Anda di halaman 1dari 141

MODUL KESEHATAN JIWA IBU HAMIL DAN PASCA

MELAHIRKAN

PANDUAN UNTUK TENAGA KESEHATAN


Link Pre-test

https://bit.ly/PretestMHIYPH1
2
Materi 1

Masalah dan Gangguan


5

Kesehatan Jiwa pada Periode


Kehamilan dan Pasca Persalinan

dr. Gina Anindyajati, SpKJ


Kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu
Sehatkontribusi
memberikan Jiwa untuk komunitasnya.

Kondisi dimana seorang individu mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan,
dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa.
Masalah Kejiwaan

Kondisi dimana seorang individu mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi
dalamGangguan
bentuk Jiwa
sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan
penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.
Beberapa gangguan jiwa yang sering ditemui pada ibu hamil dan pasca melahirkan yaitu gangguan depresi,
gangguan ansietas/kecemasan, gangguan psikosis dan gangguan stres pasca trauma (PTSD)

1
• Disebut juga sebagai post-partum blues
• Digambarkan sebagai perasaan sedih dan gejala depresi ringan yang bersifat sementara dan terbatas
• Mekanisme terjadinya pada sebagian besar kasus tidak diketahui, namun diduga terkait dengan
perubahan drastis kadar hormon saat kehamilan dan pasca persalinan
• Biasanya, terjadi penurunan drastis pada estradiol, progesteron, dan prolaktin pada waktu setelah
melahirkan. Penurunan hormon ini juga terjadi dalam perubahan suasana perasaan yang terjadi selama
berbagai fase siklus menstruasi

2
8
• Gejala meliputi kesedihan, menangis, kelelahan, lekas marah, kecemasan, penurunan tidur,
penurunan konsentrasi, dan suasana hati yang labil.
• Gejala-gejala ini biasanya berkembang dalam dua hingga tiga hari setelah melahirkan, memuncak
dalam beberapa hari ke depan, dan sembuh dengan sendirinya dalam waktu dua minggu setelah
timbulnya gejala.

9
10

11
12
• • •

• •
• •
• • •


13

Adaptasi dari: Stahl SM. Essential Psychopharmacology: Neuroscientific Basis and Clinical Application. New York: Cambridge University Press; 1996:99-130
• Ansietas merupakan suatu perasaan yang tidak nyaman, khawatir, disertai dengan gejala-gejala
psikologik ataupun fisik.
• Jika menetap dalam waktu lama, tidak mereda, atau intensitas yang kuat, berulang dan mengganggu
fungsi sehari-hari maka menjadi tanda dari gangguan ansietas
Hal ini dapat disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, yaitu:

14
• Berkeringat
• • Gemetar
• Jantung berdebar
• • Nafas pendek
• • Nadi dan tekanan darah naik
• Mulut kering
• Diare/konstipasi
Perilaku dan Emosi: • Mual/rasa tidak enak di lambung
15
• Khawatir, cemas, dan panik • Nyeri perut/dada
• Tegang, perasaan tidak aman • Kepala terasa ringan
• Bicara berlebihan dan cepat • Pusing
• Gerakan tersentak-sentak • Rasa tercekik
• Takut hilang kendali, takut mati, takut • Ketegangan otot
menjadi gila • Rasa kesemutan atau mati rasa
• Rasa akan pingsan • Sulit tidur
• • •

• •

• 16


Grigoriadis, S. et al. (2018). Maternal Anxiety During Pregnancy and the Association With Adverse Perinatal Outcomes: Systematic Review and Meta-Analysis. The Journal of clinical psychiatry, 79(5), 17r12011
Lonstein J. S. (2007). Regulation of anxiety during the postpartum period. Frontiers in neuroendocrinology, 28(2-3), 115–141. https://doi.org/10.1016/j.yfrne.2007.05.002
• Psikosis ditandai oleh terganggunya kemampuan menilai kenyataan yang melibatkan penyimpangan
fungsi berpikir, yang ditandai dengan halusinasi atau waham
• Dapat terjadi dalam 6 minggu setelah melahirkan dan bisa berlangsung sampai 3 bulan sampai 1
tahun

17
18
• Distorsi persepsi; halusinasi seperti mendengar suara
Kognitif:
atau melihat sesuatu yang tidak nyata
• Emosi yang mendatar
• Distorsi pikiran; kecurigaan atau keyakinan yang jelas
• Tidak adanya motivasi dan
keliru dan dipertahankan (waham atau delusi)
energi
• Pembicaraan kacau; kesulitan dalam
• Kehilangan minat dan
mempertahankan percakapan dan/atau tetap fokus
kesenangan dalam aktivitas
pada suatu topik
• Interaksi sosial berkurang 19
• Perilaku kacau; perilaku yang tidak biasa dan aneh
serta kesulitan dalam merencanakan dan
menyelesaikan aktivitas. Contohnya: penampilan
yang tidak lazim, tidak rapi, perawatan diri buruk
• • •

• •

20

Boström, P. K., & Strand, J. (2021). Children and parents with psychosis-Balancing between relational attunement and protection from parental illness. Journal of child and adolescent psychiatric nursing : official publication of the Association of Child and Adolescent Psychiatric Nurses, Inc, 34(1), 68–76.
https://doi.org/10.1111/jcap.12302
Strand, J., & Meyersson, N. (2020). Parents with psychosis and their children: experiences of Beardslee's intervention. International journal of mental health nursing, 29(5), 908–920. https://doi.org/10.1111/inm.12725
• Merupakan sebuah kondisi ketika Ibu mengalami ketakutan dan stres akibat kejadian traumatis
yang berkaitan dengan kehamilan dan/atau persalinan
• Dapat didiagnosis setiap saat dari konsepsi hingga 6 bulan pasca persalinan, berlangsung lebih dari
1 bulan
• Berkaitan dengan beberapa faktor risiko, termasuk:

21
Gejala dapat dikategorikan kedalam 4 kelompok:
• Ingatan intrusif; misalnya sering kali teringat pada peristiwa yang membuatnya trauma
sehingga menjadi mimpi buruk yang membuat ibu sulit tidur
• Penghindaran pikiran, tempat, atau orang yang terkait dengan peristiwa tersebut
• Perubahan negatif dalam fungsi berpikir dan suasana perasaan; misalnya menyalahkan diri
sendiri atau orang lain, mudah marah dan merasa tegang atau cemas
• Perubahan dalam reaktivitas dan gairah; misalnya hyperarousal dan hipersensitif terhadap
kemungkinan bahaya

Kriteria tambahan mensyaratkan adanya22 gejala selama lebih dari 1 bulan; menyebabkan
penderitaan terkait gejala yang signifikan atau gangguan fungsional; dan tidak disebabkan oleh
kelainan lain
• • •






• 23


• Status kesehatan jiwa terbagi atas:
- Sehat jiwa,
- Mengalami masalah kesehatan jiwa, dan
- Mengalami gangguan jiwa
• Masalah dan gangguan jiwa dapat terjadi pada periode kehamilan maupun
pasca persalinan
• Masalah kesehatan jiwa contohnya adalah baby blues syndrome
• Gangguan jiwa yang mungkin24 dialami pada periode kehamilan maupun
pasca persalinan misalnya gangguan depresi, ansietas, psikotik, serta PTSD
Pengenalan dan Tatalaksana
25

Gangguan Jiwa pada Periode


Kehamilan dan Pasca Persalinan
dr. Gina Anindyajati, SpKJ dan Cesa Septiana Pratiwi, M.Mid., PhD
Berdasarkan SKDI 2012
Kewenangan dokter terkait penatalaksanaan masalah kesehatan individu:
• Menginterpretasi data klinis dan merumuskannya menjadi diagnosis
• Memilih dan menerapkan strategi penatalaksanaan yang paling tepat berdasarkan prinsip kendali mutu, biaya, dan
berbasis bukti
• Mengelola masalah kesehatan secara mandiri dan bertanggung jawab dengan memperhatikan prinsip keselamatan pasien
• Mengkonsultasikan dan/atau merujuk sesuai dengan standar pelayanan medis yang berlaku
• Membuat instruksi medis tertulis secara jelas, lengkap, tepat, dan dapat dibaca
• Membuat surat keterangan medis seperti surat keterangan sakit, sehat, kematian, laporan kejadian luar biasa, laporan
medikolegal serta keterangan medis lain sesuai kewenangannya termasuk visum et repertum dan identifikasi jenazah
• Menulis resep obat secara bijak dan rasional (tepat indikasi, tepat tobat, tepat dosis, tepat frekuensi dan cara pemberian,
26
serta sesuai kondisi pasien), jelas, lengkap, dan dapat dibaca.
• Mengidentifikasi berbagai indikator keberhasilan pengobatan, memonitor perkembangan penatalaksanaan, memperbaiki,
dan mengubah terapi dengan tepat
• Menentukan prognosis masalah kesehatan
• Melakukan rehabilitasi medik dasar dan rehabilitasi sosial
• Menerapkan prinsip-prinsip epidemiologi dan pelayanan kedokteran secara komprehensif, holistik, dan
berkesinambungan dalam mengelola masalah kesehatan
Berdasarkan UU Kebidanan No. 4 tahun 2019 Pasal 49

Melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa


kehamilan, masa persalinan, pascapersalinan, masa nifas, serta
asuhan pasca keguguran dan dilanjutkan dengan rujukan.

Kompetensi umum bidan berdasarkan International Confederation Of Midwives


Bidan wajib memiliki kompetensi untuk melakukan penilaian, promosi dan
deteksi komplikasi pada ibu dan bayi baik pada masa
27
sebelum kehamilan
hingga setelah melahirkan
Berdasarkan Permenkes No 21 Tahun 2021 Bab III No. 6. Tentang Program Kesehatan Jiwa

Ibu hamil yang sehat mentalnya merasa senang dan bahagia, mampu menyesuaikan diri terhadap
kehamilannya sehingga dapat menerima berbagai perubahan fisik yang terjadi pada dirinya, dan dapat
tetap aktif melakukan aktivitas sehari-hari. Masalah atau gangguan kesehatan jiwa yang dialami oleh
ibu hamil tidak saja berpengaruh terhadap ibu hamil tersebut, tetapi mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan janinnya saat didalam kandungan, setelah melahirkan, bayinya, masa kanak dan
masa remaja.
28
Berdasarkan Permenkes No 21 Tahun 2021 Bab III No. 6 Tentang Program Kesehatan Jiwa
Beberapa masalah dan gangguan kesehatan jiwa pada ibu hamil yang dapat terjadi antara lain:
a. Stres
b. Gangguan Kecemasan Menyeluruh
c. Gangguan Panik
d. Gangguan Obsesif Kompulsif (OCD)
e. Gangguan Bipolar
f. Gangguan Somatoform
g. Gangguan Stres Pasca Trauma 29

h. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan NAPZA


i. Gangguan Depresi
j. Gangguan Skizofrenia
Berdasarkan Permenkes No 21 Tahun 2021 Bab III No. 6 Tentang Program Kesehatan Jiwa

Pemeriksaan kesehatan jiwa pada ibu hamil yang dapat dilaksanakan saat melaksanakan kunjungan ke
fasilitas pelayanan kesehatan primer sebagai berikut:
a. Melaksanakan skrining (deteksi dini) masalah kesehatan jiwa pada ibu hamil saat pemeriksaan
kehamilan melalui wawancara klinis. Jangan lupa menanyakan faktor risiko gangguan kesehatan jiwa,
riwayat masalah kesehatan jiwa yang pernah dialami dan penggunaan NAPZA. Pemeriksaan kesehatan
jiwa pada ibu hamil minimal dilakukan pada trimester pertama dan trimester ketiga. Apabila pada
30
trimester pertama ditemukan masalah/gangguan jiwa, maka akan dievaluasi setiap kunjungan.
Berdasarkan Permenkes No 21 Tahun 2021 Bab III No. 6 Tentang Program Kesehatan Jiwa

b. Jika gangguan jiwa tidak dapat ditangani di fasilitas pelayanan kesehatan primer, segera merujuk ke
RS atau ahli jiwa di wilayah kerja fasilitas pelayanan kesehatan primer.
c. Kelola stres dengan baik dengan cara: rekreasi, senam ibu hamil, jalan sehat, relaksasi, curhat
dengan orang yang tepat, makanan berserat, berpikir positif, kurangi tuntutan diri sendiri, ekspresikan
stres, duduk santai, tidak membandingkan diri dengan orang lain, menghitung anugrah, melatih
pernafasan, mendengarkan musik dan sebagainya.
31
Berdasarkan Permenkes No 21 Tahun 2021 Bab III No. 6 Tentang Program Kesehatan Jiwa

d. Mempromosikan gaya hidup Ceria yaitu cerdas intelektual, emosional dan spiritual, empati dalam
berkomunikasi yang efektif, rajin beribadah sesuai agama dan keyakinan, interaksi yang bermanfaat
bagi kehidupan, asih, asah dan asuh tumbuh kembang dalam keluarga dan masyarakat.

Dengan demikian fasilitas pelayanan kesehatan primer sedini mungkin mempersiapkan kondisi
kejiwaan ibu hamil agar tetap sehat selama masa kehamilan, melahirkan bayi dan ibu yang sehat pasca
32
melahirkan.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan

Bagian Kedua Tugas dan Wewenang


Pasal 29
(1) Dalam menyelenggarakan Praktik Keperawatan, Perawat bertugas sebagai:
a. pemberi asuhan keperawatan;
b. penyuluh dan konselor bagi klien;
c. pengelola pelayanan keperawatan;
d. peneliti keperawatan; 33

e. pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau


f. pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
(2) Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan secara bersama ataupun sendiri-sendiri.
(3) Pelaksanaan tugas Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilaksanakan secara bertanggung jawab dan
akuntabel.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan

Bagian Kedua Tugas dan Wewenang


Pasal 30
(1) Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang upaya kesehatan perorangan, Perawat
berwenang:
a. melakukan pengkajian keperawatan secara holistik;
b. menetapkan diagnosis keperawatan;
c. merencanakan tindakan keperawatan; 34

d. melaksanakan tindakan keperawatan;


e. mengevaluasi hasil tindakan keperawatan;
f. melakukan rujukan;
g. memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi;
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan

h. memberikan konsultasi keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter;


i. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling; dan
j. melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada klien sesuai dengan resep tenaga medis atau obat bebas dan
obat bebas terbatas.

35
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan

(2) Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang upaya kesehatan masyarakat, Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan kesehatan masyarakat di tingkat keluarga dan kelompok masyarakat;
b. menetapkan permasalahan Keperawatan kesehatan masyarakat;
c. membantu penemuan kasus penyakit;
d. merencanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
e. melaksanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
36

f. melakukan rujukan kasus;


Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan

g. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;


h. melakukan pemberdayaan masyarakat;
i. melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat;
j. menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat;
k. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling;
l. mengelola kasus; dan
37

m.melakukan penatalaksanaan Keperawatan komplementer dan alternatif.


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
406/Menkes/SK/VI/2009 Tentang Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas

Kesehatan jiwa komunitas adalah suatu pendekatan pelayanan kesehatan jiwa berbasis
masyarakat, dimana seluruh potensi yang ada di masyarakat dilibatkan secara aktif. Paradigma
baru dalam kesehatan jiwa komunitas adalah konsep penanganan masalah kesehatan jiwa di
bidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam penanganan gangguan jiwa, terutama
terhadap penderita gangguan jiwa berat, dilakukan secara manusiawi tanpa mengabaikan hak-
hak azasi mereka. Pendekatan yang dilakukan beralih
38 dari klinis-individual ke produktif-sosial
sesuai dengan berkembangnya konsep kesehatan jiwa komunitas.
Pengenalan dan Tatalaksana Awal

Kondisi Non Gawat Darurat


39
Kondisi Non Gawat Darurat

• Proses tatalaksana diawali dengan melakukan deteksi dini kemudian diikuti dengan proses diagnosis
• Deteksi dini dapat menjamin terlaksananya pengobatan atau penatalaksanaan penyakit sedini
mungkin sehingga mencegah terjadinya konsekuensi yang lebih buruk, seperti bertambah parahnya
penyakit, terjadinya penyulit dan kecacatan
• Idealnya setiap pasien yang datang dilakukan pendekatan dengan prinsip holistik, baik fisik maupun
jiwa
• Penapisan/deteksi dini selain oleh dokter dapat dilakukan juga oleh perawat, bahkan deteksi dapat
dilakukan oleh kader kesehatan jiwa
40
Self Reporting Questionnaire 29 (SRQ 29)

• Menggunakan metode self-


report questionnaire
• Terdapat 29 pertanyaan
terkait keluhan yang
mengganggu pasien selama
1 bulan terakhir
• Dapat digunakan untuk
mengidentifikasi gangguan No 22-24, jawaban YA =
jiwa seperti depresi, 41 gejala gangguan psikotik
ansietas, dan psikosis (perlu penanganan
serius)
Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS)




42
Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS)

• Bacalah setiap pernyataan No Pertanyaan S KK SJ TP

dengan seksama dan 1 Saya bisa tertawa dan melihat sisi lucu dari berbagai hal 0 1 2 3

jawab sesuai perasaan 2 Saya memandang masa depan dengan penuh harapan 0 1 2 3

Anda selama 7 hari 3 Saya menyalahkan diri saya sendiri ketika ada hal-hal yang salah* 3 2 1 0

terakhir, tidak hanya


perasaan Anda saat ini, 4 Saya cemas atau khawatir tanpa alasan yang jelas 0 1 2 3

dengan memberi tanda 5 Saya merasa ketakutan atau panik tanpa alasan yang jelas 3 2 1 0

silang (X) 6 Segala sesuatu terasa membebani saya 3 2 1 0

• Terdapat 10 pernyataan 7 Saya merasa sangat tidak bahagia sehingga sulit tidur
43 3 2 1 0

dengan empat pilihan 8 Saya merasa sedih 3 2 1 0

jawaban: S = Sering , KK = 9 Saya merasa sangat tidak bahagia sehingga membuat saya menangis 3 2 1 0

Kadang-kadang , SJ =
10 Saya memikirkan untuk melukai diri saya sendiri 3 2 1 0
Sangat Jarang dan TP =
Tidak Pernah
Lembar Pengenalan Gejala Depresi (LPGD)




44
45

• 46
• • •

• •




47

• •
48
• Setelah terdeteksi kemungkinan adanya masalah kesehatan jiwa, maka selanjutnya dilakukan proses
diagnosis oleh dokter (sesuai kewenangan)
• Proses diagnosis dapat dilakukan melalui wawancara psikiatrik dan pemeriksaan lain, mengacu pada
kriteria diagnostik dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ)
atau International Classification of Diseases (ICD) untuk masing-masing gangguan jiwa.

49
50
Pengenalan dan Tatalaksana Awal

Kondisi Gawat Darurat


51
• Kegawatdaruratan psikiatri merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh adanya gangguan pada pikiran,
perasaan dan perilaku seseorang yang memerlukan perhatian dan intervensi terapeutik SEGERA
• Perlu melakukan pemeriksaan fisik dan neurologis yang diikuti dengan pemeriksaan status mental.
Apabila diperlukan, terutama bagi pasien berusia >40 tahun, maka lakukan pemeriksaan penunjang
seperti EKG dan laboratorium
• Jenis kegawat daruratan psikiatri yang mungkin sering ditemukan adalah percobaan bunuh diri dan
gaduh gelisah
52
Strategi Umum
• Lakukan penilaian adanya bahaya melukai/menyakiti diri sendiri maupun orang lain.
• Dapat dilakukan di dalam maupun di luar gedung layanan kesehatan.
• Penting untuk mencegah perlukaan dengan mengecek benda-benda berbahaya yang mungkin
disembunyikan seperti senjata, gunting, pisau atau benda berbahaya lainnya.
• Perlu menyadari bahwa semua pasien memiliki potensi untuk melakukan kekerasan sehingga penting
untuk memperhatikan keselamatan staf, anggo
53
tatim dan keselamatan pasien.
• Oleh karena itu, penanganan memerlukan minimal 4 orang dalam 1 tim
Modifikasi Lingkungan
• Ciptakan lingkungan dengan kebisingan minimal atau rangsangan minimal untuk mengurangi kecemasan
pasien.
• Pencahayaan ruangan cukup untuk mengurangi ilusi dan mispersepsi lingkungan yang dapat
meningkatkan risiko perilaku kekerasan atau agresif.
• Ciptakan lingkungan yang aman dan tidak mengancam.
54
• Wawancara merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi
• Lakukan wawancara pada area yang tertutup untuk memberikan privasi pada pasien serta meyakinkan
pasien bahwa ia berada di tempat yang aman
• Dalam mengajukan pertanyaan, Anda perlu fokus pada keluhan saat ini serta menggunakan kalimat
pendek dan mudah dipahami
• Memberlakukan jarak aman antara petugas dan pasien (2-3 Langkah) untuk menjaga keamanan bersama
• Singkirkan kemungkinan masalah terkait penyakit fisik, ketergantungan zat/alkohol yang mungkin
mengancam nyawa, pertimbangkan gangguan 55
jiwa lain bila hal2 tersebut bisa disingkirkan
• Nilai derajat fungsi, berat ringannya gejala psikiatri, adanya penyakit penyerta, kualitas dan ketersediaan
sistem pendukung
Untuk menciptakan hubungan terapeutik, Anda dapat melakukan hal-hal berikut:
• Bicara dengan tenang dan mengajak pasien untuk tenang
• Vokal jelas dan nada suara tegas
• Intonasi rendah
• Gerakan tidak tergesa-gesa
• Pertahankan posisi tubuh
• Hargai dan bicara dengan sopan kepada pasien
56
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri kehidupannya
• Jenis perilaku bunuh diri termasuk:
⚬ Ancaman bunuh diri : Mengancam untuk melukai atau membunuh dirinya sendiri, atau mengatakan
bahwa mereka ingin mati, melalui lisan atau tulisan
⚬ Isyarat/gelagat : bentuk/perilaku bunuh diri yang diwujudkan dalam bentuk perubahan drastis pada
perilaku, suasana perasaan, atau penampilan. Mencoba untuk menyelesaikan semua urusan-
urusannya dengan orang lain
⚬ Percobaan bunuh diri : perilaku bunuh diri
58
dalam bentuk melakukan hal-hal yang membahayakan diri
atau mengancam jiwanya

• Namun, terdapat juga kasus dimana seseorang tidak menunjukkan sama sekali tanda kecenderungan
bunuh diri
59
60
61
62
63
64
65



67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
Materi 3

77

Teknik Dasar Konseling

Dra. Anisa Cahya Ningrum, Psikolog


78
79
Memberi Aturan &
bantuan Kode Etik

Konseling: Psikolog/
Bantuan (Relawan, Konseling
praktis profesional
Psikoterapis/
Bidan, Perawat,
Kader)
80
Psikiater
81
82
83
84
85
86
87
88
89



90



91
1. Membangun Kepercayaan dan
Membuat Orang Lain Mau Berbicara

Menjaga kerahasiaan Menghargai nilai, pengalaman,


Tidak memberi stigma pandangan, perasaan dan kemampuan
Tidak membandingkan klien dalam menentukan nasibnya sendiri
Tidak menghakimi 92
Tidak membanggakan diri
Tidak mendiagnosis secara dini**

Aturan &
Kode
Etik
93
94
95
96


97
98
99
100
101
102

103
104
105
106





107

108



109
110



111


112
Materi 4

113

Praktik Psikoedukasi

Dra. Anisa Cahya Ningrum, Psikolog


114


115
116
117
118
119


120




121
Materi 5

122

Kunjungan Rumah dan Kolaborasi


Dengan Keluarga
Dra. Anisa Cahya Ningrum, Psikolog
123



124




125






126

127
128
129
Observasi dari Wawancara


130






131
Materi 6

Kelompok Dukungan Sebaya untuk


132

Tenaga Kesehatan

dr. Gina Anindyajati, SpKJ


133
134
135
• • •

• • •

• •

• •
136


137
138
139
140
141
143
144
TERIMAKASIH

145
Link Post-test

https://bit.ly/PosttestMHIYPH1
146

Anda mungkin juga menyukai