PENDAHULUAN
Sejarah terbentuknya DPR RI secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga
Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut,
pada masa penjajahan Belanda yang dinamakan volksraad pada tanggal 8 Maret
volksraad secara otomatis tidak diakui lagi, dan bangsa Indonesia memasuki
oleh Presiden pada tanggal 29 Agustus 1945 (12 hari setelah proklamasi
Tanggal peresmian KNIP dijadikan sebagai tanggal dan hari lahir DPR RI. Dalam
sidang KNIP yang pertama telah menyusun pimpinan sebagai berikut : Ketua:
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang selanjutnya disingkat UUD
1
Sekretariat Jenderal DPR RI, “Sejarah Terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia”, (online), (http://www.drp.go.id/tentang/sejarah-dpr, diakses, Sabtu, 15
April 2017), Tth.
1
amandemen, tugas dan wewenang DPR adalah :
(Perpu);
istimewa.
dengana adanya proses amandemen UUD 1945. Proses amandemen UUD 1945
pelaksanaan, fungsi, tugas, serta kewenangan DPR, DPD, dan DPRD harus diatur
melalui undang-undang yang terpisah, hal ini sejalan dengan Pasal 22C ayat (4),
Pasal 19 ayat (2) UUD 1945 yang menyebutkan bahwa susunan dan kedudukan
Kedudukan DPR sangat kuat, ini ditegaskan pada amandemen yang kedua
UUD 1945, tercantum dalam Pasal 7C yang menyebutkan “Presiden tidak dapat
membekukan dan atau membubarkan DPR” hal ini sesuai dengan prinsip
2
Dasril Radjab, Hukum Tata Negara Indonesia (Jambi: Rineka Cipta, 1993),hlm. 26.
2
disempurnakan dalam amandemen yang ketiga UUD 1945. Presiden dan
DPR dipilih langsung oleh rakyat sehingga keduanya memiliki legitimasi yang
Selain ditentukan dalam UUD 1945 ketentuan fungsi dan wewenang DPR
juga diatur dalam tata tertib DPR NO.16/DPR RI/1/1999-2000 dalam Pasal 4
pengawasan terhadap :
a. Pelaksanaan undang-undang;
b. Pelaksanaan APBN;
c. Kebijakan pemerintah sesuai dengan kebijakan UUD 1945 dan ketetapan MPR.
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), DPR dalam Pasal 10 tata tertib DPR mempunyai
b. Mengadakan penyelidikan;
e. Mengajukan RUU;
h. Memanggil seseorang.3
3
Abu Daud Busroh,Cipta Selekta Hukum Tata Negara(Palembang: Rineka Cipta,
1993),hlm 20.
3
Dalam rangka pelaksanaan fungsi, tugas, wewenang, dan hak yang
dimiliki oleh DPR sebagaimana diatur dalam UUD 1945 Pasal 20A, sebagai
bentuk tanggung jawab sebagai wakil rakyat, DPR senantiasa dapat melakukan
lebih dalam tentang tugas dan wewenang DPR dapat dirumuskan bahwa DPR
mempunyai tugas pokok antara lain adalah sebagai fungsi pembuatan undang-
dihasilkan melalui proses legislasi. Oleh karena itu, fungsi legislasi DPR dapat
dibahas DPR dapat berasal dari pemerintah, dapat pula berasal dari DPR sebagai
RUU usul inisiatif. Untuk masa yang akan datang, jumlah RUU usul inisiatif dari
DPR diharapkan akan semakin banyak, hal ini merupakan bagian penting dari
komitmen reformasi hukum nasional dan pemberian peran lebih besar kepada
kurang, tercatat RUU yang dibahas di DPR sebagian besar berasal dari
pemerintah.
Dalam faktanya,usul RUU inisiatif DPR sangatlah minim sekali. Hal ini
dapat dilihat dari Laporan Kinerja DPR pada tahun 2014, tecatat bahwa terdapat
4
DPD/pemerintah.4 Di sisi lain, dalam pencapaian target program legislasi nasional
dan 4 produk legislasi berupa perjanjian. Rendahnya realisasi produk legislasi dari
lembaga legislatif.
4
DPR RI, Laporan Kinerja DPR (1 Oktober 2014 - 13 Agustus 2015), Jakarta, Agustus
2015.
5
Arrista Trimaya, Tenaga Fungsional Perancang Peraturan Perundang-undangan
Sekretariat Jenderal DPR-RI, “Kinerja Fungsi Legislasi DPR RI Masa Bakti 2009-2014
(Performance Parliament Legislation Function of 2009-2014)”, Jurnal Legislasi Indonesia, 10
(03): 245-258, September 2013.
5
pendukung seperti Naskah Akademik dan naskah Rancangan Undang-
Undang.6
RUU diusulkan oleh DPR, sebanyak 15 RUU diusulkan oleh Pemerintah, dan
Pada priode masa jabatan DPR saat ini, jangka waktu Prolegnas RUU
Prioritas Tahun 2017 telah memasuki paruh waktu (semester) kedua. Dalam
semester pertama yang telah dilalui, capaian Prolegnas RUU Prioritas Tahun
2017 masih menunjukkan hasil yang belum optimal, baik secara kuantitatif
maupun secara kualitatif.8
sebaiknya DPR tidak terjebak pada fungsi pengawasan saja yang pada akhirnya
UUD 1945 terjadi pada 19 Oktober 1999, dalam sidang umum MPR yang
berlangsung tanggal 14-21 Oktober 1999. Dalam perubahan ini, terjadi pergeseran
bisa meningkatkan kapasitas dan kualitas para anggota. Sejak tahun 2008, setiap
anggota DPR diberi fasilitas satu tenaga ahli. Namun, dalam perjalanannya,
bantuan satu tenaga ahli saja terasa kurang. Masih amat jauh dari kebutuhan.
6
Ibid.
7
Redaksi, “Kuantitas Legislasi Bukan Satu-Satunya Tolak Ukur Kinerja DPR”, Majalah
Parlementaria, Ed. 152 Th. XLVII 2017, hlm. 18.
8
Ibid.
6
Jadi, jika yang menjadi acuan adalah lingkup kerja, seorang anggota
fungsi pengawasan. Adapun jika yang menjadi acuan adalah mitra kerja,
dibutuhkan minimal 4 - 14 orang staf. Itu baru menghitung staf yang menunjang
anggota DPR dari sisi fungsi pengawasan. Bila fungsi legislasi dan fungsi
anggaran dihitung juga, setidaknya ada dua tambahan staf lagi di luar staf yang
telah dihitung di atas. Satu staf dengan kualifikasi ahli hukum untuk membantu
merancang, menganalisa, dan mengkritisi produk legislasi. Satu staf lagi untuk
anggota DPR dibantu oleh lima orang tenaga ahli. Itu kebutuhan minimal untuk
efektivitas kerja seorang anggota "Staf Ahli Parlemen di berbagai negara dan di
yaitu senat dan House of Representatives (HOR). Senat antara lain bertugas
dan persetujuan pada presiden, mengadakan perjanjian antara dua negara atau
Sementara tugas HOR antara lain menentukan pajak dan cukai, membayar
mengatur hukum warga negara dan naturalisasi. Di negara tersebut, setiap senator
Clinton, saat masih menjadi senator, dibantu oleh 16 staf di kantor pusat, 10 staf
di kantor daerah pemilihan (dapil), dan 15 staf lagi yang dibayar sendiri.
Sementara, anggota HOR James A. Leach didukung oleh 9 staf di kantor pusat
7
dan 7 staf di dapil. Staf di dapil bertugas khusus menyerap aspirasi dan bekerja
melayani warga. Di Prancis, setiap anggota parlemen dalam kerjanya dibantu lima
staf ahli dengan anggaran 8.000 euro per bulan. Sedangkan di Filipina seorang
anggota DPR dibantu oleh 5 - 7 orang staf ahli, dengan gaji sekitar 7,8 juta peso
ditambah 1,6 juta peso untuk transportasi lokal. Selain di negara-negara tersebut,
Meva-a M. (1996) melaporkan fasilitas staf juga diberikan kepada para anggota
negara kita difasilitasi dengan 3 jenis staf, yaitu 1) Staf Ahli, yang berjumlah
maksimal 3 orang dengan kualifikasi minimal S1, dan 3) Tenaga Ahli, sejumlah
tenaga ahli ini diangkat ke media sering kali respon yang muncul adalah sorotan
terhadap besarnya anggaran yang dibutuhkan untuk itu. Lalu secara tidak fair
Seharusnya, ada baiknya bila dikaitkan dengan dampak yang ditimbulkan akibat
lemahnya dukungan kapasitas bagi anggota dewan yaitu lemahnya output bagi
Konstitusi (MK). Sering juga DPR kecolongan meneliti pagu anggaran yang
pemerintah merupakan fakta yang mendukung paparan di atas. Karena itu jelas
diperlukan upaya untuk memperkuat DPR. Jika ada penambahan anggaran sangat
8
tidak bijaksana bila dialokasikan untuk merealisasikan kebijakan-kebijakan yang
tidak berdampak signifikan bagi peningkatan kualitas DPR, tidak populis, dan
menyakiti rakyat seperti menaikkan gaji dan tunjangan. Alangkah lebih baik bila
Dengan keberadaan tenaga ahli yang cukup secara kuantitas dan kualitas tersebut,
UUD 1945, berubah menjadi presiden berhak mengajukan RUU, dan DPR
b. Setiap RUU dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan
bersama.
c. Jika RUU itu tidak mendapat persetujuan bersama, RUU itu tidak boleh
Undang-Undang.
e. Dalam hal RUU yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh
presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak RUU tersebut disetujui, RUU
9
Ni’matulhuda, Hukum Tata Negara Indonesia(Yogyakarta: Rajawali Pers, 2005), hlm.
174.
9
Pergeseran kedudukan DPR yang diatur dalam hasil amanden UUD 1945
tersebut. Saat ini, peraturan mengenai DPR diatur lebih lanjut dalam Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD.
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah yaitu sebagai berikut :
10
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penulis dalam hal ini melakukan penelitian tentang kedudukan DPR dalam
dan DPRD.
terhadap pihak DPR atas masalah yang berkaitan dengan kedudukan dalam fungsi
11
1.4 Sistematika Penulisan
Bab II Berisi tinjauan pustaka yaitu yang berisi tinjauan umum tentang DPR yang
kewajiban serta tinjauan umum tentang fungsi legislasi DPR yang memuat
Bab III Berisi metode penelitian yang membahas mengenai jenis penelitian,
Bab IV Berisi pembahasan yang meliputi fungsi legislasi DPR, kendala DPR, dan
Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD.
12