Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENELITIAN

FARMASI SOSIAL

DISTRIBUSI PENYAKIT KOLESTEROL YANG SERING TERJADI DI


MASYARAKAT BERKAITAN DENGAN MANAJEMEN PENGELOLAAN
OBAT YANG RASIONAL

Disusun Oleh :

Kelompok 10

Gandys Hartaningroom NIM.11194761920195

M. Al Gifari NIM.11194761920203

Nur Lathifah NIM.11194761920214

Wina Annisa NIM.11194761920230

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

A. Latar Belakang Masalah............................................................................4

B. Rumusan Masalah.....................................................................................4

C. Tujuan Penelitian.......................................................................................4

D. Manfaat Penelitian.....................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7

A. Landasan Teori..........................................................................................7

B. Kerangka Teori..........................................................................................9

BAB III METODE.................................................................................................10

A. Metode Penelitian....................................................................................10

B. Populasi dan Sampel yang digunakan.....................................................14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................16

A. Hasil Penelitian........................................................................................16

B. Pembahasan.............................................................................................16

BAB V SIMPULAN DAN SARAN......................................................................16

A. Kesimpulan..............................................................................................16

B. Saran........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................17

1. Kuisioner........................................................................................................17

2. Jawaban responden........................................................................................17

3. Dokumentasi..................................................................................................17

4. Absen konsultasi............................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Dislipidemia atau hiperlipidemia atau lebih dikenal dengan istilah


kolesterol di kalangan masyarakat, merupakan suatu faktor risiko utama
untuk terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke, selain hipertensi,
merokok, abnormalitas glukosa darah, dan inaktifitas fisik (PERKENI,
2015). Penyakit jantung koroner adalah gangguan fungsi jantung akibat otot
jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah
koroner. Penyakit jantung koroner juga dapat terjadi diakibatkan oleh
pengerasan dinding pembuluh darah akibat penumpukan lemak atau
kolesterol. Prevalensi jantung koroner berdasarkan wawancara terdiagnosis
dokter di Indonesia sebesar 0,5%, dan berdasarkan terdiagnosis dokter atau
gejala sebesar 1,5%. Prevalensi jantung koroner berdasarkan terdiagnosis
tertinggi Sulawesi Tengah (0,8%). Sementara prevalensi jantung koroner
menurut diagnosis atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (4,4%).
Sedangkan untuk DI Yogyakarta prevalensi terdiagnosis 0,6%, dan menurut
diagnosis atau gejala 1,3% (RISKESDAS, 2013). Dislipidemia, khususnya
kolesterol LDL, mempunyai hubungan kausal dengan penyakit
kardiovaskular aterosklerotik berdasarkan studi genetik, observasional, dan
luara klinis (PERKI, 2017).
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah distribusi penyakit kolesterol yang sering terjadi di
masyarakat berkaitan dengan manajemen pengelolaan obat rasional.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah
distribusi penyakit kolesterol yang sering terjadi di masyarakat berkaitan
dengan manajemen pengelolaan obat rasional.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan kita
tentang bagaimanakah distribusi penyakit kolesterol yang sering terjadi di
masyarakat berkaitan dengan manajemen pengelolaan obat rasional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
a. Definisi Kolesterol
Kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks yang berada pada tiap
sel di dalam tubuh. Kolesterol berfungsi sebagai materi awal untuk
pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin, dan hormon–hormon
tertentu, seperti hormone seks dan lainnya (Gondosari, 2010). Kolesterol
beredar di dalam darah dan sangat diperlukan oleh tubuh, tetapi kolesterol
lebih akan menimbulkan masalah terutama pada pembuluh darah jantung dan
otak (stroke).
Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi dimana meningkatnya
konsentrasi kolesterol dalam darah yang melebihi nilai normal (Guyton &
Hall, 2008). Dan hiperkolesterolemia dapat mengakibatkan penumpukan plak
pada pembuluh darah yang disebut arterosklerosis atau penyempitan
pembuluh darah, sehingga suplai darah ke otak juga akan mengalami
penurunan dan akan berpeluang besar untuk terjadinya stroke.
b. Jenis – Jenis Kolesterol
1. Kolesterol LDL
Jenis kolesterol ini sering disebut juga sebagai kolesterol jahat.
Kolesterol LDL mengangkut kolesterol paling banyak di dalam darah.
Tingginya kadar LDL menyebabkan pengendapan kadar kolesterol
dalam arteri. Kolesterol LDL merupakan faktor risiko utama penyakit
kardiovaskular dan stroke. LDL disebut lemak jahat karena memiliki
kencenderungan melekat di dinding pembuluh darah sehingga dapat
menyempitkan pembuluh darah.
2. Kolesterol HDL
Kolesterol HDL mengangkut kolesterol lebih sedikit dari LDL dan
sering disebut kolesterol baik karena dapat membuang kelebihan
koleterol jahat di pembuluh darah arteri kembali ke hati, untuk
diproses dan dibuang. HDL mencegah kolesterol mengendap di arteri
dan melindungi pembuluh darah dari proses Aterosklerosis
(terbentuknya plak pada pembuluh darah).
3. Trigliserida
Trigliserida, yaitu satu jenis lemak yang diserap oleh usus setelah
mengalami hidrolisis, kemudian masuk ke dalam plasma. Trigliserida
terdapat di dalam darah dan berbagai organ dalam tubuh.
Meningkatnya kadar trigliserida dalam darah juga dapat meningkatkan
kadar kolesterol. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi kadar
trigliserida dalam darah seperti kegemukan, konsumsi alkohol, gula,
dan makanan berlemak.
c. Teori TPB
Teori Perilaku Terencana atau TPB (Theory of Planned Behavior)
merupakan pengembangan lebih lanjut dari Teori Perilaku Beralasan
(Theory of Reasoned Action). TPB merupakan kerangka berpikir
konseptual yang bertujuan untuk menjelaskan determinan perilaku
tertentu. Menurut Ajzen (1991), factor sentral dari perilaku individu
adalah bahwa perilaku itu dipengaruhi oleh niat individu (behavior
intention) terhadap perilaku tertentu tersebut. Niat untuk berperilaku
dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu (1) sikap (attitude), (2) norma
subjektif (subjective norm) dan (3) persepsi control keperilakuan
(perceived behavior control). Teori Perilaku Terencana atau TPB (Theory
of Planned Behavior) didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah
makhluk yang rasional dan menggunakan informasi-informasi yang
mungkin baginya secara sistematis (Achmat, 2010).
d. Penggunaan Obar Rasional (POR)
1. Tepat diagnosis → penggunaan obat disebut rasional jika diberikan
untuk diagnosis yang tepat .
2. Tepat indikasi penyakit → setiap obat memiliki spektrum terapi yang
spesifik. Antibiotik, di indikasikan untuk infeksi bakteri.
3. Tepat pemilihan obat → keputusan untuk melakukan upaya terapi
diambil setelah diagnosis ditegakkan dengan benar.
4. Tepat dosis → dosis, cara dan lama pemberian obat sangat
berpengaruh terhadap efek terapi obat : tepat cara pemberian, tepat
waktu interval pemberian, tepat lama pemberian.
5. Waspada terhadap efek samping → pemberian obat potensial
menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang timbul
pada pemberian obat dengan dosis terapi
6. Tepat penilaian kondisi pasien → respon individu terhadap efek obat
sangat bergam. Hal ini lebih jelas terlihat pada beberapa jenis obat
seperti teofilin dan aminoglikosida.
7. Tepat informasi → informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan
obat sangat penting dalam menunjang keberhasilan terapi
8. Tepat tindak lanjut → pada saat memutuskan pemberian terapi, harus
sudah dipertimbangkan upaya tindak lanjut yang di perlukan, misalnya
jika pasien tidak sembuh atau mengalami efek samping
9. Tepat penyerahan obat →penggunaan obat rasional melibatkan juga
dispenser sebagai penyerahan obat dan pasien sendiri sebagai
konsumen. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang di
perlukan.

B. Kerangka Teori
Mengetahui bagaimana distribusi penyakit
kolesterol yang sering terjadi di masyarakat
berkaitan dengan manajemen pengelolaan obat
rasional.

Penatalaksanaan dengan
melakukan survei ke masyarakat

Evaluasi hasil yang didapatkan,


apakah sudah sesuai dengan
penggunaan obat rasional

Gambar. 2.1 Skema Kerangka Teori


BAB III
METODE
A. Metode Penelitian
1. TPB
Teori Perilaku Terencana atau TPB (Theory of Planned
Behavior) merupakan pengembangan lebih lanjut dari Teori Perilaku
Beralasan (Theory of Reasoned Action). TPB merupakan kerangka
berpikir konseptual yang bertujuan untuk menjelaskan determinan
perilaku tertentu. Menurut Ajzen (1991), factor sentral dari perilaku
individu adalah bahwa perilaku itu dipengaruhi oleh niat individu
(behavior intention) terhadap perilaku tertentu tersebut. Niat untuk
berperilaku dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu (1) sikap
(attitude), (2) normasubjektif (subjective norm) dan (3) persepsi
control keperilakuan (perceived behavior control). Teori Perilaku
Terencana atau TPB (Theory of Planned Behavior) didasarkan pada
asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang rasional dan
menggunakan informasi-informasi yang mungkin baginya secara
sistematis (Achmat, 2010).

Gambar. 3.1 Skema TPB

2. HBM
HBM merupakan salah satu teori dari Health Behaviour. HBM
merupakan teori yang paling umum digunakan dalam health
education dan health promotion. HBM dikemukakan pertama oleh
Rosenstock, 1966 kemudian disempurnakan oleh Becker, dkk 1970
dan 1980. HBM digunakan untuk memprediksi perilaku kesehatan
preventif dan juga respon perilaku untuk pengobatan pasien dengan
penyakit akut dan kronis, Namun akhir-akhir ini HBM digunakan
untuk memprediksi berbagai perilaku yang berhubungan dengan

kesehatan
Gambar. 3.2 Skema HBM

3. PMT
Rogers (1975, 1983, 1985) mengembangkan PMT yang
merupakan kelanjutan dari teori HBM dengan memasukkan
beberapa factor tambahan.Teori BPMT oleh Rogers tahun 1975,
yang berisi teori untuk mencari kejelasan konsep pemahaman
menghadapi ancaman, teori ini berdasarkan penemuan Lazarus
(1966) dan Levental (1970) tentang adaptif (niat berperilaku) dan
maladaptif (menghindar, menolak) dalam mengatasi ancaman
kesehatan. Teori BPMT dikembangkan menjadi suatu teori PMT
(Rogers 1983) yang diperluas pada suatu teori dengan pendekatan
komunikasi persuasive dan penekanan perubahan tingkah laku.
Gambar. 3.1 Skema PMT

4. Penggunaan Obar Rasional (POR)


Secara praktik penggunaan obat dikatakan rasional jika memenuhi
kriteria:
a) Tepat diagnosis → penggunaan obat disebut rasional jika
diberikan untuk diagnosis yang tepat .
b) Tepat indikasi penyakit → setiap obat memiliki spektrum
terapi yang spesifik. Antibiotik, diindikasikan untuk infeksi
bakteri.
c) Tepat pemilihan obat → keputusan untuk melakukan upaya
terapi diambil setelah diagnosis ditegakkan dengan benar.
d) Tepat dosis → dosis, cara dan lama pemberian obat sangat
berpengaruh terhadap efek terapi obat : tepat cara pemberian,
tepat waktu interval pemberian, tepat lama pemberian.
e) Waspada terhadap efek samping → pemberian obat potensial
menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang
timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi
f) Tepat penilaian kondisi pasien → respon individu terhadap
efek obat sangat bergam. Hal ini lebih jelas terlihat pada
beberapa jenis obat seperti teofilin dan aminoglikosida.
g) Tepat informasi → informasi yang tepat dan benar dalam
penggunaan obat sangat penting dalam menunjang
keberhasilan terapi
h) Tepat tindak lanjut → pada saat memutuskan pemberian terapi,
harus sudah dipertimbangkan upaya tindak lanjut yang di
perlukan, misalnya jika pasien tidak sembuh atau mengalami
efek samping
i) Tepat penyerahan obat →penggunaan obat rasional melibatkan
juga dispenser sebagai penyerahan obat dan pasien sendiri
sebagai konsumen. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan
yang di perlukan

B. Populasi dan Sampel yang digunakan


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Kuisioner

2. Jawaban responden

3. Dokumentasi

4. Absen konsultasi

Anda mungkin juga menyukai