Anda di halaman 1dari 35

BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

BAB IV

PELAKSANAAN PROYEK

IV.1 Tinjauan Umum


Proyek ini merupakan proyek pembangunan gedung Apartement yang
terdiri dari 18 Lantai dan 1 Semi Basement dalam satu lokasi bangunan Lokasi
proyek terletak di Jalan Ir Haji Juanda No 38, Ciputat Timur, Tangerang Selatan,
Indonesia.

Selama pelaksanaan proyek adapun koordinasi antara pengawas lapangan


dan tenaga kerja juga diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan – kesalahan selama
pelaksanaan konstruksi.

IV.2 Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan sangatlah penting dalam pelaksanaan konstruksi,


sebab apabila pekerjaan persiapan telah direncanakan kemudian dikerjakan
dengan baik dan sesuai rencana makan akan mudah bagi pekerja konstruksi untuk
melaksanakan tugas – tugas dan tanggung jawabnya.

Pekerjaan Persiapan dalam hal ini meliputi :

1. Pembuatan akses sementara menuju proyek untuk memulai pekerjaan


2. Survey pendahuluan ( lokasi existing dan data elevasi )
3. Mobilisasi Tenaga Kerja
4. Pekerjaan Bongkaran Atau Pembersihan Proyek
5. Mobilisasi Peralatan
6. Pengadaan Material untuk Pekerjaan Persiapan
7. Pengukuran Awal
8. Penempatan Stock material dan los kerja

Laporan Kerja Praktek 24


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

IV.3 Pekerjaan Struktur Bawah

IV.3.1 Pekerjaan Pondasi


Pekerjaan pondasi umumnya merupakan pekerjaan awal dari suatu proyek.
Oleh karena itu yang penting adalah dilakukan pemetaan terlebih dahulu. Proses
ini sebaiknya sebelum alat-alat proyek masuk, karena kalau sesudahnya susah
untuk melakukan ‘nembak’ titik lokasi pondasi. Dari pemetaan ini maka dapat
diperoleh suatu patokan yang tepat antara koordinat pada gambar kerja dan
kondisi lapangan. Pekerjaan pondasi tiang bor memerlukan alat-alat berat pada
proyek tersebut. Disebut alat-alat berat memang karena bobotnya alat yang berat,
oleh karena itu manajer proyek harus dapat memastikan perkerjaan persiapaan apa
yang diperlukan agar alat yang berat tersebut dapat masuk ke areal dengan baik.

Di suatu lokasi proyek dapat terjadi hal-hal yang diluar perkiraan


mengenai kondisi tanah, untuk menghindari amblesnya alat-alat berat tadi maka
diperlukan pelat baja. Pelat baja tersebut dimaksudkan agar alat-alat berat tidak
ambles jika kekuatan tanahnya diragukan. Jika sampai ambles, untuk mengangkat
alat saja biayanya lebih besar dibanding biaya yang diperlukan untuk mengadakan
pelat-pelat tersebut.

Paralel dengan pekerjaan persiapan, maka pembuatan penulangan tiang


bor telah dapat dilakukan. Ini penting, karena jangan sampai jika sudah dibor
ternyata tulangannya belum siap. Jika tertunda lama, tanah pada lubang bor bisa
rusak (mungkin karena hujan atau lainnya). Jika hal itu terjadi perlu dilakukan
pengerjaan bor lagi. Pemilihan tempat untuk merakit tulangan tidak boleh terlalu
jauh, masih terjangkau oleh alat-alat berat tetapi tidak boleh sampai mengganggu
manuver alat-alat berat itu sendiri.

Jenis pondasi yang digunakan dalam proyek ini adalah pondasi batu kali.
Bahan – bahan yang digunakan adalah:

 Sement Portland
Semen yang digunakan harus dari mutu terbaik, terdiri dari satu jenis merek
dagang atau atas persetujuan konsultan pengawas. Semen yang telah mengeras
sebagian atau seluruhnya tidak di benarkan untuk di gunakan.

Laporan Kerja Praktek 25


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

 Pasir
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari bahan-
bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya.
 Batu kali
Batu kali yang digunakan adalah batu pecah, tidak berpori serta mempunyai
kekerasan sesuai dengan syarat-syarat dalam SK.SNI 1991

 Air
Air yang digunakan harus air tawar yang berisi dan tidak mengandung
minyak, asam, alkali dan bahan-bahan lain yang dapat menurunkan mutu
pekerjaan. Apabila dipandang perlu, konsultan pengawas dapat meminta kepada
kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium Pemeriksaan bahan
yang resmi dan sah atas biaya kontraktor.

 Pelaksanaan
a) Batu kali yang digunakan untu pondasi harus batu pecah, sudut runcing,
berwarna abu-abu hitam, keras dan tidak porous.
b) Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu dibuat profil-profil pondasi dari
kayu pada setiap pojok galian, yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan
penampang pondasi.
c) Permukaan dasar galian harus di timbun pasir urug setebal 10 cm, di siram
dan diratakan, pemadatan tanah dasar harus setidaknya mencapai 80%
compacted.
d) Pondasi batu kali menggunakan adukan campuran 1 PC : 5 Pasir pasang.
Untuk kepala pondasi di gunakan adukan kedap air campuran 1 PC ; 2 pasir
setinggi 20 cm, dihitung dari permukaan atas pondasi kebawah. Adukan
harus mengisi rongga diantara batu kali sedimikian rupa sehingga tidak ada
bagian dari pondasi yang berongga atau tidak padat.
e) Untuk sloof dibagian atas pondasi batu kali dibuat stek-stek sedalam 30 cm
tiap 1 m dengan diameter besi minimum 10 mm.

Laporan Kerja Praktek 26


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

IV.3.2 Pekerjaan Pilecap dan Tea Beam

Pada struktur bangunan gedung bertingkat tinggi kita bertemu dengan pile
cap dan tea beam yang merupakan bagian dari pondasi bangunan. struktur ini
terbuat dari beton bertulang dengan ukuran dan jumlah besi tulangan
menyesuiakan hasil perhitungan. Pile cap di gunakan sebagai pondasi untuk
mengikat tiang pancang yang sudah terpasang dengan struktur di atasnya yaitu te
beam dan slab, berikut ini contoh gambar shop drawing pile cap dan tea beam
pada sebuah gedung.

Langkah pelaksanaan pile cap sebagai berikut

1. Setelah galian tanah mencapai elevasi yang di tentukan, maka tiang pile
atau pancang di potong dan dilebihkan besi stek untuk pengikatan
struktural dan di sisakan beton setinggi 7.5 cm untuk selimut beton.

Laporan Kerja Praktek 27


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

2. Pembuatan lantai kerja setebal 5 cm


3. Meletakan pembesian pile cap yang sudah di pabrikasi.
4. Memasang bekisting batako untuk memberi bentuk pile cap dan
memisahkan beton dengan tanah.
5. Merangkai dengan pembesian tea beam dan slab agar menjadi satu
kesatuan.
6. Pengecoran yang di lakukan bersamaan antara tea beam dan pile cap.

Tea beam adalah balok yang terletak atau bertumpu pada permukaan tanah.
Tea beam biasanya di gunakan untuk menghubungkan antara pile cap yang satu
dengan pile cap yang lainya, tea beam juga berfungsi untuk menopang slab atau
plat lantai yang berhubungan langsung dengan permukaan tanah. langkah
pengerjaan tea beam hampir sama dengan pile cap.

Permasalahan yang sering terjadi dalam pelaksanaan pembangunan pile cap


dan tea beam yaitu bertemu dengan sumber air tanah sehingga harus dilakukan
penyedotan air dahulu sampai kering atau disebut juga dengan pekerjaan
dewatering, masalah lain yaitu elevasi ketinggian kepala tiang pancang yang
terlalu dalam atau tinggi, jika terlalu dalam maka harus dilakukan penyambungan
sehingga pondasi bisa bekerja dengan baik, atau jika tiang pancang terlalu tinggi
maka dilakukan pekerjaan penghancuran beton , hal ini dapat dipantau saat
melakukan pekerjaan pemancangan agar posisi tiang pancang benar-benar tepat
pada titik dan ketinggian yang telah direncanakan.

IV.4 Pekerjaan Struktur Atas

IV.4.1 Kolom

Pada pembangunan proyek Apartemen City Light pekerjaan tulangan


kolom dan sengkang kolom menggunakan besi ulir. Ukuran dimensi kolom
berbeda – beda tiap lantainya, kolom yang berada pada lantai dasar lebih besar
ukuran dimensinya dibandingkan dengan ukuran kolom yang berada pada lantai
atasnya. Makin ke atas ukuran kolom makin mengecil dan jumlahnya pun makin

Laporan Kerja Praktek 28


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

ke atas semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena pada lantai bawah
menerima beban paling besar sehingga dibutuhkan ukuran kolom yang cukup
besar agar dapat menerima beban tersebut.

Spesifikasi pada pengerjaan kolom ini adalah

Spesifikasi Kolom Lantai Semi Basement Sampai Dengan Lantai Atap

Mutu Beton = K-400


Lt. Semi Basement – Lt. 3
Slump = 12 ± 2 cm
Dimensi = 500 x 800 mm
Tul Tumpuan = D10-100
Tul Lapangan = D10-150
Mutu Beton = K-350
Lt.4– Lt. 7
Slump = 12 ± 2 cm
Dimensi = 400 x 600 mm
Tul Tumpuan = D10-100

Tul Lapangan = D10-150

Mutu Beton = K-350


Lt.8– Lt. 10
Slump = 12 ± 2 cm
Dimensi = 400 x 550 mm
Tul Tumpuan = D10-100

Tul Lapangan = D10-150

Mutu Beton = K-350


Lt.11– Lt. Atap
Slump = 12 ± 2 cm
Dimensi = 400 x 500 mm
Tul Tumpuan = D10-100

Tul Lapangan = D10-150

Berikut ini adalah urutan pengerjaan pengecoran kolom pada proyek


aparterment Casa de parco :

Laporan Kerja Praktek 29


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

1. Penulangan Kolom
Sebelum dimulai pelaksanaan pengecoran kolom, tentunya pekerjaan
pembesian kolom telah lebih dahulu dikerjakan. Adapun langkah –
langkah pekerjaan pembesian kolom antara lain adalah sebagai berikut :

Foto pada saat penulangan kolom proyek apartement City Light

2. Menentukan Tinggi Kolom

Menentukan tinggi kolom yang nantinya akan digunakan sebagai


acuan dalam pabrikasi bekisting kolom. Ketinggian kolom adalah jarak
yang diukur dari sloof ke elevasi pelat atap dikurang tinggi balok.

3. Fabrikasi atau pembuatan tulangan

Fabrikasi atau pembuatan tulangan meliputi pemotongan,


pembengkokan dan perakitan tulangan dilakukan di lokasi. Pekerjaan ini
dilakukan sesuai dengan shop drawing yang meliputi jumlah, jenis dan
diameter tulangan yang akan dipakai. Panjang tulangan diukur sesuai
kebutuhan lalu dipotong dengan alat pemotong tulangan. Pabrikasi
tulangan sengkang dengan bantuan alat bar cutter dan bar bender.

Laporan Kerja Praktek 30


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

4. Pemasangan Tulangan Kolom

Setelah besi kolom selesai di fabrikasi, kemudian besi kolom tersebut


di angkut ke lokasi pengecoran menggunakan tower crane. Dalam
pengangkatan besi tulangan kolom ini dilakukan secara perlahan dan hati –
hati. Selanjutnya proses marking kolom dilakukan diatas pelat, marking
dilakukan untuk menentukan posisi bekisting dan agar kolom terletak pada
garis lurus atau sumbu yang sama agar tidak terjadi eksentrisitas yang
melewati batas yang ditentukan. Agar tulangan kolom tidak miring maka
pada bagian bawah antara kolom yang sudah ada dengan kolom yang baru
diikat dengan kawat beton. Pemasangan tulangan kolom disambung
dengan besi over stek dari tulangan kolom lantai sebelumnya.

Tulangan kolom juga diberi beton decking yang gunanya agar


tulangan tetap dalam kondisi tegak lurus sebelum di cor dan agar pada saat
selesai di cor kolom terlihat sempurna tidak terlihat tulangannya.

5. Pemasangan Bekisting
Tahapan pemasangan bekisting kolom dilaksanakan setelah
pembesian kolom lulus pemeriksaan, diantaranya pembesian kolom harus
bersih dan bebas karat saat pengecoran berlangsung. Bekisting merupakan
konstruksi pembantu yang memberikan bentuk dan dimensi beton sesuai
dengan yang kita inginkan/sesuai dengan gambar kerja.

Ada beberapa ketentuan lain mengenai pemasangan bekisting, Syarat


tersebut antara lain sebagai berikut :

 Bekisting harus kuat, kokoh, dalam arti bila dicor bentuk bekisting
tidak berubah.
 Bekisting tidak boleh bocor karena dapat mengakibatkan beton
keropos.
 Material bekisting tidak boleh menyerap air agar beton tidak menjadi
kering terlalu cepat.

Laporan Kerja Praktek 31


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

 Mudah dikerjakan dan dibongkar kembali.


 Memberikan bentuk permukaan beton yang baik.

Adapun Langkah pemasangan bekisting kolom adalah sebagai berikut :

 Menyiapkan bekisting, untuk bekisting kayu dilakukan pabrikasi


bekisting meliputi pengukuran dan pemotongan bekisting kayu
menggunakan wood cutter di luar lokasi.

 Melapisi permukaan bagian dalam bekisting dengan oli.

 Memasang bekisting pada tempat yang telah diberi tanda disekeliling


tulangan kolom menerus dengan badan/kolom pondasi.

 Menjepit bekisting dengan sabuk kolom agar bekisting kuat menahan


adukkan beton.

 Melakukan pelurusan kolom yang telah dipasang bekisting agar kolom


tegak lurus berdiri.

Langkah-langkah pelurusan atau penegakan kolom sebagai berikut :

 Memasang penyangga pada kolom yang telah dipasang bekisting.

 Membuat titik tengah pada bagian atas dan bawah sebagai titik
patokan.

 Memasang paku pada bagian atas kolom dan diujungnya diikatkan


seutas benang sebagai tempat untuk mengikatkan unting-unting.

 Memasang unting-unting pada sisi yang bersebelahan dan


mengikatkan pada paku yang telah dipasang dengan jarak tertentu
dari sisi bekisting.

 Mengukur jarak unting-unting bagian bawah dari sisi bekisting. Jika


jarak unting-unting bagian bawah sama dengan bagian atas maka
kolom tersebut telah tegak berdiri.

 Melakukan pemeriksaan kembali terhadap bekisting kolom untuk


mengetahui tegak atau tidaknya bekisting.

Laporan Kerja Praktek 32


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

 Setelah pemeriksaan selesai dan bekisting kolom dinyatakan tegak,


maka selanjutnya bekisting kolom dikencangkan dan dirapatkan
keempat sisinya untuk menghindari keluarnya beton pada saar
pengecoran.

 Memasang kayu-kayu penyangga pada kolom agar kolom tidak


goyang pada saat pengecoran.

Foto pemasangan bekisting kolom pada proyek apartement City Light

6. Persiapan Pengecoran

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan sebelum pelaksanaan


pengecoran kolom, sebagai berikut:

Menyiapkan alat – alat yang akan digunakan, seperti :

 Alat transportasi, seperti tower crane, truk mixer, dan bucket


greader

 Alat pembetonnan, seperti vibrator, air compressor, bekisting, alat


perata beton.

Laporan Kerja Praktek 33


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

 Alat pendukung, seperti lampu penerangan, scaffolding, alat slump


tes.
 Melakukan slump tes pada adukan beton yang akan digunakan,
tinggi slump beton pada proyek ini adalah 12 ± 2 cm
 Memeriksa posisi bekisting; bekisting harus sesuai dengan marking
yang telah dilakukan, menutup lubang – lubang yang mungkin ada
pada bekisting untuk menghindari keluarnya sebagian adukan
beton.
 Bahan bakar penunjang peralatan harus sudah mencukupi selama
pengecoran.

Proses pengecoran balok pada proyek apartement City Light

Laporan Kerja Praktek 34


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

7. Pelaksanaan Pengecoran

Pada pengecoran kolom sedikit berbeda dengan pengecoran balok dan


pelat. Pengecoran kolom dapat dilakukan apabila pelat dan balok telah
selesai di cor. Ada beberapa cara dalam melaksanakan pengecoran, yang
perbedaannya terletak pada alat bantu yang digunakan untuk mobilisasi
beton dari truck mixer ke lokasi pengecoran.

Ada tiga hal yang harus dipertimbangkan dalam suatu perencanaan


yang baik, yang mungkin terjadi pada saat penanganan dan penempatan
beton dan dapat mempengaruhi kualitas beton tersebut yaitu :

1. Penundaan, selalu ada waktu tunggu diantara proses penempatan


beton sebelum benar – benar di cor ke lokasi yang direncanakan.
Dengan perencanaan yang tepat tentunya peralatan yang dipih adalah
yang dapat mengurangi waktu tunggu tersebut selama proses
penempatan beton berlangsung.

2. Pengeringan yang terlalu cepat, beton cepat mengeras begitu semen


dan air tercampur. Untuk menghindari hal ini tempat pembuatan
adukan beton dapat ditempatkan sedekat mungkin pada lokasi
pengecoran, tentunya dengan memberikan ruang untuk peralatan
pengecoran agar dapar bergerak.

3. Segregasi, yaitu peristiwa terpisahnya agregat kasar dari mortar pasir-


semen.

Ada beberapa metode dan peralatan yang digunakan dalam


pemindahan dan penanganan beton, diantaranya adalah belt conveyor,
bucket, chute, crane, concrete pump dan truk mixer. Tiap metode dan
peralatan memiliki kelebihannya masing – masing, misalnya bucket yang
mudah dubawa dengan menggunakan crane menuju lokasi pengecorannya,
concrete pump yang dengan pipa – pipanya dapat mengecor secara vertikal
maupun horizontal tanpa memakan banyak tempat.

Laporan Kerja Praktek 35


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

Dari pengamatan yang dilakukan, metode yang digunakan pada


proyek apartement City Light yaitu pengecoran dengan menggunakan
bucket greader berkapasitas 0,8 m3 yang dibantu oleh tower crane.

Langkah-langkah pengecoran dengan menggunakan bucket greader hasil


pengamatan di lapangan adalah :

1. Sebelum beton mix design digunakan dalam pengecoran kolom,


terlebih dahulu dilakukan pengujian slump untuk mengetahui apakah
beton sesuai dengan pesanan.

2. Beton mix design dari truk mixer dituang dan dimasukan kedalam
bucket yang berukuran 0,8 m3

3. Kemudian bucket diangkat ke lokasi pengecoran dengan


menggunakan tower crane.

4. Pekerja yang bertugas menangani bucket mengarahkan bucket menuju


lokasi yang direncanakan.

5. Menyiapkan bekisting, sebelum beton dituangkan ke dalam cetakan


permukaan bekisting dilumuri terlebih dahulu dengan oli agar
adukkan beton tidak menempel pada bekisting.

6. Pengecoran dilakukan secara bertahap per setengah tinggi kolom yang


akan di cor. Untuk ketinggian selanjutnya dilakukan setelah beton
mengering. Hal ini untuk menghindari terjadinya segregasi pada saat
pengecoran.

7. Pekerja yang bertugas menangani vibrator meratakan dan


memadatkan adukan beton sehingga tidak menumpuk pada satu sudut.

8. Setelah selesai pengecoran lakukan usaha perawatan beton dengan


membiarkan beton tetap dalam bekisting yang telah dilapisi mold oil
sebagai usaha perawatan beton.

9. Melakukan pembongkaran bekisting kolom setelah berumur 1 - 2 hari


tergantung cuaca di proyek. Pemeliharaan beton dilakukan dengan

Laporan Kerja Praktek 36


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

penyiraman setiap pagi dan sore menutupi beton dengan karung basah
untuk mencegah terjadinya retak pada kolom.

IV.4.2 Balok

Balok berfungsi sebagai struktur bangunan yang meneruskan beban dari


pelat lantai ke kolom. Pada proyek apartement Casa De Parco, balok dibuat
dengan mutu beton K-300 dengan tulangan D10 mm. Sistem cor di tempat untuk
balok dan pelat,

Berikut ini adalah urutan pengerjaan pengecoran Balok pada proyek


apartement City Light

1. Menetukan elevasi

Menetukan elevasi balok dengan cara mengambil titik acuan pada


salah satu kolom. Pengukuran ketinggian balok dan lantai ditentukan
pada kolom acuan dengan menggunakan pita meteran. Pada kolom ini
sudah ditandai sebelumnya acuan elevasi ± 0.00, dari titik acuan ini
kemudian ditarik pita meteran hingga ketinggian elevasi balok yang
telah ditentukan untuk selanjutnya pada balok ini diberi tanda.

2. Pemasangan scaffolding

Sebelum memasang bekisting untuk balok dan pelat diperlukan


scafolding yang gunanya untuk meneruskan beban dan gaya dari
coran yang masih muda ke pelat lantai dibawahnya. scaffolding ini
dipasang secara vertikal dengan jarak ± 1 m. Scaffolding vertikal ini
selain berfungsi sebagai tiang juga berfungsi untuk mencegah
lendutan yang diakibatkan oleh beban sendiri pelat. Scafolding ini
berukuran 190 cm x 170 cm, 190 cm x 190 cm dengan ketinggian
yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.

Scaffolding ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu :

 Jack Base, yang terletak dibawah dan sebagai tumpuan dan kontak
langsung dengan dasar lantai yang telah di cor sebelumnya.

Laporan Kerja Praktek 37


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

Ketinggian scaffolding dapat di atur dengan cara memutar sekrup


pada jeck base.

 Cross Brace, yang terletak pada bagian tengah scaffolding dan


bertugas untuk menjaga dan memberikan kekuatan pada scaffolding.

 U Head, yang terletak pada bagian atas dari scaffolding dan bertugas
untuk mengatur ketinggian dan meratakan dari bekisting.

 Join pin, yang terletak di tengah antara 2 scaffolding yang bertugas


menyambungkan antara scaffolding yang dibawah dengan scaffolding
yang diatas.

3. Pemasangan Bekisting

Memasang bekisting balok yang terbuat dari multiplek sebagai


dinding bekisting balok. Untuk bekisting pelat digunakan multiplek
yang dipasang diatas kasau horizontal. Pada pekerjaan bekisting balok
dan pelat lantai bekisting dibuat dengan menggunakan multiplek
setebal 12 mm dan rangkanya menggunakan kasau 5/7. Terlebih
dahulu dibuat sisi bagian bawah dan sisi kanan kiri.

Pekerjaan bekisting dikerjakan bersamaan dengan pengerjaan


bekisting pelat karena balok harus menyatukan pelat. Pada pekerjaan
ini yang harus diperhatikan adalah ukuran balok, bekisting yang
dibuat harus sesuai dengan ukuran balok yang direncanakan. Pada saat
bekisting selesai dibuat pengawas lapangan akan memeriksa apakah
bekisting tersebut sesuai dengan ukuran dan cukup kuat untuk
menahan beton saat pengecoran.

Laporan Kerja Praktek 38


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

Pemasangan bekisting balok pada proyek aparterment Casa de parco

4. Penulangan Balok

Penulangan balok ini dilakukan setelah bekisting selesai terpasang


dengan benar. Berbeda dengan penulangan kolom, penulangan balok
dikerjakan dan dirakit di atas bekisting. Tulangan balok diberi beton
decking yang berguna agar tulangan tetap dalam kondisi lurus
sebelum di cor dan agar pada saat selesai di cor balok terlihat
sempurna tidak terlihat tulangan besinya.

Apabila balok terlihat tulanganya maka akan mengakibatkan


berkurangnya kekuatan balok tersebut, hal ini biasanya dinamakan
beton kropos. Pada proyek apartement City Light, tulangan balok

Laporan Kerja Praktek 39


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

menggunakan besi ulir dengan ukuran diameter berfariasi,  D10,


D13, D16 , D19, dan D22 BJTD40

5. Persiapan Pengecoran

Sebelum pelaksanaan pengecoran balok, dilakukan hal – hal sebagai


berikut :

 Menyiapkan alat – alat yang akan digunakan, seperti :

 Alat transportasi, seperti tower crane, truk mixer.


 Alat pembetonnan, seperti vibrator, pipa tremie, concrete
pump, air compressor, bekisting, alat perata beton, bucket.
 Alat pendukung, seperti lampu penerangan, scaffolding, alat
slump test.
 Melakukan slump tes pada adukan beton yang akan digunakan
 Memeriksa posisi bekisting; bekisting harus sesuai dengan marking
yang telah dilakukan, menutup lubang – lubang yang mungkin ada
pada bekisting untuk menghindari keluarnya sebagian adukan
beton.
 Membersihkan kotoran – kotoran yang terdapat pada bekisting
balok yang akan di cor.

Laporan Kerja Praktek 40


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

Foto persiapan pengecoran pada proyek apartement City Light

6. Pelaksanaan Pengecoran
Pengecoran dilakukan setelah pekerjaan penulangan selesai.
Pengecoran balok ini dilakukan bersamaan dengan pengecoran pelat
lantai, karena kedua struktur tersebut merupakan satu kesatuan.
Pengecoran balok ini dikerjakan menggunakan concrete pump yang
diteruskan ke pipa tremie dan apabila concrete pump ataupun pipa
tremie bermasalah pengecoran dilakukan menggunakan bucket.

Balok dan pelat lantai dicor secara bersamaan dengan langkah-


langkah pekerjaan sebagai berikut:

1. Membersihkan terlebih dahulu daerah yang akan dicor dari kotoran


dan sisa kawat dengan menggunakan compressor.

2. Setelah beton ready mix datang, dilakukan slump tes terhadap


beton. Pada proyek ini batas toleransi pengiriman beton adalah max
3 jam dari tempat asal pengiriman, jika melampaui batas waktu
tersebut maka beton akan mengeras.

Laporan Kerja Praktek 41


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

3. Sebelum adukan beton dituang dari truk mixer kedalam concrete


pump, pipa penyalur yang menghubungkan antara concrete pump
dengan placing boom dibersihkan dengan cara menyalurkan air dan
mortar kedalam pipa. Fungsi mortar dan air adalah untuk
melancarkan pipa yang kering. Mortar adalah pasir dan semen.

4. Adukan beton dimasukan kedalam concrete pump kemudian beton


disalurkan ke placing boom, operator placing boom mengarahkan
beton tersebut ketempat yang akan dicor seperti bekisting, mulai
dari bagian balok dan pelat terjauh secara merata..

5. Melakuakan pengecoran balok dan kolom secara bersamaan dan


dilakukan dalam satu hari untuk setiap segmennya. Beton yang
digunakan adalah beton ready mix dengan mutu beton K-300.

6. Pekerja yang bertugas menangani vibrator meratakan dan


memadatkan adukan beton sehingga tidak menumpuk pada satu
sudut dan agar beton tidak kropos, tidak berongga pada bagian
tengah atau pinggirnya. Hal ini dilakukan agar dapat menghasilkan
kualitas beton yang baik sesuai dengan standar yang digunakan

7. Melakukan perawatan beton dengan cara membiarkan beton tetap


dalam bekisting yang telah dilapisi mold oil setelah selesai
pengecoran. Tujuan dari pemeliharaan ini agar tidak terjadi
pengeringan beton yang tidak merata antara bagian permukaan
dengan bagian dalam yang bisa menimbulkan retak sehingga akan
mengurangi kekuatan beton.

8. Setelah selesai pengecoran, dilakukan pembongkaran bekisting


balok dan pelat bersamaan dengan pembongkaran papan acuan di
bawah pelat (bekisting pelat). Pembongkaran bekisting dilakukan
dengan menggunakan linggis setelah beton berumur ± 14 hari.
Namun beton masih harus didukung oleh tiang penyangga sampai
dengan beton berumur 28 hari. Hal ini dilakukan untuk
menghindari adanya lendutan karena kekuatan beton yang belum

Laporan Kerja Praktek 42


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

maksimal. Pembongkaran dilakukan harus dengan hati-hati agar


tidak merusak struktur beton.

Foto pengecoran plat pada pada proyek apartement City Light

IV.4.3 Pelat Lantai

Laporan Kerja Praktek 43


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

Pada proses pengerjaan pelat lantai tidak berbeda jauh dengan balok,
karena letaknya yang berhubungan langsung dengan balok sehingga pengecoran
dilakukan bersamaan dengan pengecoran balok tersebut. Tebal pelat yang dipakai
adalah 120 mm dan 140mm dengan tulangan yang dipasang adalah tulangan Ø10-
150 mm dan Ø10-200 mm dengan pemasangan tulangan rangkap menerus di
seluruh pelat lantai. pengecoran pelat dilakukan bersamaan dengan pengecoran
balok, sehingga didapat hasil yang monolit.

Berikut ini adalah urutan pengerjaan pelat lantai pada proyek apartement
Casa De Parco :

1. Menetukan elevasi

Menetukan elevasi pelat lantai dengan cara mengambil titik acuan


pada salah satu kolom. Pengukuran ketinggian pelat lantai ditentukan
pada kolom acuan dengan menggunakan pita meteran.

2. Pemasangan scaffolding

Sebelum memasang bekisting untuk pelat diperlukan scafolding yang


gunanya untuk meneruskan beban dan gaya dari coran yang masih
muda ke pelat lantai dibawahnya. Perancah ini dipasang secara
vertikal dengan jarak ± 1 m. Perancah vertikal ini selain berfungsi
sebagai tiang juga berfungsi untuk mencegah lendutan yang
diakibatkan oleh beban sendiri pelat. Scafolding ini berukuran 190 cm
x 170 cm, 190 cm x 190 cm dengan ketinggian yang dapat diatur
sesuai dengan kebutuhan. Tulangan balok dan pelat yang digunakan
disesuaikan dengan jumlah dan dimensi tulangan yang direncanakan.

3. Pemasangan Bekisting Plat

Pemasangan bekisting pelat dalam proyek ini setelah pengerjaan


bekisting balok dan pembesian balok. dalam proyek ini metode yaang
digunakan dalam pekerjaan bekisting yaitu menggunakan bekisting
konvensional

Laporan Kerja Praktek 44


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

pada plat lantai atas menggunakan scafolding sebagai penyangga pada


lantai dibawahnya, dan setelah scafolding berdiri, dilanjutkan dengan kaso
untuk penyangga plywood.

Foto pemasangan bekisting pelat pada proyek apartement City Light

4. Penulangan Plat
pada penulangan pelat proyek aparterment Casa de parco, tulangan
untuk pelat konvensional adalah besi ulir berukuran D10 dan D13 dan
dua lapis. Dan menggunakan beton decking/tahu beton dengan
fungsinya yaitu untuk mencegah tulangan menempel pada bekisting
ketika dilakukan pembukaan pada bekisting dan membentuk selimut
beton, penulangan plat lantai pada proyek ini menggunakan 3 jenis
tulangan yaitu, Tulangan Kromo

Melakukan perakitan tulangan pelat. Perakitan tulangan pelat


dilakukan setelah perakitan tulangan balok selesai dengan langkah-
langkah pekerjaan sebagai berikut :

Laporan Kerja Praktek 45


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

 Menghamparkan tulangan pelat lantai bagian bawah dalam dua


arah setelah itu mengatur jarak 200 mm antar tulangan
kemudian menghamparkan tulangan pelat untuk bagian atas
juga dalam dua arah serta mengatur jarak 200 mm antar
tulangan.

 Apabila bentangan yang harus dipasang melebihi 12 m maka


harus melakukan penyambungan tulangan yang harus
memenuhi syarat, pada bagian ujung sambungan harus di
bengkokan sejarak 5D dan memiliki jarak 40D pada bagian
sambungan.

 Tulangan pelat bagian atas dan bagian bawah dipasang secara


kromo. Tulangan atas dibengkokkan dengan alat pembengkok
tulangan ke arah bawah langsung, sehingga mengurangi
pemotongan tulangan.
 Mengikat pertemuan tulangan 2 arah untuk tulangan bagian
bawah dan tulangan bagian atas dengan menggunakan kawat
bendrat.
 Memasang tulangan kaki ayam (stand bar) berupa tulangan
baja polos Ø8 mm yang dibentuk sedemikian rupa untuk
menjaga jarak antara tulangan pelat lantai bagian atas dengan
tulangan pelat bagian bawah.

Laporan Kerja Praktek 46


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

Penulangan plat lantai pada proyek apartement City Light

5. Persiapan Pengecoran

Sama seperti melaksanakan pengecoran pada balok, ada beberapa hal


yang perlu disiapkan, yaitu :

 Menyiapkan alat – alat yang akan digunakan, seperti :

o Alat transportasi, seperti tower crane, truk mixer.

o Alat pembetonnan, pipa tremie, air compressor, alat perata


beton, concrete pump, bucket.

o Alat pendukung, seperti lampu penerangan, scaffolding, alat


slump test.

 Melakukan slump tes pada adukan beton yang akan digunakan

 Membersihkan kotoran – kotoran yang terdapat pada sekitar lokasi


yang akan di cor.

6. Pelaksanaan Pengecoran

Laporan Kerja Praktek 47


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

sistem pengecoran pada pelat sama dengan sistem pengecoran pada


balok seperti yg dijelaskan pada pengecoran balok.

Balok dan pelat lantai dicor secara bersamaan dengan langkah-


langkah pekerjaan sebagai berikut:

1. Membersihkan terlebih dahulu daerah yang akan dicor dari kotoran


dan sisa kawat dengan menggunakan compressor.

2. Setelah beton ready mix datang, dilakukan slump tes terhadap beton.
Pada proyek ini batas toleransi pengiriman beton adalah max 3 jam
dari tempat asal pengiriman, jika melampaui batas waktu tersebut
maka beton akan mengeras.

3. Sebelum adukan beton dituang dari truk mixer kedalam concrete


pump, pipa penyalur yang menghubungkan antara concrete pump
dengan placing boom dibersihkan dengan cara menyalurkan air dan
mortar kedalam pipa. Fungsi mortar dan air adalah untuk melancarkan
pipa yang kering. Mortar adalah pasir dan semen.

4. Adukan beton dimasukan kedalam concrete pump kemudian beton


disalurkan ke placing boom, operator placing boom mengarahkan
beton tersebut ketempat yang akan dicor seperti bekisting, mulai dari
bagian balok dan pelat terjauh secara merata.

5. Melakukan pengecoran balok dan kolom secara bersamaan dan


dilakukan dalam satu hari untuk setiap segmennya. Beton yang
digunakan adalah beton ready mix dengan mutu beton K-300.

6. Pekerja yang bertugas menangani vibrator meratakan dan


memadatkan adukan beton sehingga tidak menumpuk pada satu sudut
dan agar beton tidak kropos, tidak berongga pada bagian tengah atau
pinggirnya. Hal ini dilakukan agar dapat menghasilkan kualitas beton
yang baik sesuai dengan standar yang digunakan

7. Melakukan perawatan beton dengan cara membiarkan beton tetap


dalam bekisting yang telah dilapisi mold oil setelah selesai
pengecoran. Tujuan dari pemeliharaan ini agar tidak terjadi
Laporan Kerja Praktek 48
Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

pengeringan beton yang tidak merata antara bagian permukaan dengan


bagian dalam yang bisa menimbulkan retak sehingga akan
mengurangi kekuatan beton.

8. Setelah selesai pengecoran, dilakukan pembongkaran bekisting balok


dan pelat bersamaan dengan pembongkaran papan acuan di bawah
pelat (bekisting pelat). Pembongkaran bekisting dilakukan dengan
menggunakan linggis setelah beton berumur ± 14 hari. Namun beton
masih harus didukung oleh tiang penyangga sampai dengan beton
berumur 28 hari. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya
lendutan karena kekuatan beton yang belum maksimal. Pembongkaran
dilakukan harus dengan hati-hati agar tidak merusak struktur beton.

Laporan Kerja Praktek 49


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

proses pengecoran pada proyek apartement City Light

IV.5 Pengawasan Pekerjaan Pembesian

Pekerjaan pembesian merupakan bagian dari pekerjaan struktur. Pekerjaan


ini memegang peranan penting dari aspek kualitas pelaksanaan mengingat fungsi
besi tulangan yang penting dalam kekuatan struktur gedung. Ada beberapa hal
yang diperhatikan oleh kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan pembesian,
yaitu :

 Lokasi fabrikasi yang strategis, mudah dijangkau oleh tower crane

1. penyimpanan besi beton :


 Tumpukan besi jangan sampai bersentuhan dengan tanah. Oleh
karena itu harus digajal dengan balok beton.
 Besi harus berjarak minimal 5 cm dari logam yang lain
 Besi harus terlindung dari kotoran, karat, benturan & minyak
 Setiap bandel besi harus terdiri dari satu jenis besi (bentuk dan
diameter)
 Maksimum berat tiap bandel disesuaikan dengan kapasitas
crane
 Jarak antar ikatan adalah sekitar 2 m
 Di dalam label ditulis panjang, tipe, nomer referensi & kode
besi
2. Pemotongan dan pembengkokan besi beton :
 Pada proses pemotongan dan pembengkokan besi sebaiknya
direncanakan terlebih dahulu agar semaksimal mungkin besi
dapat terpakai.
 Cek diameter besi.
 Pemotongan dan pembengkokkan besi dilakukan menggunakan
alat bar cutter dan bar bender untuk mempermudah dan
mempercepat proses pekerjaan.
 Cek kembali besi-besi yang telah dibengkokan
 Cek ukuan mandrel benar-benar pas. Inside Radius >2d untuk
besi

Laporan Kerja Praktek 50


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

3. Pemasangan besi beton :

 Besi harus bersih (dari kotoran , minyak).

 Peletakan tulangan pembesian harus diatur sehingga ada ruang


tersedia untuk proses pemadatan beton.

 Jika ada besi yang perlu disambung maka harus ada


overlapping yang sesuai perhitungan atau spesifikasi teknis.

 Flow proses penyimpanan hingga pemasangan harus


direncanakan paling efektif dan efisien.

 Sejumlah ikatan dilakukan pada besi kolom sesuai tipe ikatan,


supaya susunan pembesian tersebut kuat untuk diangkat.

 Rakitan pembesian kolom yang telah dipasang harus diikat ke


bekisting supaya kuat, jarak antar ikatan kira-kira setiap 1.5 m

 Besi yang horizontal diikat pada besi yang vertikalBesi harus


bersih dan bebas karat pada saat pengecoran akan dilakukan.

 Ukuran besi yang digunakan harus sesuai dengan gambar rencana

IV.5.1 Pengawasan Pekerjaan Bekisting

Ada beberapa hal yang diperhatikan oleh kontraktor dalam melaksanakan


pekerjaan bekisting, yaitu :

 Bekisting harus kuat/kokoh, dalam arti bila dicor bentuk bekisting


tidak berubah.

 Bekisting tidak boleh bocor karena dapat mengakibatkan beton kropos.

 Bahan bekisting tidak boleh menyerap air agar beton tidak menjadi
kering terlalu cepat. Pada proyek ini bekisting terbuat dari multiplex
polifilm dengan tebal 12mm. Sebelum dipasang bekisting terlebih
dahulu diberi lapisan mold oil.

IV.5.2 Pengawasan Pekerjaan Pengecoran


Laporan Kerja Praktek 51
Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

Ada beberapa hal yang diperhatikan oleh kontraktor dalam melaksanakan


pekerjaan pengecoran, yaitu :

 Beton harus bersih dari segala kotoran organik dan anorganik.

 Permukaan beton harus rata, tidak bergelombang atau berlubang.

 Sesudah pengecoran, harus diperhatikan faktor perawatan pada beton


yang ada karena dapat mempengaruhi mutu beton.

IV.6 Usaha Perawatan Beton (Curing Beton)

Perawatan beton wajib dilakukan karena bertujuan untuk menjaga


kelembaban dan temperatur yang diperlukan bagi semen untuk melakukan proses
hidrasi dengan sempurna. Ada berbagai cara dalam melakukan perawatan beton
yaitu, Perawatan (curing) beton dilakukan dengan cara membiarkan beton tetap
dalam bekisting sampai batas waktu tertentu, penyiraman secara teratur atau
penggenangan air selama minimum 14 hari atau bila tidak memungkinkan dapat
juga dengan menggunakan penutup lantai dengan menggunakan karung – karung
goni yang sudah dibasahi.
Selain itu dapat juga dilakukan perawatan dengan cara menyemprot atau
memerciki permukaan beton dengan air secara terus – menerus dan dengan cara
melumuri permukaan beton dengan bahan kimia tertentu (curing compound).

IV.6.1 Pengujian Mutu Mix Design

Uji beton yang dimaksudkan disini berlandaskan pada pelaksanaan


konstruksi agar standar keamanan gedung bisa tercapai. pada asumsi bahwa
pelaksana telah memperoleh dan menguji kualitas agregat dan semen yang
dibutuhkan, sehingga hanya mengupas bagaimana mencapai mutu kuat
karakteristik beton dengan material yang telah lolos uji dan terbatas pada uji
slump (slump test), uji kuat desak.

IV.6.2 Pengujian Slump Mix Design

Laporan Kerja Praktek 52


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

Beton yang paling padat dan kuat diperoleh dengan menggunakan jumlah
air yang minimal konsistensi dengan derajat workabilitas yang dibutuhkan untuk
memberikan kepadatan maksimal. Drajat workabilitas harus dipertimbangkan
dalam hubungannya dengan cara pemadatan dan dari jenis konstruksi agar
terhindar dari kebutuhan pekerjaan yang berlebihan dalam mencapai kepadatan
maksimal. Slump tes adalah petunjuk terbaik dalam memperoleh informasi
tentang ketiga dasar workabilitas beton, yaitu :

 Mobilitas : kemudahan beton untuk dapat dialirkan ke dalam


cetakan disekitar baja dan dituang kembali.

 Kompabilitas : kemudahan beton untuk dipadatkan dan rongga –


rongga udaranya diambil.

 Stabilitas : kemampuan betonuntuk tetap sebagai massa yang

homogen.

Foto test slump pada proyek aparterment Casa de parco

 Peralatan Yang digunakan

Laporan Kerja Praktek 53


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

Adapun peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan Slump Test ini,


yaitu :

 Cetakan berupa kerucut terpancung dengan diameter bagian


bawah 20 cm, bagian atas 10 cm dengan tinggi 30 cm. Bagian
atas dan bawah cetakan terbuka.

 Kerucut abrams diletakkan pada bidang rata dan datar namun


tidak menyerap air, biasanya menggunakan alas berupa tripleks.

 Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm ujung


dibulatkan dan sebaiknya dibuat dari baja tahan karat.

 Pelat logam dengan permukaan yang kokoh rata dan kedap air.

 Sendok cekung.

 Prosedur Pengerjaan
 Bersihkan kerucut slump tes slump. Basahi kerucut tes dengan
air dan taruh pada plat landasan tes slump
 Kumpulkan beton yang akan dites slump
 Dirikan kerucut tes slump dan pegang dengan kedua kaki, isi
kerucut tes slump sebanyak 1/3 dari isi kerucut dan kemudian
padatkan dengan tongkat besi dengan cara ditusuk-tusuk
sebanyak 25 kali. Pemadatan dengan car ditusuk-tusuk mulai
dari pingir terus ke bagian tengah.
 Kemudian isi 2/3 bagian berikutnya dan kembali dipadatkan
dengan cara ditusuk-tusuk dengan pipa besi sebanyak 25 kali.
Perlu diingat bahwa pemadatan dengan cara ditusuk
menggunakan pipa besi hanya sampai pada lapis atas 1/3 yang
pertama.
 Isi kembali kerucut sampai penuh kemudian dipadatkan, juga
perlu diingat bahwa pemadatan hanya dilakukan sampai lapis
atas pengisian 2/3 bagian yang kedua.

Laporan Kerja Praktek 54


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

 Ratakan bagian atas kerucut dengan pipa besi pemadat dengan


cara geser dan diputar pipa tersebut.
 Tarik dengan hati-hati kerucut tes slump anda dengan menjaga
jangan sampai benda uji bergeser.
 Taruh kerucut tes slump disamping benda uji yang baru saja
ditarik kemudian taruh pipa besi.

 Ukurlah rata-rata ketinggian bagian beton yang di tes dengan


mistar/pengaris. Selisih ketinggian antara kerucut tes slump
dengan beton, inilah yang  dinamakan nilai slump. Nilai slump
seringnya dinyatakan dengan satuan cm (walaupun kadang juga
dinyatakan dengan mm) artinya jika selisih ketingian 5.5 cm
maka nilai slump beton anda adalah 5.5.

 Beberapa kemungkinan hasil tes slump dimana dapat terjadi


nilai terlalu tinggi atau nilai terlalu rendah. Slump yang baik
dapat dilustrasikan dengan inisial true, adapun untuk inisial
shear dan collapse beton masih terlalu encer dengan kata lain
bahwa nilai slump beton terlalu tinggi. Beton yang terlalu encer
walaupun mudah untuk dikerjakan akan tetapi secara
keseluruhan hasil akhir beton  masih kurang bagus.

IV.7 Uji Tekan

Uji kuat tekan bertujuan untuk mengetahui kuat tekan dari beton yang
sudah mengeras. Test ini dilakukan di laboratorium, dan tentu saja bukan di lokasi
proyek (off-site). Yang bisa  dilakukan di lokasi (site) hanyalah membuat atau
mencetak beton silinder untuk diuji. dikarenakan, sampelnya ada di site. Tidak
boleh membawa sampel ke laboratorium, kemudian masukkan ke cetakan silinder.
Cetakan silinder harus disediakan di lokasi proyek.Kekuatan beton dapat diukur
dalam satuan MPa atau satuan lain misalnya kg/cm2. Kuat tekan ini menunjukkan
mutu beton yang diukur pada umur beton 28 hari.

 Peralatan Pembuatan Sampel

Laporan Kerja Praktek 55


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

 Tabung/silinder cetakan (diameter 100mm x 200mm H, atau diameter


150 mm x 300 mm H)
 Sekup kecil.
 Batang besi silinder (diameter 16 mm, panjang 600 mm)
 Pelat baja sebagai dudukan.

 Prosedur Pekerjaan Sebelum Pengujian


 Bersihkan cetakan silinder dan lumuri permukaan dalamnya dengan
form oil, agar adukan beton tidak menempel di permukaan metal dari
cetakan tersebut.

 Adukan beton dituang setengah cetakan, lalu ditusuk – tusuk dengan


batang baja berdiameter 16 mm sebanyak 25 kali. Kemudian sisi
cetakan dipukul – pukul agar adukan merata.

 Lalu diisi lagi sisanya, lakukan seperti sebelumnya

 Ratakan permukaan atas adukan.

 Letakan cetakan tersebut di udara terbuka ( jangan terkena sinar


matahari dan bebas dari getaran). Jangan lupa menulis kode dan
tanggal pengecorannya.

 Setelah cetakan dibuka lalu contoh benda uji direndam dalam air.

 Contoh diuji pada umur 7 hari, 14 hari, 28 hari

 Benda uji tersebut ditimbang untuk mengetahui beratnya, lalu


diletakan pada mesin tekan secara sentris.

 Benda uji dites dengan alat compression testing machine hingga beton
mencapai kekuatan maksimum.

Hasil tes kemudian dapat dipakai sebagai dasar untuk pengendalian mutu
beton agar dapat memenuhi persyaratan, untuk meneliti efektifitas
admixture (bahan campuran tambahan) dan untuk menentukan saat
bekisting beton dilepas. ( data terlampir )

Laporan Kerja Praktek 56


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

IV.7.1 Uji Tarik Baja

Pada spesimen baja tersebut akan diberikan gaya aksial tarik pada kedua
ujungnya, dimana gaya aksial tarik ini akan menghasilkan tegangan tarik.
Pengujian ini untuk mengetahui mutu tulangan yang dipakai. Tulangan diambil
sampel pada tiap jenis diameter tulangan sepanjang 1 meter, setiap 1 meter besi
mewakili 100 ton material besi yang datang. Sampel tersebut kemudian dibawa ke
laboratorium untuk dilakukan pengujian kuat tarik dan lengkung statis baja.

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui besarnya tegangan


leleh dan kuat tarik baja. Benda uji yang digunakan adalah  batang logam yang
berpenampang bulat atau persegi empat dengan ukuran sesuai standard benda uji
menurut Standardisasi Industri Indonesia (SII) atau PUBI 1982.

Pemeriksaan tulangan yang dilakukan antara lain :

 Pemeriksaan Visual Tulangan :


Yaitu meliputi pemeriksaan diameter tulangan yang dipakai dengan
jangka sorong dan pemeriksaan tulangan terhadap adanya cacat luar.
 Pengujian Tarik Tulangan :
Pengujian tarik dilakukan terhadap sampel tulangan dengan berbagai
diameter dengan menggunakan mesin uji tarik sehingga didapatkan
data regangan, tegangan leleh maupun kuat tarik baja. Pengujian mutu
besi tulangan ini dilakukan oleh Laboratorium Uji mekanik Balai
Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS) BPPT ( Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi ). Pemilihan mutu baja tulangan
seperti dalam spesifikasi yang ada yaitu disesuaikan dengan
pembebanan yang ada sehingga konstruksi kuat karena memenuhi
spesifikasi pembebanan yang ada dan diameter yang sesuai sehingga
tidak terjadi pemborosan biaya.

 Pengujian Lengkung Statis Tulangan


Pengujian lengkung statis dilakukan terhadap sampel tulangan dengan
berbagai diameter dengan menggunakan mesin uji lengkung statis
sehingga didapatkan data gaya maksimum yang dapat ditahan oleh

Laporan Kerja Praktek 57


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK

tulangan sampai tulangan mengalami sudut lengkung 180º. Pengujian


ini dilakukan oleh BPPT. ( data terlampir )

Laporan Kerja Praktek 58


Muhammad Adi Saputra (121-11-0008)

Anda mungkin juga menyukai