Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Sistem Koordinat Tiga dimensi (D3) dan Vektor Pada Ruang


Serta Bidang, Garis, dan Bola

Mata Kuliah : Geometri Analitik


Dosen Pengampu :

Disusun Oleh
Kelompok 8
Febriyanti Dwi Ningsih (2084202028)
Indah (20842020)
Natasyah (20842020)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah “Kepemimpinan dan Organisasi
Pendidikan” ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita
semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi
anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan tugas makalah
dengan judul “Sistem Koordinat Tiga dimensi (D3) dan Vektor Pada Ruang Serta
Bidang, Garis, dan Bola”. Disamping itu, kami mengucapkan terimakasih kepada
Dosen Pengampu telah membimbing dalam menyelesaikan tugas ini dan
terimakasih pula kepada pihak yang telah membantu selama pembuatan makalan
ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.
Demikian kata pengantar ini kami buat dan kami berharap semoga mata
kuliah Geometri Analitik ini dapat menambah pengetahuan dan dapat dipelajari
dengan baik. Akhir kata kami mengucapkan Terimakasih

Bengkulu, November 2022

Penyusun

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................i

KATA PENGGANTAR......................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................1


1.2 Rumus Masalah................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................2

2.1 Sitem Koordinat Tiga Dimensi (D3)................................................2


2.2 Vektor Pada Ruang..........................................................................3
2.3 Operasi Perjumlahan Dan Penggurangan vektor.............................3
2.4 Hasil Kali Titik (Dot Product)..........................................................6
2.5 Hasil Kali Silang (Cross Product)....................................................6
2.6 Bidang..............................................................................................
2.7 Garis Pada Ruang.............................................................................
2.8 Bola..................................................................................................7
2.9 Latihan..............................................................................................

BAB II PENUTUP...............................................................................................9

3.1 Kesimpulan......................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................10

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Koordinat Tiga Dimensi (R3)


Sistem koordinat tiga dimensi adalah suatu cara yang digunakan untuk
menentukan letak suatu titik pada ruang. Pada sistem koordinat tiga dimensi letak
suatu titik pada umumnya dinyatakan dalam koordinat cartesius dan koordinat
bola.
A. Koordinat Cartesius
Untuk menyatakan posisi sebuah benda di dalam ruang, dibutuhkan suatu
sistem koordinat yang memiliki pusat koordinat. Sistem koordinat yang
paling umum adalah koordinat cartesius. Jika kita berbicara ruang dua
dimensi, maka koordinat cartesius dua dimensi memiliki pusat di O dan
dua sumbu koordinat yang saling tegak lurus, yaitu x dan y. Selannjutnya
koordinat cartesius dua dimensi dapat diperluas menjadi cartesius tiga
dimensi yang berpusat di O dan memiliki sumbu x, y, dan z.

O
Sistem koordinat cartesius dalam ruang tiga dimensi dapat digolongkan
kedalam dua kategori yakni, sistem tangan kiri dan sistem tangan kanan.
Menurut kebiasaan yang baku dalam penggambaran sumbu koordinat
cartesius, pada sistem tangan kanan sumbu y dan sumbu z terletak pada
bidang kertas dengan arah positif masing – masing ke atas. Kemudian
sumbu x tegak lurus kertas dengan arah positif menuju kita. Dinamakan
tangan kanan karena jika jari – jari tangan kanan dikepalkan sehingga
melengkung dari sumbu x positif ke arah sumbu y positif, ibu jari akan
mengarah ke sumbu z positif. Untuk sistem tangan kiri memiliki sumbu x
dan sumbu z terletak pada bidang kertas dengan arah positif masing –
masing ke kanan dank ke atas. Kemudian sumbu y tegak lurus kertas
dengan arah positif menuju kita. Dinamakan tangan kiri karena jika jari –
jari tangan kiri dikepalkan sehingga melengkung dari sumbu x positif ke
arah sumbu y positif, ibu jari akan mengarah ke sumbu z positif.

Sistem tangan kanan Sistem tangan kiri

Ketiga sumbu tersebut menentukan tiga bidang, bidang – bidang xy, xz dan yz,
yang membagi ruang menjadi delapan oktan. Terhadap tiap titik P dalam ruang
berpadanan suatu bilangan ganda tiga berurut ( x, y, z), yaitu koordinat
cartesiusnya, yang mengukur jarak – jarak berarahnya dari tiga bidang itu. Oktan-
oktan I, II, III dan IV diatas bidang xy dan lainnnya dibawah bidang xy. Oktan-
oktan V, VI, VII, VIII berturut-turut berada tepat dibawah oktan oktan I, II, III
dan IV. Pada gambar berikut berturut-turut adalah contoh letak titik P (2,3,4)
dan Q (4,-2,3)

NO Titik P(x, y, z) pada : Bilangan-bilangan


1 Oktan I X>0 y>0 z>0
2 Oktan II X<0 y>0 z>0
3 Oktan III X<0 y<0 z>0
4 Oktan IV X>0 y<0 z>0
5 Oktan V X>0 y>0 z<0
6 Oktan VI X<0 y>0 z<0
7 Oktan VII X<0 y<0 z<0
8 Oktan VIII X>0 y<0 z<0
Rumus Jarak dan Koordinat Bola
Posisi suatu titik dalam ruang, selain didefinisikan dengan sistem cartesius tiga
dimensi, dapat juga didefinisikan dalam sistem koordinat bola (prinsip dasarnya
sama dengan koordinat polar, yaitu sudut dan jarak). Jarak dua titik dalam sitem
koordinat ruang dimensi tiga menghasilkan rumus jarak dalam ruang dimensi tiga.
P1P2 = {(x2-x1),(y2-y1),(z2-z1)}

|P1P2| =  x )2  ( y 21
(x 21  y )2  (z 21z )

Keterangan :
P1 ( x1, y1, z1)
R (x2, y1, z1)

P2 (x2, y2, z2)

Q (x2, y2, z1)


QP2 = {(x2-x2),(y2-y2),(z2-z1)}

||QP2|| = (z2-z1)

QR = {(x2-x2),(y1-y2),(z1-z1)}

||QR|| = (y1-y2)

P1R = {(x2-x1),(y1-y1),(z1-z1)}

||QP2|| = (x2-x1)

Jarak dua titik P( x1 , y1 , z1 ) dan Q ( x2 , y2 , z2 ) adalah

Dari rumus jarak ke persamaan sebuah bola merupakan suatu langkah kecil. Bola
adalah himpunan semua titik berjarak tetap ( jari – jari ) dari suatu titik tetap
( pusat ). Kenyataannya, jika (x, y, z) adalah titik pada bola dengan jari – jari r
berpusat pada (h, k, l)
x

(x,y,z)
r
(h, k, l)

Persamaan baku bola : (x – h)2+(y – k)2+(z – l)2= r2

B. Grafik dalam Ruang Dimensi Tiga

Suatu hal wajar untuk pertama – tama memandang persamaan kuadrat karena
hubungannya dengan rumus jarak. Namun, agaknya suatu persamaan linear dalam
x, y, z yakni, persamaan berbentuk :
Ax + By + Cz = D , A2 + B2 + C2 ≠ 0
Seharusnya masih lebih mudah untuk dianalisis. Memang akan ditunjukkan bahwa
grafik persamaan linear merupakan bidang. Dengan menerima kenyataan ini, mari
kita tinjau bagaimana kita dapat menggambar persamaan yang demikian. Jika
suatu bidang memotong ketiga sumbu, yaitu kasus yang akan sering kali terjadi,
kita mulai dengan mencari titik – titik potong ini, yakni, kita mencari perpotongan
dengan sumbu x, y, dan z. ketiga titik ini menetukan bidang dan memungkinkan
kita menggambar bidang koordinat, yang berupa garis – garis perpotongan bidang
tersebut dengan bidang – bidang koordinat. Kemudian, dengan sedikit berseni,
kita dapat mengarsir bidang tersebut.
Misalkan diberikan persamaan 3x + 4y + 2z = 12, sketsakanlah grafiknya.
Bidang

3x + 4y + 2z = 12
jejak
jejak

jejak

Untuk menetukan perpotongan dengan sumbu x, tetapkan y dan z sama


dengan nol dan selesaikan untuk x, diperoleh x=4. Titik yang berpadanan adalah
(4,0,0). Secara serupa, perpotongan dengan sumbu y dan z adalah (0,3,0) dan
(0,0,6). Lalu, tarik garis yang menghubungkan titik – titik ini untuk memperoleh
jejak. Kemudian, arsir ( bagian oktan pertama ) bidang tersebut.

2.2 Vektor dalam Ruang Dimensi Tiga


Perbedaan vektor pada bidang dan vektor dalam ruang hanyalah bahwa
vektor dalam ruang sekarang vektor u mempunyai tiga komponen, yakni :

u = ( u1, u2, u3) = u1i + u2j + u3k

Di sini i, j, dan k adalah vektor – vektor satuan baku, disebut vektor –


vektor basis, pada arah ketiga sumbu koordinat positif. Panjang u, dinotasikan
dengan |u|, berasal dari rumus jarak dan diberikan sebagai
z

u
i z
j
z

Vektor – vektor dalam ruang ditambahkan, dikalikan dengan skalar, dan


dikurangkan sama seperti pada bidang, dan hukum – hukum aljabar yang dipenuhi
sesuai dengan yang telah dipelajari sebelumnya. Hasil kali titik dari u = (u 1, u2, u3 )
dan v = (v1, v2, v3) didefinisikan sebagai
|u| = √a2+b2+c2
u . v = u1 v1 + u2 v2 + u3 v3

Dan mempunyai tafsiran geometri yang telah dinyatakan terdahulu, yakni :

u . v = |u| |v| cos θ

Dengan θ adalah sudut antara u dan v. Akibatnya, masih tetap benar


bahwa dua vektor saling tegak lurus jika dan hanya jika hasil kali juga nol.

2.1 Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Vektor


Pada dasarnya, ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam melakukan operasi
vektor penjumlahan, yakni metode segitiga untuk penjumlahan dua vektor; metode
Jajargenjang untuk penjumlahan dua vektor; serta metode Poligon untuk penjumlahan dua
vektor atau lebih.
A. Metode Segitiga
Metode segitiga merupakan metode penjumlahan vektor dengan menempatkan
pangkal vektor kedua pada ujung vektor pertama. Hasil penjumlahan vektornya
yaitu vektor yang memiliki pangkal di titik pangkal vektor pertama dan ujung di
ujung vektor kedua. Misalkan terdapat dua vektor A dan B, maka penjumlahan
kedua vektor tersebut dengan metode segitiga adalah sebagai berikut:

Gambar 6: Perjumlahan kedua vektor tersebut dengan metode segitiga

B. Metode Jajargenjang
Metode jajargenjang merupakan metode penjumlahan dua vektor yang ditempatkan
pada titik pangkal yang sama, sehingga hasil kedua vektornya merupakan diagonal
jajargenjang. Misalkan, terdaat dua vektor A dan B, maka penjumlahan kedua
vektor tersebut dengan metode jajargenjang adalah sebagai berikut:
Gambar 7: Penjumlahan kedua vektor tersebut dengan metode jajargenjang

C. Metode Poligon
Metode poligon merupakan metode penjumlahan dua vektor atau lebih. Metode ini
dilakukan dengan cara menempatkan pangkal vektor kedua pada ujung vektor
pertama, kemudian menempatkan pangkal vektor ketiga di ujung vektor kedua dan
seterusnya. Resultan dari penjumlahan vektor-vektor tersebut adalah vektor yang
berpangkal di pangkal vektor pertama dan berujung di ujung vektor akhir. Misalkan
terdapat tiga vektor, A, B dan C, maka penjumlahan ketiga vektor tersebut dengan
metode poligon adalah sebagai berikut:

Gambar 8 : Penjumlahan ketiga vektor tersebut dengan metode polygon

D. Hukum Komutatif dan Asosiatif


Penambahan vektor memenuhi kedua hukum, baik hukum komutatif maupun
hukum asosiatif. Hukum Komutatif, artinya kita bisa menukar angka dan
jawabannya tetap sama untuk penjumlahan atau perkalian. Pengurangan vektor
tidak mengikuti hukum komutatif
A – B ≠ B – A. Sedangkan Hukum Asosiatif, artinya kita bisa saja
mengelompokkan operasi bilangan dengan urutan berbeda (mis. mana yang akan
kita hitung pertama kali). Pengurangan vektor tidak mengikuti hukum asosiatif
(A-B)-C ≠A-(B-C).
Operasi pengurangan vektor pada prinsipnya sama dengan operasi penjumlahan
vektor, namun dengan membalik arah vektor pengurangnya.
Misal, terdapat pengurangan dua buah vektor A dan B, maka vektor A dikurangi
vektor B sama dengan vektor A ditambah negatif vektor B.
Negatif vektor B dapat diperoleh dengan membalik vektor B ke arah yang
berlawanan, sehingga pengurangan vektor A oleh vektor B dapat ditunjukkan oleh
gambar berikut ini.

Gambar 9: Penggurangan vektor A oleh vector B

2.2 Hasil Kali Titik (Dot Product)

Gambar 10: hasil kali titi

Perkalian titik atau dot product dua buah vektor didefinisikan sebagai perkalian antara
besar salah satu vektor (missal A) dengan komponen vektor kedua (B) pada arah vektor
pertama (A). Pada gambar di atas, komponen vektor B pada arah vektor A adalah B
cos α. Dari pengertian perkalian titik tersebut, maka rumus atau persamaan perkalian titik
antara vektor A dan vektor B dapat dituliskan sebagai berikut.

A . B = AB cos α = |A||B| cos α

Keterangan:

α = sudut yang dibentuk oleh vektor A dan B dengan 0o ≤ α ≤ 180o

A = |A| besar vektor A


B = |B| besar vektor B
Dari persamaan perkalian titik di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil perkalian titik
dua buah vektor adalah skalar. Simbol dari perkalian titik adalah “.” (dot). Karena hasil
perkalian titik adalah skalar maka perkalian titik atau dot product disebut juga dengan
perkalian skalar atau skalar product. Dalam perkalian titik ada tiga poin penting yang
perlu kalian perhatikan.

1. Jika kedua vektor A dan B saling tegak lurus (𝛼 = 90o) maka


A . B = 0 → cos 90o = 0

2. Jika kedua vektor A dan B searah (𝛼 = 0o) maka


A . B = AB → cos 0o = 1

3. Jika kedua vektor A dan B berlawanan searah (𝛼 = 180o) maka


A . B = - AB → cos 180o = -1

A. Perkalian Titik Pada Vektor Satuan

Gambar 11: Vektor Satuan

Vektor satuan adalah vektor ruang yang telah diuraikan ke dalam


sumbu X(i),Y(j) dan Z(k) yang besarnya satu satuan. Perhatikan gambar di atas.
vektor satuan i, j, dan k merupakan vektor yang saling tegak lurus satu sama lain
dengan kata lain besar α = 90o karena nilai ketiga vektor tersebut adalah 1, maka hasil
perkalian titik pada vektor satuan tersebut adalah sebagai berikut:

i . i = j . j = k . k = 1.1 cos 0o = 1 (berhimpit)


i . j = i . k = j . k = 1.1 cos 90o = 0 (tegak lurus)
Dengan menggunakan hasil perkalian titik pada vektor satuan di atas, kita dapat
mencari hasil perkalian titik suatu vektor yang dinyatakan dalam vektor satuan.
misalkan terdapat dua vektor berikut ini:
A = Axi + Ayj + Azk
B = Bxi + Byj + Bzk

Hasil perkalian titik antara vektor A dan B adalah sebagai berikut:

A.B = (Axi + Ayj + Azk) . (Bxi + Byj + Bzk)


A.B = Axi . Bxi + Axi .Byj + Axi . Bzk + Ayj . Bxi + Ayj .Byj
+ Ayj . Bzk +Azk . Bxi + Azk .Byj + Azk . Bzk
→  karena i . j = i . k = j . k = 1.1 cos 90o = 0 maka

A.B = Axi . Bxi + 0 + 0 + 0 + Ayj .Byj


+ 0 + 0 + 0 + Azk . Bzk
A.B = Axi . Bxi + Ayj . Byj + Azk . Bzk
→  karena i . i = j . j = k . k = 1.1 cos 0o = 1 maka

A.B = AxBx + AyBy + AzBz

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil perkalian titik antara dua vektor
satuan dalam sistem koordinat tiga dimensi (x,y,z) adalah sebagai berikut:

Axi + Ayj +
A =
Azk
Bxi + Byj +
B =
Bzk
Maka

A.
= AxBx + AyBy + AzBz
B
B. Sifat-Sifat Perkalian Titik Vektor
Jika A, B dan C adalah sembarang vektor dan k ∈ R adalah skalar, maka sifat
perkalian titik antara vektor vektor tersebut adalah sebagai berikut.

Gambar 12: sifat perkalian titik

Perkalian titik memiliki sifat komutatif, yaitu


A.B=B.A
Perkalian titik memiliki sifat asosiatif, yai
(kA) . B = k(A . B) = A . (kB)
Dan terakhir, perkalian titik memiliki sifat distributif, yaiut
A . (B + C) = A . B + A . C

2.3 Hasil Kali Silang (Cross Product)


Salah satu perkalian vektor yang sangat penting adalah perkalian silang (cross product).
Tidak seperti perkalian skalar, perkalian silang antara dua vektor menghasilkan vektor
juga. Vektornya tidak terletak sebidang dengan kedua vektor yang dikalikan, tetapi tegak
lurus terhadap bidang yang mengandung kedua vektor awal. Perkalian silang
dari a dan b ditulis dengan ×b. Hasil perkalian silang yaitu a×b tegak lurus a
dan a×b tegak lurus b .

Gambar 13: Perkalian silang


B. Menentukan Hasil Perkalian Silang Dua Vektor

Sifat-sifat perkalian silang dua vektor adalah:


Tidak berlaku sifat komutatif: a×b≠b×a.
Berlaku sifat anti komutatif: a×b=−b×a.
Jika a⊥b maka |a×b|=a.b.
Jika a searah dengan b maka |a×b|=0.
Jika vektor a dan b berlawanan arah arah maka |a×b|=0.

2.4 Bidang
Perhatikan gambar di bawah ini

Gambar 14: vektor normal pada bidang


Untuk menentukan persamaan bidang dalam ruang (sebut bidang 𝛼), kita gunakan prinsip
dot product antara vektor normal 𝒏= 〈𝐴, 𝐵, 𝐶〉 dan sebarang vektor pada bidang, yaitu
𝑃𝑄. Jika P = (x0, y0, z0) dan Q = (x,y,z), maka 𝑃𝑄 = (𝑥 – 𝑥0, 𝑦 – 𝑦0, 𝑧 – 𝑧0), sedemikian
hingga; 𝒏 o 𝑃𝑄= 𝐴(𝑥 – 𝑥0) + B(𝑦 – 𝑦0 ) + C (𝑧 – 𝑧0 ) = 0, 𝐴𝑥 + 𝐵𝑦 + 𝐶𝑧 – 𝐴𝑥o – 𝐵𝑦0 – 𝐶𝑧0
= 0, 𝑨𝒙 + 𝑩𝒚 + 𝑪𝒛 + 𝑫 = 𝟎 dengan konstanta D = (−𝐴𝑥0 – 𝐵𝑦0 – 𝐶𝑧0) Persamaan 𝐴𝑥 +
𝐵𝑦 + 𝐶𝑧 + 𝐷 = 0 disebut sebagai persamaan bidang dalam ruang.

2.5 Garis Pada Ruang


Pada bidang, gradien digunakan untuk menentukan persamaan suatu garis. Dalam ruang,
akan lebih mudah jika kita gunakan vektor untuk menentukan persamaan suatu garis.

Gambar 14: garis L dan vektor arah v

Pada Gambar 14, perhatikan garis L yang melalui titik P(x1, y1, z1) dan sejajar terhadap
vektor v = <a, b, c>. Vektor v adalah vektor arah untuk garis L, dan a, b,
dan c merupakan bilangan-bilangan arah. Kita dapat mendeskripsikan bahwa
garis L adalah himpunan semua titik Q(x, y, z) sedemikian sehingga vektor PQ sejajar
dengan v. Ini berarti bahwa PQ merupakan perkalian skalar v dan kita dapat
menuliskan PQ = tv, dimana t adalah suatu skalar (bilangan real).

Dengan menyamakan komponen-komponen yang bersesuaian, kita


mendapatkan persamaan-persamaan parametris suatu garis dalam ruang.
Teorema 1 Persamaan-persamaan Parametris Suatu Garis dalam Ruang
Garis L yang sejajar dengan vektor v = <v1, v2, v3> dan melewati titik P(x1, y1, z1)
direpresentasikan dengan persamaan-persamaan parametris

Jika bilangan-bilangan arah a, b, dan c tidak nol, maka kita dapat mengeliminasi


parameter t untuk mendapatkan persamaan-persamaan simetris garis.

2.6 Bola

2.7 Latihan

1. Sebuah balok berada pada bidang datar licin ditarik oleh gaya F sebesar 200 N
dengan arah membentuk sudut 60° terhadap arah horisontal. Pada saat balok
berpindah 8 m, tentukan usaha yang dilakukan oleh gaya F tersebut.
Penyelesaian: Usaha dapat didefinisikan sebagai perkalian titik antara gaya
yang bekerja selama perpindahannya. Berarti dapat diperoleh:
W = F . s
W = F . s cos θ
W = F s cos θ
W = 200 N . 8 m . cos 60°
W = 200 N . 8 m . ½
W = 800 Nm
Jadi, usaha yang dilakukan oleh gaya pada balok di tersebut adalah 800 joule ( 1
Nm = 1 joule)

2. Tentukan hasil perkalian titik antara dua vektor satuan berikut ini.
A = 3i + 4j + 6k
B = 8i + 5j – 8k
Penyelesaian:
A . B = AxBx + AyBy + AzBz
A . B = 3 . 8 + 4 . 5 + 6 . (– 8)
A . B = 24 + 20 – 48
A . B = – 4

3. Diketahui vektor A = 2i + 5j + 3k dan B = i + 2j – 3k. Tentukan sudut yang


dibentuk antara kedua vektor tersebut.
penyelesaian
rumus perkalian titik antara vektor A dan B adalah sebagai berikut :
A . B = |A|.|B| cos α
Pertama kita tentukan besar masing-masing vektor satuan tersebut

|A| = √(22 + 52 + 32) |B| = √(12 + 22 + -


|A| = √38 32)
|B| = √14

Kedua kita tentukan besar perkalian titik vektor satuannya sebagai berikut
A . B = AxBx + AyBy + AzBz
A . B = 2 . 1 + 5 . 2 + 3 . (– 3)
A . B = 2 + 10 – 9
A . B = 3
Kemudian kita kembali ke rumus perkalian titik sebelumnya

A.B = |A|.|B| cos α


3 = (√38)( √14) cos α
3 = √532 cos α
3 = 23,07 cos α
cos α = 3/23,07
cos α = 0,13
α ≈ 82,53o

Dengan demikian sudut yang dibentuk antara vektor A dan vektor B adalah


83o.

Anda mungkin juga menyukai