Anda di halaman 1dari 17

AKUNTANSI KEPERILAKUAN DALAM AKUNTANSI SOSIAL

“Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas di mata kuliah akuntansi keperilakuan”

Dosen Pengampu :

Dr. Hendra Raza, S.E., M.Si

DISUSUN :

1. Usratul Hasanah ( 200420024 )


2. Uswatun Hasanah ( 200420063 )
3. Rapina ( 200420256 )
4. Elvie Ramadhana ( 200420094 )
5. Mutiara Fitri ( 200420098 )

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr,wb,.

Alhamdulillah berkat pertolongan Allah SWT kami penulis dapat menyajikan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah akuntansi keprilakuan, disamping itu
juga sebagai pembelajaran bagi kami penulis untuk mengetahui dampak sosial aktivitas
organisasi perusahaan, pengukuran, pengolahan, dan pelaporan pertanggung dari cocial
accounting

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata
sempurna, baik isi, susunan kalimat maupun sistematika pembahasannya. Untuk itu teguran,
saran dan nasihat para pembaca serta dosen pengampu senantiasa kami harapkan demi
kesempurnaan makalah kami ini. Tiada gading yang tak retak, kata pepatah. Namun upaya
mencari gading yang tidak retak setidaknya telah kami usahakan. Akhirnya segala kesalahan dan
kekurangan adalah tanggung jawab kami sebagai penulis, namun, apabila terdapat kebenaran dalam
Makalah ini semata karena hanya ridho, tuntunan, dan petunjuk dari Allah sang maha pencipta.

Demikian kata pengantar dari penulis, jika ada kesalahan dalam penulisan kata sehingga
dapat menimbulkan kesalah pahaman, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya, dan semoga
laporan penulisan ini dapat bermanfaat bagi pribadi

penulis maupun bagi orang lain.

Terima kasih.

Wassalamualaikum wr,wb

Lhokseumawe,2 november 2022

Kelompok 5
Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………...2

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….3

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………….4

A. Latar belakang ……………………………………………………………………...4

B. Rumusan masalah …………………………………………………………………..7

C. Tujuan ……………………………………………………………………………….7

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………….………………….8

2.1. Pengertian Akuntansi Sosial….. ……………….…………………………………..8

2.2 Tujuan Akuntasi sosial ………..…….……………………………………………..9

2.3 Tanggung Jawab Perusahaan Terkait Akuntansi Sosiaal dan Lingkungan ……......12

2.4 Pelanggaran yang Terjadi akibat Perilaku yang Kurang Etis Dibidang Akuntasi…..13

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………….…16

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Semua organisasi memiliki pertanyaan tentang manajemen organisasi tergantung


pada kemampuan untuk mengukur kinerja dan kemudian mengevaluasi dan
melaporkan kinerja itu. Ketika kita sedang mempertimbangkan CSR ini sama-sama
benar,sekalipun menjadi lebih sulit untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja itu.
Dalam bab kita akan mempertimbangkan beberapa isu yang terlibat. Salah satu
persoalan penting dalam pengelolaan sumber daya organisasi adalah evaluasi kinerja
pegawai dan pemberian kompensasi.Ketidak tepatan dalam melakukan evaluasi kinerja
akan berdampak pada pemberian kompensasi yang ada akhirnya akan mempengaruhi
perilaku dan sikap kariyawan.Karyawan akan merasa tidak puas dengan kompensasi
yang di dapat sehingga akan berdampak terbalik pada kinerja pegawai yang menurun
dan bahkan karyawan akan mencoba mencari pekerjaan lain yang memberi kompensasi
lebih baik.Hal ini cukup berbahaya bagi perusahaan apabila pesaing merekrut atau
membajak karyawan yang merasa tidak puas tersebut dapat membocorkan rahasia
perusahaan atau organisasi.

Evaluasi kinerja pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kadar
profesionalisme karyawan serta seberapa tepat pegawai telah menjalankan
fungsinya.Penilaian kinerja dimaksudkan untuk menilai dan mencari jenis perlakuan
yang tepat sehingga karyawan dapat berkembang lebih cepat sesuai dengan
harapan.Ketepatan dalam menjalankan fungsinya akan sangat berpengaruh terhadap
pencapaian kinerja organisasi secara keseluruhan. Tidak sedikit di perusahaan-
perusahaan swasta maupun negeri yang melakukan evaluasi kinerja pegawai tidak
tepat,tidak sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada,pada akhirnya akan berdampak
pada pemberian kompensasi. Oleh karena itu, banyak para karyawan yang kinerjanya
menurun dan pada akhirnya harus mengundurkan diri karena kompensasi yang tidak
sesuai.dengan adanya kasus seperti inilah bagi instansi pemerintahan, maupun

4
perusahaan swasta, evaluasi kinerja sangat berguna untuk menilai kuantitas, kualitas,
efesiensi perusahaan, motivasi para aparatur serta melakukan pengawasan dan
perbaikan.kinerja aparatur yang optimal sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
produktifitas dan menjaga kelangsungan hidup instansi ini.setiap instansi tidak akan
pernah luput dari hal pemberian balas jasa atau konpensasi yang merupakan salah satu
masalah penting dalam menciptakan motivasi kinerja aparatur, karena untuk
meningkatkan kinerja aparatur di butuhkan pemenuhan kompensasi untuk mendukung
motivasi para aparatur dengan terbentuknya motivasi yang kuat,maka akan dapat
membuahkan hasil atau kinerja yang baik sekaligus berkualitas dari pekerjaan yang di
laksanakan.

Akuntansi sosial berkepentingan dengan identifikasi dan pengukuran manfaat


social dan biaya sosial, konsep yang biasa diabaikan oleh para akuntan
tradisional. Untuk memahami perkembangan akuntansi sosial, seseorang harus
mengetahui bagaimana manfaat dan biaya sosial telah diperlakukan dimasa lalu.
Model akuntansi dasar (baik untuk tujuan keuangan dan manajerial) menggunakan
teori ekonomi mikro untuk menentukan apa yang harus dimasukkan atau
dikeluarkan dari perhitungan akuntansi. Manfaat dan biaya sosial karena itu, telah
diabaikan secara tradisional oleh teoretikus dan praktisi akuntansi. Pada tahun 1960-an
juga terdapat pertumbuhan dalam gerakan lingkungan ketika lebih banyak orang
menyadari dampak dari industrialisasi pada kualitas udara, air, dan tanah.
Undang-undang disahkan untuk melindungi sumber daya alam ini dan
mengendalikan pembuangan limbah beracun. Hukum menetapkan standar untuk
emisi polusi dan mengenakan denda kepada siapapun yang melanggarnya. Para
pelaku bisnis diminta untuk mengendalikan emisi polusi dan bekerja sama dengan
pemerintah untuk mengembangkan dan menerapkan rencana untuk mengurangi polusi.

Akuntansi sosial berkepentingan dengan identifikasi dan pengukuran manfaat


social dan biaya sosial, konsep yang biasa diabaikan oleh para akuntan
tradisional. Untuk memahami perkembangan akuntansi sosial, seseorang harus
mengetahui bagaimana manfaat dan biaya sosial telah diperlakukan dimasa lalu.
Model akuntansi dasar (baik untuk tujuan keuangan dan manajerial) menggunakan
teori ekonomi mikro untuk menentukan apa yang harus dimasukkan atau

5
dikeluarkan dari perhitungan akuntansi. Manfaat dan biaya sosial karena itu, telah
diabaikan secara tradisional oleh teoretikus dan praktisi akuntansi.

Pada tahun 1960-an juga terdapat pertumbuhan dalam gerakan lingkungan ketika
lebih banyak orang menyadari dampak dari industrialisasi pada kualitas udara,
air, dan tanah. Undang-undang disahkan untuk melindungi sumber daya alam
ini dan mengendalikan pembuangan limbah beracun. Hukum menetapkan
standar untuk emisi polusi dan mengenakan denda kepada siapapun yang
melanggarnya. Para pelaku bisnis diminta untuk mengendalikan emisi polusi dan
bekerja sama dengan pemerintah untuk mengembangkan dan menerapkan rencana
untuk mengurangi polusi. Akuntansi sosial berkepentingan dengan identifikasi dan
pengukuran manfaat social dan biaya sosial, konsep yang biasa diabaikan oleh
para akuntan tradisional. Untuk memahami perkembangan akuntansi sosial,
seseorang harus mengetahui bagaimana manfaat dan biaya sosial telah diperlakukan
dimasa lalu. Model akuntansi dasar (baik untuk tujuan keuangan dan manajerial)
menggunakan teori ekonomi mikro untuk menentukan apa yang harus
dimasukkan atau dikeluarkan dari perhitungan akuntansi. Manfaat dan biaya sosial
karena itu, telah diabaikan secara tradisional oleh teoretikus dan praktisi akuntansi.

Pada tahun 1960-an juga terdapat pertumbuhan dalam gerakan lingkungan ketika
lebih banyak orang menyadari dampak dari industrialisasi pada kualitas udara,
air, dan tanah. Undang-undang disahkan untuk melindungi sumber daya alam
ini dan mengendalikan pembuangan limbah beracun. Hukum menetapkan
standar untuk emisi polusi dan mengenakan denda kepada siapapun yang
melanggarnya. Para pelaku bisnis diminta untuk mengendalikan emisi polusi dan
bekerja sama dengan pemerintah untuk mengembangkan dan menerapkan rencana
untuk mengurangi polusi. Akuntansi sosial berkepentingan dengan identifikasi dan
pengukuran manfaat sosial dan biaya sosial,konsep yang biasa diabaikan oleh para
akuntan tradisional. Untuk memahami perkembangan akuntansi sosial, seseorang
harus mengetahui bagaimana manfaatdan biaya sosial telah diperlakukan dimasa
lalu.Model akuntansi dasar (baik untuk tujuan keuangan dan manajerial) menggunakan
teoriekonomi mikro untuk menentukan apa yang harus dimasukkan atau
dikeluarkan dariperhitungan akuntansi. Manfaat dan biaya sosial karena itu, telah
6
diabaikan secara tradisionaloleh teoretikus dan praktisi akuntansi.Pada tahun 1960-an
juga terdapat pertumbuhan dalam gerakan lingkungan ketika lebihbanyak orang
menyadari dampak dari industrialisasi pada kualitas udara, air, dan
tanah.Undang-undang disahkan untuk melindungi sumber daya alam ini dan
mengendalikanpembuangan limbah beracun. Hukum menetapkan standar untuk
emisi polusi danmengenakan denda kepada siapapun yang melanggarnya. Para
pelaku bisnis diminta untuk mengendalikan emisi polusi dan bekerja sama dengan
pemerintah untuk mengembangkan danmenerapkan rencana untuk mengurangi polusi.

2. Rumusan masalah
1. Apa pengertian akuntansi sosial ?
2. Apa tujuan akuntansi sosial ?
3. Apa tanggung jawab perusahaan terkait akuntansi sosial dan lingkungan ?
4. Pelanggaran apa sajakah yang terjadi akibat dan perilaku yang kurang etis dibidang
akuntansi ?

3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian akuntansi social
2. Mengetahui tujuan akuntansi social
3. Mengetahui tanggung jawab perusahaan terkait akuntansi social dan lingkungan
4. Mengetahui apa saja yang terjadi akibat perilaku yang kurang etis di bidang
akuntansi

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Akuntansi sosial adalah proses mengkomunikasikan dampak sosial dan
lingkungan dari tindakan ekononomi organisasi untuk kepentingan kelompok tertentu
dalam masyarakat dan untuk masyarakat luas. Akuntansi Sosial sering juga disebut
Akuntansi Lingkungan ataupun Akuntansi Sosial Ekonomi, oleh Belkoui (2000),
yang diterjemahkan Ramanathan, didefinisikan sebagai proses seleksi variabel-
variabel kinerja sosial tingkat perusahaan, ukuran dan prosedur pengukuran; yang
secara sistematis mengembangkan informasi yang bermanfaat untuk mengevaluasi
kinerja sosial perusahaan dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada
kelompok sosial yang tertarik, baik di dalam maupun di luar perusahaan.Sedangkan
menurut Haniffa (2002), Akuntansi sosial mengidentifikasi, menilai dan mengukur
aspek penting dari kegiatan sosial ekonomi perusahaan dan negara dalam memelihara
kualitas hidup masyarakat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkannya.Menurut
Sahid (2002), ada beberapa pengertian akuntansi lingkungan atau akuntansi sosial,
ada pengertian yang luas dan ada pula pengertian yang sempit.
Dalam pengertian yang luas dalam himpunan istilah lingkungan untuk
manajemen (Handry Satriago), akuntansi lingkungan merupakan proses akunting
yang:

1. Mengenali, mencari, dan kemudian mengurangi efek-efek lingkungan negatif dari


pelaksanaan praktik laporan yang konvensional;

2. Mengenali secara terpisah biaya-biaya dan penghasilan yang berhubungan


dengan lingkungan dalam sistem laporan yang konvensional;

3. Mengambil langkah-langkah aktif untuk menyusun inisiatif-inisiatif untuk


memperbaiki efek-efek lingkungan yang timbul dari praktik-praktik pelaporan
konvensional;

8
4. Merencanakan bentuk-bentuk baru sistem laporan finansial dan non finansial,
sistem informasi dan sistem pengawasan untuk lebih mendukung keputusan
manajemen yang secara lingkungan tidak berbahaya;

5. Mengembangkan bentuk-bentuk baru dalam pengukuran kinerja, pelaporan, dan


penilaian untuk tujuan internal dan eksternal;

6. Mengenali, menguji, mencari dan memperbaiki area-area dimana kriteria finansial


konvensional dan kriteria lingkungan bertentangan;

7. Mencoba cara-cara dimana sistem berkelanjutan dapat dinilai dan digabungkan


menjadi kebiasaan yang berhubungan dengan organisasi.

Dalam pengertian sempit, sebagaimana dikemukakan dalam Natural Resource


Accounting, salah satu dokumen INTOSAI Working Group on Environtmental Auditing
menyatakan bahwa “akuntansi lingkungan sebagai kompilasi data lingkungan dalam
kerangka kerja akuntansi”. (Sahid, 2002). Dari definisi-definisi tersebut dapat dilihat
bahwa akuntansi sosial memberikan gambaran mengenai interaksi dari aktivitas
perusahaan terhadap lingkungan sosialnya. Akuntansi sosial juga memberikan informasi
yang dapat digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja sosial dari perusahaan.

2.2 Tujuan Akuntansi Social

Menurut Sueb (2001) pada dasarnya akuntansi sosial bertujuan untuk mengukur dan
mengungkapkan untung rugi dan biaya sosial yang ditimbulkan oleh kegiatan
perusahaan terhadap masyarakat.Sedangkan ruang lingkup akuntansi sosial masih
menurut Sueb (2001) mencakup akuntansi bagi dampak sosial pada tingkat mikro dan
makro. Micro socioeconomic accounting ditujukan untuk mengukur dan melaporkan
dampak perilaku perusahaan terhadap lingkungan.Macro socioeconomic accounting,
mencakup evaluasi, pengukuran, dan pengungkapan kinerja sosial secara makro.

Biaya Sosial (Biaya Lingkungan)

Beberapa pengertian biaya sosial/lingkungan :

1. Biaya lingkungan adalah salah satu dari beberapa tipe biaya bisnis yang terjadi
dalam memberikan jasa atau barang kepada konsumuen (Balley, 1991).

9
2. Biaya lingkungan adalah biaya yang muncul dalam usaha untuk mencapai tujuan
seperti pengurangan biaya lingkungan, meningkatkan pendapatan, meningkatkan
kinerja lingkungan yang perlu dipertimbangkan saat ini dan yang akan datang
(Anshari, 1997).

3. Biaya lingkungan terkait erat dengan lingkungan. Biaya lingkungan meliputi,


antara lain, biaya degradasi tanah, biaya pencemaran lingkungan, biaya penyusutan
air, biaya untuk daur ulang, biaya untuk membayar denda, bunga, dan biaya ganti
rugi karena kerusakan lingkungan, serta kehilangan flora dan fauna (Sahid, 2002).

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya


lingkungan adalah biaya yang terjadi akibat dari aktivitas perusahaan yang
berdampak terhadap lingkungan. Perusahaan berbeda-beda dalam
mendefinisikan biaya lingkungan, hal ini tergantung pada seberapa besar
informasi yang dipergunakan dan skala serta skope pengujiannya (Astuti, 2002).

Biaya lingkungan dan kinerja lingkungan dipertimbangkan oleh manajemen


dengan alasan sebagai berikut: (Bringer, 1994)

1. Beberapa biaya lingkungan secara signifikan mampu mengurangi atau


mengeliminasi keputusan bisnis, misalkan tentang penggunaan teknologi
untuk mengurangi limbah.
2. Biaya lingkungan mungkin tidak ditunjukkan dalam biaya overhead, atau
bahkan diabaikan.
3. Beberapa perusahaan telah menemukan biaya lingkungan yang dapat ditutup
kerugiannya oleh penghasilan yang digeneralisasi melalui penjualan bahan
sisa.
4. Manajemen biaya lingkungan yang lebih baik dapat dihasilkan dalam kinerja
lingkungan yang lebih baik dengan keuntungan yang signifikan terhadap
kesehatan masyarakat.
5. Pemahaman kinerja dan biaya lingkungan lebih dapat mencerminkan
perhitungan biaya dan harga yang akurat dan dapat membantu perusahaan
dalam mendesain proses lingkungan di masa mendatang dengan lebih baik.
6. Competitive advantage dapat dihasilkan dari proses lingkungan yang baik.

10
7. Akuntansi untuk biaya lingkungan dan kinerjanya dapat mendukung
perkembangan perusahaan dan operasi perusahaan atas sistem manajemen
lingkungan. Seperti sistem yang digunakan dalam menetapkan ISO.

Pengelompokan biaya lingkungan dibagi kedalam 3 (tiga) tipe yaitu: (White and
Savage, 1995) dalam Irawan (2001)
1. Conventional Company Costs;
2. Less tangible items (including savings and revenue streams) dan;
3. External costs.

Conventional company costs dan less tangible items dikelompokkan sebagai biaya
internal bagi perusahaan, yaitu pengumpulan biaya yang mempengaruhi neraca periode
berjalan, peraturan yang ada, dan kondisi pasar.
Less tangible items adalah biaya tidak langsung perusahaan (indirect cost), saving,
atau revenue stream yang mencakup kewjiban, ketaatan pada peraturan di masa
mendatang, perubahan nilai saham berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan atas
kegiatan lingkungan, peningkatan posisi dalam pasar produk “hijau” dan konsekuensi
ekonomi atas perubahan citra perusahaan berkaitan dengan performance
lingkungannya.
External costs merupakan biaya kerusakan sosial atau lingkungan yang terjadi
akibat operasi perusahaan, misalnya biaya dampak memburuknya kesehatan akibat
emisi buangan asap perusahaan yang terjadi karena perusahaan tidak mematuhi
peraturan yang ada, kerusakan bangunan atau hasil panen akibat pembuangan sulfur
atau belerang, dan kerusakan yang bersifat irreversible (tidak dapat diperbaharui)
terhadap ekosistem atau spesies tertentu akibat kegiatan penambangan atau perusakan
hutan.

11
2.3 Tanggung Jawab Perusahaan Terkait Akuntansi Sosial Dan Lingkungan

Definisi Kinerja Sosial/Lingkungan

Menurut Purwanto (2003), kinerja lingkungan adalah hasil dapat diukur dari
system manajemen lingkungan, yang terkait dengan kontrol aspek-aspek
lingkungannya. Kinerja lingkungan kuantitatif adalah hasil dapat diukur dari sistem
manajemen lingkungan yang terkait kontrol aspek lingkungan fisiknya. Sedangkan
kinerja lingkungan kualitatif adalah hasil dapat diukur dari hal-hal yang terkait
dengan ukuran aset non fisik, seperti prosedur, proses inovasi, motivasi, dan
semangat kerja yang dialami manusia pelaku kegiatan, dalam mewujudkan
kebijakan lingkungan organisasi, sasaran dan targetnya.

A. Indikator Kinerja

Indikator adalah data teranalisa yang telah diberi perspektif pengukuran untuk
menunjukkan gejala perubahan, dengan dikaitkan isu-isu tertentu.
Urutannya adalah data mentah, data yang teranalisis, indikator, dan indikasi.
Data mentah adalah data yang belum diolah. Data teranalisis adalah data yang
telah diolah dan dianalisis. Indikator adalah data teranalisis yang telah diberi
perspektif pengukuran untuk menunjukkan gejala perubahan, dengan dikaitkan
isu-isu tertentu. Sedangkan indikasi adalah analisis indikator yang menunjukkan
gejala perubahan atau terindikasi perubahan, dalam perspektif tertentu.

B. Jenis Indikator Kinerja Lingkungan

Menurut GEMI (1998) dalam Purwanto (2003), jenis ukuran indikator kinerja
lingkungan secara umum terdiri dari 2 golongan yaitu:
1. Indikator lagging yaitu ukuran kinerja end-process, mengukur output hasil
proses seperti jumlah polutan dikeluarkan.
2. Indikator leading yaitu ukuran kinerja in-process.

Indikator lagging adalah jenis indikator yang paling sering digunakan


karena relatif mudah digunakan dan dimengerti. Dengan indikator ini aksi
korektif hanya dapat diambil setelah kejadian, bahkan setelah mengeluarkan
biaya tertentu seperti denda atau turunnya citra perusahaan akibat keluhan dari

12
masyarakat. Indikator ini juga tidak mengidentifikasi akar penyebab defisiensi
dan bagaimana kejadiannya dapat dicegah. Efek dari tindakan korektif tidak
akan muncul hingga hasilnya tahun depan, sehingga ukuran kinerja akan
terasa terlambat.
Jenis indikator kedua, yaitu indikator leading atau indikator in-process,
adalah indikator yang mengukur implementasi presedur yang dilakukan, atau
mengukur faktor apa yang diharapkan membawa pada perbaikan kinerja
lingkungan. Contohnya adalah jumlah audit pemenuhan lingkungan,
kesehatan dan keselamatan yang diadakan selama setahun. Berbeda dengan
indikator sebelumnya, aksi korektif indikator ini seringkali dapat diambil
sebelum kejadian defisiensi muncul yang mengurangi kinerja lingkungan.
Sayangnya, indikator leading seringkali sulit dihitung (beberapa bahkan
cenderung kualitatif daripada kuantitatif), dan hasilnya tidak mendapat
perhatian dari para pemegang saham (termasuk publik).

Mengapa dibutuhkan Evaluasi Kinerja Lingkungan?

Indikator kinerja lingkungan kuantitatif perusahaan tidak selalu sesuai


dengan kebutuhan konsumen, dalam hal ini konsumen kebijakan lingkungan
adalah karyawan (internal), masyarakat, pelanggan, investor, dan pemerintah
(eksternal). Karena itu diperlukan pengertian terhadap kebutuhan pelanggan
dan kemampuan membentuk kinerja lingkungan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Kebutuhan pelanggan diketahui lewat survei, kontak langsung,
kontak pemasaran, dan sebagainya. Sedangkan kemampuan membentuk
kinerja lingkungan yang sesuai kebutuhan, dicapai antara lain lewat model
evaluasi kinerja lingkungan perusahaan.

2.4 Pelanggaran Yang Terjadi Akibat Dan Perilaku Yang Kurang Etis Dibidang
Akuntansi .

Etika ,Moral, Kognitif

Dari pandangan Etimologi, Etika berasal dari bahasa Yunani “etos” (bentuk
tunggal) yang berarti adat, kebiasaan, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam
bentuk jamak yang berarti adat kebiasaan. Filosof Yunani terkenal Aristoteles

13
(384-322SM) telah menggunakan istilah jiwa khas suatu bangsa untuk menjelaskan
filsafa tmoral.dalam kamus umum Bahasa Indonesia, Etika adalah ilmu
pengetahuan tentang azaz-azaz moral.Sementara dalam kamus gema dan Shadaly
(1995)Etika adalah perilaku etis,beradab, dan bertata susila. Dari pandangan
normatif, Etika adalah prinsip-moral utama yang memisahkan halyang baik dan hal
yang buruk serta apa yang harus dilakukan dan tidak harus dilakukan oleh
seseorang.Smentara menurut Satyagraha Etika adalah nilai-nilai dan norma-norma
moral dalam suatu masyarakat.Karenanya Etika diartikan sebagai moralitas.Hal
tersebut sejalan dengan pendapat Boyntondan kell (1996) yang mendefinisikan
etika sebagai sebuah pranatakamuang terdiri dari prinsip-prinsip moral dan standar
yang focus pada perilaku manusiawi untuk dapat menentukan “benar” dan “salah”.
Demikian juga dengan Arens -Loebbecke (1996) berpendapat bahwa Etika
berkaitan dengan perangkat moral dan nilai.Karenanya, Etika merupakan suatu
prinsip moral dan perilaku yang menjadi dasarbertindak bagi seseorang, jadi apa
yang dicari dinilai sebagai sebuah perbuatan yang terpuji jadi meningkatkan derajat
martabat serta kehormatan bagi seseorang.

Moral di artikan sebagai nilai-nilai serta norma-norma yang menjadi dasar


pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam bertindak.kata moral
berasal dari bahasa lain”mos”yang memiliki arti kebiasaan. Etika profesi akuntan
puublik Indonesia bergabung di dalam wadah oeganisasi IAPI (institute akuntan
public Indonesia).

Jenis perilaku tidak etis oleh pemakai laporan keuangan ada beberapa jenis perilaku
yang tidak etis oleh auditor nyang meliputi antara lain:
Gratifikasi moneter: berikut manajemen menawarkan uang kepada pemakai
laporan keuangan atau barang hadiah biasa untuk memiliki laporan yang
menguntungkan.Pelecehan seksual adalah salah satu perilaku tidak bermoral pada
bagian dari manajemen puncak yang pengganti staf perempuan mereka untuk
dilecehkan secara seksual oleh auditor laki-laki sehingga membuat laporan yang
menguntungkan.Alasan untuk perilaku tidak etis ada beberapa alasan yang
mungkin mempertimbangkan bertindak tidak etis ketika mempersiapkan informasi
14
keuangan sebagai berikut:Untuk kepentingan –keserakahan.Seorang akuntan dapat
menggelapkan dana dari majikannya untuk keuntungan finansial.Ketua keuangan
petugas dari perusahaan umum dapat menyusun laporan keuangan untuk tampil
seolah-olah perusahaan tersebut melakukan lebih baik dari pada yang
sebenarnya,karena dia ingin portopolio saham mereka meningkat.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Akuntansi Sosial sering juga disebut Akuntansi Lingkungan ataupun Akuntansi
Sosial Ekonomi, oleh Belkoui (2000), yang diterjemahkan Ramanathan, didefinisikan
sebagai proses seleksi variabel-variabel kinerja sosial tingkat perusahaan, ukuran dan
prosedur pengukuran; yang secara sistematis mengembangkan informasi yang
bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja sosial perusahaan dan mengkomunikasikan
informasi tersebut kepada kelompok sosial yang tertarik, baik di dalam maupun di luar
perusahaan.
akuntansi sosial bertujuan untuk mengukur dan mengungkapkan untung rugi dan
biaya sosial yang ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan terhadap masyarakat.
Akuntansi sosial masih menjadi pro dan kontra di dunia akuntansi sampai saat ini
mengingat masih terdapatnya pro dan kontra tentang sejauh mana perusahaan harus
bertanggung jawab kepada lingkungan sosialnya.
Untuk mengukur manfaat social (social benefit) maupun pengorbanan social (Social
Cost) dapat dipergunakan cara penilaian pengganti, teknik survey dan keputusan dari
pengadilan, dan beberapa teknik lainnya yang direkomendasikan oleh para ahli dan
bukti- bukti empiris praktik akuntansi sosial di Amerika.

16
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/19984835/Akuntansi_Sosial
https;//id.scribd.com/document/326264667/akuntansi-Sosial

17

Anda mungkin juga menyukai