Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui

jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan

sendiri) (Manuaba, 2010). Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan

menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir

dengan lahirnya plasenta secara lengkap (Wiknjosastro, 2010).

Sebagian besar ibu bersalin menganggap persalinan selalu disertai rasa

nyeri. Menurut perasaan nyeri saat persalinan bersifat subjektif, tidak hanya

bergantung pada intensitas his tetapi juga bergantung pada keadaan mental ibu

saat menghadapi persalinan. Pengalaman terhadap nyeri dan jumlah paritas juga

berpengaruh terhadap persepsi nyeri. Pada umumnya, ibu primipara memiliki

sensor nyeri yang lebih peka daripada ibu multipara (Prawirohardjo, 2010).

Menurut Andarmoyo dan Suharti (2013), nyeri persalinan merupakan

proses fisiologis dengan intensitas yang berbeda-beda pada masing-masing

individu. Nyeri yang timbul dalam persalinan mengakibatkan kekhawatiran dan

biasanya menimbulkan rasa takut dan stress. Hal ini akan menyebabkan ibu

bersalin memiliki pengalaman persalinan yang buruk, mengalami trauma

persalinan yang berkepanjangan dan bahkan secara tidak langsung dapat

menyebabkan post partum blues.

1
Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan, baik

secara farmakologi maupun nonfarmakologi. Manajemen nyeri secara farmakologi

lebih efektif daripada metode nonfarmakologi, namun lebih mahal dan berpotensi

mempunyai efek yang kurang baik seperti adanya efek samping dari obat.

Sedangkan metode nonfarmakologi lebih murah, sederhana, efektif, tanpa efek

yang merugikan, dan dapat meningkatkan kepuasan selama persalinan karena ibu

dapat mengontrol perasaannya dan kekuatannya (Yanti, 2010).

Metode nonfarmakologi sangat bervariasi yang dapat diterapkan untuk

membantu mengurangi rasa nyeri, salah satunya adalah masase atau pijatan.

Masase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak yang biasa pada

otot, tendon, atau ligamentum tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi

sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau memperbaiki

sirkulasi (Manuaba, 2010).

Menurut Danuatmaja (2008), ibu yang dipijat selama 20 menit setiap jam

selama persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit. Hal ini disebabkan karena

pijatan merangsang tubuh untuk melepaskan senyawa endorphin yang merupakan

pereda rasa sakit dan dapat menciptakan perasaan nyaman. Pijatan secara lembut

membantu ibu merasa lebih segar, rileks, dan nyaman dalam persalinan.

Menurut Potter & Perry (2010), ada banyak teknik pemijatan yang

dilakukan dalam persalinan, salah satunya adalah counter pressure. Counter

pressure merupakan teknik dengan memberikan penekanan pada sumber atau

daerah nyeri punggung atau sacrum. Penekanan tersebut dapat menggunakan

kepalan tangan.

2
Metode ini membantu mengatasi kram pada otot, menurunkan nyeri,

kecemasan, mempercepat proses persalinan, menghilangkan tegangan otot pada

paha diikuti ekspansi tulang pelvis karena relaksasi pada otot-otot sekitar pelvic

dan memudahkan bayi turun melewati jalan lahir, efektif dalam membantu

mengurangi rasa nyeri pinggang persalinan dan relatif aman karena hampir tidak

ada efek samping yang ditimbulkan.

Penanganan persalinan diutamakan kenyamanan pasien, karena pasien yang

memasuki proses persalinan kala I sudah mulai merasakan kesakitan. Rasa sakit itu

disebabkan oleh rasa nyeri yang hebat pada bagian perut menjalar ke pinggang

bagian belakang. Pengurangan rasa nyeri pada pasien bisa dibantu oleh anggota

keluarga atau bidan untuk memberikan dukungan secara moril dan memberi

metode pengurangan nyeri nonfarmakologi selain teknik nafas panjang, salah

satunya yaitu dengan teknik counter pressure massage sehingga ibu bisa merasa

nyaman dan tenang.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik counter pressure

massage terhadap nyeri persalinan pada ibu bersalin kala I.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hasil dan Pembahasan

Counterpresurre adalah pijatan tekanan kuat dengan cara meletakkan tumit

tangan atau bagian-bagian datar dari tangan atau juga menggunakan bola tenis pada

daerah lumbal dimana ia sedang mengalami sakit punggung (Marmi, 2016 ). Teknik

Massage counterpressure dilakukan dengan memberikan penekanan pada sumber

daerah nyeri pinggang persalinan yang dirasakan sehingga dapat melepaskan

ketegangan otot, mengurangi nyeri pinggang persalinan, mempelancar peredaran

darah, dan akhirnya menimbulkan relaksasi. Teknik Massage counterpresurre selama

proses persalinan akan membantu mengatasi kram pada otot, menurunkan nyeri,

mempercepat proses persalinan, menghilangkan ketegangan otot pada paha diikuti

ekspansi tulang pelvis karena relaksasi pada otot-otot sekitar pelvis dan memudahkan

bayi turun melewati jalan lahir, efektif dalam membantu mengurangi rasa nyeri

pinggang persalinan (Yuliatun, dkk 2013).

Pada jurnal “Effect of Counter-Pressure Versus Effleurage Massages on

Labor Pain Intensity Among Parturient Women” yang dipublikasikan tahun 2021

menyatakan bahwa counter-pressure merupakan langkah nonfarmakologis yang

efektif dalam mengurangi nyeri persalinan. Dalam penelitian ini menjelaskan

perbedaan antara Counter-Pressure dan Effleurage Massages. Dari teknik pijatan

tersebut tidak ada perbedaan yang signifikan artinya kedua pijatan tersebut memiliki

tujuan yang sama yaitu untuk mengurangi rasa nyeri saat persalinan kala satu. Dalam

4
penelitian ini menggunakan sample 96 orang, total semua 115 orang tetapi hanya 96

orang yang emenuhi persyaratan dalam penelitian ini.

115 parturient woman were screaned


for eligability

Excluded (n=19)
Did not met the elegibilty criteria (n=5)
Refused to participate in the study
(n=14)

Effluerage group (n=32) Recieved Counter-pressure group (n=32)


Control group (n=32)
efflurage massage beside routine Recieved counter-pressure
Recieved routine care
care beside routinne care

Follow up 2 cases were lost because 4 cases withdrown because Emergency CS was performed to 1
they recieve pain medication they can not tollerate massage case because of fetal distress The
The 2 lost cases were The 4 lost cases were replaced lost case was replaced
replaced

Statistical analysis
Statistical analysis was Statistical analysis was Statistical analysis was
performed on 32 cases performed on 32 cases performed on 32 cases

Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah 96 orang yang memenuhi

persyaratan. Data yang berkaitan dengan penelitian ini dikumpulkan menggunakan dua

alat: wawancara terstruktur jadwal kuesioner dan Nyeri Numerik Skala Peringkat

(NPRS). Data dikumpulkan dalam jangka waktu tertentu lima bulan—dari awal Februari

2021 hingga akhir Juni 2021. Para peneliti mengunjungi lokasi studi tiga hari seminggu

dari 09:00 hingga 15:00. Penelitian dilakukan melalui: persiapan, wawancara dan

penilaian, implementasi, dan evaluasi. Setelah pendaftaran, para peneliti mengadakan

wawancara dengan masing-masing wanita yang melahirkan secara individu untuk

memperoleh data yang berkaitan dengan latar belakang pribadi data, sejarah kebidanan

masa lalu, dan sekarang dengan menggunakan wawancara terstruktur jadwal kuesioner.

Pertanyaannya adalah ditanya dalam bahasa Arab dan jawabannya adalah

didokumentasikan oleh para peneliti. Sebagai tambahan wanita ibu melahirkan diminta

untuk menilai rasa sakit mereka level pada NPRS untuk mendapatkan garis dasar

5
penilaian rasa sakit. Wawancara dan penilaian dilakukan untuk semua ibu melahirkan

wanita dalam tiga kelompok. Waktu yang dibutuhkan untuk lengkapi penilaian ini

sekitar 15-20 Menit. Para peneliti menggunakan tumit tangan mereka untuk menerapkan

mantap, kekuatan yang kuat ke satu tempat di punggung bawah selama kontraksi

sementara wanita yang melahirkan adalah dalam posisi lutut-dada atau posisi lateral kiri.

Counter-pressure dilakukan 4 kali berturut-turut pada 4 kali kontraksi uterus dengan

waktu 40–50 detik setiap perawatan. Para peneliti menilai tingkat intensitas nyeri pada

tiga titik waktu: 30 menit, satu jam, dan kemudian dua jam setelahnya melakukan

intervensi yang diusulkan baik counter-pressure atau pijat effleurage. Wanita paruh baya

diminta untuk menilai rasa sakit mereka level pada NPRS.Hasil dari penelitian ini yaitu

Wanita paruh baya yang menerima pijatan effleurage selama fase aktif persalinan akan

mengalami lebih sedikit rasa sakit persalinan intensitas daripada mereka yang tidak

menerimanya. Wanita paruh baya yang menerima pijatan counterpressure selama fase

aktif persalinan akan mengalami lebih sedikit intensitas nyeri persalinan daripada

mereka yang tidak menerimanya.

Berikut table hasil penelitian:

Counter-
Control pressure Effleurage Control vs. Counter-
group group group Counter- Control vs. pressure vs.
(N=32) (N=32) (N=32) pressure Effleurage Effleurage
Mean ±SD Mean ±SD Mean ±SD t p t p t p
Baseline (Pre-
intervention) 8.1 ±0.8 8.0 ±1.0 8.3 ±1.1 0.442 0.660 0.832 0.409 1.412 0.258
30 min. after
intervention 8.2 ±0.7 6.6 ±1.3 6.9 ±1.2 6.130 <0.001 5.294 <0.001 0.959 0.341
1 hr. after
intervention 8.3 ±0.8 6.9 ±1.2 6.7 ±1.1 5.491 <0.001 6.654 <0.001 0.695 0.490
2 hrs. post-
intervention 8.4 ±0.8 6.9 ±1.1 6.9 ±1.2 5.238 <0.001 5.884 <0.001 0 1.000

Temuan studi saat ini mengungkapkan bahwa, pada penilaian dasar tidak ada secara

statistikperbedaan signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok pijat counter-

pressure mengenai skor nyeri (hal>0,05). Namun setelah intervensi ada penurunan yang

6
signifikan dalam skor rasa sakit pada tiga titik rasa sakit penilaian intensitas dalam

counter-pressure grup dibandingkan dengan yang ada di grup kontrol (hlm<0,001).

Dengan demikian, temuan ini mendukung hipotesis kedua: Wanita paruh baya yang

menerima pijatan counter-pressure selama aktif fase persalinan akan mengalami lebih

sedikit rasa sakit persalinan Artikel Asli Jurnal Perawatan Kesehatan Mesir, 2021 EJHC

Vol. 12 No. 3417intensitas daripada mereka yang tidak menerimanya. Studi

eksperimental lainnya dilakukan oleh Oktriani et al. (2018) bertujuan untuk menganalisis

perbedaan pereda nyeri pada aktif fase persalinan antara kontra-tekanan dan mengangkat

perut. Temuan mereka mengungkapkan bahwa, skor nyeri rata-rata sebelum counter-

pressure adalah 3,90 ± 0,62 dibandingkan dengan 3,33 ± 0,85 setelahnya counter-

pressure dengan nilai P 0,01. Ini berarti bahwa baik counter-pressure maupun effleurage

pijat memiliki efek yang sama dalam mengurangi nyeri persalinan. Kesimpulannya, hasil

masa kini studi menyatakan bahwa counter-pressure dan pijat effleurage adalah langkah-

langkah nonfarmakologis yang efektif dalam mengurangi nyeri persalinan.

Jurnal internasional “The Difference Level of IL-6 and PGE2 in Mothers during the

1st Stage of Labor with Regio sacralis Counter-Pressure Therapy ”juga menyatakan

pemberian terapi counter-pressure regiosacralis terbukti dapat menurunkan nyeri, namun

bersamaan dengan itu terapi ini juga menurunkan kadar hormon IL-6 dan prostaglandin

pada ibu persalinan kala 1. Dimana hormone prostaglandin merupakan hormon yang

berperan penting dalam proses persalinan karena memediasi proses pecah ketuban dan

menstimulasi kontraksi uterus(Jesica & Friadi, 2019) dimana secara tidak langsung

meningkatkan kemampuan kontraksi uterus melalui up-regulation dari gap junction,

oksitosin(Manuaba et al., 2007), dan reseptor arginin(Behrman R & ButlerA, 2007).

Kestabilan kadar prostaglandin perlu diperhatikan selama proses persalinan sehingga

tidak terjadi pemanjangan kala 1 akibat penurunan kontraksi uterus. Peningkatan PGE-2

7
dapat dilakukan dengan meningkatkan hormon stimulus produksi prostaglandin yaitu

Interleukin-6 (IL-6).

Berdasarkan hasil penelitian gambaran IL-6 dapat dilihat bahwa kadar IL-^

mengalami penurunan yang tidak sigfikan (p>0,05) dengan rata-rata penurunan sebesar

4,377240 pg/ml. Perubahan rerata konsentrasi IL-6 dimanifestasikan oleh 40%

responden yang mengalami penurunan konsentrasi IL-6 dan 56% responden yang

mengalami kenaikan konsentrasi IL-6. Berdasarkan hasil analisis ini dapat disimpulkan

bahwa tindakan counter-pressure regiosacralis tidak memberikan penurunan yang

bermakna terhadap konsentrasi Interleukin-6. Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dimana perubahan IL-6 yang terjadi tidak

signifikan(Rejeki, 2014). Perubahan yang tidak signifikan ini dapat simpulkan bahwa

tidak ada perbedaan kadar IL-6 sebelum dan sesudah terapi counter-pressure regiosacral.

Pemberian terapi counter-pressure regiosacralis terbukti dapat menurunkan nyeri, namun

bersamaan dengan itu terapi ini juga menurunkan kadar hormon IL-6 dan prostaglandin

pada ibu persalinan kala 1.

Evidence based Counter pressure dapat dikategorikan sebagai intervensi yang

aman dan cukup efektif untuk mengurangi nyeri persalinan pada kala I.Counter Pressure

dilakukan dengan memberikan tekanan pada saat kontraksi pada tulang sakrum pasien

8
dengan pangkal atau bisa juga dengan kepalan salah satu telapak tangan(Andarmoyo,

2013) .

Teknik counter pressure ini di lakukan di daerah lumbal dimana saraf sensorik

rahim dan mulut rahim berjalan bersama saraf simpatis rahim memasuki sumsum tulang

belakang melalui saraf torakal 10-11-12 sampai lumbal 1. Dengan begitu impuls rasa

sakit ini dapat diblok yaitu dengan memberikan ransangan pada saraf yang berdiameter

besar yang menyebabkan gate control akan tertutup dan ransangan sakit tidak dapat

diteruskan ke korteks serebral (Bobak IM, 2012). Melalui teknik counter pressure akan

menutup rangsangan nyeri yang akan dihantar menuju medulla spinalis dan otak.

Senyawa endorphin akan diaktifkan pada saat dilakukan Counter Pressure sehingga

transmisi dari pesan nyeri dapat dihambat yang dapat menyebabkan penurunan sensasi

nyeri. (Aprilia, 2011). Counter pressure juga bekerja berdasarkan teori opiate

endogenous, yang mengatakan bahwa reseptor opiate yang berada pada otak dan spinal

cord bekerja pada sisitem saraf pusat untuk mengaktifkan endhorphin dan enkephaline

apabila nyeri timbul. Selain itu, counter pressure juga dapat merangsang pengeluaran

opiate reseptor yang berada pada ujung saraf sensori perifer melalui tekanan dan pijatan.

Dengan pijatan dan tekanan yang kuat dapat mengeblok dan mengaktifkan endhorphin

yang dapat membuat relaksasi otot sehingga nyeri pun berkurang(Pratiwi & Nurullita,

2017). Teknik Counter Pressure sangat efektif untuk mengurangi nyeri punggung selama

persalinan. Dengan cara ini, dapat mengurangi nyeri dan memberikan sensasi yang

nyaman untuk melawan rasa sakt saat kontraksi 2014) Penelitian mengenai pengaruh

9
teknik back-efflurage dan counter pressure menyebutkan bahwa counter pressure lebih

efektif mengatasi nyeri persalinan fase aktif kala I. Teknik counter pressure dapat

menutup rangsangan nyeri yang akan dihantarkan menuju medulla spinalis dan otak,

selain itu dengan tekanan yang kuat dapat mengaktifkan senyawa endorphin yang berada

di sinaps sel-sel saraf tulang belakang dan otak, sehingga nyeri dapat dihambat dan

sensasi nyeri dapat menurun. (Yuliatun, 2008).

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Dari beberapa hasil penelitian internasional dapat isimpulkan bahw teknik counter

pressure dapat mengurangi rasa nyeri saat persalinan kala 1.

3.2 Saran

3.2.1 Kesadaran para bidan tentang counter-pressure harus ditingkatkan untuk

diimplementasikan ke dalam praktik.

3.2.2 Saran untuk bidan agar lebih meningkatkan kompetensi/skill dalam penanganan nyeri

persalinan sehingga bisa meminimalisir terjadinya kegagalan persalinan normal atau

pemanjangan kala I.

11
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo. (2013). Persalinan Tanpa Nyeri Berlebihan : Konsep dan Aplikasi Manajemen

Nyeri Persalinan. Yogyakarta: ArRuzz Media. Aprilia, Y. d. (2011). Birth Melahirkan

Nyaman Tanpa Rasa Sakit. . Jakarta: Gramedia

Azizah, I. N., Widyawati, M. N., & Anggraini, N. N. (2013). Pengaruh Endorphin Massage

Terhadap

Bobak LJ (2012). Buku ajar keperawatan maternitas (teach maternity nursing). Jakarta: EGC

Intensitas Nyeri Kala I Persalinan Normal Ibu Primipara di BPS S dan B Demak Tahun 2011.

Jurnal Kebidanan, 2(1). Bobak IM, L. D., Jensen MD, Perry SE. (2012). Buku Ajar

Keperawatan Maternitas (Maternity Nursing). Jakarta: EGC. Dabiri, F., & Shahi, A. (2014).

The effect of LI4 acupressure on labor pain intensity and duration of labor: a randomized

controlled trial. Oman medical journal, 29(6), 425. Danuatmaja, B. d. M. (2014). Persalinan

Normal Tanpa Rasa Sakit. . Puspa Swara. Dengsangluri, J. A. S. (2015). Effect of breathing

exercise in reduction of pain during first stage of labour among primigravidas. Int J Health

Sci Res IJHSR, 5(6), 390-398. Detiana. (2010). Hamil Aman dan Nyaman di Atas 30 Tahun.

Yogyakarta:Medika Pressindo.

Setyowati, H. (2018). Akupuntur untuk Kesehatan Wanita Berbasis Hasil Penelitian. Unimma

Press Supliyani, E. (2017). Pengaruh Masase Punggung terhadap Intensitas Nyeri Persalinan

Kala 1 di Kota Bogor. Jurnal Bidan, 3(1). Yuliatun. (2008). Buku Pijat effleurage. Jakarta:

EGC.

https://scholar.google.com/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=Effect+of+Counter-

Pressure+Versus+Effleurage+Massages+on+

12
+Labor+Pain+Intensity+Among+Parturient+Women&btnG= diakses tanggal 25 Agustus

2022.

https://scholar.google.com/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=The+Difference+Level+of+I-

6+and+PGE2+in+Mothers+during+the+1st+Stage+of+Labor+with+Regio+sacralis+Counter-

Pressure+Therapy&btnG= diakses tanggal 26 Agustus 2022.

13

Anda mungkin juga menyukai