Anda di halaman 1dari 3

Kerajaan sriwijaya

1)Unsur agama
Agama yang dianut oleh masyarakat Kerajaan Sriwijaya adalah Hindu dan Budha. Masuknya agama Hindu dan
Budha dibawa oleh para pedagang dari India / dari teori arus balik yang dimana orang orang indonesia sendiri yang
menimba ilmu agama ke india lalu pulang ke indonesia untuk di sebar luaskan. Agama pertama yang dianut adalah
agama Hindu.

Kemudian menurut catatan I Tsing, pada perkembangan selanjutnya agama Budha mendominasi kehidupan
masyarakat Sriwijaya. Bahkan sebagai pusat study agama Budha (I Tsing).Kehidupan agama di Kerajaan Sriwijaya
dipengaruhi oleh letaknya yang strategis, agama-agama yang dianut merupakan hasil dari campur baur dengan
pedagang dari India dalam kegiatan perdagangan,

dan menurut beberapa artikel yang saya baca ada yang mengatakan karena adanya biksu terkenal yang
bernama Sakyakirti dan Dharmakirti. Kedua biksu ini merupakan biksu yang berperan besar dalam
mengajarkan agama Buddha di Sriwijaya. Sakyakirti dan Dharmakirti hidup di zaman yang berbeda. Sakyakirti
hidup pada abad ke-8 Masehi, sedangkan Dharmakirti hidup pada abad ke-11 Masehi

2) Unsur ekonomi
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya meliputi kegiatan pertanian,seperti cengkeh,kapur
barus,kayu gaharu,cendana,pala dll. Hasil dari pertanian kemudian diperjual belikan kepada
para pedagang asing yang singgah. Hal ini didukung dengan letak yang sangat strategis
sebagai jalur perdagangan Internasional…. Hasil bumi dari pertanian tersebut mendorong
kegiatan perdagangan, akibatnya banyak pedagang dari China , India , jazirah arab ramai-
ramai berdatangan.

Faktor lain pendukung kegiatan ekonomi adalah berhasilnya Sriwijaya menguasai wilayah-
wilayah strategis di sekitarnya seperti Selat Sunda, Selat Malaka, Laut Natuna dan Laut
Jawa.

Tambahan hasil alam kerajaan sriwijaya berupa rempah, kayu cendana, kapur barus,
kemenyan, besi, timah, emas telah disebut di dalam kitab-kitab sastra dari India sebagai
komoditas yang dicari dalam perdagangan. Sriwijaya menjalin perdagangan dengan
pedagang dari India dan Arab, kemudian Tiongkok. Waktu itu India dan Tiongkok
merupakan bagian dari kekuatan dunia.

Lalu ada juga pendapatan kerajaan sriwijaya bukan dari pertanian saja melainkan juga dari
bea cukai kapal yang melewati selat / berlabuh di pelabuhan

3) Unsur politik
kehidupan politik Kerajaan Sriwijaya yaitu wilayah kekuasaan, raja-raja yang memerintah,
dan hubungan dengan kerajaan lain, baik dalam dan luar negeri. Berdasarkan bukti yang
ada dari isi prasasti Leiden, Kerajaan Sriwijaya telah melakukan kerjasama dengan kerajaan
Chola di India. Hubungan baik dengan kerajaan tersebut ditandai dengan pengiriman
pendeta dari Sriwijaya ke India dan pembuatan Biara untuk pendeta tersebut.
Pada Prasasti Kedukan Bukit dan Talang Tuo. Saat Srijayasana berkuasa, ia berhasil
memperluas wilayah kerajaan sampai ke Jambi.Yang berkeinginan untuk menjadikan
Sriwijaya sebagai kerajaan maritim terbesar.

Wilayah kekuasaan kerajaan Sriwijaya membentang luas di Indonesia bagian barat


(Nusantara saat itu) dan sebagian wilayah di Asia Tenggara. Namun pusat pemerintahannya
di daerah yang sekarang menjadi kota Palembang. Sriwijaya juga berhasil menaklukkan
daerah di luar nusantara seperti Kedah di Semenanjung Malaya.

Kemudian bukti bahwa kerajaan sriwijaya menyebar / ada nya hubungan sampai luar negri
yaitu ada pada penemuan prasasti leiden dan nalanda yang berada di india

Dan saya punya pendapat pribadi pada unsur politik kerajaan sriwijaya …..yaitu uniknya
kerajaan tersebut menggunakan sistem yang hampir mirip dengan gastro politik / gastro
diplomasi , gastro diplomasi sendiri yaitu sistem yang membantu menarik minat publik
untuk mengenal kepada negara tersebut dengan lebih baik / ringkasnya untuk memper erat
hubungan dengan negara lain

4) Unsur militer
Dengan ada nya julukan sebagai negara maritim maka tidak lepas dari kekuatan diplomat
armada lautnya yang begitu banyak.

Kemudian ada prasasti kedukan bukit yang isinya menceritakan bahwa seorang utusan
Kerajaan Sriwijaya bernama Dapunta Hyang telah mengadakan sidhayarla (perjalanan suci)
menggunakan perahu. Dalam perjalanan yang disertai 2.000 pasukan tersebut, dan ia telah
berhasil menaklukan daerah-daerah lain.

Dan juga keberhasilan Sriwijaya menguasai wilayah-wilayah strategis di sekitarnya seperti


Selat Sunda, Selat Malaka, Laut Natuna dan Laut Jawa.

Lalu Kekuatan utama Kerajaan Sriwijaya adalah penguasaan terhadap daerah Selat Malaka
sehingga memegang kunci pelayaran perdagangan ke Cina dan negeri-negeri barat. Sektor
perdagangan dan pelayaran yang menjadi sektor andalan Kerajaan Sriwijaya membutuhkan
pengawasan langsung dari penguasa kerajaan yang menjadikan kerajaan tersebut
membutuhkan armada yang kuat.

5) unsur sosial
Kehidupan sosial masyarakat di Kerajaan Sriwijaya berbaur dengan para pedagang dari
luar, karena saat itu wilayah tersebut merupakan pelabuhan bagi kapal-kapal asing yang
singgah. Kemungkinan bahasa yang berkembang adalah bahasa melayu kuno, mereka
menggunakan bahasa tersebut untuk berkomunikasi dengan para pedagang.

Lalu bagaimana pedagang yang memiliki bahasa yang berbeda ?

Jadi gini,… pelabuhan di nusantara selalu ramai dengan pedagaang macanegara, nga
pernah kekurang orang yang bisa berbicara dalam berbagai bahasa, mereka berusaha
memahami bahasa dan budaya lokal dengan tujuan mempermudah perdagangan, selalu aja
ada yang menguasai bahasa yang di perlukan untuk menyampaikan maksud dari seorang
pedagang baru kepada para penguasa lokal, bahkan jika nga bisa satu orang maka akan
melakukan per ter jemahkan berantai.
Lanjut kemudian Budaya asing,
Budaya asing khususnya dari India berkembang di wilayah Sriwijaya. Contohnya
penggunaan nama-nama khas India dan pengaruh agama Hindu-Budha semakin menyebar
menyeluruh, baik masyarakat maupun di dalam kerajaan. I Tsing, orang China yang pernah
singgah di Kerajaan Sriwijaya juga menjelaskan bahwa banyak para pendeta dari luar yang
berdatangan untuk berguru/belajar bahasa Sanskerta dan mempelajari kitab suci agama
Budha.

Runtuhnya kerajaan sriwijaya


Adanya serangan oleh colamandala
Adanya serangan dari Dinasti Chola, India Selatan, yang kala itu dipimpin oleh Rajendra
Chola I. Hal yang melatarbelakangi serangan ini adalah pajak tinggi yang dikenakan oleh
Kerajaan Sriwijaya pada kapal-kapal pedagang di Selat Malaka.

Kondisi ini lantas membuat kapal yang berasal dari Colamandala merasa dirugikan. Oleh
sebab itu, Dinasti Chola memutuskan menyerang Kerajaan Sriwijaya. Serangan dilakukan
sebanyak dua kali, yakni pada tahun 1017 dan 1025. Dampak dari adanya serangan ini
adalah Sriwijaya mengalami kemunduran besar. Bahkan, beberapa daerah kekuasaannya
juga berhasil diambil alih.

Wilayah kekuasaannya mulai melepaskan diri


Serangan dari Dinasti Chola turut memperlemah kondisi internal kerajaan, terutama
politiknya. Alhasil, banyak daerah kekuasaan Sriwijaya yang kemudian memanfaatkan
kondisi ini untuk melepaskan diri. Akibatnya, Kerajaan Sriwijaya semakin mengalami
kemunduran ekonomi dan perdagangan karena bandar-bandar pentingnya juga ikut
melepaskan diri

Masuknya ajaran islam


setelah Islam masuk ke daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya, secara berangsur-angsur
pengaruh Islam mulai menguat dan mempengaruhi perdagangan kerajaan. Salah satu
daerah kekuasaan Sriwijaya yang terpengaruh Islam adalah Aceh. Hal ini kemudian
membuat banyak kerajaan bercorak Islam yang berdiri di Sumatera. Contohnya adalah
berdirinya Kerajaan Samudera Pasai di pesisir timur Aceh pada abad ke-13. Karena kondisi
yang semakin memburuk, Kerajaan Sriwijaya akhirnya runtuh

Anda mungkin juga menyukai