Anda di halaman 1dari 2

Kayla Dwi Rachman Agama Islam Kelas X

XII IPS 4 Bab 4

Al-Qur’ān dan Hadis adalah Pedoman Hidupku


 Sumber hukum Islam merupakan suatu rujukan, landasan, atau dasar yang utama
dalam pengambilan hukum Islam.
 Sumber hukum islam ada tiga tingkatan : al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad
 Al-Qur’an adalah sumber hukum yang utama dan memiliki sifat : Dinamis (al-Qur’ān
dapat berlaku di mana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja), Benar (mengandung
kebenaran yang dibuktikan dengan fakta dan kejadian yang sebenarnya), dan Mutlak,
(tidak diragukan lagi kebenarannya serta tidak akan terbantahkan).
 Pengertian al-Qur’ān : Bahasa; berasal dari kata qara’a – yaqra’u – qirā’atan –
qur’ānan, yang berarti sesuatu yang dibaca atau bacaan. Istilah; adalah Kalamullah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
 Kandungan Hukum dalam al-Qur’ān
a. Akidah atau Keimanan : Akidah atau keimanan adalah keyakinan yang
tertancap kuat di dalam hati dan terangkum dalam rukun iman.
b. Syari’ah atau Ibadah : mengatur tentang tata cara ibadah baik yang
berhubungan langsung dengan al-Khāliq (Pencipta), yaitu Allah Swt (Ibadah
Mahdah). Dan berhubungan dengan sesamanya (ibadah gairu maḥḍah).
c. Akhlak dan Budi Pekerti : Al-Qur’an juga mengandung pedoman tentang
akhlak dan budi pekerti manusia.

 Hadis Atau Sunnah : Bahasa; hadis berarti perkataan atau ucapan. Istilah; hadis
adalah segala perkataan perbuatan, dan ketetapan yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad saw. Hadis juga dinamakan sunnah. Tapi keduanya masih memiliki
perbedaan. Hadis adalah ucapan atau perkataan Rasulullah saw., sedangkan Sunnah
adalah segala apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw. yang menjadi sumber hukum
Islam.
 Bagian-bagian hadis : Sanad (Orang atau kelompok yang menyampaikan hadis),
Matan, (isi atau materi hadis), dan Rawi (orang yang meriwayatkan hadis).
 Fungsi hadis : Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’ān yang masih bersifat umum,
memperkuat pernyataan, menerangkan maksud dan tujuan ayat, dan m enetapkan
hukum baru yang tidak terdapat dalam al-Qur’ān.
 Macam-macam hadis (dari perawinya) :
a. Hadis Mutawattir : diriwayatkan oleh banyak perawi dan dipastikan di antara
mereka tidak bersepakat dusta.
b. Hadis Masyhur : diriwayatkan oleh dua orang sahabat atau lebih yang tidak
mencapai derajat mutawattir, namun setelah itu tersebar dan diriwayatkan oleh
sekian banyak tabi’in sehingga tidak mungkin bersepakat dusta.
c. Hadis aḥad : diriwayatkan oleh satu atau dua orang perawi, sehingga tidak
mencapai derajat mutawattir. Dilihat dari segi kualitas orang yang
meriwayatkannya (perawi), hadis dibagi ke dalam tiga bagian, :
o Hadis Śaḥiḥ : hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, kuat
hafalannya, tajam penelitiannya, sanadnya bersambung kepada
Rasulullah saw., tidak tercela, dan tidak bertentangan dengan riwayat
orang yang lebih terpercaya.
o Hadis Hasan : hadits yang disebut sanadnya bersambung, tetapi ada
sedikit kelemahan pada rawinya (seperti ingatan perawinya tidak
sempurna walau adil, tajam penelitiannya, dll).
o Hadis Da’if : hadis yang tidak memenuhi kualitas hadis śaḥīiḥ dan
hadis Ḥasan.
o Hadis Maudu’ : hadis yang bukan bersumber kepada Rasulullah saw.
atau hadis palsu.

 Pengertian Ijtihad : Bahasa Arab; ijtahada-yajtahidu-ijtihādan (mengerahkan segala


kemampuan, bersungguh-sungguh mencurahkan tenaga, atau bekerja secara optimal).
Secara istilah; mencurahkan segenap tenaga dan pikiran secara sungguh-sungguh
dalam menetapkan suatu hukum. Orang yang melakukan ijtihād dinamakan mujtahid.
 Syarat-syarat ber-ijtihad : Memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam,
Memiliki pemahaman mendalam tentang bahasa Arab, ilmu tafsir, usul fikih, dan
tarikh (sejarah), Memahami cara merumuskan hukum (istinbaţ), dan memiliki
keluhuran akhlak mulia.
 Bentuk-bentuk Ijtihad :
 Ijma : kesepakatan para ulama ahli ijtihād dalam memutuskan suatu perkara
atau hukum.
 Qiyas : mempersamakan masalah baru yang tidak ada dalam al-Qur’ān/hadis
dengan yang sudah ada hukumnya dalam al-Qur’ān & hadis karena kesamaan
sifat/karakternya
 Maślaḥah mursalah : penetapan hukum yang menitikberatkan pada
kemanfaatan suatu perbuatan dan tujuan hakiki-universal terhadap syari’at
Islam.
 Pembagian hukum islam :
a. Hukum wad’i : perintah Allah Swt. yang merupakan sebab, syarat, atau
penghalang sesuatu
b. Hukum Taklifi :
 Wajib (Fardu) : dikerjakan mendapat pahala, tidak dikerjakan berdosa
 Sunnah (mandub) : dikerjakan mendapat pahala, tidak dikerjakan tidak
berdosa
 Haram (taḥrim) : larangan untuk mengerjakan suatu pekerjaan atau
perbuatan (dikerjakan berdosa, tidak dikerjakan mendapat pahala).
 Makruh (Karahah) : tuntutan untuk meninggalkan suatu perbuatan
(dikerjakan tidak berdosa, ditinggalkan mendapat pahala).
 Mubaḥ (al-Ibaḥaḥ) : boleh untuk dikerjakan dan boleh untuk
ditinggalkan (tidak berdosa dan berpahala jika dikerjakan ataupun
ditinggalkan).

Anda mungkin juga menyukai