Anda di halaman 1dari 3

FILSAFAT RESUME

ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN


Mata Kuliah : Filsafat ilmu
Dosen Pengajar : Nurul Azizah

DITULIS OLEH:
Anggita Lailya Ayu Cahyani (221520100017)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
TAHUN AKADEMIK 2022
Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer di bagi menjadi 4 yaitu : Desakralisasi Ilmu
Pengetahuan, Pro-Kontra Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Aksi dari Gagasan Islamisasi Ilmu
Pengetahuan, Sebuah proses yang panjang. Desakralisasi Ilmu Pengetahuan ini sendiri di bagi
menjadi beberapa yaitu : Desakralisasi filsafat, Desakralisasi kosmos, Desakralisasi sains,
Desakralisasi Bahasa, Desakralisasi agama

1. ilmu pengetahuan menurut para ilmu


- Seyyed Hossein Nasr (1933) : Pandangan sekular tentang alam semesta yang melihat
tidak ada jejak Tuhan di dalam keteraturan alam. Alam bukan lagi sebagai ayat-ayat Alah
tetapi entitas yang berdiri sendiri.
- Ismail Raji al-Faruqi (1921-1986) : Akar dari kemunduran umat Islam dalam berbagai
dimensi karena dualisme sistem pendidikan.
- Syed Muhammad Naquib al-Attas (1931) : Tantangan terbesar yang dihadapi kaum
Muslimin adalah ilmu pengetahuan modern yang tidak netral telah merasuk ke dalam
praduga-praduga agama, budaya dan filosofis, yang sebenarnya berasal dari refleksi
kesadaran dan pengalaman manusia Barat.
- Syed Muhammad Naquib al-Attas: Westernisasi ilmu telah mengangkat keraguan dan
dugaan ke tahap metodologi ‘ilmiah ’ dan menjadikannya sebagai alat epistemologi yang
sah dalam keilmuan.

Kontras terhadap islamisasi ilmu : Islamisasi ilmu pengetahuan juga dianggap sebagai
pribumisasi (indigenization). Islamisasi ilmu adalah tanggapan dunia ketiga kepada klaim
universalitas ilmu pengetahuan Barat. Islamisasi adalah penegasan kembali lokalitas menentang ilmu
pengetahuan global yang menginvasi. Islamisasi ilmu pengetahuan adalah tidak logis atau tidak
mungkin (the impossibility or illogicality of Islamization of knowledge). Alasannya, Realitas bukan
Islami atau bukan pula tidak Islami. Kebenaran untuk hal tersebut bukan Islami atau bukan pula tidak
Islami. Oleh sebab itu, Sains sebagai proposisi yang benar, bukan Islami atau bukan pula tidak Islami.
Para filosof Muslim terdahulu tidak pernah menggunakan istilah filsafat Islam. Istilah tersebut adalah
label yang diberikan oleh Barat (a western coinage).

Tokoh Utama Filsafat Perennial ialah Rene Guénon.

Sains sacral : rasio dan intlek . Dimensi esoteris dan eksoteris yang inheren dalam agama
berasal dari dan diketahui melalui lntelekSecara psikologis, ego manusia terkait dengan badan
(body), otak (brain) dan hati (heart). Jika badan diasosiasikan dengan eksistensi fisik, otak dengan
fikiran (mind), maka hati (heart) dengan Intelek. Jika dikaitkan dengan realitas, maka Intelek dapat
diasosiasikan dengan Esensi Tuhan (Yang Satu) dan langit (alam yang menjadi model dasar)
sedangkan fikiran dan badan meliputi dunia fisik, terrestrial. Intelek adalah pusat manusia (the
centre of human being), yang bersemayam di dalam hati. Kualifikasi intelektual harus didampingi

dengan kualifikasi moral. Jika tidak, maka secara spiritual, Intelek tidak akan berfungsi. Intelek lebih
tinggi dari rasio karena jika rasio itu menyimpulkan sesuatu berdasarkan kepada data, maka mental

berfungsi karena eksistensi intelek. Di dunia fisik, Intelek terbagi menjadi fikiran (mind) dan badan

(body). Namun, hanya di dunia fisik Intelek terbagi. Intuisi intelek membedakan antara yang ril dan
ilusi, antara wujud yang wajib dan wujud yang mungkin. Implikasinya, ada realitas transenden diluar
dunia bentuk.
Makna Metafisis dalam Penemuan Sains Kesadaran manusia yang non-fisis Eugene Wigner,
salah seorang penemu mekanika quantum menyebut consciousness the first absolute reality and
outward reality secondary reality. David Bohm, seorang fisikiawan menyatakan “implicate order.”
Begitu juga pendapat para fisikiawan terkemuka seperti Erwin Schrodinger, Carl Friedrich von
Weizacker, Wigner, dan lainnya. Dalam ekologi, hipotesa Gai yang memandang bahwa bumi bukan
sesuatu kompleks yang mati, tetapi sebagai a living being which itself controls the condition of
various elements such air, associated with life, is impregnated eith metaphysical significance.

Gagasan Islamisasi Ilmu Ismail Raji Al-Faruqi; Akar dari persoalan ummat: politik, ekonomi,
agama, budaya dan pendidikan. Memfokuskan pada ilmu-ilmu sosial (Islamic Revealed Knowledge
and Human Sciences) Islamisasi dibagun di atas konsep Tawhid, Penciptaan, Kebenaran dan Ilmu
Pengetahuan Kehidupan dan Kemanusiaan. Pendekatan hokum Berdasarkan kepada usul fiqh dan
teks Qur’an/HaditsBerguna untuk menentukan hukum dan etika dari produk sebuah sains tetapi
bukan isi sains tersebut.

Sistem pendidikan di dunia Muslim saat ini selain terpengaruh dengan ilmu sekular juga
memiliki kekurangan dan kelemahan internal. Kekurangan metodologi tradisional selanjutnya diatasi
dengan prinsip-prinsip metodologi Islam seperti Tawhid (The Unity of Allah), kesatuan penciptaan
(The Unity of Creation), Kesatuan Kebenaran dan Kesatuan Ilmu Pengetahuan (The Unity of Truth
and the Unity of Knowledge) dan Kesatuan Kehidupan (The Unity of Life).

Sekularisasi ilmu merupakan fondasi utama dari peradaban Barat modern saat ini. Wajah
peradaban Barat modern saat ini merupakan refleksi dari epistemologi sekular yang terpantul dalam
berbagai aliran seperti rasionalisme, empirisisme, skeptisisme, agnotisisme, positivisme,
objektifisme, subjektifisme dan relativisme. Sekularisasi ilmu telah menceraikan antara ilmu dan
agama, melenyapkan Wahyu sebagai sumber ilmu, memisahkan wujud dari yang sakral, meredusir
Intelek kepada rasio dan menjadikan rasio yang manjadi basis keilmuan, menyalah-pahami konsep
ilmu, mengaburkan maksud dan tujuan ilmu yang sebenarnya, menjadikan keraguan dan dugaan
sebagai metodologi ilmiah ; dan menjadikan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai etika dan moral, yang
diatur oleh rasio manusia, abadi berubah. dengan abadi berubah. Oleh sebab itu, gagasan Islamisasi
ilmu pengetahuan, terutama yang dikemukakan oleh Syed Muhammad Naquib al-Attas, merupakan
sebuah “revolusi epistemologis” untuk menjawab tantangan hegemoni westernisasi ilmu yang
sedang melanda peradaban dunia saat ini.

Anda mungkin juga menyukai