Selamat belajar!
1.4 Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika
Kegiatan Belajar 1
A. PENGERTIAN KURIKULUM
Pandangan yang sampai saat ini masih lazim dipakai dalam dunia
pendidikan atau persekolahan di negara kita, kurikulum adalah suatu rencana
tertulis yang disusun guna memperlancar proses belajar-mengajar. Hal ini
sesuai dengan rumusan pengertian kurikulum yang tertera dalam Undang-
undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional: "Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
PEMA4303/MODUL 1 1.7
1. Peranan Konservatif
Peranan konservatif menekankan bahwa kurikulum dapat dijadikan
sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu
yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda, dalam
hal ini para siswa. Dengan demikian, peranan konservatif ini pada hakikatnya
menempatkan kurikulum yang berorientasi ke masa lampau. Peranan ini
sifatnya menjadi sangat mendasar, disesuaikan dengan kenyataan bahwa
pendidikan pada hakikatnya merupakan proses sosial. Salah satu tugas
pendidikan, yaitu mempengaruhi dan membina perilaku siswa sesuai dengan
nilai-nilai sosial yang hidup di lingkungan masyarakatnya.
2. Peranan Kreatif
Perkembangan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek lainnya senantiasa
terjadi setiap saat. Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus
mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan
1.8 Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika
C. KOMPONEN KURIKULUM
1. Tujuan
Ivor K. Davies (Hasan, 1990) mengemukakan bahwa tujuan dalam suatu
kurikulum akan menggambarkan kualitas manusia yang diharapkan terbina
dari suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, suatu tujuan memberikan
petunjuk mengenai arah perubahan perilaku yang dicita-citakan dari suatu
kurikulum yang sifatnya harus merupakan sesuatu yang final. Perhatikan juga
pendapat berikut.
a. Tujuan memberikan pegangan mengenai apa yang harus dilakukan,
bagaimana cara melakukannya, dan merupakan patokan untuk
mengetahui hingga mana tujuan itu telah dicapai (Nasution, 1987).
b. Tujuan memegang peranan sangat penting, akan mewarnai komponen-
komponen lainnya dan akan mengarahkan semua kegiatan mengajar
(Syaodih, 1988).
c. Tujuan kurikulum yang dirumuskan menggambarkan pandangan para
pengembang kurikulum mengenai pengetahuan, kemampuan, serta sikap
yang ingin dikembangkan (Hasan, 1990).
Tujuan yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas pula terhadap
pemilihan isi/bahan ajar, strategi, media pembelajaran, dan evaluasi. Bahkan,
dalam berbagai model pengembangan kurikulum, tujuan ini dianggap sebagai
dasar, arah, dan patokan dalam menentukan komponen-komponen lainnya.
Ada ahli kurikulum yang memandang tujuan sebagai proses (process),
seperti Bruner dan Fenton (Hasan, 1990). Namun, kebanyakan para ahli
memandang tujuan sebagai hasil (product). Gagne dan Briggs (1974)
menyatakan bahwa tujuan merupakan suatu kapasitas yang dapat dilakukan
dalam waktu tidak lama setelah suatu kegiatan pendidikan berlangsung,
bukan merupakan apa yang dialami siswa selama proses pendidikan. R.F.
Mager dan K.M. Beach Jr. (1967) mengemukakan bahwa tujuan itu harus
menggambarkan produk atau hasil, bukan prosesnya.
Terlepas dari masalah apakah sebagai proses ataupun hasil, tujuan
kurikulum tidak dapat melepaskan diri dari tuntutan dan kebutuhan
masyarakat, serta didasari oleh falsafah dan ideologi suatu negara. Hal ini
dapat dimengerti sebab upaya pendidikan itu sendiri merupakan subsistem
dalam sistem masyarakat dan negara sehingga kekuatan-kekuatan sosial,
1.12 Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika
Gambar 1.2.
Hierarki Tujuan Pendidikan
2. Materi/Isi
Komponen kedua setelah tujuan adalah isi atau materi kurikulum.
Pengkajian masalah isi kurikulum ini menempati posisi yang penting dan
turut menentukan kualitas suatu kurikulum lembaga pendidikan. Isi
kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat menunjang
tercapainya tujuan kurikulum. Saylor dan Alexander (Zais, 1976)
mengemukakan bahwa isi kurikulum meliputi fakta-fakta, observasi, data,
persepsi, penginderaan, pemecahan masalah, yang berasal dari pikiran
manusia dan pengalamannya yang diatur dan diorganisasikan dalam bentuk
gagasan (ideas), konsep (concept), generalisasi (generalization), prinsip-
prinsip (principles), dan pemecahan masalah (solution). Sementara itu,
Hyman (Zais, 1976) mendefinisikan isi/konten kurikulum ke dalam tiga
elemen, yaitu pengetahuan/knowledge (misalnya fakta-fakta, eksplanasi,
prinsip-prinsip, definisi), keterampilan dan proses (misalnya membaca,
PEMA4303/MODUL 1 1.15
Dalam mengkaji isi atau materi kurikulum ini, kita sering dihadapkan
pada masalah scope dan sequence. Scope atau ruang lingkup isi kurikulum
dimaksudkan untuk menyatakan keluasan dan kedalaman bahan, sedangkan
sequence menyangkut urutan (order) isi kurikulum. Menurut S. Nasution
(1987), pengurutan bahan kurikulum tersebut dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
a. Urutan secara kronologis, yaitu menurut terjadinya suatu peristiwa.
b. Urutan secara logis yang dilakukan menurut logika.
c. Urutan bahan dari sederhana menuju yang lebih kompleks.
d. Urutan bahan dari mudah menuju yang lebih sulit.
e. Urutan bahan dari spesifik menuju yang lebih umum.
f. Urutan bahan berdasarkan psikologi unsur, yaitu dari bagian-bagian
kepada keseluruhan.
g. Urutan bahan berdasarkan Psikologi Gestalt, yaitu dari keseluruhan
menuju bagian-bagian.
PEMA4303/MODUL 1 1.17
Penetapan sekuen atau urutan mana yang akan dipilih tampaknya sangat
tergantung pada sifat-sifat materi/isi kurikulum sebagaimana telah
diungkapkan pada bagian terdahulu, juga harus memiliki konsistensi dengan
tujuan yang telah dirumuskan.
3. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran sangat penting dikaji dalam studi tentang
kurikulum, baik secara makro maupun mikro. Strategi pembelajaran ini
berkaitan dengan masalah cara atau sistem penyampaian isi kurikulum
(delivery system) dalam rangka pencapaian tujuan yang telah dirumuskan.
Pengertian strategi pembelajaran dalam hal ini meliputi pendekatan,
prosedur, metode, model, dan teknik yang digunakan dalam menyajikan
bahan/isi kurikulum. Sudjana (1988) mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran pada hakikatnya adalah tindakan nyata dari guru dalam
melaksanakan pembelajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif
dan lebih efisien. Dengan kata lain, strategi berhubungan dengan siasat atau
1.18 Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika
inkuiri atau problem solving). Strategi mana yang digunakan atau dipilih
biasanya diserahkan sepenuhnya kepada guru dengan mempertimbangkan
hakikat tujuan, sifat bahan/isi, dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan
siswa.
4. Evaluasi
Komponen evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan
yang telah ditentukan, serta menilai proses implementasi kurikulum secara
keseluruhan, termasuk juga menilai kegiatan evaluasi itu sendiri. Hasil dari
kegiatan evaluasi dapat dijadikan sebagai umpan balik (feedback) untuk
mengadakan perbaikan dan penyempurnaan pengembangan komponen-
komponen kurikulum. Pada akhirnya hasil evaluasi ini dapat berperan
sebagai masukan bagi penentuan kebijakan-kebijakan dalam pengambilan
keputusan kurikulum khususnya, dan pendidikan pada umumnya, baik bagi
para pengembang kurikulum dan para pemegang kebijakan pendidikan,
maupun bagi para pelaksana kurikulum pada tingkat lembaga pendidikan
(seperti guru dan kepala sekolah).
Pada awal perkembangannya, konsep evaluasi banyak sekali dipengaruhi
secara dominan oleh konsep pengukuran (measurement). Salah satunya
adalah konsep yang dikemukakan oleh Ralph W. Tyler (1975). Ia
mengungkapkan bahwa proses evaluasi merupakan proses yang sangat
esensial guna mengetahui apakah tujuan (objectives) secara nyata telah
terealisasikan. Sementara itu, Hilda Taba (1962) juga berpendapat bahwa
secara prinsipil yang menjadi fokus dari evaluasi adalah tingkatan di mana
siswa mencapai tujuan. Pengertian-pengertian evaluasi tersebut lebih
diarahkan atau berorientasi kepada perubahan perilaku, dan lebih
mementingkan hasil atau produk belajar, kurang memperhatikan proses dan
kondisi-kondisi belajar yang mempengaruhi hasil belajar. Menurut Hasan
(1988), pengertian evaluasi seperti itu sudah dianggap tidak lagi memenuhi
makna evaluasi yang sesungguhnya. Apa yang dikemukakan Tyler mengenai
perubahan tingkah laku siswa hanyalah merupakan salah satu aspek kajian
evaluasi, baik evaluasi pendidikan maupun evaluasi kurikulum.
Perkembangan selanjutnya dari konsep evaluasi ini, menurut Hasan
(1988), berpegang pada satu konsep dasar, yaitu adanya pertimbangan
(judgement). Dengan pertimbangan inilah ditentukan nilai (worth/merit) dari
sesuatu yang sedang dievaluasi. Tanpa pemberian pertimbangan bukanlah
1.20 Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika
variabel, yaitu variabel input (karakteristik siswa), variabel output (apa yang
diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran), dan variabel
treatment (metode mengajar, materi pelajaran, ukuran kelas, karakteristik
siswa, dan karakteristik guru). Ketiga kelompok variabel tersebut saling
berinteraksi satu dengan lainnya.
Untuk memperoleh gambaran yang komprehensif mengenai kualitas
suatu kurikulum yang dievaluasi, terdapat beberapa komponen atau dimensi
yang perlu dijadikan sasaran atau lingkup evaluasi. Sudjana dan Ibrahim
(1989) dalam hal ini mengemukakan tiga komponen, yaitu komponen
program pendidikan, komponen proses pelaksanaan, dan komponen hasil-
hasil yang dicapai. Suatu program pendidikan dinilai dari tujuan yang ingin
dicapai, isi program yang disajikan, strategi pembelajaran yang diterapkan,
serta bahan-bahan ajar yang digunakan. Proses pelaksanaan yang dijadikan
sasaran penilaian/evaluasi terutama proses pembelajaran yang berlangsung di
lapangan. Sedangkan hasil-hasil yang dicapai mengacu pada pencapaian
tujuan jangka pendek maupun jangka panjang.
B. rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan
belajar-mengajar
C. semua aktivitas belajar yang dilakukan siswa sepanjang masih
dalam pengawasan dan tanggung jawab pihak sekolah
D. seperangkat bahan ajar dan pengalaman siswa yang diatur
sedemikian rupa oleh pihak sekolah dalam mencapai tujuan
pendidikan
C. orang tua
D. ketua dewan sekolah
Kegiatan Belajar 2
Pengembangan Kurikulum
B. HAKIKAT PEMBELAJARAN
C. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN
siswa yang hanya menerima informasi begitu saja tanpa memahami manfaat
informasi yang diperolehnya.
manusia yang sadar dan penuh tanggung jawab sebagai seorang warga
negara.
D. PENGEMBANGAN KURIKULUM
Dari uraian singkat di atas jelas bahwa tanggung jawab para pembina
dan pengembang kurikulum sangat luas dan kompleks, mereka harus mencari
cara dan usaha yang terus-menerus untuk meningkatkan kurikulum. Usaha
dan tugas itu akan lebih lancar, baik dan dapat dipertanggungjawabkan jika
mengikuti pedoman, landasan, dan prinsip-prinsip tertentu yang ada dalam
pengembangan kurikulum.
10) Tanggung jawab para pembina dan pengembang kurikulum sangat luas
dan kompleks dan berusaha untuk ….
A. meningkatkan kurikulum
B. membina kurikulum
C. rekayasa kurikulum
D. mengembangkan kurikulum
Tes Formatif 1
1) C. Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh siswa.
2) B. Rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan
belajar-mengajar (UU No. 2 Tahun 1989).
3) D. Implementasi kurikulum merupakan realitas kurikulum.
4) A. GBPP merupakan kurikulum ideal (ideal curriculum).
5) C. Peranan konservatif dari kurikulum mengacu pada transmisi nilai
budaya masa lalu.
6) C. Peranan evaluatif dari kurikulum mengacu pada partisipasi dalam
mengontrol sosial masyarakat.
7) B. Kepala sekolah.
8) D. Fungsi diagnostik mengacu pada kemampuan memahami kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki.
9) A. Urutan isi kurikulum.
10) C. Ketercapaian tujuan kurikulum diketahui melalui kegiatan evaluasi.
Tes Formatif 2
1) D
2) B
3) A
4) A
5) C
6) A
7) C
8) D
9) D
10) A
1.42 Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika
Daftar Pustaka
Joyce, Bruce and Marsha Weil. (1980). Models of Teaching. New York:
Prentice-Hall Inc.
Mager, R.F. and K.M. Beach Jr. (1967). Developing Vocational Instruction.
Belmont California: David. S. Lake Publisher.