Anda di halaman 1dari 5

Surat Al Ashr (‫ )العصر‬adalah surat ke-103 dalam Al Quran.

Berikut ini
terjemahan, asbabun nuzul, dan tafsir Surat Al Ashr.

Surat ini terdiri dari tiga ayat dan merupakan Surat Makkiyah. Ia merupakan
surat ke-13 yang diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Yakni setelah surat Al Insyirah, sebelum surat Al Adiyat.

Nama surat ini Al Ashr  yang berarti masa. Terambil dari ayat pertama dalam
surat ini. Yakni Allah bersumpah demi masa.

Surat Al Ashr dan Artinya


Berikut ini Surat Al Ashr dalam tulisan Arab, tulisan Latin, dan artinya dalam
bahasa Indonesia:

ِّ ‫ص ْوا بِ ْال َح‬


‫ق‬ َ ‫ ِإاَّل الَّ ِذ‬. ‫ْر‬
ِ ‫ين َآ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬
َ ‫ت َوتَ َوا‬ َ ‫ ِإ َّن اِإْل ْن َس‬. ‫َو ْال َعصْ ِر‬
ٍ ‫ان لَفِي ُخس‬
‫صب ِْر‬ َّ ‫ص ْوا بِال‬ َ ‫َوتَ َوا‬
(Wal ‘ashr. Innal insaana lafii khusr. Illal ladziina aamanuu wa’amilush
shoolihaati watawaashou bilhaqqi watawaashou bish shobr)

Artinya:
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran.

Baca juga: Ayat Kursi

Asbabun Nuzul dan Keutamaan


Syaikh Muhammad Abduh menjelaskan, orang Arab jahiliyah biasa bersantai
di waktu Ashar. Mereka bercengkerama dan bercanda, hingga saling
menyinggung dan akhirnya terjadi perselisihan dan permusuhan. Mereka pun
mengutuk waktu ashar. Maka Allah menurunkan surat ini untuk memberikan
peringatan, bukan waktu ashar yang salah tetapi merekalah yang salah.
Manusia akan berada dalam kerugian selama tidak memenuhi empat kriteria
dalam surat ini.

Surat Al Ashr memiliki beberapa keutamaan. Di antaranya adalah, ia biasa


dibaca oleh sahabat di akhir majelis. Menjadi salah satu doa penutup majelis.
Ia juga merangkum kunci keselamatan sehingga bisa mewakili isi Al Quran.
Imam Thabrani meriwayatkan dari Ubaidillah bin Hafsh, dia berkata, “Ada
dua sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam jika bertemu mereka tidak
akan berpisah melainkan salah satu dari mereka berdua membaca Surat Al
Ashr terlebih dahulu, lantas mengucapkan salam.”

Imam Baihaqi juga meriwayatkan yang serupa dari Abu Hudzaifah.

Syaikh Amru Khalid dalam Khawatir Qur’aniyah mengutip perkataan Imam


Syafi’i: “Seandainya Al Quran tidak turun kecuali surat Al Ashr ini, maka
sudah mencukupi manusia.”

Syaikh Adil Muhammad Khalil dalam Awwal Marrah at-Tadabbar al-


Qur’an menyebutkan bahwa Imam Syafi’i mengatakan, “Sekiranya Allah
Subhanahu wa Ta’ala tidak menurunkan hujjah kepada hamba-Nya selain
surat ini, niscaya surat ini telah mencukupi.”

Sedangkan Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menyebutkan


bahwa Imam Syafi’i mengatakan, “Seandainya manusia memikirkan surat
ini, pastilah surat ini cukup bagi mereka.”

Baca juga: Surat Al Kafirun

Tafsir Surat Al Ashr


Tafsir surat Al Ashr ini kami sarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil
Quran, Tafsir Al Azhar, Tafsir Al Munir dan Tafsir Al Misbah. Ia bukan tafsir
baru melainkan ringkasan kompilasi dari tafsir-tafsir tersebut. Juga ditambah
dengan referensi lain seperti Awwal Marrah at-Tadabbar al-
Qur’an dan Khawatir Qur’aniyah.

Secara umum, surat ini menunjukkan urgensi waktu. Surat ini berisi
penegasan bahwa semua orang akan merugi kecuali orang-orang yang
beriman dan beramal shalih serta saling menasehati agar menetapi
kebenaran dan kesabaran.

Baca juga: Surat Al Kautsar

Surat Al Ashr ayat 1

‫َو ْال َعصْ ِر‬

Demi masa.
Para ulama sepakat ‘ashr  (‫ )عصر‬artinya adalah masa atau waktu. Namun
penafsiran waktu yang dimaksud dalam ayat ini ada beberapa
pendapat. Pertama, masa atau waktu secara umum. Kedua, waktu
ashar. Ketiga, masa hidupnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Pendapat yang paling kuat adalah waktu secara umum. Allah bersumpah
dengan waktu, menunjukkan betapa pentingnya waktu bagi manusia. Ali bin
Abi Thalib mengatakan, “Rezeki yang tidak diperoleh hari ini masih dapat
diharapkan lebih dari itu esok hari. Tetapi waktu yang berlalu hari ini tidak
mungkin diharapkan kembali esok.”

Allah bersumpah dengan waktu juga menunjukkan kemuliaan waktu. Jika


orang-orang Arab jahiliyah meyakini ada waktu sial dan sebagainya,
Rasulullah mengingatkan untuk tidak mencela waktu.

‫الَ تَ ُسبُّوا ال َّد ْه َر فَِإ َّن هَّللا َ هُ َو ال َّد ْه ُر‬

Jangan mencela waktu, karena sesungguhnya Allah adalah pemilik


waktu.  (HR. Muslim)

Sedangkan al ashr yang ditafsirkan waktu ashar, ia juga memiliki korelasi


kuat dengan isi surat ini. Di antara kebiasaan orang-orang musyrikin
Makkah, mereka menggunakan waktu ashar untuk bersantai sambil
menghitung untung rugi perdagangannya. Dalam surat ini, Allah bersumpah
dengan al ashr bukan untuk menghitung untung rugi dunia yang sementara
tetapi untung rugi di akhirat yang abadi.

Baca juga: Surat Al Maun

Surat Al Ashr ayat 2

َ ‫ِإ َّن اِإْل ْن َس‬


ٍ ‫ان لَفِي ُخس‬
‫ْر‬

Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

Kata al insan  (‫ )اإلنسان‬berbentuk makrifat menunjuk pada keseluruhan


manusia. Baik mukmin maupun kafir. Meskipun demikian, ia hanya
mencakup mukallaf (mendapat beban perintah agama). Sedangkan yang
tidak mukallaf, misalnya anak kecil yang belum baligh, tidak masuk dalam
ayat ini.

Kata lafii (‫ )لفي‬merupakan gabungan dari huruf lam (‫ )ل‬yang menyiratkan


makna sumpah dan huruf fii (‫ )في‬yang mengandung
makna tempat atau wadah. Dengan demikian, semua manusia berada dalam
wadah khusr.
Kata khusr (‫ )خسر‬memiliki banyak arti. Di antaranya adalah rugi, sesat dan
celaka yang semuanya mengarah pada hal negatif yang tidak disukai
manusia. Khusr pada ayat ini menggunakan bentuk nakirah sehingga
maknanya adalah kerugian yang besar dan beraneka ragam.

Karenanya ketika menafsirkan ayat ini, Syaikh Wahbah Az Zuhaili


menuliskan, “Sesungguhnya seluruh manusia itu pastilah berada dalam
kerugian, kekurangan dan kehancuran, kecuali orang-orang yang
mengumpulkan antara iman kepada Allah dan beramal shalih.”

Baca juga: Surat Quraisy

Surat Al Ashr ayat 3

ِّ ‫ بِ ْال َح‬2‫ص ْوا‬


َ ‫ق َوتَ َوا‬
َّ ‫ص ْوا بِال‬
‫صب ِْر‬ َ ‫ت َوتَ َوا‬ َ ‫ِإاَّل الَّ ِذ‬
ِ ‫ين َآ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran.

Ayat ini mengecualikan insan pada ayat sebelumnya. Bahwa insan yang tidak


berada dalam kerugian adalah mereka yang memiliki empat kriteria; iman,
amal shalih, saling menasehati tentang kebenaran dan saling menasehati
tentang kesabaran.

Sebagian ulama menjelaskan bahwa agama ini terdiri dari pengetahuan dan
pengamalan. Keyakinan dan perbuatan. Iman adalah pengetahuan dan
keyakinan. Amal shalih adalah pengamalan dan perbuatan. Sedang saling
menasehati dalam kebenaran dan kesabaran adalah dakwah yang
merupakan bentuk amal shalih agar orang lain juga beriman dan beramal
shalih.

Ayat ini menggunakan bentuk jamak, mengisyaratkan pentingnya beramal


jamai dan berjamaah. Untuk bisa selamat dari kerugian, manusia harus
berjamaah. Beramal jamai bersama orang-orang mukmin dan berdakwah
bersama.

Kata tawashau (‫ )تواصوا‬berasal dari kata washa (‫ )وصى‬yang artinya menyuruh


berbuat baik. Kata al haq (‫ )الحق‬artinya adalah sesuatu yang mantap dan
tidak berubah. Yakni ajaran agama atau kebenaran. Sedangkan sabar (‫)صبر‬
artinya adalah menahan nafsu demi mencapai sesuatu yang baik atau lebih
baik.

Ar Razi mengatakan, “Ayat ini menunjukkan bahwa kebenaran itu berat.


Kebenaran akan senantiasa diuji. Oleh karena itu, penyebutan kebenaran
disertai dengan penyebutan saling menasehati.”
Baca juga: Surat Al Fil

Penutup Tafsir Surat Al Ashr


Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Qur’an menyebutkan, dalam surat pendek
yang hanya terdiri dari tiga ayat ini tercermin manhaj yang lengkap bagi
kehidupa manusia sebagaimana yang dikehendaki Islam. Surat ini juga
mengidentifitasi umat Islam dengan hakikat dan aktifitasnya dalam sebuah
paparan singkat yang tidak mungkin dapat dilakukan selain Allah.

Manhaj itu adalah iman, amal shalih, saling menasehati untuk mentaati
kebenaran dan saling menasehati untuk menetapi kesabaran. Semua orang
merugi kecuali orang yang memiliki empat kriteria ini.

Demikian Surat Al Ashr mulai dari terjemahan, asbabun nuzul, hingga tafsir.
Semoga kita bisa masuk dalam manhaj surat ini sehingga terhindar dari
kerugian besar di akhirat nanti. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin
BK/BersamaDakwah]

Anda mungkin juga menyukai