Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KALKULUS II

“INTEGRAL TAK WAJAR”


Dosen : Ridha Endarani, Spd.

Disusun Oleh:

Roji Muhidin

STMIK MUHAMMADIYAHBANTEN

2013
June 12,
2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadlirat Allah swt. atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga ditengah-tengah kesibukan dan rutinitas penulis serta

dengan segala kekurangannya, dapat menyusun makalah ini yang diharapkan dapat

membantu pribadi penulis dan mahasiswa secara umumnya dalam mempelajari

Kalkulus II tentang “Integral”.

Makalah ini dimaksudkan untuk memberikan bekal kepada pribadi penulis dan

mahasiswa Jurusan Sistem Informasi, STMIK Muhammadiyah Banten yang sedang

mengikuti perkuliahan Kalkulus II. Kekurangan dan belum sempurnanya makalah ini

menjadi ‘tuntutan” penulis sehingga yang seharusnya teman-teman menerima banyak

pengetahuan tentang Kalkulus Integral dari makalah ini belum dapat terwujud

seluruhnya.

Terselesaikannya penulisan makalah ini tentu tidak terlepas dari bantuan rekan-

rekan seprofesi penulis di STMIK Muhammadiyah Banten, lebih-lebih teman-teman

kelas ku yang menjadi motivasi penulis untuk segera menyelesaikan makalah ini.

Semoga materi yang telah dituangkan dalam makalah ini, akan sangat berguna

bagi pribadi penulis dan mahasiswa STMIK Muhammadiyah Banten umumnya.

Kekurangan dan kekhilafan disana sini Insyaallah diperbaiki dikemudian hari.

Lebak, 12 Juni 2013


Penulis

Makalah Kalkulus II “Integral Tak Wajar” Dosen:Ridha Endarani.Spd


June 12,
2013

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………............ i


Daftar Isi ……………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………............. 2
1.3 Tujuan ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Integral Tak Wajar.................................................... 3
2.2 Integral tak wajar dengan integran diskontinu........................... 5
2.3 Integral tak wajar dengan batas tak hingga................................ 8
2.4 Rumus-rumus dasar Integral...................................................... 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................... 21
3.2 Saran-saran ............................................................................... 22

DAFTAR PPUSTAKA ………………………………………………………. 23

Makalah Kalkulus II “Integral Tak Wajar” Dosen:Ridha Endarani.Spd


June 12,
2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konon dalam sejarah matematika, pelajaran integral lebih dikenal
dengan anti-differensial atau kalo di sekolah atau perguruan tinggi, kita lebih
mengenal kata “turunan” dibanding kata “differensial”. Jadi Integral itu adalah
kebalikan dari turunan. Baik integral ataupun differensial, keduanya merupakan
bagian dari ilmu Kalkulus dalam Matematika. Menurut sejarah, tokoh yang
mengembangkan dan memperkenalkan konsep differensial dan anti-differensial
(integral) dalam ilmu matematika adalah Gottfried Wilhelm Leibniz, atau lebih
dikenal dengan Leibniz saja.

Lambang integral seperti cacing berdiri dahulunya dikenal dengan


“Notasi Leibniz”, karena Leibniz lah yang memperkenalkan konsep integral dalam
Matematika, lambang integral seperti ini : ∫, diambil dari huruf pertama nama si
Leibniz, yaitu huruf “L”, namun pada zaman dahulu orang menuliskan huruf “L”
dalam bentuk yang indah, seperti berikut :
Ilmuwan dalam Perkembangan Matematika Hitung Integral
Sejak ilmu matematika berkembang dari abad sebelum masehi sampai abad
sesudah masehi juga sampai sekarang jaman modern. Ilmu tentang integral
mengalami perkembangan yang cukup bagus. Dari integral yang dikembangkan
oleh Leibnizh pada abad sesudah masehi sampai integral yang kembangkan oleh
Henstock-kurzweill jaman modern sekarang ini . menurut sejarahnya, orang yang
tercatat pertama kali mengemukakan ide tentang integral adalah Archimides,
seorang ahli matematika bangsa Yunani yang berasal dari Syracusa (287 – 212
SM). Ia menggunakan ide itu untuk menghitung luas daerah lingkaran, daerah
yang dibatasi parabola dan tali busur, dan sebagainya.

Hitung integral merupakan metode matematika dengan latar belakang


sejarah yang cukup unik. Banyak ilmuwan, baik matematika maupun non-
matematika, yang berminat terhadap perkembangan matematika hitung integral, di
antrannya sebagai berikut.

Tokoh-Tokoh Matematika dalam integral:

1. Archimedes (287-212 SM), seorang fisikawan sekaligus matematikawan dari


Syracuse, Yunani. Pada abad kedua sebelum masehi, Archimedes talah
menemukan ide penjumlahan untuk menentukan luas sebuah daerah tertutup
dan volume dari benda putar. Diantaranya adalah rumus lingkaran, luas segmen
parabola, volume bola, volume kerucut, serta volume benda putar yang lain. Ide
penjumlahan ini merupakan salah satu konsep dasar dari Kalkulus Integral.

Makalah Kalkulus II “Integral Tak Wajar” Dosen:Ridha Endarani.Spd


June 12,
2013

2. Isaac Newton (1642-1727 M), seorang matematikawan sekaligus fisikawan dari


Inggris. Isaac Newton dan Gottfried wilhelm Leibniz dalam kurun waktu yang
hampir bersamaan, meskipun bekerja sendiri-sendiri, telah menemukan
hubungan antara Kalkulus Differansial dan Kalkulus Integral. Walaupun
konsep luas daerah yang dibatasi oleh kurva tertutup (integral tertentu) telah
lebih dahulu diketahui, tetapi I Newton dan Leibniz merupakan dua tokoh
terkemuka dalam sejarah Kalkulus. Sebab, mereka mampu mengungkapkan
hubungan yang erat antara antiderivatif dengan intagral tertentu. Hubungan ini
dikenal dengan Teorema Dasar Kalkulus.

3. Gottfried wilhelm Leibniz (1646-1716 M), seorang ilmuwan jenius dari


Leipzig, Jerman. Leibniz seorang ilmuwan serba-bisa. Ia mendalami bidang
hukum, agama, filsafat, sejarah, politik, geologi, dan matematika. Selain
Teorema Dasar Kalkulus yang dikembangkan bersama Newton, Leibniz juga
terkenal dengan pemakaian lambang matematika. Lambang dx/dy bagi turunan
dan lambang ∫ bagi integral merupakan lambang-lambang yang diusulkan oleh
Leibniz dalam Hitung Differensial dan Hitung Integral.

4. George Friedrich Bernhard Riemann (1826-1866 M), seorang matematikawan


dari Gottingen, Jerman. Meskipun Teorema Dasar Kalkulus telah dikemukakan
oleh Newton, namun Riemann memberi definisi mutakhir tentang integral
tentu. Atas sumbangannya inilah integral tentu sering disebut sebagai Integral
Riemann.

1.2 Rumusan Masalah


Pengertian Integral
Pembagian Integral Tak Wajar
Integral Tak Wajar dengan integran diskontinu
Integral Tak Wajar dengan batas integrasi di tak hingga
1.3 Tujuan
 Agar kita dapat mengetahui pengertian Integral, Khususnya Integral tak
wajar
 Dapat Mengetahui Pembagian Integral tak wajar
 Dapat menyelesaikan Integral Tak Wajar dengan integrasi diskontinu
 Dapat menyelesaikan Integral Tak Wajar dengan batas integrasi tak hingga.

Makalah Kalkulus II “Integral Tak Wajar” Dosen:Ridha Endarani.Spd


June 12,
2013

BAB II
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Integral Tak Wajar


Sebelum membahas konsep tentang integral tak wajar, marilah kita ingat
kembali teorema dasar kalkulus pada integral tertentu.
Teorema:
Misal f(x) adalah fungsi yang kontinu dan terintegralkan pada I = [a,b] , dan F(x)
sebarang antiturunan pada I, maka

 f ( x)dx = F ( x)  F (b)  F (a )


b
b
a
a

Contoh :

1.  (1  x)dx   x  x2 
 1 
4 4

2  2 2

= (4- ½ .16) – (2- ½ 4)


= -4 – 0
= -4

2.   ln 1  x 
2 2
dx
1
1 x 1

= ln (1+2) – ln (1+1)
= ln 3 – ln 2


2
dx
1 x
3. , tidak dapat diselesaikan dengan teorem di atas karena integran
1

1
1 x
f(x) = tidak terdefinisi pada x = 1.


1
dx 1
4. , tidak dapat diselesaikan dengan teorema di atas, karena integran f(x) =
1
x x

tidak terdefinisi di x = 0

Makalah Kalkulus II “Integral Tak Wajar” Dosen:Ridha Endarani.Spd


June 12,
2013

Dengan demikian tidak semua integral fungsi dapat diselesaikan dengan


teorema dasar kalkulus. Persoalan-persoalan integral seperti pada contoh 3 dan 4
dikategorikan sebagai integral tidak wajar.

 f ( x)dx disebut Integral Tidak Wajar jika:


b

Bentuk
a

a. Integran f(x) mempunyai sekurang-kurangnya satu titik yang tidak kontinu


(diskontinu) di [a,b], sehingga mengakibatkan f(x) tidak terdefinisi di titik
tersebut.

 f ( x)dx = F(b) – F(a) tidak berlaku lagi.


b

Pada kasus ini teorema dasar kalkulus


a

Contoh :

 4  x , f(x) tidak kontinu di batas atas x = 4 atau f(x) kontinu di [0,4)


4
dx
1)
0


2
dx
x 1
2) , f(x) tidak kontinu di batas bawah x = 1 atau f(x) kontinu di (1,2]
1

 , f(x) tidak kontinu di x = 2  [0,4] atau f(x) kontinu di [0,2)


4
dx
3)
(2  x)
2
0 3

 (2,4]

b. Batas integrasinya paling sedikit memuat satu tanda tak hingga

x

, integran f(x) memuat batas atas di x = 
dx
4
1) 2
0

e dx , integran f(x) memuat batas bawah di x = - 


0
2x
2)


 1  4x

, integran f(x) memuat batas atas di x =  dan batasa bawah di x =
dx
3)

2

-
Pada contoh a (1,2,3) adalah integral tak wajar dengan integran f(x) tidak
kontinu dalam batas-batas pengintegralan, sedangkan pada contoh b (1, 2, 3) adalah
integral tak wajar integran f(x) mempunyai batas di tak hingga (  ).

Makalah Kalkulus II “Integral Tak Wajar” Dosen:Ridha Endarani.Spd


June 12,
2013

Integral tak wajar selesaiannya dibedakan menjadi Integral tak wajar dengan
integran diskontinu Integral tak wajar dengan batas integrasi tak hingga.

3.2 Integral tak wajar dengan integran diskontinu


a. f(x) kontinu di [a,b) dan tidak kontinu di x = b
Karena f(x) tidak kontinu di x = b, maka sesuai dengan syarat dan definsi
integral tertentu integran harus ditunjukkan kontinu di x = b -  (   0  ),

  f ( x)dx
b 
f ( x)dx  lim
b

sehingga
 0
a a

Karena batas atas x = b -  ( x  b  ), maka  f ( x)dx  lim  f ( x)dx


b t


a t b a

Perhatikan beberapa contoh di bawah ini.

 
4
 lim
4
dx dx
4  x  0 4 x
1) , f(x) tidak kontinu di batas atas x = 4, sehingga
0 0

=  lim  2 4  x 
4 

 0 0

= -2 lim
 0
 4  (4   )  (4  0) 
= -2 ( lim   4 )
 0

= -2(0-2)
=4
Cara lain :

  lim 
4 t
dx dx
4  x t 4 0 4  x

 
0

= lim  2 4  x 0

= lim  2 
t

t 4

4t  2 40
t 4 

= -2(0)+2(2)
=4

Makalah Kalkulus II “Integral Tak Wajar” Dosen:Ridha Endarani.Spd


June 12,
2013


2
dx 1
4 x 4  x2
2) , f(x) =
2
2

Fungsi di atas tidak kontinu di x = 2 dan x = -2, sehingga:

 2
2 2
dx dx
4 x 4  x2
maka
2
2
0

= 2
2
dx
0 4  x2

 x
2 

= 2  Lim arcsin 
 0 2 0


=2(  0)
2
=

b. f(x) kontinu di (a,b] dan tidak kontinu di x = a


Karena f(x) tidak kontinu di x = a, maka sesuai dengan syarat dan definsi
integral tertentu integrannya harus ditunjukkan kontinu di x = a +  (   0  ),

 f ( x)dx  lim  f ( x)dx


b b

sehingga
 0
a a

Karena batas bawah x = a +  ( x  a  ) maka dapat dinyatakan dalam bentuk


lain:

 f ( x)dx  lim  f ( x)dx


b b

a t a  t

Perhatikan beberapa contoh dibawah ini.

  lim 
4 4
3dx 3dx
x  3 t 3 t x  3
1)

 
3

= lim 3(2) x  3 t

= lim 6 
4

t 3

43 6 t 3
t 3 

= 6(1) – 6(0)
=6

Makalah Kalkulus II “Integral Tak Wajar” Dosen:Ridha Endarani.Spd


June 12,
2013

  lim 
1 1
dx dx
2) ,f(x) tidak kontinu di batas bawah x = 0 sehingga
0 x  0 0  x

 
diperoleh:

  lim 2 x
1 1
dx

 
 0
0 x 0 

= lim 2 1  2 0  
 0

=2–0
=2
c. f(x) kontinu di [a,c)  (c,b] dan tidak kontinu di x = c
Karena f(x) tidak terdefinisi di x = c, maka sesuai dengan syarat dan definsi
integral tertentu integrannya harus ditunjukkan kontinu di x = c +  dan x = c -
 (   0  ), sehingga

 f ( x)dx   f ( x)dx   f ( x)dx


b c b

a a c

  f ( x)
c  b

= lim f ( x)dx + Lim


 0  0
a c

Dapat juga dinyatakan dengan :

 f ( x)dx   f ( x)dx  f ( x)dx


b t b
lim + lim
 t a
a t b a t

Perhatikan beberapa contoh dibawah ini.


4
dx
x 1
1) 3
, f(x) tidak kontinu di x = 1, sehingga diperoleh
0

 dx   3
1 4
dx dx
x 1 x 1
3
, berdasarkan contoh sebelumnya didapat:
0 1

  lim  3
1  4
dx dx
x  1  0 1 x  1
lim
 0  3
0

3  3 
1 

= lim  ( x  1)   lim  ( x  1) 3 
2 2 4

 0  1 
3
 0 2  0 2

Makalah Kalkulus II “Integral Tak Wajar” Dosen:Ridha Endarani.Spd


June 12,
2013

  3  
= lim (1   )  1)  (0  1) 3   lim (4  1)  ((1   )  1) 3 
2 2 2 2
3
2  0   2  
3 3
 0

(1  3 9 )
3
=
2

x

8 1
3
2) dx, f(x) tidak kontinu di x = 0, sehingga diperoleh
1

x dx   x dx
 
0 1 8 1
3 3

1 0

 x
0 
x dx  lim
 
1 8 1
3 3
= lim dx
 0  0
1 0 

 3 23   3 23 
0 

= lim  x   lim  x 
8


 0 2
 1  0  2  0  

6
3
= -
2
9
=
2

3.3 Integral tak wajar dengan batas tak hingga


Bentuk integral tak wajar dengan batas tak hingga jika sekurang-kurangnya
batas-batas integrasinya memuat tak hingga. Selesaiannya berbeda dengan integral
tak wajar yang integrannya tidak kontinu di salah satu batas intergrasinya.
a. Intergral tak wajar dengan batas atas x =  .
Selesaiannya cukup dengan mengganti batas atas dengan sebarang variable
dimana variable tersebut mendekati tak hingga. Dengan demikian integral tak
wajar dengan batas atas tak hingga mempunyai selesaian berbentuk.

 f ( x)dx  lim  f ( x)dx


 t

t 
a a

Perhatikan contoh berikut ini :

0 x2  1 = lim 
 t
dx dx
t  x  4
1) 2
0

Makalah Kalkulus II “Integral Tak Wajar” Dosen:Ridha Endarani.Spd


June 12,
2013

1 x
= lim  arctan 
t


t  2 2 0

1 
= lim  arctan  arctan 0
t 1

t  2 2 2 

=(½. - ½ .0)
2

=
4

1 x2 x
 t
dx dx
2) = lim
t  2
1

 1
= lim  
t

t 
 x 1

 1 
= lim   1
t

t 
 t 1
=1

b. Integral tak wajar dengan batas bawah di x = - 


Selesaiannya cukup dengan mengganti batas bawah dengan sebarang variable
dimana variable tersebut mendekati (negative) tak hingga. Dengan demikian
integral tak wajar dengan batas bawah tak hingga mempunyai selesaian:

 f ( x)dx  lim  f ( x)dx


a a

t  
 t

Perhatikan contoh berikut ini:

1 
e
lim  e 2 x 
0

dx = t    2  t
0
2x
1.


1 1 
= lim  .1  e 2t 

t   2 2 

=½-0

Makalah Kalkulus II “Integral Tak Wajar” Dosen:Ridha Endarani.Spd


June 12,
2013

 (4  x)2 = tlim


 1 
   ( 4  x) 
0 0
dx
 t
2.

 1 1 

= t    (4  t ) (4  0) 
lim 

1
=0+
4

c. Integral tak wajar batas atas x =  dan batas bawah di x = - 
Khusus untuk bentuk integral ini diubah terlebih dahulu menjadi penjumlahan

  f ( x)dx   f ( x)dx , sehingga bentuk


 
f ( x) x 
a

dua integral tak wajar dengan


  a

penjumlahan integral tak wajar ini dapat diselesaikan dengan cara a dan b
tersebut di atas, atau diperoleh bentuk:

  f ( x)dx   f ( x)dx
 
f ( x) x 
a

  a

 f ( x)dx  lim  f ( x)dx


a t

= lim
t   t 
t a

Perhatikan beberapa contoh dibawah ini:

 1  4x

dx
1.

2

=  
0 
dx dx

1  4x2
1  4 x2

= lim arctg 4 xt + limarctg 4 x0


0

0 t
t   t 


=
2

 e2 x  1 =  e2 x  1 + 0 e2 x  1
 0 
e xdx e xdx e xdx
2.
 

t e2 x  1 t ` 0 e2 x  1
0 t
e xdx e xdx
= lim + lim
t  

Makalah Kalkulus II “Integral Tak Wajar” Dosen:Ridha Endarani.Spd


June 12,
2013

0 t
= lim (arc tgn e x ) t + lim (arc tgn e x ) 0
t   t 

   
=   0 =
2 4 4 2
3.4 Rumus-rumus dasar Integral
Misal u adalah suatu fungsi yang terintegralkan dan C sebuah konstanta,
dengan memperhatikan sifat-sifat operasi Aljabar fungsi (penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian) dapat diperikan beberapa sifat Integral tak
tentu fungsi yang terintegralkan. Sifat-sifat berikut berlaku untuk syarat yang
diberikan.

 u du =
u n 1
+ C, jika n  -1
n 1
n
1.

u ( x)
 u ( x) u ' ( x)dx 
n 1

 C , jika n  -1
n 1
n
2.

  dx  ln f ( x)  C
du f ' ( x)
3. = ln u + C atau
u f ( x)

4.  eu du = eu + C


u au
5. a du = +C

 
ln u
6. u dv = uv - v du

7.  sin du = - cos u + C

8.  cos u du = sin u + C

9.  sec2 u du = tan u + C

10.  csc2 u du = - cot u + C

11.  sec u tan u du = sec u + C

12.  csc u cot u du = - csc u + C

13.  tan u du = ln sec u + C

14.  cot u du = ln sin u + C

Makalah Kalkulus II “Integral Tak Wajar” Dosen:Ridha Endarani.Spd


June 12,
2013

15.  sec u du = ln sec u  tan u + C

16.  csc u du = ln c sec u  cot u + C


du u
a 2  u2
17. = arc sin +C
a


du 1 u
a u
18. 2 2
= arc tan +C
a a


ua

du 1
a u ua
19. 2 2
ln +C
2a

  1 ln u  a + C
du
u a ua
20. 2 2
2a

 u2  a 2 ) + C
du
u a
21. = ln (u +
2 2

 u2  a 2 ) + C
du
u a
22. = ln (u +
2 2

 a 2  u 2 du = ½ u u2  a 2  a arcsin  C
1 2 u
23.
2 a


du 1 u
u u a
24. = arc sec + C
2 2 a a

 u 2  a 2 du = ½ u u2  a 2  a ln u  u 2  a 2 + C
1 2
25.
2

 u 2  a 2 du = ½ u u2  a 2  a ln u  u 2  a 2 + C
1 2
26.
2


1 1
27. sin2 u du = u – sin 2u + C
2 4


1
28. cos2 u du = u + ¼ sin 2u + C


2
29. tan2 u du = -u + tan u + C

30.  cot2 u du = - u – cot u + C


1
31. sin3 u du = - ( 2 + sin2 u ) cos u + C
3


1
32. cos3 u du = ( 2 + cos2 u ) sin u + C
3

Makalah Kalkulus II “Integral Tak Wajar” Dosen:Ridha Endarani.Spd


June 12,
2013


1
33. tan3 u du = tgn2 u + ln cos u + C
2


1
34. cot3 u du = - cot2 u - ln sin u + C
2

 sec u tan u + ln sec u  tan u + C


1 1
35. sec3 u du =
2 2

 csc u cot u + ln c sec u  cot u + C


1 1
36. csc3 u du = -
2 2


sin(a  b)u sin(a  b)u
+ C, jika a2  b2
2(a  b) 2(a  b)
37. sin au sin bu du = -


sin(a  b)u sin( a  b)u
+ C, jika a2  b2
2(a  b) 2(a  b)
38. cos au cos bu du = +


cos(a  b)u cos(a  b)u
+ C, jika a2  b2
2(a  b) 2(a  b)
39. sin au cos bu du = - -

 
sin n 1 u cos u n 1
40. sinnu du = - + sin n-2 u du
n n

 
cos n 1 u sin u n 1
41. cosn u du = + cos n-2 u du
n n

 tan n-1 u -  tan n 2 u du jika n  1


1
n 1
42. tann u du =

 cot n-1 u -  cot gn n 2 u du jika n  1


1
n 1
43. cot n u du = -

 
n2
sec n-2 u du, jika n  1
1
n 1 n 1
44. sec n u du = sec n-2 u tgn u +

 
n2
csc n-2 u du, n  1
1
n 1 n 1
45. csc n u du= - csc n-2 u cot u +

 
sin n 1 u cos m1 u n 1
nm nm
46. sin n ucos m u du = - + sin n-2 u cos m u du,

n  -m
47.  u sin u du = sin u – u cos u + C

48.  u cos u du = cos u + u sin u + C

49.  un sin u du = -un cos u + n  u n-1 cos u du

50.  un cos u du = un sin u + n  u n-1 sin u du

Makalah Kalkulus II “Integral Tak Wajar” Dosen:Ridha Endarani.Spd


June 12,
2013


1
51. sin u d(sin u) = sin 2 u + C
2


1
52. cos u d(cos u) = cos 2 u + C
2


1
53. tan u d(tan u) = tan 2 u + C


2
54. cot u d(cot u) = ½ cot2 u + C

55.  sec u d(sec u) = ½ sec2 u + C

56.  csc u d(csc u) = ½ csc2 u + C

 u 2  a 2 du = u2  a 2  ln u  u 2  a 2
u a2
57. +C
2 2

u2  a 2  a  u2  u2 
 u 2  a 2 - a ln 

 +C

 
58. du =
u u

 = ln u  u 2  a 2 + C
du
u a
59.
2 2


u2  a 2
u2  a 2 - a
u
60. du = arc sec +C
u a

 u2 a 2  u 2 du =  u2) a 2  u2 - ln u  a 2  u 2
u a4
61. (2a2 +C
8 8

 a 2  u2  ln u  a 2  u 2
u2 u a2
u 2 a 2
62. du = +C
2 2


u2  a 2
=
du
u2 u2  a 2
63. +C
a 2u


u2  a 2 u2  a 2
64. du = - - ln u  a 2  u 2 + C
u2 u

 =
du u
u2  a 2
65. +C
(u  a )
3 2
2 2 2 a

 a 2  u2 + C
udu
a u
66. =-
2 2

 ( u 2  a 2 )3/2 du = (2u2  5a2) u2  a 2 + ln u  u 2  a 2 + C


u 3a 4
67.
8 8

Makalah Kalkulus II “Integral Tak Wajar” Dosen:Ridha Endarani.Spd


June 12,
2013

 a 2  u 2 du = a 2  u2 +
a a2 u
68. arc sin -1 +C
2 u a

 a 2  u2 +
u2 a a2 u
a 2  u2
69. du = - arc sin -1 +C
2 u a


a 2  u2 a  a 2  u2
70. du = a 2  u 2 - a ln +C
u u

 u2 a 2  u 2 du = a 2  u2 +
u a4 u
71. (2u2- a2) arc sin -1 + C
8 8 a


du a 2  u2
u2 a 2  u2
72. = - +C
a 2u


u2  a 2 u2  a 2 u
73. du = - - arc sin -1 +C
u2 u a


du 1 a  a 2  u2
u a 2  u2
74. = - ln +C
a u

u
du 1 1 x
1 u 1 1 x
75. = ln +C

 1  u du = 2
u
76. u - 2 arc tan u + Cl


du
u (1  u )
77. = 2 ln (1+ u)


du u
a 2  u2
78. = +C
(a 2  u 2 )
3 2
2 a

 ( a 2  u 2 )3/2 du = a 2  u2 +
u 3a 4 u
79. (5a2- 2u2) arc sin -1 +C


8 8 a

80. ueu du = (u-1)eu + C

81.  un eu du = un eu – n  un-1 eu du

82.  ln u du = u ln u – u + C


u n 1 u n 1
n 1 (n  1) 2
83. un ln u du = ln u - +C

Makalah Kalkulus II “Integral Tak Wajar” Dosen:Ridha Endarani.Spd


June 12,
2013


eau
a 2  b2
84. eau sin bu du = (a sin bu – b cos bu) + C


eau
a 2  b2
85. eau cos bu du = (a cos bu + b sin bu) + C

86.  arc sin -1 u du = u arc sin -1 u + 1  u 2 + C

 ln 1  u 2 + C
1
87. arc tan u du = u arc tan u -
2

88.  arc sec u du = u arc sin u – ln u  1  u 2 + C

 1 u2 + C
u
89. u arc sin u du = ¼ (2u2 – 1) arc sin u +
4


u
90. u arc tan u du = ½ (u2 + 1) arc tan u - +C
2

 u 2 1 + C
u2
91. u arc sec u du = arc sec u – ½
2

 
u n 1 u n 1
du + C, jika n  -1
1
n 1 n 1 1 u2
92. u arc sin u du = arc sin u -

 n 1 1 u2
u n 1 u n 1
du + C, jika n  -1
1
n 1
93. un arc tan u du = arc tan u -

 
u n 1 u n 1
du + C, jika n  -1
1
n 1 n 1 u 2 1
94. un arc sec u du = arc sec u -

95.  sinh u du = cosh u + C

96.  cosh u du = sinh u + C

97.  tanh u du = ln (cosh u ) + C

98.  coth u du = ln sinh u + C

99.  sech u du = arc tan sinh u + C


u
100. csch u du = ln tanh +C
2


u
101. sinh 2 u du = ¼ sinh u - +C
2

Makalah Kalkulus II “Integral Tak Wajar” Dosen:Ridha Endarani.Spd


June 12,
2013


u
102. cosh 2 u du = ¼ sinh u + +C


2
103. tanh 2 u du = u - tanh u + C

104.  coth 2 u du = u – coth u + C

105.  sech 2 u du = tanh u + C

106.  csch 2 u du = -coth u + C

107.  sech u tgnh u du = - sech u + C

108.  csch u coth u du = - csch u + C

  ln au  b + C
u b
109. u(au+b)-1 du =
a a2


 b 
ln au  b  au  b  + C
1
110. u(au + b)-2 du =
a2


(au  b) n 1  au  b b 
  + C, jika n  -1, -2
 n  2 n  1
n
111. u(au+b) du = 2
a

 
     (a  u )  + C, n  1
du 1 u du
(a 2  u 2 ) n 2a (n  1)  (a  u )  
112. = 2 2 2 n 1
( 2 n 1) 2 2 n 1

 au  b du = (3au  2b)(au  b) 2  C
3
2
113. u
15a 2
 n 
 au  b du =  u (au  b) 2  nb  u n 1 au  b  + C
a (2n  3)  
3
2

114. un

 (au  2b) au  b + C
udu 2
au  b
115. =

 
3a 2

 u n au  b -nb 
u n du 2 u n 1
au  b a (2n  1) au  b
116. = du


du 1 au  b  b
u au  b au  b  b
117. = ln +C
b

 
au  b (2n  3)a
 + C, jika n  1
du du
au  b b(n  1)u n 1
(2n  2)b u n 1
au  b
118. n
= -
u


ua ua
2au  u 2 = 2au  u 2 
a2
119. arc sin +C
2 n a

Makalah Kalkulus II “Integral Tak Wajar” Dosen:Ridha Endarani.Spd


June 12,
2013


du ua
2au  u
120. = arc sin +C
2 a

 u
n 1
(2au  u ) (2n  1)a
3

un 2au  u 2 =  n 1
2au  u 2 du
2 2
u
n2 n2
121.

 
u n 1 (2n  1)a u n 1 du
2au  u 2 +
u n du
2au  u 2 2au  u 2
122. = - +C
n n


2au  u 2 ua
123. = 2au  u 2  a arc sin +C
u a

 
2au  u 2 (2au  u 2 ) 2 n3 2au  u 2
3


(3  2n)au (2n  3)a u n 1
124. n
= n
du
u

 
2au  u 2 n 1

du du
u n ( 2au  u 2 ) a (1  2n)u (2n  1)a u n 1 2u  u 2
125. = n

 2au  u ) =  ( 2au  u 2 ) n 1 du
na 2
n 1

 2au  u 
2 2
126. (

 
ua 2 n n3

du du
( 2au  u 2 ) 4 (n  2) 2 (n  2)a 2
2
127. = du
( 2au  u )
3
2 2

 sin u  cos u  1  ln tan 2 u  1


du 1
128. +C

 1  sin u  cos u  ln 1  tan 2 u


du 1
129. +C

32 2
130. 
u
tan 2
sin udu 1
1  sin 2 u
2
3 2 2
du = 2 ln +C
4 2 u
tan
2

  cos u + ln (1-cos u) + C
sin u cos udu
1  cos u
131.

132.  sin u du = - 2 u cos u + 2 sin u+C

2 3
133. 
u
tan
du 3
1  2 sin u
2
tan  2  3
= ln +C
3 u
2

Makalah Kalkulus II “Integral Tak Wajar” Dosen:Ridha Endarani.Spd


June 12,
2013

1
 2  sin u
u
2tgn
du 2 2
134. = arctgn +C
3 3

1
135. 
u
3 tan
du 1
3  5 sin u
2
tan  3
= ln +C
4 u
2

3
136. 
u
5 tan
du 1
5  3 sin u
= arctan 2 +C
2 4


u
tan
du
1  sin u  cos u
2
1  tan
137. = ln +C
u
2

 2  cos u
du 2 u
138. = arctan( 3 tan ) + C
3 2

4
139. 
u
 arctan C
5 tan
du 2
5  4 sin u 3
2
3
 3 u
140.   arctan tan   C
du 2 3
2  cos u 3  3 2

  arctan( 5 tan )  C
du 2 5 u
3  2u
141.
5 2

142. 
1  cos 2 u
 C
sin udu
cos u (1  cos 2 u )
ln
cos u

143. 
(2  tan 2 u ) sec 2 udu 2 tan u  1
 ln 1  tan u  C
2
1  tan u2
arctan
3 3

  2(tan  sec )  C
dx x x
1  sin
144.
x 2 2
2

 1  cos 3x 
1  cos 3x
C
dx
145.
3 sin 3x

Makalah Kalkulus II “Integral Tak Wajar” Dosen:Ridha Endarani.Spd


June 12,
2013

146.   C
cos 2 xdx 2 sin 2 x
sin 2 x  8
2
arctan
8 2 2

 
sec 2 xdx 1
1  4 tan 2 x
147. arc sin(2 tan x) + C
2

148.   C
sin 8 xdx 1 sin 2 4 x
9  sin 2 4 x 12
arctan
3

 1  sec ax = x +
dx 1
149. (cot ax-csc ax) + C
a

150.  sec 2 tan dx  a tan 2  C


x x 1 x
a a 2 a

Makalah Kalkulus II “Integral Tak Wajar” Dosen:Ridha Endarani.Spd


June 12,
2013

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam kalkulus, integral takwajar adalah limit dari integral tentu dengan
batas pengintegralan mendekati bilangan riil tertentu, atau ∞ −∞ atau, pada beberapa
kasus, keduanya.
Dengan kata lain, integral tak wajar adalah limit dalam bentuk

atau dalam bentuk

dengan limit diambil pada salah satu batas atau keduanya. (Apostol 1967, §10.23).
Integral takwajar juga dapat terjadi pada titik dalam domain pengintegralan, atau
pada beberapa titik seperti itu.

Integral takwajar sering perlu digunakan untuk menghitung nilai integral


yang tidak ada dalam arti konvensional (misalnya sebagai integral Riemann), karena
adanya singularitas pada fungsi yang hendak diintegralkan, atau salah satu batas
adalah takhingga..

 f ( x)dx disebut Integral Tidak Wajar jika:


b

Bentuk
a

a. Integran f(x) mempunyai sekurang-kurangnya satu titik yang tidak kontinu


(diskontinu) di [a,b], sehingga mengakibatkan f(x) tidak terdefinisi di titik
tersebut.
b. Batas integrasinya paling sedikit memuat satu tanda tak hingga

Integral tak wajar selesaiannya dibedakan menjadi Integral tak wajar dengan
integran diskontinu dan dengan batas integrasi tak hingga.
Integral tak wajar dengan integran diskontinue, yaitu diantaranya :
 f(x) kontinu di [a,b) dan tidak kontinu di x = b
 f(x) kontinu di (a,b] dan tidak kontinu di x = a
 f(x) kontinu di [a,c)  (c,b] dan tidak kontinu di x = c
Integral tak wajar dengan batas tak hingga, yaitu seperti:
 Intergral tak wajar dengan batas atas x =  .
 Integral tak wajar dengan batas bawah di x = - 
 Integral tak wajar batas atas x =  dan batas bawah di x = - 

Makalah Kalkulus II “Integral Tak Wajar” Dosen:Ridha Endarani.Spd


June 12,
2013

3.2 Saran-Saran

Demikian makalah ini kami selesaikan sebagai salah satu tugas perkuliahan
pada semester 2 ini. Namun kami sebagai penyusun , menyadari terdapat
kekurangan maupun kekhilafan atau kesalahan, baik dalam penyelesaian maupun
pemaparan dari makalah kami ini.

Dari itu, kami sangat mengharap dari para pembaca atau pendengar sekalian,
baik teman-teman maupun Ibu Dosen sebagai pembimbing dalam mata kuliah ini,
untuk turut serta dalam memberikan kritik yang membangun dan saran yang baik
tentunya agar kedepanya nanti kami akan dan bisa menjadi lebih maju dan baik dari
sebelumnya. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.!

Makalah Kalkulus II “Integral Tak Wajar” Dosen:Ridha Endarani.Spd


June 12,
2013

DAFTAR PUSTAKA

Dale Varberg., Edwin J. Purcell. 2001. Kalkulus Jilid I (edisi 7). Alih Bahasa I
Nyoman Susila. Batam: Interaksara.

Koko Martono, 1993. Kalkulus Integral I. Bandung: Alva Gracia

Achsanul In’am, 2000. Kalkulus I. Malang: UMM Press.

Makalah Kalkulus II “Integral Tak Wajar” Dosen:Ridha Endarani.Spd

Anda mungkin juga menyukai