Anda di halaman 1dari 14

MANAJEMEN BIAYA

REVIEW LEAN ACCOUNTING DAN SIX SIGMA

KELOMPOK 8

• DINA MIRTHA TRIANA (202030054)


• RIZKY FIRMAN ALAMSYAH SANDUAN (202030087)
• JEHAN FARADIBA KIHOA (202030088)
• ZUBAIDA MALAWAT (202030105)
• SUKAIMAN TUALEPE (202030296)
• VELLA (202030235)
• NOVIA (202030227)
• JOSHUA HENRY MANULANG (202030112)
• JEANE PRICILLIA SILAKA (202030001)
• MUTIA A HASAN (202030168)
LEAN ACCOUNTING

A. PENGERTIAN LEAN ACCOUNTING


Lean Accounting adalah sebuah pendekatan akuntansi yang terinspirasi dari konsep Lean
Manufacturing, yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan serta
meningkatkan efisiensi operasional dan keuntungan bisnis. Pendekatan ini menekankan pada
pengukuran kinerja berdasarkan nilai yang dihasilkan untuk pelanggan, bukan sekadar fokus
pada biaya produksi. Dalam Lean Accounting, pengelolaan keuangan dilakukan dengan cara yang
berbeda dari akuntansi tradisional, di mana perusahaan menghindari penggunaan metode
akuntansi konvensional yang tidak memberikan nilai tambah untuk pelanggan. Pendekatan lean
akuntansi mencakup penggunaan alat pengukuran kinerja yang lebih luas dan lebih relevan,
seperti Key Performance Indicators (KPI) dan Value Stream Mapping.

Penerapan lean manufacturing yang memicu kebutuhan akan lean accounting, karena metode
akuntansi tradisional tidak dapat mengakomodir kebutuhan informasi bagi industri yang
beroperasi berdasarkan falsafah lean. Dalam perkembangannya, lean accounting tidak hanya
diaplikasikan pada perusahaan manufaktur saja, namun telah merambah ke jenis industri lain,
seperti organisasi penyedia jasa keuangan, kesehatan, pemerintahan dan pendidikan.

B. PRINSIP-PRINSIP LEAN ACCOUNTING


Pendekatan Lean Accounting atau akuntansi lean adalah sebuah strategi akuntansi yang
berfokus pada mengurangi pemborosan dan meningkatkan efisiensi dan produktivitas bisnis.

Berikut ini merupakan berbagai prinsip lean accounting:


o Fokus pada nilai pelanggan
Prinsip pertama dari Lean Akuntansi adalah fokus pada nilai pelanggan. Ini berarti
bahwa perusahaan harus memahami dan memenuhi kebutuhan dan keinginan
pelanggan, serta membuat produk dan layanan yang memberikan nilai tambah untuk
mereka. Dalam hal ini, pengukuran kinerja harus berdasarkan pada nilai yang dihasilkan
untuk pelanggan, bukan hanya biaya produksi atau volume penjualan.
o Identifikasi dan eliminasi pemborosan
Prinsip kedua dari Lean Akuntansi adalah identifikasi dan eliminasi pemborosan.
Pemborosan adalah segala sesuatu yang tidak memberikan nilai tambah untuk
pelanggan, dan dapat termasuk waktu tunggu, persediaan berlebih, pengiriman ulang,
dan lain-lain.
Identifikasi pemborosan dapat dilakukan dengan menggunakan alat seperti Value Stream
Mapping, yang dapat membantu perusahaan memetakan aliran produksi dan
mengidentifikasi area yang membuang waktu dan sumber daya. Setelah pemborosan
teridentifikasi, perusahaan harus mencoba untuk menghilangkannya atau
menguranginya sebanyak mungkin.
o Pengukuran kinerja berdasarkan nilai tambah
Prinsip ketiga dari Lean Akuntansi adalah pengukuran kinerja berdasarkan nilai tambah.
Ini berarti bahwa perusahaan harus menggunakan metrik yang relevan dengan nilai yang
dihasilkan untuk pelanggan, seperti cycle time, lead time, dan first pass yield. Hal ini
membantu perusahaan memahami apakah mereka mencapai tujuan mereka dalam
menghasilkan nilai tambah untuk pelanggan, dan juga memberikan gambaran tentang
efisiensi dan produktivitas operasional mereka.
o Kolaborasi antar departemen
Prinsip keempat dari Lean Akuntansi adalah kolaborasi antar departemen. Dalam
banyak perusahaan, departemen dan fungsi bisnis beroperasi secara terpisah dan saling
bersaing, dan ini dapat menghambat efisiensi dan produktivitas.
Dengan kolaborasi antar departemen, perusahaan dapat mempromosikan budaya
penghematan biaya dan efisiensi operasional, serta meningkatkan komunikasi dan
koordinasi antara departemen. Hal ini juga memungkinkan perusahaan untuk
menyelesaikan masalah dan membuat keputusan yang lebih baik berdasarkan data dan
informasi yang saling terintegrasi.
o Penggunaan informasi yang relevan dan real-time
Prinsip kelima dari Lean Akuntansi adalah penggunaan informasi yang relevan dan real-
time. Ini berarti bahwa perusahaan harus mengumpulkan dan mengintegrasikan data
dari berbagai sumber, seperti produksi, penjualan, dan pemasaran untuk membuat
keputusan yang lebih baik. Dalam hal ini, teknologi informasi dan software akuntansi
dapat membantu perusahaan mengumpulkan, menganalisis data secara otomatis, dan
memberikan informasi yang real-time dan terkini.
C. MANFAAT LEAN ACCOUNTING
Salah satu manfaat utama dari Lean Accounting adalah meningkatkan efisiensi
operasional perusahaan manufaktur. Dalam pendekatan tradisional, akuntansi berfokus pada
biaya produk, sementara pendekatan Lean Akuntansi lebih menekankan pada aktivitas yang
memakan biaya. Dengan mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang memakan biaya, perusahaan
dapat mengurangi pemborosan dan meningkatkan efisiensi operasi secara keseluruhan.
Misalnya, perusahaan dapat mengeliminasi aktivitas yang tidak penting atau memindahkan
aktivitas-aktivitas tersebut ke tahap yang lebih awal dalam siklus produksi, sehingga
menghemat waktu dan biaya produksi.

Selain meningkatkan efisiensi operasional, Lean Akuntansi juga dapat meningkatkan


kepuasan pelanggan. Dalam Lean Accounting, pelanggan dianggap sebagai pihak yang
membutuhkan nilai tambah dan memiliki kekuatan untuk mengarahkan aktivitas perusahaan.
Dengan fokus pada nilai tambah dan kepuasan pelanggan, perusahaan dapat menghasilkan
produk yang lebih baik dan memenuhi kebutuhan pelanggan dengan lebih baik pula.

Manfaat lain dari Lean Accounting adalah meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
Perusahaan harus lebih fokus untuk mengurangi biaya dan meningkatkan nilai tambah, sehingga
margin keuntungan dapat ditingkatkan secara signifikan. Selain itu, Lean Akuntansi dapat
membantu perusahaan untuk memperkirakan biaya produksi dengan lebih akurat dan
mengidentifikasi sumber-sumber penghematan biaya yang belum dimanfaatkan sebelumnya.

D. IMPLEMENTASI LEAN ACCOUNTING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR


Berikut adalah beberapa cara untuk mengimplementasikan Lean Accounting pada perusahaan
manufaktur:

1. Menerapkan Activity-Based Costing (ABC)

ABC adalah metode akuntansi yang membantu mengidentifikasi biaya yang


terkait dengan aktivitas tertentu. Dengan mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang
memakan biaya, perusahaan dapat memperkirakan biaya produksi dengan lebih akurat
dan mengurangi pemborosan.

2. Menggunakan Key Performance Indicators (KPI)

KPI adalah ukuran kinerja yang dapat membantu perusahaan untuk mengukur
dan memantau produktivitas dan kinerja operasional mereka. KPI dapat digunakan
untuk mengidentifikasi area-area yang perlu ditingkatkan dan mengukur dampak dari
perubahan yang dilakukan.

3. Mengadopsi Metode Kaizen

Kaizen adalah filosofi kontinu perbaikan yang memungkinkan perusahaan untuk


terus-menerus meningkatkan proses produksi mereka. Dengan mengadopsi metode
Kaizen, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasi dan mengurangi pemborosan.

4. Mengurangi Waktu Penyelesaian Siklus Akuntansi

Dalam Lean Accounting, penting untuk mengurangi waktu penyelesaian siklus


akuntansi. Dengan cara ini, perusahaan dapat mempercepat pengambilan keputusan dan
meningkatkan keterlibatan pelanggan dalam proses perencanaan dan pengambilan
keputusan.
5. Mengintegrasikan Sistem Informasi
Penting untuk memastikan bahwa sistem informasi perusahaan terintegrasi
dengan baik. Dengan cara ini, perusahaan dapat menghemat waktu dan mengurangi
biaya yang terkait dengan pengumpulan data.

E. PENGGUNAAN VALUE STREAM COSTING DALAM LEAN ACCOUNTING

Value stream costing adalah metode akuntansi manajemen yang mengukur biaya dan nilai
tambah dari aktivitas bisnis dalam sebuah value stream atau alur nilai. Value stream dalam konteks
ini mengacu pada rangkaian aktivitas atau proses yang menghasilkan produk atau layanan
untuk pelanggan.
Value stream costing membantu organisasi untuk memahami biaya yang terkait dengan
setiap langkah dalam value stream dan mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang tidak
memberikan nilai tambah. Dengan memahami biaya dan menghilangkan kegiatan yang tidak
memberikan nilai tambah, organisasi dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasi
mereka serta memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi pelanggan.
Value stream costing juga membantu organisasi untuk mengukur kinerja mereka dan memantau
perubahan yang terjadi dalam value stream. Hal ini memungkinkan organisasi untuk mengambil
tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja dan mengoptimalkan alur nilai mereka.
Metode ini sering digunakan dalam konsep lean manufacturing dan lean accounting, karena fokusnya
pada penghapusan pemborosan dan memberikan nilai tambah bagi pelanggan. Dalam konteks
lean, value stream costing membantu organisasi untuk mencapai penghematan biaya yang
signifikan dan peningkatan efisiensi operasional melalui perbaikan alur nilai mereka.

Setidaknya terdapat tiga jenis value stream, yakni value stream fulfillment, value stream produk
baru, dan value stream marketing.

 Value stream order fulfillment akan lebih fokus pada penyediaan produk yang ada saat ini di
tangan pelanggan. Beberapa kegiatannya mencakup menerima pesanan, perpindahan,
mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai, sampai produk tiba di tangan
pelanggan.

 Value stream produk baru, di dalamnya lebih fokus pada mengembangkan produk baru
untuk pelanggan baru.

 Value stream marketing lebih fokus pada menyediakan produk yang ada saat ini untuk
pelanggan baru.

Lean accounting akan melaporkan biaya dan juga laba dengan menggunakan value stream
costing system, yang mana didalamnya berisi ringkasan sederhana terkait biaya langsung yang
berasal dari value stream tersebut. Biaya value stream juga bisa dikumpulkan setiap minggu dengan
sangat sedikit atau tanpa adanya alokasi overhead, karena semua biaya yang dilaporkan akan
dianggap sebagai biaya langsung, sehingga perhitungan harga pokok produk pun akan menjadi
lebih akurat.

Hasilnya adalah, informasi keuangan akan lebih mudah untuk dipahami oleh semua
orang yang bekerja di dalam value stream, sehingga keputusan yang didasarkan pada informasi
tersebut nantinya akan menjadi lebih baik, dan terdapat juga akuntabilitas yang lebih jelas atas
biaya dan juga profitabilitas values stream tersebut.

Namun, value stream costing system tetap memiliki kelemahan penugasan karyawan secara
eksklusif dalam satu value stream kemungkinan besar akan sulit untuk dilakukan. Beberapa
karyawan bisa saja bekerja dalam lebih dari satu value stream. Sehingga, pembebanan biaya harus
terbagi lagi sesuai dengan proporsi waktu yang dihabiskan dalam value stream tertentu.

Lebih dari itu, akan tetap ada juga mereka yang berada di luar value stream, sehingga biayanya
harus bisa dialokasikan pada semua value stream. Sehingga, biayanya harus dialokasikan pada
semua values stream yang menikmati jasanya. Kelemahan yang terakhir adalah values stream tidak
praktikal bila diterapkan dalam seluruh jenis produk. Umumnya, penerapan values stream adalah
pada kelompok tertentu saja
F. PERBEDAAN LEAN ACCOUNTING VS AKUNTANSI TRADISIONAL
Lean Akuntansi dan Akuntansi Tradisional memiliki pendekatan yang berbeda dalam
pengukuran, analisis, dan pelaporan informasi keuangan perusahaan.

Berikut adalah beberapa perbedaan antara Lean Accounting dan Akuntansi Tradisional:

a. Fokus pada biaya produk Vs. Fokus pada aktivitas

Dalam Akuntansi Tradisional, fokus utama adalah biaya produk, yaitu biaya yang terkait
langsung dengan produksi barang atau jasa. Sementara dalam Lean Akuntansi, fokusnya
adalah pada aktivitas yang memakan biaya, yang dapat mencakup aktivitas pemasaran,
desain produk, pengadaan bahan baku, produksi, distribusi, dan pengiriman.

b. Pengukuran biaya Vs. Pengukuran nilai

Dalam Akuntansi Tradisional, biaya diukur berdasarkan persediaan dan pembelian


bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Sebaliknya, Lean Akuntansi
lebih berfokus pada nilai tambah, yang meliputi aktivitas yang menghasilkan produk
atau jasa yang diinginkan oleh pelanggan.

c. Pelaporan keuangan periodik Vs. Pelaporan keuangan real-time

Akuntansi Tradisional menghasilkan laporan keuangan periodik seperti laporan laba


rugi, neraca, dan arus kas. Adapun Lean Accounting lebih menekankan pada pelaporan
keuangan real-time, yang memungkinkan perusahaan untuk mengetahui kinerja
keuangan mereka secara cepat dan akurat.

d. Perhitungan biaya Vs. Identifikasi pemborosan

Dalam Akuntansi Tradisional, perhitungan biaya dilakukan untuk mengetahui biaya


produksi dan harga jual yang sesuai. Pada Lean Accounting, identifikasi pemborosan
menjadi fokus utama, yang memungkinkan perusahaan untuk mengurangi biaya
produksi dan meningkatkan efisiensi operasional.

e. Pengukuran efisiensi operasional Vs. Pengukuran kepuasan pelanggan

Akuntansi Tradisional cenderung lebih menekankan pada pengukuran efisiensi


operasional perusahaan. Sedangkan pada Lean Accounting lebih fokus pada pengukuran
kepuasan pelanggan dan nilai tambah yang diberikan kepada mereka.
SIX SIGMA

A. PENGERTIAN SIX SIGMA


Secara garis besar, six sigma adalah sebuah metodologi manajemen yang berfokus untuk
meningkatkan kualitas bisnis dan sudah digunakan di berbagai belahan dunia. Jika diartikan
secara kata-kata, six sigma adalah satuan standar deviasi yang dikenal dengan simbol 6σ. Fokus
six sigma adalah perbaikan yang dilakukan secara konsisten untuk proses bisnis dan
menggunakan pengukuran kualitatif untuk menentukan atau menjadi tanda keberhasilan
manajemen. Umumnya, metode six sigma digunakan oleh para pebisnis untuk analisis keuangan
dan manajemen proyek agar bisa menjadi lebih optimal dan lebih baik lagi. Di dalam metode six
sigma, ada jabatan yang harus Anda perhatikan. Sebab, jabatan tersebut turut mempengaruhi
sumber daya yang dibutuhkan.

Menurut ASQ, Six Sigma merupakan metode yang menyediakan alat organisasi/institusi
untuk meningkatkan kemampuan proses bisnis mereka. Six Sigma dapat menunjang
peningkatan kinerja dan penurunan variasi proses yang mengarah pada pengurangan cacat serta
peningkatan laba perusahaan. Tak hanya itu, Six Sigma juga dianggap mampu meningkatkan
moral karyawan dan kualitas produk atau layanan perusahaan.

Dilansir dari isixsigma.com, Six Sigma memiliki sejarah panjang sebagai metodologi
dalam pengelolaan manajemen produksi. Jika ditarik ke belakang, metode Six Sigma ini berakar
pada standar pengukuran kurva normal milik Carl Friedrich Gauss. Selanjutnya, pada tahun
1920-an, Walter Shewhart menunjukkan bahwa tiga sigma dari rerata suatu proses koreksi.
Standar pengukuran ini kemudian didukung dengan banyaknya varian baru hingga Mikel Harry
dan Bill Smith dari Motorola menciptakan istilah Six Sigma pada tahun 1986 sebagai konsep
pembaruan manajemen dengan kerangka pengukuran kualitas demi kemajuan bisnis.

Six sigma mempunyai dua arti penting, yaitu:


 Six sigma sebagai filososfi manajemen
Six sigma merupakan kegiatan yang dilakukan oleh semua anggota perusahaan yang
menjadi budaya dan sesuai dengan visi misi perusahaan. Tujuannya meningkatkan
efisiensi proses bisnis dan memuaskan keinginan pelanggan,sehingga meningkatkan
nilaiperusahaan.
 Six sigma sebagai sistem pengukuran
Six sigma sesuai dengan arti sigma, yaitu distribusi atau penyebaran (variasi) dari rata-
rata (mean) suatu proses atau prosedur. Six sigma diterpakan untuk memperkecil variasi
(sigma). Six sigma sebagai sistem pengukuran menggunakan Defect per Milion
Opportunities (DPMO) sebagai satuan pengukuran karena DPMO merupakan ukuran
yangbaik bagi kualitas produk ataupun proses.
Cara menentukan DPMO adalah sebagai berikut:
 Hitung Defect per Unit (DPU)

DPU = (1)
 Hitung DPMO terlebih dahulu menentukan probabilitas jumlah kerusakan.

DPMO = (2)

B. METODE SIX SIGMA

Dua metode utama yang digunakan untuk Six Sigma adalah DMAIC (Define, Measure,
Analyze, Improve, Control) dan DMADV (Define, Measure, Analyze, Design, Validate).

1. DMAIC

DMAIC merupakan metode yang bersifat data-driven. Tujuannya adalah untuk


mengembangkan produk atau jasa yang sudah ada untuk meningkatkan kepuasan
konsumen. Biasanya, DMAIC digunakan untuk manufaktur produk atau pengiriman
sebuah jasa. DMAIC terdiri atas 5 proses yaitu:

• Define: penentuan masalah, tujuan, dan proses.

• Measure: pengukuran masalah, performa yardstick, dan evaluasi sistem


pengukuran.

• Analyze: analisis efektivitas dan efisiensi proses untuk mencapai tujuan.

• Improve: identifikasi cara perbaikan atau pengembangan suatu proses.

• Control: proses penilaian performa implementasi strategi tahap-tahap


sebelumnya.

2. DMADV

DMADV merupakan metode yang bisa kamu gunakan untuk membuat desain atau
mendesain ulang proses manufaktur produk baru. Ini adalah metode yang cocok dipilih
jika proses atau produksi yang saat ini dilakukan perusahaan tidak memuaskan
pelanggan meskipun sudah dilakukan optimisasi.

C. PRINSIP SIX SIGMA

1) Fokus pada konsumen

Pasti kamu pernah mendengar istilah “konsumen adalah raja”. Hal ini pun
berlaku dalam metodologi ini, dan sifatnya sangat penting. Six Sigma harus
berhasil memaksimalkan manfaat bagi konsumen. Oleh karena itu, bisnis yang
berusaha menggunakan metode Six Sigma harus memahami konsumennya
dengan baik dan mengetahui apa yang memuaskan mereka.

2) Mengukur value stream dan mengidentifikasi masalah


Melakukan pemetaan proses adalah hal yang wajib dilakukan untuk mengetahui
potensi masalah yang mungkin terjadi. Data harus dikumpulkan untuk
mengidetifikasi masalah yang perlu diselesaikan. Untuk implementasi Six Sigma
yang efektif, penting untuk menentukan tujuan yang jelas agar pengumpulan data
dapat dilakukan dengan tepat.

3) Eliminasi proses yang tidak perlu


Setelah masalah ditemukan, lakukan perubahan proses untuk mengurangi
aktivitas atau proses yang tidak memberikan manfaat bagi produk akhir. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi proses dengan
membuatnya lebih lancar.

4) Partisipasi semua pihak


Agar strategi yang disusun berhasil, libatkanlah para stakeholder agar
permasalahan dan penyelesaiannya dapat diidentifikasi secara maksimal. Six
Sigma dapat berdampak besar bagi perusahaan. Oleh karena itu, semua orang
yang terlibat harus benar-benar memahami konsep dan aplikasinya dalam bisnis
untuk mengurangi risiko kegagalan dan melancarkan proses.

5) Ekosistem yang fleksibel dan responsive


Dalam konsep Six Sigma, segala bentuk inefisiensi atau pemborosan harus
disingkirkan. Oleh karena itu, perusahaan harus membangun budaya perusahaan
yang fleksibel dan responsif khususnya dalam melakukan perubahan dalam
prosedur agar lebih efektif.

D. PIHAK PELAKSANA SIX SIGMA


Brue (2002) mencatat pihak-pihak yang harus bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
six sigma di dalam perusahaan. Pihak-pihak tersebut meliputi:

a. Executive Leaders
Pimpinan puncak perusahaan yang komit untuk mewujudkan six sigma, memulai
dan memasyarakatkannya di seluruh bagian, divisi, departemen dan cabang-
cabang perusahaan.

b. Champions
Yaitu orang-orang yang sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan proyek
six sigma. Mereka merupakan pendukung utama yang berjuang demi
terbentuknya black belts dan berupaya meniadakan berbagai
rintangan/hambatan baik yang bersifat fungsional, finansial, ataupun pribadi agar
black belts berfungsi sebagaimana mestinya. Bisa dikatakan Champions menyatu
dengan proses pelaksanaan proyek, para anggotanya berasal dari kalangan
direktur dan manajer, bertanggung jawab terhadap aktivitas proyek sehari-hari,
wajib melaporkan perkembangan hasil kepada executive leaders sembari
mendukung tim pelaksana. Sedangkan tugas-tugas lainnya meliputi memilih
calon-calon anggota black belt, mengidentifikasi wilayah kerja proyek,
menegaskan sasaran yang dikehendaki, menjamin terlaksananya proyek sesuai
dengan jadwal, dan memastikan bahwa tim pelaksana telah memahami
maksud/tujuan proyek.

c. Master Black Belt


Orang-orang yang bertindak sebagai pelatih, penasehat (mentor) dan pemandu.
Master black belt adalah orang-orang yang sangat menguasai alat-alat dan taktik
six sigma, dan merupakan sumber daya yang secara teknis sangat berharga.
Mereka memusatkan seluruh perhatian dan kemampuannya pada
penyempurnaan proses. Aspek-aspek kunci dari peranan master black belt
terletak pada kepiawaiannya untuk memfasilitasi penyelesaian masalah tanpa
mengambil alih proyek/tugas/pekerjaan.

d. Black Belts
Dipandang sebagai tulang punggung budaya dan pusat keberhasilan six sigma,
mengingat mereka adalah orang-orang yang: memimpin proyek perbaikan kinerja
perusahaan; dilatih untuk menemukan masalah, penyebab beserta
penyelesaiannya; bertugas mengubah teori ke dalam tindakan; wajib memilah-
milah data, opini dengan fakta, dan secara kuantitatif menunjukkan faktor-faktor
potensial yang menimbulkan masalah produktivitas serta profitabilitas;
bertanggung jawab mewujudnyatakan six sigma. Para calon anggota black belts
wajib memenuhi syarat-syarat seperti: memiliki disiplin pribadi; cakap
memimpin; menguasai ketrampilan teknis tertentu; mengenal prinsip-prinsip
statistika; mampu berkomunikasi dengan jelas; mempunyai motivasi kerja yang
memadai.

e. Green Belts
Adalah orang-orang yang membantu black belts di wilayah fungsionalnya. Pada
umumnya green belts bertugas: secara paruh waktu di bidang yang terbatas;
mengaplikasikan alat-alat six sigma untuk menguji dan menyelesaikan problema-
problema kronis; mengumpulkan/ menganalisis data, dan melaksanakan
percobaan-percobaan; menanamkan budaya six sigma dari atas ke bawah.

f. Anggota tim/white dan yellow belt


Jabatan terakhir yang terdapat di dalam hierarki Six Sigma adalah para anggota
tim. Mereka bertanggung jawab untuk menyelesaikan fokus pekerjaan yang
tergolong kecil dan menerima pelatihan dari para mentor. Posisi ini juga
terkadang disebut sebagai pemegang white dan yellow belt.

E. TEKNIK SIX SIGMA


Secara umum, ada delapan teknik six sigma yang perlu dilakukan agar bisa
menerapkannya dengan baik. Kedelapan teknik ini digunakan untuk memperbarui sistem
produksi perusahaan.

Berikut delapan teknik six sigma yang bisa Anda lakukan:

 Brainstorming
Teknik six sigma yang paling umum dilaksanakan adalah brainstorming. Teknik ini
merupakan proses yang dilakukan bersama dengan melibatkan semua pihak untuk
menciptakan atau memunculkan ide baru untuk bisnis.

 Root Cause Analysis (RCA)


Teknik six sigma berikutnya adalah root cause analysis atau analisis akar masalah.
Teknik ini digunakan untuk menemukan penyebab masalah yang nantinya akan
dicarikan solusi tepatnya.

 Suara Pelanggan
Mendengarkan suara pelanggan adalah salah satu teknik six sigma yang bisa Anda
terapkan. Dengan adanya suara pelanggan dapat membantu tim untuk mengidentifikasi
masalah yang ada. Suara pelanggan sangat penting untuk meningkatkan atau
menghilangkan sebuah produk dan/atau jasa.

 5R Systems
Poin keempat teknik six sigma adalah 5R systems. 5R yang dimaksud adalah ringkas,
rapi, resik, rawat, dan rajin. Kelima hal ini digunakan untuk menghilangkan hal-hal yang
tidak perlu dan meminimalisir hambatan yang bisa muncul selama proses produksi
berlangsung.

 Ringkas, yaitu menuntut organisasi dapat mengatur dan mengelola segala


sesuatu di tempat kerja dengan aturan dan prinsip tertentu. Penghapusan
stratifikasi atau birokrasi yang rumit dalam internal perusahaan adalah salah satu
contoh penerapan teknik ini.
 Rapi, berarti organisasi mampu melakukan pengelolaan inventaris barang dengan
baik dan tepat serta penggunaannya dapat efisien dan efektif. Contohnya adalah
dengan adanya indeks barang untuk memudahkan pencarian barang di kantor.
 Resik, merupakan ide untuk membuat suatu tempat kerja atau tempat di mana
organisasi bekerja bersih dari barang-barang dan kotoran yang tidak perlu. Hal
ini dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan iklim kerja yang kondusif.
 Rawat, dapat didefinisikan sebagai cara untuk memelihara inventaris dan aspek
fisik dari suatu tempat kerja. Hal ini dapat menunjang proses kolaborasi di
tempat kerja secara maksimal.
 Rajin, teknik ini secara ide dan penerapan berlaku untuk sumber daya manusia
dalam suatu organisasi agar dapat melakukan sesuatu dengan cara yang benar
dan tepat guna.
 Kaizen
Teknik six sigma berikutnya yang cukup populer adalah kaizen. Teknik kaizen
digunakan oleh perusahaan untuk melakukan dan meningkatkan perbaikan secara terus
menerus. Hal ini dilakukan dengan meminimalisir biaya yang tidak perlu, meningkatkan
kepuasan pelanggan, hingga mengoptimalkan operasional perusahaan.

 Benchmarking
Poin keenam teknik six sigma adalah benchmarking. Teknik ini digunakan untuk
memberi pemahaman terkait peluang bisnis tertentu dalam persaingan yang ketat
dengan kompetitor lainnya.

 Poka-yoke
Teknik six sigma ketujuh adalah poka-yoke, yaitu teknik yang digunakan untuk
menghindari potensi kesalahan dan penyusunan strategi. Teknik ini dilakukan dengan
memastikan semua kondisi terlihat aman sebelum lanjut ke proses berikutnya.

 Value Stream Mapping (VSM)


Terakhir, teknik six sigma yang bisa diterapkan adalah value stream mapping atau
teknik pemetaan aliran nilai. Teknik VSM memungkinkan kita untuk membuat
gambaran terkait langkah-langkah pada kegiatan operasional produksi. VSM umumnya
digunakan pada proses QC atau quality check sebelum produk siap dipasarkan.
F. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN SIX SIGMA
a) Kelebihan Six Sigma
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki Six Sigma dibanding metode lain adalah:

 Six Sigma jauh lebih rinci daripada metode analisis berdasarkan statistik. Six
Sigma dapat diterapkan di bidang usaha apa saja mulai dari perencanaan strategi
sampai operasional hingga pelayanan pelanggan dan maksimalisasi motivasi atas
usaha.
 Six Sigma sangat berpotensi diterapkan pada bidang jasa atau non manufaktur
disamping lingkungan teknikal, misalnya seperti bidang manajemen, keuangan,
pelayanan pelanggan, pemasaran, logistik, teknologi informasi dan sebagainya.
 Dengan Six Sigma dapat dipahami sistem dan variabel mana yang dapat
dimonitor dan direspon balik dengan cepat.
 Six Sigma sifatnya tidak statis. Bila kebutuhan pelanggan berubah, kinerja sigma
akan berubah.
Selain itu terdapat juga keuntungan dari penerapan Six Sigma. Biasanya Six Sigma
membawa perbaikan pada hal-hal berikut ini (Pande, Peter. 2000):

1) Pengurangan biaya
2) Perbaikan produktivitas
3) Pertumbuhan pangsa pasar
4) Retensi pelanggan
5) Pengurangan waktu siklus
6) Pengurangan cacat
7) Pengembangan produk / jasa

b) Kelemahan Six Sigma


Kelemahan dari six sigma, biasanya terjadi karena kekurangan elemen-elemen six sigma
yang menjadi dasar di dalam metode six sigma. Salah satu alasan kesalahan dalam
penggunaan metode Six sigma adalah karena adanya bagian bagian detail dari model six
sigma saat penerapannya tidak tidak tersedia. Selain itu membutuhkan biaya yang besar
untuk pelatihan karyawan

Anda mungkin juga menyukai