Anda di halaman 1dari 2

Tingkat- tingkat pertanggung jawaban pidana

Sebab yang menimbulkan adanya pertanggungjawaban pidana adalah perbuatan maksiat atau
perbuatan yang melawan hukum. Perbuatan itu sendiri mempunyai tingkatan yang berbeda maka
pertanggungjawaban nya juga dibedakan menjadi beberapa tingkatan. Berikut adalah tingkatan
pertanggungjawaban pidana

1. Perbuatan Sengaja

Pelaku berniat melakukan perbuatan yang melawan hukum atau dilarang dengan penuh kesadaran.
Contohnya seperti meminum miras dan melakukan tindakan pidana pembunuhan. Maka baginya
dikenakan pertanggungjawaban pidana

2. Menyerupai sengaja

Hal ini masih menjadi perselisihan oleh para imam madhzab. Imam malik pun hanya mengakui
perbuatan sengaja dan keliru sesuai dengan disebutkan dalam alquran. Sedangkan abu hanifah, syafii
dan ahmad mengakui dan sepakat adanya hal yang menyerupai sengaja seperti contohnya seseorang
sedang melakukan penganiayaan dan tidak berniat membunuh, tetapi hasil penganiayaan tersebut
menyebabkan meninggalnya si korban yang tidak direncanakan oleh pelaku.

3. Keliru

Kekeliruan ini ada 2 (dua) macam, yaitu:

1.) Keliru dalam perbuatan,

seperti seorang pemburu yang menembak burung, tetapi pelurunya menyimpang dan mengenai orang. 1

2. )Keliru dalam dugaan,

Seperti seorang tentara yang menembak seseorang yang disangkanya anggota pasukan musuh, tetapi
setelah diteliti ternyata anggota pasukan sendiri. 2

4. Keadaan yang disamakan dengan kekeliruan

Dibagi menjadi 2 bentuk yaitu

1
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana menurut Al-quran, (jakarta timur: Diadit Media, 2007), hlm. 77.

2
Ibid
a. Pelaku tidak berniat melakukan sesuatu yang melanggar hukum dan akibat perbuatan nya itu ia
mengakibatkan kelalaian. Contohnya adalah ketika seorang ibu ketiduran dan menindih bayinya yang
mengakibatkan bayinya meninggal

b. Pelaku sengaja menyebabkan terjadinya suatu perbuatan yang melawan hukum, tetapi menyebabkan
kelalaian yang tidak dikehendakinya. Contohnya adalah ketika seseorang menggali jalan untuk
memperbaiki sistem saluran air namun ia lalai tidak memberikan penerangan cahaya atau tanda yang
mengakibatkan kecelakaan.3

Dr. Khairul Hamim, MA, Fikih Jinaiyah, (mataram :sanabil, 2020), hlm. 90

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana menurut Al-quran, (jakarta timur: Diadit Media, 2007), hlm. 77.

3
Dr. Khairul Hamim, MA, Fikih Jinaiyah, (mataram :sanabil, 2020), hlm. 90

Anda mungkin juga menyukai