Contoh :

1111
10100 +
100011

Rahmaddeni, S.Kom, M.Kom (NIDN : Page


Pengurangan Bilangan biner dikurangkan dengan cara yang sama dengan
pengurangan bilangandesimal.

Dasar pengurangan untuk masing-masing digit bilangan biner adalah


:

0-0=0
1-0=1
1-1=0
0 – 1 = 1 dengan borrow of 1, (pijam 1 dari posisi sebelah kirinya).

Contoh :
11101
1011 -
10010

Perkalian Dilakukan sama dengan cara perkalian pada bilangan desimal.


Dasar perkalian bilangan biner adalah :

0x0=0
1x0=0
0x1=0
1x1=1

Contoh :

Pembagian Pembagian biner dilakukan juga dengan cara yang sama


dengan bilangan desimal.Pembagian biner 0 tidak mempunyai
arti, sehingga dasar pemagian biner adalah :

0:1=0
1:1=1

Contoh :

Rahmaddeni, S.Kom, M.Kom (NIDN : Page


OKTAL Penjumlahan Langkah-Langkah Penjumlahan Oktal :
 tambahkan masing-masing kolom secara desimal
 rubah dari hasil desimal ke octal
 tuliskan hasil dari digit paling kanan dari hasil octal
 kalau hasil penjumlahan tiap-tiap kolom terdiri dari dua
digit, maka digit paling kiri merupakan carry of untuk
penjumlahan kolom selanjutnya

Contoh :

Pengurangan Pengurangan Oktal dapat dilaukan secara sama dengan


pengurangan bilangan desimal.

Contoh :

Rahmaddeni, S.Kom, M.Kom (NIDN : Page


Perkalian Langkah – langkah :
 kalikan masing-masing kolom secara desimal
 rubah dari hasil desimal ke octal
 tuliskan hasil dari digit paling kanan dari hasil octal
 kalau hasil perkalian tiap kolol terdiri dari 2 digit, maka
digit paling kirimerupakan carry of untuk ditambahkan
pada hasil perkalian kolom selanjutnya.

Contoh :

Pembagian

Rahmaddeni, S.Kom, M.Kom (NIDN : Page


HEKSA Penjumlahan Penjumlahan bilangan hexadesimal dapat dilakukan secara
DESIMAL sama dengan penjumlahanbilangan octal, dengan langkah-
langkah sebagai berikut

Langkah-langkah penjumlahan hexadesimal :

 tambahkan masing-masing kolom secara desimal


 rubah dari hasil desimal ke hexadesimal
 tuliskan hasil dari digit paling kanan dari
hasil hexadesimal
 kalau hasil penjumlahan tiap-tiap kolom terdiri dari dua
digit, maka digitpaling kiri merupakan carry of untuk
penjumlahan kolom selanjutnya

Contoh :

Pengurangan Pengurangan bilangan hexadesimal dapat dilakukan secara


sama dengan penguranganbilangan desimal.

Contoh :

Perkalian Langkah – langkah :


 kalikan masing-masing kolom secara desimal

Rahmaddeni, S.Kom, M.Kom (NIDN : Page


 rubah dari hasil desimal ke octal
 tuliskan hasil dari digit paling kanan dari hasil octal
 kalau hasil perkalian tiap kolom terdiri dari 2 digit, maka
digit paling kirimerupakan carry of untuk ditambahkan
pada hasil perkalian kolom selanjutnya.

Contoh :

Pembagian

Rahmaddeni, S.Kom, M.Kom (NIDN : Page


D. KONVERSI ANTAR SISTEM BILANGAN

Konversi bilangan adalah suatu proses dimana satu system bilangan dengan basis
tertentu akan dijadikan bilangan dengan basis yang lain.

DESIMAL KE BINER
Konversi bilangan desimal ke biner dapat dilakukan dengan kombinasi intuisi dan metode
coba-coba (trial and error). Bilangan desimal yang diketahui dipisah- pisahkan kedalam
sejumlah bilangan pangkat dengan basis 2. Tabel berikut menunjukkan contoh dari cara
konversi yang dimaksud:

Cara yang lain adalah dengan pembagian.

Bilangan desimal yang akan diubah secara berturut-turut dibagi dengan angka 2, dan
dengan memperhatikan sisa pembagiannya. Sisa pembagian akan bernila 0 atau 1.Cara ini
akan membentuk bilangan biner dengan sisa yang terakhir menunjukkan MSB- nya. MSB
diletakkan paling kiri pada saat penulisan angka biner.

Sebagai contoh, untuk mengubah bilangan desimal 5210 menjadi bilangan biner, dilakukan
dengan langkah-langkah sbb:

Rahmaddeni, S.Kom, M.Kom (NIDN : Page


DESIMAL KE OKTAL
Untuk mengubah bilangan desimal kedalam bilangan oktal, dapat dilakukan dengan cara
membagi bilangan desimal tersebut dengan 8.
Sebagai contoh, untuk mengubah bilangan 49810 menjadi bilangan oktal, dilakukan dengan
langkah-langkah sbb :

Dengan demikian, bilangan 49810 = 7628

DESIMAL KE HEKSA
Untuk mengubah bilangan desimal kedalam bilangan hexadesimal, dapat dilakukan
dengan cara membagi bilangan desimal tersebut dengan angka 16.
Sebagai contoh, untuk mengubah bilangan 340910 menjadi bilangan hexadesimal,dilakukan
dengan langkah-langkah sbb :

BINER KE DESIMAL
Contoh pengubahan bilangan biner menjadi desimal disajikan pada tabel berikut:

Contoh cara yang lain adalah sbb :


10112 = 1 x 20+1 x 21+0 x 22+1 x 23
= 1+2+0+8
=1110

Rahmaddeni, S.Kom, M.Kom (NIDN : Page


1 1 0 1 , 1 1 (2) =……………(10)
Caranya :
1 x 2 3 + 1 x 2 2 + 0 x 2 1 + 1 x 2 0 + 1 x 2 -1 + 1 x 2 -2
8 + 4 + 0 + 1 + 0,5 + 0,25 = 13,75

BINER KE OKTAL
Sistem bilangan oktal menggunakan delapan simbol yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. Bilangan
oktal juga berhubungan dengan bilangan dasar 8. Tabel berikut menunjukkankeekuivalenan
antara bilangan biner dan bilangan oktal untuk bilangan desimal 0 sampai 15

Proses konversi yang sederhana Bit biner dibagi ke dalam kelompok 3-bit bermula pada bilangan biner.
Kemudian, setiap grup 3-bit diubah ke dalam bilangan oktalnya yang ekuivalen. Sebagai contoh 100 001
1012 dapat diubah sbb :
100=4
001=1
101 =5.
Sehingga bilangan biner 100 001 1012 akan diubah menjadi bilangan oktal 4158.

BINER KE HEKSADESIMAL
Bilangan biner dapat diubah menjadi bilangan hexadesimal dengan cara mengelompokkan
setiap empat digit dari bilangan biner tersebut dimulai dari digit paling kiri. Sebagai contoh,
01001111010111002 dapat dikelompokkan menjadi 0100 1111 0101 1100, sehingga:

Dengan demikian, bilangan 01001111010111002 = 4F5E16

Rahmaddeni, S.Kom, M.Kom (NIDN : Page


OKTAL KE DESIMAL
Untuk mengubah bilangan oktal menjadi bilangan desimal, dimana bilangan oktaltersebut
menunjukkan eksponen dengan basis 8, sebagai contoh :

Dengan demikian, bilangan 4158 = 26910

OKTAL KE BINER
Dilakukan dengan mengkonversikan masing-masing digit octal ke tiga digit biner.Contoh :

6502 (8) = …….. (2) 450 (8) =.............(2)

2 = 010 0 = 000
0 = 000 5 = 101
5 = 101 4 = 100
6 = 110 Jadi 100101000
Jadi 110101000010

Rahmaddeni, S.Kom, M.Kom (NIDN : Page


Rahmaddeni, S.Kom, M.Kom (NIDN : Page
OKTAL KE HEKSADESIMAL
Dilakukan dengan cara merubah dari bilangan octal menjadi bilangan biner kemudian
dikonversikan ke hexadesimal.
Contoh :
2537 (8) = …..(16)
2537 (8) = 010101011111 (2)
0101 0101 1111(2) = 55F (16)
5 5 F

HEKSADESIMAL KE DESIMAL
Yaitu dengan cara mengalikan masing-masing bit dalam bilangan dengan position
valuenya.

Bilangan yang lebih besar dari 1510 memerlukan lebih dari satu digit hex. Kolom
hexadecimal menunjukkan eksponen dengan basis 16, sebagai contoh:

Dengan demikian, bilangan hexadesimal 152B = bilangan desimal 541910

HEKSADESIMAL KE BINER
Untuk mengubah bilangan hexadesimal menjadi bilangan biner, setiap digit dari bilangan
hexadesimal diubah secara terpisah kedalam empat bit bilangan biner. Sebagai contoh,
2A5C16 dapat diubah kebilangan biner sbb:

Sehingga bilangan hexadesimal 2A5C16 = 0010 1010 0101 11002 bilangan biner
HEKSADESIMAL KE OKTAL
Dilakukan dengan cara merubah dari bilangan hexadesimal menjadi biner terlebih dahulu
kemudian dikonversikan ke octal.

Rahmaddeni, S.Kom, M.Kom (NIDN : Page


Rahmaddeni, S.Kom, M.Kom (NIDN : Page
Rahmaddeni, S.Kom, M.Kom (NIDN : Page

Anda mungkin juga menyukai