01 Miftakhul Huda
160210302093
02 Anita Kharisma
210210302025
Siti Husnul
03 Khotimatul Ulum
210210302026
04 Fahrudi Muhammad
210210302027
Tiara Nandini
05 Nariswari
210210302028
Sumber Refrensi
Kondisi Masa
Lingkungan Pertumbuhan
Peta Konsep Kerajaan Malayu
Hubungan
Malayu dengan Adityawarman
Sriwijaya Raja Malayu
• Belum banyak bukti fisik mengenai Sriwijaya yang dapat ditemukan. Tidak terdapat
catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah Indonesia. Masa lalunya yang
terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing.
• Ketika sarjana Perancis George Cœdès mempublikasikan penemuannya dalam surat
kabar berbahasa Belanda dan Indonesia.
• Historiografi Sriwijaya diperoleh dan disusun dari dua macam sumber utama. Catatan
sejarah Tiongkok dan sejumlah prasasti batu Asia Tenggara yang telah ditemukan dan
diterjemahkan
• Catatan perjalanan bhiksu peziarah I Ching sangat penting.
• Sekumpulan prasasti siddhayatra abad ke-7 yang ditemukan di Palembang dan Pulau
Bangka juga merupakan sumber sejarah primer yang penting.
Lanjutan
• Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan
merupakan negara bahari. Namun kerajaan
ini tidak memperluas kekuasaannya di luar
wilayah kepulauan Asia Tenggara.
• Selain itu, kemungkinan kerajaan ini biasa
memindahkan pusat pemerintahannya.
Namun kawasan yang menjadi ibukota tetap
diperintah secara langsung oleh penguasa.
Namun, istilah San-fo-tsi terutama pada tahun 1178 tidak lagi identik dengan Sriwijaya,
melainkan telah identik dengan Dharmasraya. Dari daftar 15 negeri bawahan San-fo-tsi
tersebut, ternyata adalah wilayah jajahan Kerajaan Dharmasraya.
Lanjutan
1. Perjalanan Siddhayatra
• Kemaharajaan Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan I Tsing. Dari
prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di diketahui imperium ini di bawah
kepemimpinan Dapunta Hyang. Bahwa beliau berangkat dalam perjalanan suci
siddhayatra untuk “mengalap berkah”. Dengan memimpin 20.000 tentara dan 312
orang di kapal dengan 1.312 prajurit berjalan kaki dari Minanga Tamwan menuju
Jambi dan Palembang.
• Berdasarkan prasasti Kota Kapur yang berangka tahun 686 ditemukan di pulau
Bangka. Kemaharajaan ini telah menguasai bagian selatan Sumatera, pulau Bangka
dan Belitung, hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa
telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum Bhumi Jawa yang tidak
berbakti kepada Sriwijaya.
Lanjutan
2. Penaklukan Kawasan
• Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya, menjadikan Sriwijaya
mengendalikan simpul jalur perdagangan utama di Asia Tenggara. Berdasarkan
observasi, ditemukan reruntuhan candi-candi Sriwijaya di Thailand dan Kamboja.
• Di akhir abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa, antara lain Tarumanegara dan Holing
berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Menurut catatan, pada masa ini pula wangsa
Sailendra bermigrasi ke Jawa Tengah dan berkuasa di sana.
• Setelah Dharmasetu, Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa pada
periode 792 sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yang ekspansionis, Samaratungga
tidak melakukan ekspansi militer.
Masa Pertumbuhan Sriwijaya : Terbentuknya Tradisi Maritim
• Prasasti Kapalo Bukit Gombak I, 1269 S (1347 M) > Prasasti ini sepertinya berisikan
peringatan sebuah bangunan suci, namun lokasi bangunan tersebut belum diketahui.
• Prasasti Manjusri, 1265 S (1343 M) > Berisi menerangkan bahwa Adityawarman masih
punya hubungan saudara dengan raja Majapahit
• Prasasti Amoghapasa, 1347 M > Prasasti ini sebagian berisi pengakuan Adityawarman
sebagai bagian dari keluarga raja Melayu, Adityawarman menganut agama Tantra.
Lanjutan
• Prasasti Bukit Gombak II, 1278 S (1356 M) > berisikan pujian-pujian untuk
Adityawarman yang berbunyi “sutatha gata bajradhaiya”, yang artinya Sang Buddha
luhur dan kokoh kuat.
• Prasasti Suroaso I, 1297 S (1375 M) > menyebut pentahbisan Adityawarman sebagai
“ksetrajna” dengan nama Wisesadharani menurut aturan sekte Bhairawa.
• Prasasti Kuborajo I > disebutkan Adwayawarman sebagai ayah Adityawarman, lalu ia
sebagai raja di Tanah Kanaka (emas), serta bagian keluarga Indra.
• Prasasti Bandar Bapahat > Terdiri dari dua prasasti, satu bahasa Tamil, satu lagi
bahasa Sanskerta yang ditujukan kepada masyarakat Melayu dan komunitas Tamil
yang ada di kerajaan Adityawarman.
• Prasasti Suroaso II > disebutkan anak dari Adityawarman yaitu Ananggawarman.
• Prasasti Lubuk Layang > disebutkan pula anak Aditawarman sebagai raja muda yang
bernama Bijayendrawarman
Lanjutan
• Prasasti Pagaruyung VI > Prasasti ini berbunyi “Om pagunnira tumanggung kudawira” yang
artinya diteguhkannya Tumenggung Kudawira.
• Prasasti Pagaruyung IV > Prasasti ini menyebutkan bahwa Adityawarman juga memiliki
gelar Udayadityawarman.
• Prasasti Pagaruyung VII > Disebutkan dalam prasasti ini Akarendrawarman sebagai kakak
dari Adityawarman.
• Prasasti Rambatan > menyebutkan bahwa Adityawarman menyediakan tempat pemujaan
dan mentrinya membanguan atap pelindungnya.
• Kitab Pararaton > menyebutkan bahwa setelah terjadi pemberontakan di Tumapel
(Singhasari), rombongan ekspedisi Singhasari pergi ke Pamalayu dan kembali dengan dua
orang putri kerajaan. Putri pertama bernama Dara Petak dinikahkan dengan Raden Wijaya,
sedangkan putri kedua bernama Dara Jingga dinikahkan dengan seorang pangeran lain
yang melahirkan anak bernama Tuhan Janak
Tinggalan Arkeologi Masa Kerajaan Malayu
• Peninggalan bangunan sakral berupa situs percandian tersebar di daerah Muara
Takus (Kab. Kampar), Muara Jambi (Kab. Batanghari), Sungai Langsat & Kampung
Sawah Si Guntur (Kab. Muara Trembesi), situs Padang Lawas (Kab. Padang
Sidempuan), dan situs candi Kab. Pasaman
• Kemudian artefak arca ditemukan yaitu arca Prajnyaparamita di Muara Jambi, dan
bata bergambar wajra (trisula) di Muara Takus
• Lalu temuan berupa alat upacara dan rumah tangga berupa gerabah, keramik,
pipisan, alat music (bende di Muara Jambi) tersebar di daerah Sungai Batanghari
karena dahulunya menjadi pusat kegiatan Malayu
03
Kerajaan Panai
Nama, Lokasi & Lingkungan
Munculnya Kerajaan Panai
• Kerajaan Panai ini muncul dari prasasti Tanjore yang ditulis oleh raja Rajendra I dari
kerajaan Cholamandala atau Cola yang berada di Coromandel, India Selatan.
• Kerajaan Panai muncul di kitab Nagarakertagama yang menyebutkan bahwa kerajaan
Panai ini ikut dalam perlindungan imperium kerajaan Majapahit.
• Sumber Cina yang tidak menentu waktunya antara abad ke V atau abad ke VI ini
menyebutkan bahwa kerajaan Panai bernama kerajaan Po-li dan wilayahnya berada di
Sumatra.
• Dilanjut dengan Hsu Yun-ts’iao juga menyebut kerajaan Panai ini adalah kerajaan Po-li
tetapi wilayahnya berada di Padang Lawas.
Berdasarkan sumber yang ditemukan, lokasi Panai terbagi menjadi menurut sumber
• Kerajaan Panai ini berada di Sumatra Utara, Kabupaten Tapanuli Selatan tepatnya
Kecamatan Gunung Tua.
• Disebutkan kerajaan Panai ini berada di Padang Lawas, yang diapit oleh dua pantai
yaitu pantai barat dengan pantai timur Sumatra Utara.
Sumber-Sumber Sejarah
• Dari berita Cina, kerajaan Panai ini dinamakan dengan kerajaan Po-li. Menurut I-tsing
kerajaan Po-li ini berada di lokasi timur Barus, yang dimana tempatnya pedalaman Sumatra
Utara bagian barat.
• Panai ini terletak di Padang Lawas, tetapi ini hanyalah toponimi yang hanya berlaku pada abad
XI. Untuk abad seturusnya kerajaan Malayu ini mulai mendominasi dan berkembang juga
masyarakatnya penganut Tantrayana.
Untuk penemuan situs di Barus maupun Padang Lawas ini ditemukan artefak. Di situs Barus ini
terdapat penemuan yang berbau tentang Islam yang artefaknya menggunakan bahasa Tamil
serta penemuan lain seperti kaca dari Persia. Tetapi penemuan yang berbau dengan Hindu-
Buddha tidak ada. Di Padang Lawas ini terdapat banyak candi juga artefak yang ditemukan.
Lanjutan
Hubungan raja-raja yang ada di Sumatra tidak langsung berhubungan langsung dengan
kerajaan Panai, bahkan sebagian peristiwa besar yang berlangsung di Sumatra kerajaan
Panai sudah tidak disebutkan kembali. Hal ini Tamil menjadi penghubung antara aktivitas
politk kerajaan Sriwijaya juga kerajaan Malayu dengan kerajaan Panai. Dengan keluarnya
prasasti Tanjore, kerajaan Panai sudah tidak disebutkan di dalam sejarah kecuali kitab
nagarakertagama pada abad XIV, artinya kerajaan Panai ini tidak terkenal atau menjadi
kerajaan yang dijajah oleh kerajaan Sriwijaya maupun kerajaan Malayu
Kerajaan Panai di Antara Kerajaan Sriwijaya dan Malayu
• Pada tahun 1003 Sriwijaya memberikan utusan kepada pejabat Cina untuk memberi
tahu bahwa di daerah Palembang ini telah didirikan sebuah candi, kemudian kaisar
datang untuk memberikan namanya.
• Dan 200 tahun, sejarah tergelap untuk Sriwijaya dan Malayu. Pada Dinasti Ming (abad
XII) memberikan kabar bahwa kerajaan terpenting di pulau Sumatra adalah Malayu
dan kerajaan Sriwijaya menjadi bawahannya.
• Pada tahun 1225 ada musafir Cina datang dan menyebutkan bahwa Palembang
adalah negara vassal dan ibukota berganti di Jambi.
• Selajutnya pada tahu 1309 utusan Cina datang ke Palembang, hal ini menjadi Sriwijaya
menjadi negara vassal yang ada pada tahun 1309 setelah itu kerajaan Sriwijaya tidak
disebutkan kembali.
Dapat disimpulkan kerajaan Panai ini tidak muncul kembali, di berita Cina sudah
disebutkan berarti sejak pertengahan abad XI ini telah hancur dan menjadi bagian dari
kerajaan Malayu yang ibukotanya Jambi.
Kebudayaan Panai di Antara Kerajaan Sriwijaya dan Malayu
• Kebudayaan yang terjadi atas dasar hasil dari masyarakat yang berada di sekitaran
Sungai Pane, Sungai Si Rumambai, dan Sungai Baramun yang ada Padang Lawas.
Untuk kebudayaan nonfisik tidak dijelaskan secara detail karena teks yang digunakan
masih sedikit.
• Untuk agama yang dianut oleh masyarakat Panai adalah agama Buddha yang aliran
tantra yang dibuktikan bagian upacara dengan tertawa pada prasasti Aek Sangkilon.
Aliran tantrisme ini dari temuan timbulan relief di candi Bahal I yang bergambar
raksasa menari-nari.
• Untuk pemikiran, tradisi Panai kuno ini masih sebagian diwariskan oleh masyarakat
Batak di wilayah Padang Lawas karena nama Pane ini masih ada dan masih melintasi
kota Gunung Tua.
Tinggalan Arkeologi