Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

PESTISIDA SINTETIS DAN BAHAN ALAMI

ADITYA RAHMAT MULYADI


203020401039
KELOMPOK II

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................
DAFTAR TABEL........................................................................................
DAFTAR GAMBAR...................................................................................
I. PENGENALAN JENIS FORMULASI DAN SIFAT-SIFAT
PESTISIDA...........................................................................................
A. Dasar Teori....................................................................................... 1
B. Tujuan............................................................................................... 4
C. Bahan dan Alat................................................................................. 4
D. Cara Kerja........................................................................................ 4
E. Hasil Pengamatan............................................................................. 6
F. Pembahasan...................................................................................... 8
G. Kesimpulan...................................................................................... 10
H. Daftar Pustaka.................................................................................. 11
II. UJI EFEKTIVITAS BERBAGAI PESTISIDA SINTETIS....................
A. Dasar Teori....................................................................................... 12
B. Tujuan............................................................................................... 13
C. Bahan dan Alat................................................................................. 13
D. Cara Kerja........................................................................................ 13
E. Hasil Pengamatan............................................................................. 14
F. Pembahasan...................................................................................... 16
G. Kesimpulan...................................................................................... 17
H. Daftar Pustaka.................................................................................. 17
LAMPIRAN.................................................................................................

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pestisida Sintetis..........................................................6


Tabel 2. Hasil Pengamatan Setelah 12 Jam yang diberi Pakan Kol......................14
Tabel 3. Hasil Pengamatan Setelah 24 Jam yang diberi Pakan Kol......................14
Tabel 4. Hasil Pengamatan Setelah 48 Jam yang diberi Pakan Kol......................14
Tabel 5. Hasil Pengamatan Setelah 12 Jam yang diberi Pakan Sawi....................15
Tabel 6. Hasil Pengamatan Setelah 24 Jam yang diberi Pakan Sawi....................15
Tabel 7. Hasil Pengamatan Setelah 48 Jam yang diberi Pakan Sawi....................15
Tabel 8. Hasil Pengamatan Setelah 12 Jam yang diberi Pakan Kangkung............15
Tabel 9. Hasil Pengamatan Setelah 24 Jam yang diberi Pakan Kangkung............15
Tabel 10. Hasil Pengamatan Setelah 48 Jam yang diberi Pakan Kangkung..........15

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. a). Insektisida Decis 25 EC; b). Insektisida Sevin 85 SP......................8


Gambar 2. a). Fungisida Amistar TOP 325 SC; b). Fungisida Explore 250 EC;
dan c). Fungisida Antracol 70 WP........................................................8
Gambar 3. a). Herbisida Roundup 486 SL; dan b). Gramoxone 276 SL................9
Gambar 4. a). Rodentisida petrokum 0,005 BB; b). Nematisida Furadan 3 GR...10
Gambar 5. Pengujian Efektivitas Pestisida Sintetis Dengan Konsetrasi Berbeda 16

iv
I. PENGENALAN JENIS FORMULASI DAN SIFAT-SIFAT PESTISIDA

A. Dasar Teori
Pestisida dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain: 1). Akarisids berasal
dari kata Akari yang berarti kutu atau kutu dalam bahasa Yunani. Acaricides juga
sering disebut sebagai mitisida. Fungsinya untuk membunuh caplak atau pinjal;
2). Algasida, berasal dari ganggang, kata Latin untuk ganggang, membunuh
ganggang; 3). Alvisida, berasal dari kata alvis, bahasa latin untuk burung,
fungsinya untuk membunuh atau mengusir burung; 4). Agen bakterisidal, berasal
dari kata Latin bacterium atau kata Yunani bakron, bekerja dengan cara
membunuh bakteri; 5). Fungisida, berasal dari kata latin fungi atau bahasa yunani
sponge yang berarti jamur, berfungsi untuk membunuh cendawan atau cendawan.
Ini bisa bersifat fungitoksik (membunuh jamur) atau fungistatik (mencegah
pertumbuhan jamur; 6). Herbisida, berasal dari ramuan Latin, yang berarti
tumbuhan tahunan, bekerja melawan gulma; 7). Insektisida, berasal dari kata latin
“insektum” artinya potongan, potongan bagian tubuh, membunuh serangga; 8).
Moluska, berasal dari bahasa Yunani moluska, yang berarti cangkang tipis atau
lunak, membunuh siput; 9). Nematisida, berasal dari bahasa Latin nematoda atau
Yunani nema, berarti benang yang membunuh nematoda; 10). Ovisida, berasal
dari kata Latin ovum untuk telur, menghancurkan telur; 11). Pedukulisida, berasal
dari bahasa latin pedis, artinya kutu, sumsum, berfungsi membunuh kutu atau
sumsum; 12). Piscisida, berasal dari bahasa Yunani piscis, berarti ikan,
membunuh ikan; 13). Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodere, artinya hewan
pengerat, berfungsi untuk membunuh hewan pengerat; 14). Termids, berasal dari
istilah Yunani untuk serangga penembus kayu untuk membunuh rayap (Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2012).
Bahan esensial pestisida yang aktif bekerja melawan hama sasaran disebut
bahan aktif. Saat memproduksi produk perlindungan tanaman di pabrik, bahan
aktifnya tidak diproduksi dalam bentuk murni (100%), melainkan sedikit
dicampur dengan bahan lain. Produk jadi yang merupakan campuran fisik bahan
aktif dan bahan tambahan tidak aktif disebut formulasi (Prijono, D, 2006).
2

Formula menentukan bagaimana suatu insektisida dapat digunakan secara efektif


dengan bentuk, komposisi, dosis, frekuensi, dan target tubuh insektisida. Selain
itu, formulasi pestisida juga menentukan aspek keamanan penggunaan pestisida,
yang diproduksi dan didistribusikan dalam berbagai formulasi, sebagai berikut: 1.
komposisi padat; a) Wettable Powder (WP) adalah sediaan serbuk (ukuran
partikel beberapa mikron) dengan kandungan bahan aktif relatif tinggi (50-80%),
yang membentuk suspensi bila dicampur dengan air. Aplikasi WP dengan cara
disemprot; b). Soluble Powder (SP) adalah formula bubuk yang membentuk
larutan homogen bila dicampur dengan air. Digunakan dengan cara disemprotkan;
c). Granul adalah sediaan siap pakai dengan konsentrasi bahan aktif yang rendah
(2%). Ukuran butir bervariasi antara 0,7 dan 1 mm. aplikasi oleh hujan; d). Water
Dispersible Granules (WG atau WDG), dalam bentuk butiran, formula WDG
harus diencerkan terlebih dahulu dengan air dan diaplikasikan dengan cara
disemprotkan; e). Butiran larut (SG), mirip dengan WDG, yang juga perlu
diencerkan dengan air sebelum disemprotkan. Bedanya, SG membentuk larutan
sempurna jika dicampur dengan air; dan f). Blowing Flour adalah sediaan tepung
jadi (ukuran partikel 10-3 mikron) dengan konsentrasi zat aktif rendah (2%),
digunakan untuk pernafasan (debu); 2. Formula Cairsebuah). Emulsiable
Concentrate atau Emulsiable Concentrate (EC) adalah sediaan cair pekat
(concentrated) dengan konsentrasi zat aktif yang cukup tinggi. Ketika dicampur
dengan air, itu membentuk emulsi (partikel cair yang mengambang di media cair
lain). Bersamaan dengan rumus WP, rumus EC merupakan rumusan klasik yang
paling banyak digunakan saat ini; b). Konsentrat Larut Air (WCS) adalah
formulasi mirip EC yang membentuk larutan homogen daripada emulsi ketika
dicampur dengan air. Formula ini diaplikasikan dengan cara disemprotkan; c).
Aqueous Solution (USA) adalah konsentrat yang dapat larut dalam air. Pada
umumnya pestisida yang larut baik dalam air, formula ini diaplikasikan dengan
cara disemprotkan; d). Soluble Liquid (SL) adalah konsentrat cair yang
membentuk larutan bila dicampur dengan air. Pestisida ini diaplikasikan dengan
cara disemprot; dan e). Ultra Low Volume (ULV), untuk penyemprotan dengan
volume yang sangat kecil yaitu. jumlah penyemprotan 1-5 liter/hektar. Formulasi
3

ULV biasanya berbasis minyak karena tetesan semprotan ultra halus digunakan
untuk penyemprotan volume sangat kecil. Bahan penting yang ada didalam
pestisida yang bekerja aktif terhadap hama sasaran disebut bahan aktif. Pada
pembuatan pestisida dipabrik bahan aktif tersebut tidak dibuat secara murni
(100%) tetapi bercampur sedikit dengan bahan lainnya. Produk jadi yang
merupakan campuran fisik antara bahan aktif dan bahan tambahan yang tidak aktif
disebut formulasi (Prijono, D,2006). Formulasi menentukan bagaimana pestisida
dengan bentuk, komposisi, dosis, frekuensi serta jasad sasaran apa pestisida
dengan formulasi tersebut dapat digunakan secara efektif. Selain itu, formulasi
pestisida juga menentukan aspek keamanan penggunaan pestisida dibuat dan
diedarkan dalam banyak macam formulasi, sebagai berikut : 1. Formulasi Padat ;
a. Wettable Powder (WP),merupakan sediaan bentuk tepung (ukuran partikel
beberapa mikron) dengan kadar bahan aktif relatif tinggi (50-80%), jika dicampur
dengan air akan membentuk suspensi. Pengeplikasian WP dengan cara
disemprotkan; b). Soluble Powder (SP), merupakan formulasi berbentuk tepung
yang jika dicampurkan dengan air akan membentuk larutan homogen. Digunakan
dengan cara disemprotkan; c). Butiran, merupakan sediaan siap pakai dengan
konsentrasi bahan aktif rendah (2%). Ukuran butiran bervariasi antara 0,7-1 mm.
Pengaplikasian dengan cara ditaburkan; d). Water Dispersible Granule (WG atau
WDG), berbentuk butiran formulasi WDG harus diencerkan terlebih dahulu
dengan air dan pengaplikasiaanya dengan cara disemprotkan; e). Soluble Granule
(SG), mirip dengan WDG yang juga harus diencerkan dengan air terlebih dahulu
digunakan dengan cara disemprotkan. Bedanya, jika dicampur dengan air SG akan
membentuk larutan sempurna; dan f). Tepung Hembus, merupakan sediaan siap
pakai berbentuk tepung (ukuran partikel 10–3 mikron) dengan konsentrasi bahan
aktif rendah (2%) digunakan dengan cara dihembuskan (dusting); 2. Formulasi
Cair: a). Emulsifiable Concentrate atau Emulsible Concentrate (EC), merupakan
sediaan berbentuk pekat (konsentrat) cair dengan kandungan bahan aktif yang
cukup tinggi. Jika dicampur dengan air akan membentuk emulsi (butiran benda
cair yang melayang dalam media cair lainnya). Bersama formulasi WP, formulasi
EC merupakan formulasi klasik paling banyak digunakan saat ini; b). Water
4

Soluble Concentrate (WCS), merupakan formulasi yang mirip dengan EC, jika
dicampur air tidak membentuk emulsi, melainkan akan membentuk larutan
homogen. Formulasi ini digunakan dengan cara disemprotkan; c). Aquaeous
Solution (AS), merupakan pekatan yang bisa dilarutkan dengan air. Umumnya
pestisida yang memiliki kelarutan tinggi dalam air, formulasi ini digunakan
dengan cara disemprotkan; d). Soluble Liquid (SL), merupakan pekatan cair, jika
dicampur air pekatan cair ini akan membentuk larutan. Pestisida ini digunakan
dengan cara disemprotkan; dan e). Ultra Low Volume (ULV), ntuk penyemprotan
dengan volume ultra rendah, yaitu volume semprot antara 1 -5 liter/hektar.
Formulasi ULV umumnya berbasis minyak karena untuk penyemprotan dengan
volume ultra rendah digunakan butiran semprot yang sangat halus (Prijono, D,
1999).

B. Tujuan
Tujuan dilakukannya Praktikum Pestisida Sintetis dan Bahan Alami yaitu :
setelah mengikuti kegiatan praktikum, mahasiswa diharapkan mampu mengenal
jenis dan sasaran pestisida, membedakan formulasi pestisida, mengetahui jenis
dan kadar bahan aktif pada beberapa kemasan pestisida, membaca infomasi
tentang cara penggunaan pestisida, membaca tanda peringatan pada beberapa
kemasan pestisida dan membedakan tingkat kelarutan pestisida dalam air serta
menggunakan alat pengaman (sarung tangan dan masker).

C. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam Praktikum Pestisida Sintetis dan Bahan Alami
yaitu insektisida formulasi EC, SC, WSC, SP, WP dan G, fungisida formulasi WP
dan SD, herbisida formulasi L, sticker/perata dan air. Sedangkan alat yang dipakai
adalah ATK, sarung tangan karet, masker, timbangan analitik, becker glass (1 L),
sendok the, pipet dan pengaduk gelas.

D. Cara Kerja
Pengenalan Pestisida :
5

1. Membaca buku penuntun praktikum dengan baik. Menggunakan jas lab,


masker dan sarung tangan karet guna menjaga keselamatan kerja sebelum
dan selama bekerja di laboratorium.
2. Mengambil salah satu kemasan pestisida yang ada di depan Anda.
Mencatat semua informasi yang tertulis pada kemasan pestisida.
Melakukan pekerjaan yang sama untuk kemasan lainnya.
3. Membuka kemasan pestisida (botol dan tau kotak/wadah lain) secara hati-
hati untuk melihat dan memastikan formulasi pestisida.
4. Mengambil 1 mL masing-masing pestisida pekatan dengan menggunakan
pipet dan memasuukan ke dalam becker glass berbeda. Mengambil 1 gram
pestisida formulasi tepung dan butiran, kemudian memasukkan ke dalam
becker glass berbeda. Menempelkan label pada masing-masing becker
glass.
5. Mengamati bentuk dan warna formulasi pestisida tersebut. Mencatat
semua informasi yang ada.
6

E. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pestisida Sintetis
Nama
Bahan Aktif Organisme Sasaran Sifat Bahan Formulasi Warna
Dagang
Insektisida
Ulat, belalang, wereng, Racun kontak dan Emulsifiable Kuning
Decis 25 EC Deltametrin 25 g/l
orong-orong, walang sangit lambung Consentrat (EC) jernih
Ulat api, ulat grayak, kutu Racun kontak dan Soluble Powder
Sevin 85 SP Karbaril 85 % Putih
putih lambung (SP)
Fungisida
Difenokonazol 125
Suspension
Amistar Top g/l Plasmodiophora brassicae Sistemik (protektif,
Concentrate Kuning muda
325 SC Azoksistrobin 200 dan Alternaria sp kuratif, dan preventif)
(SC)
g/l
Explore 250 Difenokonazol 250 Sistemik dan sebagai zat Emulsifiable Kuning
Phytoptora
EC g/l pengatur tumbuhan Consentrat (EC) kecoklatan
Antracol 70 Penicillium sp., Fusarium Werrable Putih
Propineb 70% Racun kontak, toksisitas
WP sp., Nigospora sp Powder (WP) kekuningan
Herbisida
Gulma berdaun sempit, sistemik purna tumbuh
Roundup 486 Isopropil amina Soluble Liquid
berdaun lebar, dan teki- dan zat pengatur tumbuh Kuning
SL glifosat 486 g/l (SL)
tekian tanaman
Gramaxon Parakuat diklorida Soluble Liquid
Gulma berdaun lebar Kontak purna tumbuh Hijau tua
276 SL 276 g/l (SL)
7

Rodentisida
Petrokum
Brodifakum 0,005% Tikus Slow akting Block Bait (BB) Kebiruan
0,005 BB
Nematisida
Sistemik racun kontak
Furadan 3 GR Karbofuran 3 % Nematoda Granula (G) Ungu
dan lambung
8

F. Pembahasan

Gambar 1. a). Insektisida Decis 25 EC; b). Insektisida Sevin 85 SP


(Sumber : Dok. Pribadi)

Pada tabel pengamatan diatas menunjukka beberapa pestisida dari berbagai


jenis diantaranya insektisida, herbisida, fungisida, nematisida, dan rodentisida.
Pada pengamatan ini digunakan 2 produk berjenis insektisida dengan nama
dagang; Decis 25 EC yang mengandung bahan aktif berupa senyawa Deltametrin
25 g/l untuk mengendalikan hama ulat, belalang, wereng, orong – orong serta
walang sangit dengan formulasi emulsifiable concentrat berwarna kuning jernih
dan bersifat sebagai racun kontak dan lambung bagi organisme sasaran. Serta
Sevin 85 SP yag memiliki kandungan bahan aktif Karbaril 85 % untuk
mengendalikan hama ulat api, ulat grayak serta kutu putih dengan formulasi
soluble powder berwarna putih dan bersifat sebagai racun kontak dan lambung
bagi organisme sasaran. Kedua jenis insektisida tersebut memiliki sifat bahan
yang sama akan tetapi memiliki kandungan dan formulasi yang berbeda.

Gambar 2. a). Fungisida Amistar TOP 325 SC; b). Fungisida Explore 250 EC; dan
c). Fungisida Antracol 70 WP.
(Sumber : Dok. Pribadi)
9

Selain insektisida, terdapat 3 jenis fungisida yang diamati yaitu Amistar TOP
325 SC yang memiliki 2 kandungan bahan aktif Difenokonazol 125 g/l dan
Azoksistrobin 200g/l untuk mengendalikan jamur Plasmodiophora brassicae dan
Alternaria sp dengan formulasi suspension concentrate berwarna kuning muda
dan memiliki sifat bahan sistemik (protektif, kuratif, dan prevetif); Explore 250
EC yang memiliki kandungan bahan aktif Difenokonazol 250 g/l untuk
mengendalikan jamur Phythoptora dengan formulasi Emulsifiable consentrat
berwarna kuing kecoklatan dan memiliki sifat bahan sistemik dan sebagai zat
pengatur tumbuh tanaman; serta Antracol 70 WP yang memiliki kandungan bahan
aktif Propineb 70 % untuk mengendalikan jamur Penicillium sp., Fusarium sp.,
dan Nigospora sp dengan formulasi werrable powder berwarna putih kekuningan
dan memiliki sifat bahan sebagai racun kontak dan toksisitas. Berbagai jenis
produk fungisida tersebut masing - masing memiliki organisme sasaran yang
berbeda - beda tergantung pada jenis bahan aktif yang terkandung dalam pestisida
tersebut.

Gambar 3. a). Herbisida Roundup 486 SL; dan b). Gramoxone 276 SL
(Sumber : Dok. Pribadi)
Terdapat 2 jenis Herbisida yang diamati yaitu Roundup 486 SL yang memiliki
kandungan bahan aktif Isopropil amini glifosat 486 g/l yang dapat mengendalikan
gulma berdaun sempit, berdaun lebar, dan teki - tekian dengan formulasi soluble
liquid berwarna kuning dan memiliki sifat sistemik purna tumbuh dan dapat
menjadi zat pegatur tumbuh tanaman; serta Gramaxon 276 SL yang memiliki
kandungan bahan aktif Parakuat diklorida 276 g/l yang dapat mengendalikan
gulma berdaun lebar dengan formulasi soluble liquid berwarna hijau tua dan
memiliki sifat kontak purna tumbuh. Herbisida yang diamati ini memiliki
10

perbedaan sifat bahan yang digunakan, sifat sistemik bahan mampu


mengendalikan berbagai jenis gulma berdaun sempit maupun berdaun lebar
dikarenakan sistem kerja bahan yang terkandung lebih efektif akan tetapi hasil
dari pengaplikasian dari pestisida yang memiliki sifat sistemik ini tidak dapat
terlihat langsung setelah pengaplikasian.

Gambar 4. a). Rodentisida petrokum 0,005 BB; b). Nematisida Furadan 3 GR


(Sumber : Dok. Pribadi)
Dalam pengamatan kali ini juga digunakan rodentisida dan nematisida yang
memiliki sasaran nya masing – masing, yaitu rodentisida Petrokum 0,005 BB
yang memiliki kandungan bahan aktif Brodifakum 0,005 % yang mampu
mengendalikan hama tikus pada tanaman yang memiliki formulasi block baik
berwarna kebiruan dan bersifat slow akting; serta nematisida Furadan 3 GR yang
memiliki kandungan bahan aktif Karbofuran 3% yang mampu mengendalikan
berbagai jenis nematoda yang menyerang tanaman dengan bentuk formulasi
granula berwarna ungu dan bersifat sistemik racun kontak dan lambung organisme
sasaran. Dari semua jenis pestisida yang telah diamati menunjukkan bahwa,
penggunaan pestisida diharuskan sesuai dengan organisme sasaran yang
dikendalikan hal ini bertujuan untuk mengurasi efek penggunaan pestisida ke
organisme lain bukan sasaran. Penggunaan pestisida yang tidak sesuai dosis yang
dianjurkan dapat menimbulkan dampak negatif bagi pertanaman sehingga
penggunaan pestisida harus sesuai dengan dosis yang digunakan.

G. Kesimpulan
Bahan penting yang ada didalam pestisida yang bekerja aktif terhadap hama
sasaran disebut bahan aktif. Pada pembuatan pestisida dipabrik bahan aktif
tersebut tidak dibuat secara murni (100%) tetapi bercampur sedikit dengan bahan
11

lainnya. Produk jadi yang merupakan campuran fisik antara bahan aktif dan bahan
tambahan yang tidak aktif disebut formulasi (Prijono, D,2006). Formulasi
menentukan bagaimana pestisida dengan bentuk, komposisi, dosis, frekuensi serta
jasad sasaran apa pestisida dengan formulasi tersebut dapat digunakan secara
efektif. Selain itu, formulasi pestisida juga menentukan aspek keamanan
penggunaan pestisida dibuat dan diedarkan dalam banyak macam formulasi

H. Daftar Pustaka
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2012. Pestisida Nabati. Bogor:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Kementerian Pertanian.
36 hal

Prijono, D. 1999. Pemanfaatan insektisida alami di tingkat petani. Di dalam:


Nugroho BW, Dadang, Prijono D, penyunting. Bahan Pelatihan
Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida Alami; Bogor, 9-13 Agustus
1999. Bogor: Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu Institut Pertanian
Bogor. hal 82 - 86

Prijono, D. 2006. Pedoman Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida Botani.


Di dalam: Kegiatan Pendampingan Tenaga Ahli (Technical Assistance)
pada Program Hibah Kompetisi A2. Jurusan Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung, 19-21 Juni dan 26-28 Juni. Bogor.
Departemen Proteksi Tanaman. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. 81 hal.
12

II. UJI EFEKTIVITAS BERBAGAI PESTISIDA SINTETIS

A. Dasar Teori
Pestisida sintetis adalah bahan kimia yang digunakan untuk membunuh hama,
termasuk serangga, jamur, dan gulma. Pestisida banyak digunakan dalam bidang
pertanian untuk membasmi hama dan penyakit tanaman. Insektisida juga
digunakan di rumah-rumah untuk membunuh nyamuk, kecoa, dan berbagai
serangga pengganggu lainnya. Di sisi lain, pestisida tersebut justru dapat
menyebabkan keracunan pada manusia (Runia Y, 2008). Pestisida adalah bahan
kimia (zat) yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama.
Pestisida berasal dari bahasa Inggris yaitu pest artinya hama, dan cida artinya
membunuh. Hama sangat berarti bagi petani, yaitu: tungau, gulma, penyakit
tanaman yang disebabkan oleh cendawan (jamur), bakteri dan virus, nematoda
(cacing perusak akar), bekicot, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap
merugikan. (Rukmana, R dan Sugandi, 1997).
Menurut Peraturan Menteri No. 434.1/Kpts/TP.207/7/2001 tentang syarat dan
tata cara pendaftaran pestisida, pestisida adalah semua bahan kimia dan bahan
lain, serta mikroorganisme dan virus yang digunakan: sebuah). membasmi atau
mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil
pertanian; b). untuk membasmi gulma; c). daun mati dan mencegah pertumbuhan
yang tidak diinginkan. ; d). mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau
bagian tanaman, kecuali pupuk; e). membasmi atau mencegah hama luar rumah
dan ternak; f). membasmi atau mencegah hama air; G). pemusnahan atau
pencegahan terhadap hewan dan mikroorganisme pada rumah tangga, gedung dan
kendaraan; dan H). Untuk membasmi atau mencegah hewan yang dapat
menimbulkan penyakit pada manusia atau hewan yang perlu dilindungi dengan
cara penggunaan pada tumbuhan, tanah atau air. Definisi pestisida sangat luas dan
mencakup produk yang digunakan untuk merawat tanaman (pertanian,
perkebunan, kehutanan). peternakan, kesehatan hewan, perikanan, konservasi
hasil pertanian, konservasi hasil hutan; kesehatan masyarakat (termasuk
pengendalian vektor), bangunan (khususnya pengendalian rayap), pestisida rumah
13

tangga, pengasapan dan pestisida industri. Insektisida yang digunakan khususnya


dalam bidang perawatan tanaman disebut sebagai produk perlindungan tanaman
(plant protection product, plant protection product) atau pestisida pertanian.
Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006).
Terdapat 53 jenis bahan aktif pestisida, piretroid (41,38%), organofosfat
(13,79%), karbamat (10,34%) mendominasi di antara pestisida tersebut. Dalam
fungisida, sekitar 73,91% mancozeb termasuk dalam kelompok dithiocarbamate
(Marinajati DKK, 2012). Menurut WHO, zat aktif ini termasuk golongan U (tidak
menimbulkan bahaya akut dalam dosis normal), golongan III (cukup berbahaya),
golongan II (berbahaya), golongan Ib (sangat berbahaya). Sebanyak 12% dari
seluruh pestisida yang ditemukan adalah triazofos (organofosfat), metamidofos
(organofosfat), karbofuran (karbamat) dan betacifluthrin (pteroid). (Direktorat
Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan,1994).

B. Tujuan
Tujuan dilakukannya Praktikum Pestisida Sintetis dan Bahan Alami yaitu :
setelah praktikum dilakukan, mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengujian
pestisida dengan benar.

C. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam Praktikum Pestisida Sintetis dan Bahan Alami
yaitu insektisida A/B formulasi Ec, serangga uji ulat grayak, ulat hongkong,
jangkrik, pakan daun sawi, kangkung, kol dan air. Sedangkan alat yang dipakai
adalah ATK, kalkulator, sarung tangan karet, masker, pipet, becker glass (250 m),
petri dish besar (15 cm) dan pengaduk gelas.

D. Cara Kerja
Pengujian racun perut dengan metode pencelupan
1. Menyiapkan larutan jadi insektisida formulasi EC.
2. Menggunakan 5 macam konsentrasi (0,05; 0,10; 0,15; 0,20; 0,25 %) dan air
bersih masing-masing sebanyak 100 mL.
3. Menyiapkan daun sawi, kangkung, kol sebanyak 10 gram sebanyak 6 unit.
14

4. Menyelupkan daun sawi, kangkung, kol tersebut ke dalam masing-masing


larutan insektisida dan air bersih beberapa detik.
5. Memasukkan daun sawi,kangkung, kol tersebut pada masing-masing cawan
petri dish yang besar yang sebelumnya telah dilapisi kertas saring dan
kemudian kering-anginkan.
6. Dalam setiap petri dish masing-masing memasukkan jangkrik, ulat grayak, ulat
hongkong, sebanyak 10 ekor yang telah dipuasakan (selama 2 jam) ke dalam
petri dish tersebut.
7. Mengganti dan menambahkan daun sawi segar, kangkung, kol secukupnya jika
pakan yang diberikan habis.n
8. Mencatat jumlah kematian serangga 12, 24 dan 48 jam setelah perlakuan.
9. Menghitung efektivitas insektisida pada setiap konsentrasi dengan
menggunakan formula Abbot.

E. Hasil Pengamatan
Tabel 2. Hasil Pengamatan Setelah 12 Jam yang diberi Pakan Kol
Pestisid Jumlah hama yang mati
a Konsentrasi
0 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25
Decis 0 0 1 2 2 3
Sevin 0 0 2 2 3 3

Tabel 3. Hasil Pengamatan Setelah 24 Jam yang diberi Pakan Kol


Jumlah hama yang mati
Pestisida
Konsentrasi
0 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25
Decis 1 1 2 3 4 6
Sevin 0 1 2 4 4 7

Tabel 4. Hasil Pengamatan Setelah 48 Jam yang diberi Pakan Kol


Jumlah hama yang mati
Pestisid
a
Konsentrasi
0 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25
Decis 2 5 7 8 9 10
Sevin 2 6 7 8 10 10
15

Tabel 5. Hasil Pengamatan Setelah 12 Jam yang diberi Pakan Sawi


Jumlah hama yang mati
Pestisid
a
Konsentrasi
0 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25
Decis 0 2 3 3 3 4
Sevin 0 2 2 3 4 5

Tabel 6. Hasil Pengamatan Setelah 24 Jam yang diberi Pakan Sawi


Jumlah hama yang mati
Pestisida
Konsentrasi
0 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25
Decis 5 6 7 8 9 10
Sevin 4 7 9 10 10 10

Tabel 7. Hasil Pengamatan Setelah 48 Jam yang diberi Pakan Sawi


Pestisid Jumlah hama yang mati
a Konsentrasi
0 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25
Decis 10 10 10 10 10 10
Sevin 9 10 10 10 10 10

Tabel 8. Hasil Pengamatan Setelah 12 Jam yang diberi Pakan Kangkung

Konsentrasi
0 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25
Decis 0 1 4 5 5 6
Sevin 0 3 2 5 6 7

Tabel 9. Hasil Pengamatan Setelah 24 Jam yang diberi Pakan Kangkung


Pestisid Jumlah hama yang mati
a Konsentrasi
0 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25
Decis 4 6 6 7 8 9
Sevin 3 5 5 7 8 10

Tabel 10. Hasil Pengamatan Setelah 48 Jam yang diberi Pakan Kangkung
Pestisid Jumlah hama yang mati
a Konsentrasi
0 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25
16

Decis 9 10 10 10 10 10
Sevin 9 9 10 10 10 10

F. Pembahasan

Gambar 5. Pengujian Efektivitas Pestisida Sintetis Dengan Konsetrasi Berbeda


(Sumber : Dok. Pribadi)

Melalui pengamatan efektivitas insektisida sintetik pada tanaman, dapat


diketahui bahwa insektisida Sevin 85 SP yang mengandung bahan aktif berupa
senyawa Karbaril 85% memiliki kemampuan membunuh hama pada tanaman
sejak 12 jam setelah aplikasi tunggal. Berdasarkan hasil tersebut, Insektisida
Sevin 85 SP lebih efektif dalam mengendalikan hama tanaman dibandingkan
dengan Insektisida Decis 25 EC. Selain menggunakan ulat grayak, dalam uji
efisiensi ini juga digunakan serangga lain seperti ulat hongkong dan jangkrik
sebagai subjek uji. Seperti ulat grayak militer, ulat hongkong dan jangkrik mulai
mati 12 jam setelah penyemprotan pestisida pada subjek (serangga). Semua
subyek serangga diberi perlakuan dengan konsentrasi percobaan yang berbeda
yaitu 0 (kontrol), 0,05%, 0,10%, 0,15%, 0,20% dan 0,25%. Dari perbedaan
konsentrasi yang digunakan diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi yang
digunakan maka semakin cepat pengaruh aplikasi terhadap serangga sasaran.
Serangga yang digunakan sebagai subjek percobaan mendapatkan 3 jenis pakan
yang berbeda tergantung dari jenis serangga yang digunakan. Dalam uji ulat
hongkong, 10 gram sawi diberikan untuk setiap kasus uji, ulat grayak diberikan 10
gram kol (kubis) per wadah uji; dan jangkrik mendapat pakan berupa daun
kangkung hingga 10 gram per wadah uji. Teknik aplikasi pestisida melibatkan
merendam makanan dalam larutan pestisida yang disiapkan dengan konsentrasi
berbeda. Kemudian dilakukan pengamatan selama 48 jam (2 hari) dengan
17

memperhatikan jumlah serangga yang mati setelah dilakukan penyemprotan


insektisida. Kedua pestisida yang digunakan adalah insektisida dengan fungsi
kontak dan racun lambung dengan perbedaan formulasi dan bahan aktif yang jelas
dari kedua pestisida tersebut. Sevin 85 SP bentuk sediaan berupa serbuk larut
yang merupakan insektisida racun kontak dan lambung berbentuk serbuk putih
yang dapat disuspensi, dengan bahan aktif senyawa Carbaryl 85% terhadap
tanaman khusus khususnya kakao, kacang tanah, minyak sawit , kopi, lada dan
tembakau. Sedangkan insektisida Decis 25 EC memiliki formula Concentrate
Emulsifying (EC) dan memiliki kandungan zat aktif senyawa Deltametrin 25 g/l
yang merupakan insektisida kontak dan racun lambung berupa pewarna. hama
tanaman yaitu anggrek, apel, paprika, tomat dll.

G. Kesimpulan
Pestisidia sintesis merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membunuh
hama, baik insekta, jamur maupun gulma. Pestisida juga digunakan dirumah
tangga untuk memberantas nyamuk, kecoa dan berbagai serangga penggangu
lainnya. Dari hasil pengujian yang dilakukan tersebut, insektisida Sevin 85 SP
lebih efektif dalam mengendalikan hama tanaman ulat grayak dibandingkan
dengan insektisida Decis 25 EC. Selain penggunaan ulat grayak, pada uji
efektivitas ini digunakan juga serangga lain seperti ulat hongkong dan jangkrik
sebagai objek pengujian. Sama seperti ulat grayak, ulat hongkong dan jangkrik
mulai mengalami kematian mulai dari 12 jam setelah pengaplikasian pestisida
tersebut ke objek (Serangga). Semua serangga objek diberikan perlakukan dengan
berbagai konsetrasi percobaan yaitu 0 (Kontrol), 0,05%, 0,10%, 0,15%, 0,20%,
dan 0,25%. Dari berbagai konsentrasi yang digunakan tersebut didapatkan bahwa
semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin cepat pula efek
pengaplikasian bekerja ke serangga sasaran. Kedua jenis pestisida yang digunakan
merupakan jenis insektisida yang memiliki cara kerja sebagai racun kontak dan
lambung dengan perbedaan yang nampak dari formulasi dan bahan aktif dari
kedua pestisida tersebut.
18

H. Daftar Pustaka
Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan. 1994. Upaya Pengenalan
Pestisida Botani. Departemen Pertanian. Direktorat Jendral Perkebunan.
Jakarta. 57 hal

Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006. Daftar Komoditi Binaan Direktorat


Jenderal
Perkebunan Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomorn
511/Kpts/Pd.310/9/2006. Jakarta

Rukmana, R dan Sugandi, 1997. Hama Tanaman dan Teknik


Pengendalian.Jakarta: Kanisius
19

LAMPIRAN
20

\
21

Anda mungkin juga menyukai