1. Datang ke tempat kejadian perkara dan memasang garis polisi di sekitar tempat tersebut (apabila perlu memasang pula tenda atau kain agar korban tidak terlihat oleh masyarakat) dengan pakaian APD lengkap. 2. Mencatat nama anggota tim eksekusi, waktu, tanggal dan tempat kejadian, kondisi cuaca tempat kejadian, dan siapa yang meminta untuk dilakukan investigasi. 3. Mengumpulkan barang bukti biologis terlebih dahulu seperti darah, rambut, saliva, dan cairan vagina. Apabila hanya terdapat beberapa bukti seperti darah dan rambut, maka bukti tersebut harus diamankan terlebih dahulu karena rentan terhadap perubahan suhu dan lingkungan. 4. Mengumpulkan barang bukti fisik seperti jejak kaki, sidik jari, sisa kain atau robekan kain, dan senjata. 5. Setelah semua barang bukti terkumpul, membuat catatan atau dokumentasi yang lengkap mengenai barang bukti seperti catatan mengenai letak, deskripsi, dan sketsa mengenai letak barang bukti. 6. Barang bukti kemudian diamankan dengan plastik dan diberi label di setiap objeknya yang berisi nama penanggung jawab, tanggal ditemukan, dan urutan barang bukti. 7. Barang bukti dibawa ke laboratorium atau kantor forensik untuk diteliti lebih lanjut seperti melihat kecocokan DNA dari sampel darah yang diperoleh. 8. Menyusun reka adegan kejadian kriminal setelah menemukan bukti- bukti yang kuat, menghubungkan antara korban dengan tersangka, korban dengan tempat kejadian perkara, maupun tersangka dengan tempat kejadian perkara. 9. Membuat laporan ulang mengenai kejadian kriminal secara rinci untuk dapat dilakukan tindakan hukum terhadap tersangka.