Anda di halaman 1dari 40

Kerajaan Sriwijaya,

Kerajaan Malayu, dan


Kerajaan Panai
Nama Kelompok

01 Miftakhul Huda
160210302093
02 Anita Kharisma
210210302025

Siti Husnul
03 Khotimatul Ulum
210210302026
04 Fahrudi Muhammad
210210302027

Tiara Nandini
05 Nariswari
210210302028
Sumber Refrensi

• Sedyawati, E. dan Djafar, H. (ED), 2013, Indonesia Dalam Arus Sejarah


Jilid 2 : Kerajaan Hindu-Buddha, PT Ictiar Baru Van Hoeve, Jakarta
• Soejono, R, P. dan Leirissa, R, Z. (ED), 2010, Sejarah Nasional Indonesia
Jilid II: Zaman Kuno, Balai Pustaka, Jakarta
Peta Konsep Kerajaan Sriwijaya

Masa Awal Masa Akhir


Sriwijaya Sriwijaya

Kondisi Masa
Lingkungan Pertumbuhan
Peta Konsep Kerajaan Malayu

Hubungan
Malayu dengan Adityawarman
Sriwijaya Raja Malayu

Nama dan Lokasi Kerajaan Tinggalan


Malayapura Arkeologi Masa
Kerajaan Malayu
Peta Konsep Kerajaan Panai

Nama, Lokasi & Sumber Serajah Pengaruh Tamil


Lingkungan Panai Dan Kerajaan Cola

Kerajaan Panai Kebudayaan Panai


Antara Kerajaan Di Antara Kerajaan
Sriwijaya dan Sriwijaya Dan
Kerajaan Malayu Malayu
01
Kerajaan Sriwijaya
Keadaan lingkungan Kerajaan Sriwijaya
A. Garis pantai Sumatra bagian Timur
Diteliti oleh beberapa ahli yaitu, V. Obdeyn, S. Sartono, dan Hadiwisasta. Penelitian
tersebut menemukan beberapa bukti-bukti yang dapat disimpulkan bahwa garis
pantai timur pulau Sumatra tidak jauh berbeda dengan keadaan sekarang.
B. Sumber Alam
Kelangsungan hidup dan berkembangnya kota-kota dan kerajaan bergantung pada
pengolahan sumber daya alam tersebut sebagai komuditas perdagangan. Sumber
alam tersebut dibagi menjadi tiga yaitu, hasil hutan, hasil tambang, dan hasil bumi.
Lanjutan
• Hasil Hutan >komoditas yang cukup populer pada Milenium 1 M antara lain
adalah kapur barus, Damar Storax, (bahan dasar untuk membuat minyak wangi) ,
myrobalan ( bahan dasar untuk membuat bahan pencelup) candu, dan benzoin.
Selain hasil hutan dari jenis tumbuhan ada juga hasil hutan dari jenis hewan.
Antara lain berbagai jenis burung yaitu kasuari dan Nuri, ada juga mamalia yaitu
macan tutul kucing hutan beruang dan kera.
• Hasil Tambang > Barang tambang yang dikenal oleh para pedagang dan menjadi
komoditas penting adalah logam emas di samping emas, mineral lain termasuk
perak, timah hitam, tembaga, seng, besi, dan air raksa di tambang di Sumatera
sebelum abad XVI (sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa).
• Hasil Bumi > Berita Cina maupun Arab yang menyebutkan hasil bumi Sumatera
sangat jarang. kalaupun ada berita itu hanya menyebutkan beras dan Jelai.
Masa Awal Sriwijaya

• Belum banyak bukti fisik mengenai Sriwijaya yang dapat ditemukan. Tidak terdapat
catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah Indonesia. Masa lalunya yang
terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing.
• Ketika sarjana Perancis George Cœdès mempublikasikan penemuannya dalam surat
kabar berbahasa Belanda dan Indonesia.
• Historiografi Sriwijaya diperoleh dan disusun dari dua macam sumber utama. Catatan
sejarah Tiongkok dan sejumlah prasasti batu Asia Tenggara yang telah ditemukan dan
diterjemahkan
• Catatan perjalanan bhiksu peziarah I Ching sangat penting.
• Sekumpulan prasasti siddhayatra abad ke-7 yang ditemukan di Palembang dan Pulau
Bangka juga merupakan sumber sejarah primer yang penting.
Lanjutan
• Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan
merupakan negara bahari. Namun kerajaan
ini tidak memperluas kekuasaannya di luar
wilayah kepulauan Asia Tenggara.
• Selain itu, kemungkinan kerajaan ini biasa
memindahkan pusat pemerintahannya.
Namun kawasan yang menjadi ibukota tetap
diperintah secara langsung oleh penguasa.

Namun, istilah San-fo-tsi terutama pada tahun 1178 tidak lagi identik dengan Sriwijaya,
melainkan telah identik dengan Dharmasraya. Dari daftar 15 negeri bawahan San-fo-tsi
tersebut, ternyata adalah wilayah jajahan Kerajaan Dharmasraya.
Lanjutan
1. Perjalanan Siddhayatra
• Kemaharajaan Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan I Tsing. Dari
prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di diketahui imperium ini di bawah
kepemimpinan Dapunta Hyang. Bahwa beliau berangkat dalam perjalanan suci
siddhayatra untuk “mengalap berkah”. Dengan memimpin 20.000 tentara dan 312
orang di kapal dengan 1.312 prajurit berjalan kaki dari Minanga Tamwan menuju
Jambi dan Palembang.
• Berdasarkan prasasti Kota Kapur yang berangka tahun 686 ditemukan di pulau
Bangka. Kemaharajaan ini telah menguasai bagian selatan Sumatera, pulau Bangka
dan Belitung, hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa
telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum Bhumi Jawa yang tidak
berbakti kepada Sriwijaya.
Lanjutan
2. Penaklukan Kawasan
• Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya, menjadikan Sriwijaya
mengendalikan simpul jalur perdagangan utama di Asia Tenggara. Berdasarkan
observasi, ditemukan reruntuhan candi-candi Sriwijaya di Thailand dan Kamboja.
• Di akhir abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa, antara lain Tarumanegara dan Holing
berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Menurut catatan, pada masa ini pula wangsa
Sailendra bermigrasi ke Jawa Tengah dan berkuasa di sana.
• Setelah Dharmasetu, Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa pada
periode 792 sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yang ekspansionis, Samaratungga
tidak melakukan ekspansi militer.
Masa Pertumbuhan Sriwijaya : Terbentuknya Tradisi Maritim

A. Struktur Kedatuan dan Birokrasi Sriwijaya


Kerajaan Sriwijaya berbentuk kedatuan yang di dalamnya
terdapat sistem birokrasi dan sudah menampakkan
kemaritimannya .Bukti yang dapat menjelaskan kedatuan
seperti yang terdapat di prasasti telaga batu .
Ada 4 tingkatan untuk putra raja yaitu
1. Yuwaraja
2. Pratiyuwaraja
3. Rajakumara
4. Rajaputra
Dalam bidang sosial dan politik dibagi 2 golongan yaitu
golongan datu dan para pejabat .
Lanjutan
B. Kehidupan keagamaan di kerajaan Sriwijaya
• Kerajaan Sriwijaya merupakan tempat
penyebaran agama budha dan bahasa
sanskerta karena kerajaan Sriwijaya adalah
negara maritim.
• Kerajaan Sriwijaya merupakan pusat dari
kebudayaan , ilmu pengetahuan bahkan
peradaban agama budha
• Serta ada seorang biksu yang tinggal
dikerajaan Sriwijaya
• Bernama sakya kirti . Dalam agama budha
terdapat 2 mahzab yaitu mahayana dan
hinayana, namun kerajaan Sriwijaya
bermahzab mahayana. Kerajaan Sriwijaya
terkenal sebagai pusat pendidikan
Lanjutan
C. Perkembangan Kebaharian
- Pelayaran dan Perkapalan
Penggunaan perahu di Sriwijaya dapat dibuktikan melalui berita Cina, berita Arab, dan prasasti.
Pada masa itu pembuatan perahu masih sederhana. Tradisi pembuatan perahu dibagi menjadi 2
yaitu
1. Wilayah budaya Asia Tenggara
2. Wilayah budaya Cina
- Bandar – Bandar Penting
Kapal yang berlayar akan berlabuh di sebuah tempat namanya pelabuhan. Pada saat di
pelabuhan terjadi perdagangan dan pengisian bekal untuk berlayar. Di Sumatera terdapat
bandar penting seperti Bandar Barus. Selat Malaka terkenal dalam sejarah kebaharian yaitu
jalur pelayaran dan perdagangan yang sangat penting.
Lanjutan
D. Ekspansi Sriwijaya Dalam Abad VII – VIII
• Dapunta Hyang memilih wilayah Palembang sebagai tempat wanua Sriwijaya karena
disana jaringan komunikasi dan informasi baik serta manusia sudah lebih maju.
• Kerajaan Malayu adalah daerah pertama yang diduduki oleh Sriwijaya.
• Kerajaan Sriwijaya menguasai belahan barat Nusantara.
Lanjutan

E. Hubungan Politik dan Ekonomi dengan Kerajaan Lain di Asia


• Kerajaan Sriwijya terkenal dengan kemaritimannya dan perdagangan yang bekerja
sama dengan kerajaan lain di Asia.
• Pedagang Arab bernama Ibn Hordadbeh pada tahun 844-848 berkunjung ke Sriwijaya.
• Ia menyebutkan bahwa raja Zabag adalah maharaja dan menguasai wilayah timur.
Masa Akhir Sriwijaya
1. Serbuan Kerajaan Chola
• Tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, raja dari dinasti Chola di Koromandel, India
selatan, mengirim ekspedisi laut untuk menyerang Sriwijaya. Berdasarkan prasasti
Tanjore bertarikh 1030, Kerajaan Chola telah menaklukan daerah-daerah koloni Sriwijaya,
seperti wilayah Nikobar dan sekaligus berhasil menawan raja Sriwijaya yang berkuasa
waktu itu Sangrama-Vijayottunggawarman.
• Faktor lain kemunduran Sriwijaya adalah faktor alam. Karena adanya pengendapan
lumpur di Sungai Musi dan beberapa anak sungai lainnya, sehingga kapal-kapal dagang
yang tiba di Palembang semakin berkurang.
2. Munculnya Malayu Dharmasraya
• Bahwa ibu kota Sriwijaya selalu bergeser dari satu kota maupun kota lainnya selama
periode tersebut. Ekspedisi Chola mengubah jalur perdagangan dan melemahkan
Palembang, yang memungkinkan Jambi untuk mengambil kepemimpinan Sriwijaya pada
abad ke-11.
• Istilah San-fo-tsi terutama pada tahun 1178 tidak lagi identik dengan Sriwijaya, melainkan
telah identik dengan Dharmasraya.
02
Kerajaan Malayu
Nama dan Lokasi
• Nama dari Kerajaan Malayu pertama kali tercatat dalam Sejarah Dinasti T’ang (618-
906), bahwa pada tahun 644 datang utusan dari Mo-lo-yu, lafal Malayu bagi bagi
orang Cina. - T’ang Hui Yao (1957)
• Catatan harian perjalan I-Tsing yaitu “A Record of the Buddhist Religion as practizied
in India and Malay Archipelago” yang sudah diterjemahkan oleh Takakusu (1896),
menyebutkan bahwa Bhoga adalah ibukota dari Malayu alias Sribhoga, serta pada
692 Malayu telah menjadi bagian dari Sriwijaya.
• Prasasti Tanjore (1031) yang menyebutkan negeri yang dikalahkan oleh Cholamandala
yaitu Sriwijaya, Kadaram, Malaiyur, Mayirudingam, dan Pannai - K.A. Nilakanta Sari
(1940)
• Malayu muncul dalam naskah Negarakertagama yang ditulis tahun 1365 M,
menyebutkan negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan Majapahit.

- Sumber IDAS Jilid 2 (2012), hal 128


Lanjutan
Lokasi Kerajaan Malayu tercatat dalam dua sumber yaitu primer dan sekunder. Sumber
primernya adalah catatan I-Tsing, naskah Negarakertagama, serta Prasasti Tanjore &
Prasasti Padangroco. Sumber sekundernya ada pada catatan musafir Cina yaitu Wu-hing
dan Ch’ang-min :
• Perjalanan I-Tsing dari Cina ke Nalanda > Malayu berada diantara Sriwijaya dan
Kedah yang masih berada di Selat Malaka.
• Catatan Perjalanan Wu-hing > Wu-hing naik kapal dari Sriwjaya menuju Malayu
menempuh waktu 15 hari. Lokasi Malayu sekiranya ada di dekat Selat Malaka.
• Daftar Negara Beragama Buddha Therawada > catatan I-Tsing dilihat dari barat
urutannya: P’o-lu-shih, Malayu, Shih-li-fo-shih (Sriwijaya), Mo-ho-hsin, Ho-ling, Tan-
tan, Pen-pen, P’o-li, Chueh lun, Fo-shih-po-lo, O-shan, dan Mo-chia-man. Malayu ada di
barat Sriwijaya.
Lanjutan
• Perjalanan Ch’ang-min > Ch’ang-min melakukan perjalanan dari Cina menuju Ho-ling
yang berada di Jawa. Setelah sampai di Ho-ling, kemudian ia menumpang kapal yang
berlayar menuju Malayu yang nantinya akan diteruskan ke India. Namun kapal tersebut
tenggelam bersama Ch’ang-min. Lokasi Malayu juga ada di Selat Malaka
• Perjalanan I-Tsing dari Tamralipti > I-Tsing melanjutkan perjalanan dari Tamralipti
yang ada di pantai timur India menuju Sriwijaya. Setelah dua bulan ia tiba di Keedah
(pantai barat Semenanjung Malaya), ia lanjut kembali ke selatan menuju Malayu, setelah
itu menuju Kanton.
• Kitab Negarakertagama dan Arca Amoghapasa > disebutkan nama negeri dibawah
kekuasaan Majapahit.
Hubungan Malayu dengan Sriwijaya
• Kerajaan Malayu pada abad VII menjadi tempat persinggahan para musafir yang
melakukan perjalanan dari Kanton dan Cina ke barat khususnya India. Berdasarkan
keterangan I-Tsing nasib Kerajaan Malayu berubah, ketika diserang dan ditaklukan
oleh Sriwijaya. I-Tsing menyebutkan bahwa pada tahun 671, Kerajaan Malayu masih
ada di samping Sriwijaya
• Diduga pendudukan Malayu terjadi antara tahun 671 saat I-Tsing meninggalkan
Nalanda dan tiba di Sriwijaya tahun 688/689 - Takakusu (1896)
• Malayu juga tidak lagi mengirim utusan ke negeri Cina. Selanjutnya kerajaan dari abad
VII ini disebut Kerajaan Malayu Tua agar tidak membingungkan dengan kerajaan baru
yang muncul abad XI.

Sumber : IDAS Jilid 2 (2012), hal. 131-132


Kerajaan Malayapura
• Abad XI nama Malayapura muncul dengan raja Bernama Surnanarayana bergelar Sri
Maharaja - Ibid hal 34
• Setelah ditaklukan Sriwijaya sekitar tahun 671, pusat Kerajaan Malayu Tua bergeser ke
pedalaman dan ibukota diduduki oleh Kerajaan Sriwijaya.
• Kerajaan Cola menyerang Suwarnabhumi pada 1015, kemudian kembali menyerang lagi
pada 1025
• Tahun 1067, Suwarnabhumi diserbu Raja Wirajendra, kemudian ia menempatkan anaknya
Rajendra Kulotungga di Jambi sebagai raja - Ibid hal 34
• Kekuasaan Kulotungga hanya 12 tahun hingga 1079, karena setelah itu Raja Suryanarana
(Malayu) berhasil mengusir orang Dinasti Cola tersebut.
• Suryanarayana ini pernah menjadi raja di Ceylon (Sri Lanka) pada 1055-1070, dan saat ia
menjadi Raja Malayu, ia memindahkan pusat pemerintahan dari Palembang ke Jambi -
Wolters, The Fall, hal 93

Sumber : IDAS Jilid 2 (2012), hal. 132


Lanjutan
• Pada 1286 M, Raja Kertanegara dari Singhasari mengirim arca Amoghapasa
Lokeswara kepada Raja Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa yang masih
menduduki kekuasaan tercatat tahun 1301 – Pitono, hal. 36-37
• Kemudian pada 1343, nama Adityawarman muncul dalam Prasasti Manjusri yang
menyatakan dirinya sebagai saudara Rajapatni (Raja Majapahit), lalu 4 tahun
kemudian, tahun 1347 Adityawarman muncul dalam Prasasti Amoghapasa
sebagai raja Malayu, dan ia memindahkan pusat pemerintahan dari sekitar
Sungai Batanghari.
Adityawarman Raja Malayu
Adityawarman muncul dalam sejarah Majapahit. Sekitar tahun 1340, ia merupakan tiga
serangkai bersama Empu Mada (sebagai patih), dan Empu Nala (sebagai Rakryan
Tumenggung, lalu berubah menjadi komandan Angkatan Laut). Untuk mengetahui jadi
dirinya, ada bukti berupa 13 prasasti dan sebuah kitab yang dipaparkan sebagai berikut:

• Prasasti Kapalo Bukit Gombak I, 1269 S (1347 M) > Prasasti ini sepertinya berisikan
peringatan sebuah bangunan suci, namun lokasi bangunan tersebut belum diketahui.
• Prasasti Manjusri, 1265 S (1343 M) > Berisi menerangkan bahwa Adityawarman masih
punya hubungan saudara dengan raja Majapahit
• Prasasti Amoghapasa, 1347 M > Prasasti ini sebagian berisi pengakuan Adityawarman
sebagai bagian dari keluarga raja Melayu, Adityawarman menganut agama Tantra.
Lanjutan
• Prasasti Bukit Gombak II, 1278 S (1356 M) > berisikan pujian-pujian untuk
Adityawarman yang berbunyi “sutatha gata bajradhaiya”, yang artinya Sang Buddha
luhur dan kokoh kuat.
• Prasasti Suroaso I, 1297 S (1375 M) > menyebut pentahbisan Adityawarman sebagai
“ksetrajna” dengan nama Wisesadharani menurut aturan sekte Bhairawa.
• Prasasti Kuborajo I > disebutkan Adwayawarman sebagai ayah Adityawarman, lalu ia
sebagai raja di Tanah Kanaka (emas), serta bagian keluarga Indra.
• Prasasti Bandar Bapahat > Terdiri dari dua prasasti, satu bahasa Tamil, satu lagi
bahasa Sanskerta yang ditujukan kepada masyarakat Melayu dan komunitas Tamil
yang ada di kerajaan Adityawarman.
• Prasasti Suroaso II > disebutkan anak dari Adityawarman yaitu Ananggawarman.
• Prasasti Lubuk Layang > disebutkan pula anak Aditawarman sebagai raja muda yang
bernama Bijayendrawarman
Lanjutan
• Prasasti Pagaruyung VI > Prasasti ini berbunyi “Om pagunnira tumanggung kudawira” yang
artinya diteguhkannya Tumenggung Kudawira.
• Prasasti Pagaruyung IV > Prasasti ini menyebutkan bahwa Adityawarman juga memiliki
gelar Udayadityawarman.
• Prasasti Pagaruyung VII > Disebutkan dalam prasasti ini Akarendrawarman sebagai kakak
dari Adityawarman.
• Prasasti Rambatan > menyebutkan bahwa Adityawarman menyediakan tempat pemujaan
dan mentrinya membanguan atap pelindungnya.
• Kitab Pararaton > menyebutkan bahwa setelah terjadi pemberontakan di Tumapel
(Singhasari), rombongan ekspedisi Singhasari pergi ke Pamalayu dan kembali dengan dua
orang putri kerajaan. Putri pertama bernama Dara Petak dinikahkan dengan Raden Wijaya,
sedangkan putri kedua bernama Dara Jingga dinikahkan dengan seorang pangeran lain
yang melahirkan anak bernama Tuhan Janak
Tinggalan Arkeologi Masa Kerajaan Malayu
• Peninggalan bangunan sakral berupa situs percandian tersebar di daerah Muara
Takus (Kab. Kampar), Muara Jambi (Kab. Batanghari), Sungai Langsat & Kampung
Sawah Si Guntur (Kab. Muara Trembesi), situs Padang Lawas (Kab. Padang
Sidempuan), dan situs candi Kab. Pasaman
• Kemudian artefak arca ditemukan yaitu arca Prajnyaparamita di Muara Jambi, dan
bata bergambar wajra (trisula) di Muara Takus
• Lalu temuan berupa alat upacara dan rumah tangga berupa gerabah, keramik,
pipisan, alat music (bende di Muara Jambi) tersebar di daerah Sungai Batanghari
karena dahulunya menjadi pusat kegiatan Malayu
03
Kerajaan Panai
Nama, Lokasi & Lingkungan
Munculnya Kerajaan Panai
• Kerajaan Panai ini muncul dari prasasti Tanjore yang ditulis oleh raja Rajendra I dari
kerajaan Cholamandala atau Cola yang berada di Coromandel, India Selatan.
• Kerajaan Panai muncul di kitab Nagarakertagama yang menyebutkan bahwa kerajaan
Panai ini ikut dalam perlindungan imperium kerajaan Majapahit.
• Sumber Cina yang tidak menentu waktunya antara abad ke V atau abad ke VI ini
menyebutkan bahwa kerajaan Panai bernama kerajaan Po-li dan wilayahnya berada di
Sumatra.
• Dilanjut dengan Hsu Yun-ts’iao juga menyebut kerajaan Panai ini adalah kerajaan Po-li
tetapi wilayahnya berada di Padang Lawas.

Sumber : IDAS Jilid 2 (2012), hal. 137-138


Lanjutan

Berdasarkan sumber yang ditemukan, lokasi Panai terbagi menjadi menurut sumber
• Kerajaan Panai ini berada di Sumatra Utara, Kabupaten Tapanuli Selatan tepatnya
Kecamatan Gunung Tua.
• Disebutkan kerajaan Panai ini berada di Padang Lawas, yang diapit oleh dua pantai
yaitu pantai barat dengan pantai timur Sumatra Utara.
Sumber-Sumber Sejarah

• Dari berita Cina, kerajaan Panai ini dinamakan dengan kerajaan Po-li. Menurut I-tsing
kerajaan Po-li ini berada di lokasi timur Barus, yang dimana tempatnya pedalaman Sumatra
Utara bagian barat.
• Panai ini terletak di Padang Lawas, tetapi ini hanyalah toponimi yang hanya berlaku pada abad
XI. Untuk abad seturusnya kerajaan Malayu ini mulai mendominasi dan berkembang juga
masyarakatnya penganut Tantrayana.
Untuk penemuan situs di Barus maupun Padang Lawas ini ditemukan artefak. Di situs Barus ini
terdapat penemuan yang berbau tentang Islam yang artefaknya menggunakan bahasa Tamil
serta penemuan lain seperti kaca dari Persia. Tetapi penemuan yang berbau dengan Hindu-
Buddha tidak ada. Di Padang Lawas ini terdapat banyak candi juga artefak yang ditemukan.
Lanjutan

Prasasti yang ditemukan di Padang Lawas yaitu


a. Prasasti Gunung Tua, tahun 1024
b. Prasasti Joreng Belangah, tahun 1179
c. Prasasti Porlak Dolok, tahun 1213
d. Prasasti Si Topayan, tahun 1235
e. Prasasti Aek Sengkilon, abad XIV
f. Prasasti Tandihet, abad XIII
g. Prasasti Lobu Tua, tahun 1088
h. Prasasti Sorik Merapi, tahun 1342
Pengaruh Tamil dan Kerajaan Cola

Hubungan raja-raja yang ada di Sumatra tidak langsung berhubungan langsung dengan
kerajaan Panai, bahkan sebagian peristiwa besar yang berlangsung di Sumatra kerajaan
Panai sudah tidak disebutkan kembali. Hal ini Tamil menjadi penghubung antara aktivitas
politk kerajaan Sriwijaya juga kerajaan Malayu dengan kerajaan Panai. Dengan keluarnya
prasasti Tanjore, kerajaan Panai sudah tidak disebutkan di dalam sejarah kecuali kitab
nagarakertagama pada abad XIV, artinya kerajaan Panai ini tidak terkenal atau menjadi
kerajaan yang dijajah oleh kerajaan Sriwijaya maupun kerajaan Malayu
Kerajaan Panai di Antara Kerajaan Sriwijaya dan Malayu

• Pada tahun 1003 Sriwijaya memberikan utusan kepada pejabat Cina untuk memberi
tahu bahwa di daerah Palembang ini telah didirikan sebuah candi, kemudian kaisar
datang untuk memberikan namanya.
• Dan 200 tahun, sejarah tergelap untuk Sriwijaya dan Malayu. Pada Dinasti Ming (abad
XII) memberikan kabar bahwa kerajaan terpenting di pulau Sumatra adalah Malayu
dan kerajaan Sriwijaya menjadi bawahannya.
• Pada tahun 1225 ada musafir Cina datang dan menyebutkan bahwa Palembang
adalah negara vassal dan ibukota berganti di Jambi.
• Selajutnya pada tahu 1309 utusan Cina datang ke Palembang, hal ini menjadi Sriwijaya
menjadi negara vassal yang ada pada tahun 1309 setelah itu kerajaan Sriwijaya tidak
disebutkan kembali.
Dapat disimpulkan kerajaan Panai ini tidak muncul kembali, di berita Cina sudah
disebutkan berarti sejak pertengahan abad XI ini telah hancur dan menjadi bagian dari
kerajaan Malayu yang ibukotanya Jambi.
Kebudayaan Panai di Antara Kerajaan Sriwijaya dan Malayu

• Kebudayaan yang terjadi atas dasar hasil dari masyarakat yang berada di sekitaran
Sungai Pane, Sungai Si Rumambai, dan Sungai Baramun yang ada Padang Lawas.
Untuk kebudayaan nonfisik tidak dijelaskan secara detail karena teks yang digunakan
masih sedikit.
• Untuk agama yang dianut oleh masyarakat Panai adalah agama Buddha yang aliran
tantra yang dibuktikan bagian upacara dengan tertawa pada prasasti Aek Sangkilon.
Aliran tantrisme ini dari temuan timbulan relief di candi Bahal I yang bergambar
raksasa menari-nari.
• Untuk pemikiran, tradisi Panai kuno ini masih sebagian diwariskan oleh masyarakat
Batak di wilayah Padang Lawas karena nama Pane ini masih ada dan masih melintasi
kota Gunung Tua.
Tinggalan Arkeologi

Biaro Bahal Biaro Si Pamutung


Bairo bahal ini sebuah Sebuah candi yang mirip
kompleks candi yang terdiri dengan candi yang ada di
Bahal I yang berada di barat, Jawa Tengah dan menjadi
Bahal II berada di tengah dan bangunan terbesar di situs
Bahal III berada di timur. Padang Lawas
Thank You!
Are there any questions?

CREDITOS: Esta plantilla de presentación fue creada por Slidesgo,


que incluye iconos de Flaticon, infografía e imágenes de Freepik

Anda mungkin juga menyukai