Anda di halaman 1dari 105

Book Reading

Knight’s Forensic Pathology 4th Ed

AUTOPSI FORENSIK
ARI SRI WULANDARI
130621190001
Diambil dari bahasa Yunani

Necropsy
“Nekros” = dead body, “opsis” = sight

• Secara semantik, kata necropsy merupakan


deskripsi akurat dari diseksi mayat untuk investigasi
• Namun saat ini lebih sering dipakai kata autopsy
(autopsi)
• Istilah post-mortem examination juga lazim
digunakan terutama di Inggris Raya
• Pada zaman primitif; baik kematian mendadak, tiba-
tiba, dan tanpa saksi, harus dicurigai sebagai
ancaman potensial, baik dari kaumnya maupun
musuh
Infografis Autopsi
February 1302

Pertengahan
abad ke-13
Pendokumentasian
960-1270AD disesksi forensik
Dinasti Song 1210-1277 yang dapat
~2000BC Pendokumentasian
dipercaya dibuat
Dinasti Ching 955 AD diseksi forensik yang oleh Bartolomeo
pertama oleh da Varignana,
Instruksi resmi dari Guglielmo de profesor pada
Instruksi resmi pemerintahan Placentinus Saliceto/ bidang medikolegal
bahwa PL pada William of Saliceto, di Bologna,
tentang mayat harus ahli bedah dan guru di
membahas tentang
pemeriksaan dilakukan dalam
Fakultas Kedokteran
setempat, dalam kasus intoksikasi
luar (PL) rentang waktu 4 bukunya yang berjudul seorang
pertama jam, jika tidak Surgery, namun dirasa bangsawan
dikeluarkan dihukum kurang dapat bernama Azzolino
dipercaya

Autopsi menjadi lebih berkembang dan bermanfaat seiring dengan ditemukannya teknik operasi
oleh Carl von Rokitansy (1804-1878) dan Rudolf Virchow (1821-1902)
Jenis Autopsi

1 Autopsi klinis/ akademik


• Untuk mencari perjalanan penyakit pada pasien yang sedang
dirawat tetapi meninggal dunia
• Diperlukan izin keluarga

2 Autopsi forensik/ medikolegal


• Untuk investigasi kematian mendadak, mencurigakan, tidak
jelas, tidak wajar, diperkarakan, dan kriminal
• Otoritas dapat oleh coroner, medical examiner, procurator tiscal
(Scotland), magistrate, judge, atau polisi
Dasar Hukum, Pedoman, dan Standar Autopsi
Pembahasan tentang ini dimulai pada awal abad ke-19

• Virchow (1844) melihat adanya ketidakteraturan pelaksanaan


autopsi yang dimana dilakukan oleh dokter muda, dirasa masih
belum berkualifikasi, tanpa ada pelatihan dasar  hal ini
menjadi titik awal untuk publikasi buku teknik autopsinya
• Regulasi yang terkenal: the Austria decree (1855) dan the
Prussian edict (1875) berisi instruksi detail untuk melakukan
autopsi medikolegal
• Ide ini didasari dengan adanya quality control and quality
assurance dari bidang industrial, tidak lama bidang medis pun
diadakan, diawali dari laboratory medicine, sampai ke bidang
medikolegal dengan cara akreditasi
• Apabila tidak terstandar akan merugikan masyarakat, baik dalam
material maupun kepentingan penegakan hukum (dan
melibatkan tragedi personal bagi yang terlibat)
Tujuan Autopsi
• Mengidentifikasi jenazah dengan • Mendapatkan sampel untuk
tegas, dilihat dari ukuran, fisik, analisis kimia, toksikologi, dan
dan status gizi genetik; maupun pemeriksaan
• Menentukan penyebab kematian mikrobiologi dan histologi, dan
atau pada bayi menentukan bayi lain-lain
tsb lahir hidup • Menyimpan organ relevan dan
• Menentukan cara kematian dan jaringan sebagai barang bukti
waktu kematian, apabila mungkin • Mendapatkan foto dan video untuk
dan diperlukan bukti dan kepentingan mengajar
• Mendemonstrasikan semua • Memberikan laporan tertulis
kelainan internal dan eksternal, lengkap dari temuan autopsi
baik malformasi maupun penyakit • Menawarkan interpretasi yang
• Mendeteksi, mendeskripsikan, lebih ahli dari bukti-bukti yang
mengukur luka-luka internal atau ditemukan
eksternal • Mengembalikan tubuh pada
keadaan kosmetik terbaik (sebisa
mungkin) sebelum dikembalikan
kepada keluarga
Prosedur pada Autopsi Forensik
Perlu menjadi catatan bahwa beberapa prosedur berbeda
Co/ pada kematian mendadak tidak diperlukan prosedur pencegahan seperti pada kasus
pembunuhan atau diseksi pada aborsi kriminalis atau perkosaan menimbulkan kematian berbeda
pada tenggelam
Pendahuluan sebelum otopsi

Hak dan Persetujuan Yang Hadir saat Autopsi


01 • Penjelasan harus dilakukan
baik dengan dokumen
02 • Keluarga korban atau terdakwa
sering sekali diinformasikan tempat
dan waktu autopsi, sehingga mereka
tertulis, verbal atau lewat menghadirkan pengacara atau
pesan telepon, atau tacit- dokter untuk mewakili mereka
standing agreement namun dengan persetujuan
pathologist
• Apabila terdapat dua • Pada beberapa pembunuhan, sering
organisasi yang terlibat, dilakukan autopsi kedua untuk
polisi dapat meminta melakukan belaan pada terdakwa
• Coroner, magistrate, dan hakim juga
pemeriksaan pada
dihadirkan
pathologist, namun yang • Pada beberapa kasus harus dibatasi
memiliki hak prerogratif tetap pengunjung apalagi bila korban
coroner diketahui riwayat hepatitis (B,C,D,E),
tuberkulosis, atau HIV
Pemeriksaan pada Tempat Kejadian Perkara (TKP)
Pada kasus pembunuhan (dugaan) atau kejadian mencurigakan lainnya,
pathologist sebaiknya mengunjungi TKP sebelum jenazah diambil

• Kembali pada peraturan yang berlaku di tempat masing-masing,


namun bagi pathologist sebaiknya selalu siap sedia untuk
menemani polisi ke TKP
• Fungsi dari pathologist: menilai lingkungan, keadaan sekitar, dan
posisi serta kondisi dari jenazah agar dapat dieksklusi di awal
apakah kejadian ini kecelakaan, bunuh diri, atau bahkan mati
wajar
• Pathologist harus membawa peralatan lengkap (murder bag)
untuk ke TKP
Peralatan Untuk Investigasi TKP
• Termometer yang dibawa adalah
termometer panjang jenis merkuri,
skala mulai dari 0-50°C atau
termometer digital modern dengan
probe thermocouple
• Pathologist yang berpengalaman
biasanya siap sedia pakaian yang
sesuai, seperti sepatu boot karet dan
jas hujan/ pakaian musim dingin
• Di Inggris Raya, olah TKP biasanya
dibuat tim, terdiri atas fotografer,
operator video, dan scenes of crime
officers (SOCOs) yang berfungsi
dalam melindungi TKP agar bukti
yang ada tidak rusak; mengumpulkan
bukti pelacakan seperti serat baju,
darah, rambut, cat atau kaca, sidik
jari, jejak kaki, dan jejas alat
• Apabila dokter forensik berperan ganda sebagai pathologist dan
ahli medikolegal, dia harus berganti pakaian atau memakai
perangkat pakaian pelindung baru agar barang buktinya tidak
berpindah
• Penyebab pasti kematian bisa diobservasi dari genangan darah
atau cipratan darah untuk menentukan posisi dari mayat, dapat
dilihat dari bentuknya
• Ketika fotografer sudah diambil foto dari jenazah pada posisi
asli, pathologist datang dan melakukan pemeriksaan dari jarak
dekat (apabila sudah diizinkan oleh penyidik), seperti memeriksa
temperatur dari kulit; pemeriksaan mata, leher, dan tangan
(apabila diperlukan); pemeriksaan leher dan dada atas dengan
menyingkirkan baju yang menutupi
• Apabila ilmuwan forensik atau SOCOs membutuhkan sampel,
hal tersebut harus dilakukan, seperti menempelkan selotip pada
jenazah untuk mengambil rambut atau serat pakaian yang
tertinggal; lalu setelah itu jenazah dapat dipindahkan
• Hal di atas ini dilakukan untuk mengurangi kerusakan pada
tubuh atau pakaian
Menentukan Post-Mortem Interval (PMI) di TKP

• Rasa hangat atau dingin dari • Mengukur temperatur jenazah


tangan atau wajah dapat dinilai melalui rektum masih menjadi
dari sentuhan kontroversi, pun apabila dilakukan
• Derajat kaku mayat dapat dinilai harus setelah pengambilan
dengan mencoba menguji kaku barang bukti dari pakaian dan
pada alat gerak dengan hati-hati apusan dari vulva, vagina, dan
• Temperatur lingungan harus anus apabila diperlukan
segera diukur setelah • Bawahan ataupun pakaian yang
ditemukannya jenazah, biasanya mengganggu apabila terbuka
oleh SOCOs yang tiba di lokasi akan bisa mengontaminasi rektum
sebelum pathologst, diukur dan perineum, apabila dilakukan
sedekat mungkin dengan jenazah pemeriksaan dan apusan cairan
• Informasi tentang suhu harus semen pada area tersebut,
diikuti dengan keadaan seperti nilainya bisa berkurang
apakah ada pintu/ jendela yang
terbuka, atau api di perapian
sentral menyala atau tidak
• Alternatif dapat diambil dari aksila • Bahaya fisik pada saat dipindahkan
dan mulut meskipun memberikan harus dihindari sebisa mungkin
hasil bacaan yang lebih rendah • Penulis (BK) pernah mendapatkan
karena dipengaruhi oleh kasus dimana pemadam
temperatur udara sekitar kebakaran melewati dua tubuh
• Alternatif lainnya dapat saluran beberapa jam sebelum menyadari
telinga dan lubang hidung (lebih bahwa tubuh-tubuh tersebut
mudah diakses karena tidak perlu terkubur di bawah mebel yang
membuka pakaian terbakar dan debris lainnya;
• Jika pemeriksaan sudah sehingga harus diperhitungkan
dilakukan, selanjutnya pathologist karena keadaan tubuh yang rapuh
memastikan transportasi jenazah dan hangus dapat menyebabkan
ke ruang autopsi tidak ada sendi terpisah sehingga membuat
gangguan atau merusak barang cedera ante-mortem
bukti • Dapat ditarik kesimpulan fungsi
• Jenazah dimasukan secara hati- dari pathologist di TKP untuk
hati ke dalam kantung mayat ber- mengobservasi situasi,
resleting, atau dipindahkan ke mempertahankan barang bukti
selembar plastik baru ukuran utuh, dan supervisi dari
kurang lebih 2m2 lalu dibungkus transportasi jenazah
seluruh tubuh dan direkatkan
dengan selotip
Properti, Pakaian, dan Identifikasi
Pathologist harus memperhatikan pakaian dan properti lainnya dari autopsi; baik dari setiap
kasus kriminal atau kematian yang dicurigai seperti KLL dan kecelakaan industrial, jatuh dari
ketinggian, tenggelam, dll.
• Terkadang jenazah datang ke ruang periksa tanpa memakai
pakaian (misal meninggal di rumah sakit atau kecelakaan); untuk
kasus KLL atau kasus dengan curiga trauma sebagai sebab
kematiannya, pakaian tidak boleh dilepas, kecuali pasien masih
dalam keadaan hidup
• Sebaiknya melepaskan pakaian jenazah dilakukan di ruang
periksa agar dapat kerusakan bukti dapat dihindari
• Petugas jenazah harus sudah dilatih untuk menganggap properti
dan pakaian itu penting sebagai barang bukti
• Isi dari saku, dompet, kunci, dan barang lainnya juga dapat
membantu pada saat identifikasi
• Pada kematian karena trauma, harus sesuai dengan kerusakan
dari pakaian (robekan, potongan, luka tusuk, dan terutama luka
tembak di tubuh disesuaikan dengan lesi eksternal di jenazah)
• Darah, cairan semen, cairan vagina dan cairan tubuh lainnya dapat
ditemukan di pakaian
• Pada kematian karena luka tembak, residu tembakan di pakaian
merupakan barang bukti penting untuk jarak tembakan dan identifikasi
senjata
• Pada kematian karena KLL; robekan baju, noda lemak, kotoran jalan,
lampu atau spion pecah, bahkan fragmen cat ato logam dari kendaraan
dapat membantu merekonstruksi kejadian dan identifikasi kendaraan
pada kasus tabrak lari
• Benda yang sering ada lainnya adalah obat-obatan (co: gliseril trinitrat
atau insulin; pada bunuh diri biasanya ditemukan botol obat atau racun
kosong)
• Alat bantu dengar, suntikan, alat pacu jantung eksternal, dan inhaler juga
dapat membantu
• Apabila tidak ada perdarahan atau kotor, paling baik pakaian dilepas
dengan cara menarik melewati kepala dan tungkai atas, meskipun dapat
membuat cedera
• Apabila kaku sudah muncul atau ada darah di wajah, lebih baik pakaian
digunting dengan melewati kerusakan yang sudah ada atau noda yang
ada di bahan pakaian
• Setiap benda dari pakaian harus ditaruh berpisah dalam kantong kertas
Identifikasi Jenazah
Sebelum pathologist memeriksa, harus dipastikan identitas jenazah tsb benar

• Pada beberapa kasus • Pada kasus non-kriminal (seperti


medikolegal, identifikasi biasanya MD atau kecelakaan atau bunuh
dapat dilakukan oleh keluarga diri), biasanya terdapat label
atau teman dekat korban dengan mayat yang berisi nama, alamat,
melihat wajah dari jenazah dan nomor serial, dan detil lainnya;
menyatakan secara lisan pada diikatkan pada ibu jari kaki atau
petugas kamar jenazah atau pergelangan tangan atau
dokter bahwa identitas jenazah pergelangan kaki
tsb adalah benar • Akibat dari identifikasi yang tidak
• Apabila jenazah tidak dapat baik  autopsi pada orang yang
dikenali karena terbakar, salah, ketidaktepatan penyebab
termutilasi, atau busuk; kematian, keluarga menghadiri
diperlukan identifikasi dengan pemakaman yang salah
dokumen yang berhubungan atau • Pathologist harus melaporkan
barang seperti pakaian atau tanggal, waktu, dan nama orang
perhiasan yang menyatakan identitas
jenazah pada laporan autopsinya
Penggunaan Anamnesis pada Kasus
Anamnesis dari jenazah atau korban menjadi bagian penting dan tidak terpisahkan
dari investigasi

• Pada autopsi medikolegal, anamnesis biasanya sulit


digali, menjebak, bahkan sulit didapat
• Bahkan bila anamnesis bisa didapat dari keluarga,
terkadang riwayat kesehatan sering kali tidak tepat
karena tidak tahu lengkap atau mengerti tentang hal tsb
• Namun apabila autopsi harus segera dilakukan,
terkadang tidak dilakukan anamnesis lengkap
• Ada beberapa pathologist berpikiran bahwa autopsi harus
blind dari anamnesis kasus, namun hal ini tidak praktis
dalam menentukan teknik autopsi yang akan dipakai, dan
pemeriksaan tambahan seperti toksikologi, mikrobiologi,
virologi, radiologi, diatom, histologi, dll
• Apabila mungkin, pathologist dapat mengontak dokter
yang merawat korban sebelumnya dengan telepon, surel,
dan faks
• Kesulitan muncul ketika temuan autopsi objektif terlihat
meragukan, bahkan tidak ada, biasanya kebimbangan
muncul untuk memilih penyebab kematian dari
pengetahuan subjektif dari anamnesis yang didapat atau
memutuskan penyebab kematian tidak jelas
• Sebaiknya keputusan yang diambil oleh pathologist
apabila anamnesis cukup kuat, opini yang diambil
sebaiknya tetap berdasarkan keadaan sebenarnya dan
bukan pernyataan dogmatis
• Laporan autopsi sebaiknya tidak pengulangan semuanya
dari temuan anatomis tetapi berupa penjelasan akhir
yang melibatkan diagnosis banding apabila penyebab
kematian tidak jelas
Pencegahan Terkait Kondisi Potensial Infeksi dan
Risiko Lainnya serta Bahaya dalam Ruang Autopsi
Ruangan autopsi adalah lingkungan kerja yang angka risiko dan bahaya kesehatan dan
keselamatan cukup tinggi, hal ini dapat diturunkan dengan kesadaran, desain fasilitas
yang tepat, adopsi praktik keselamatan kerja, supervisi dan manajemen yang memadai

1 Risiko Infeksi
• Setiap kadaver membawa risiko infeksi potensial
• Patogen bisa masuk lewat luka pada kulit karena fragmen tajam tulang,
bisturi atau jarum suntik, atau inokulasi melewati luka kulit yang sudah
ada sebelumnya; dapat melalui membran mukosa dari mata, hidung, atau
mulut; atau bahkan menghirup aerosol yang terkontaminasi darah
• Virus HIV yang diambil dari cairan darah jenazah infeksius dapat
bertahan di dalam suhu ruangan selama 2 bulan dan konsentrasinya
masih tinggi dalam 3 minggu awal
• 51% dari virus dari jenazah terinfeksi dapat bertahan fraksi plasma dan
monosit selama 21 jam post-mortem
• Pendapat lainnya menyatakan virus HIV dapat bertahan selama
18 jam hingga 11 hari sesudah kematian, sementara bila virus
HIV diambil dari limpa bisa bertahan selama 14 hari
• Apabila didinginkan bisa mencapai 16 hari post mortem
• Infeksi lainnya bisa berupa tuberkulosis, Creutzfeldt-Jakob,
1 Marburg, green monkey diseases, dll

2 Agen Racun Kimia atau Biologi Lainnya

• Penggunaan racun kimia atau biologis sebagai senjata untuk


membunuh atau perang digunakan di masa lalu dengan
menggunakan akar-akar tanaman serta mayat-mayat yang
digunakan untuk mencemari air sungai
• Meskipun sudah ada perjanjian yang membahas tentang
pelarangan penggunaan asfiksia dengan gas racun, banyak
bahan kimia iritan paru-paru dan kulit diuji coba pada PD I
• Saat dan sesudah PD II, bermacam-macam racun kimia dan
biologis digunakan untuk penyerangan individu, perang, dan teror
Autopsi:
Pemeriksaan Luar
Pemeriksaan Luar
Penting dilakukan pemeriksaan luar pada kasus forensik, terutama yang meninggal akibat trauma

Pemeriksaan luar pada umumnya


beragam, tergantung pada kasus,
namun ada beberapa prinsip
umum yang diterapkan:
• Ras dan jenis kelamin dicatat
setelah identifikasi dan
melepas semua pakaian;
perkiraan usia dapat dilihat dari
ukuran tubuh (anak) atau
perubahan kulit dan mata,
warna rambut, gigi tanggal,
perubahan sendi (dewasa).
Perkiraan umur akan
dibandingkan dengan umur
terduga.
• Tinggi tubuh dihitung dari tumit kaki • Warna kulit secara umum dinilai,
hingga puncak kepala (fleksi terutama ada tanda kongesti atau
plantar dari kaku mayat dapat sianosis pada wajah, kaki, tangan;
menambah beberapa cm dari tinggi bisa berupa diskolorisasi lokal
sebenarnya); variasi ini (terutama pada anggota gerak)
dikarenakan flaksiditas otot dapat menandakan adanya embolisme
membuat sendi menjadi relaksasi atau gangren, pink atau bercak
atau bahkan diskus intervertebra pink kecokelatan karena hiptermia,
yang menciut, sehingga tinggi kecoklatan untuk racun, perunggu
badan menjadi memendek untuk clostridial septicamia, atau
• Berat badan tubuh ditimbang dalam merah darah sianida bisa sama
kilogram (apabila fasilitas ada) atau dengan merah darah dari
diperkirakan; disertai dengan karboksihemoglobin
penilaian status gizi umum dan • Kelainan kongenital seperti clubfoot
perawakan atau spina bifida
• Kebersihan diri, panjang rambut • Tanda eksternal yang dibutuhkan
dan janggut, keadaan kuku jari seperti tato, tindikan, sunat,
tangan dan kaki, serta urinasi dan amputasi, luka parut operasi, patah
defekasi dinilai serta agar tulang lama, luka akibat benda, api,
mengetahui apakah ada atau percobaan bunuh diri
pengabaian atau tidak. Parasit
yang ada dimusnahkan dulu
sebelum diperiksa
• Tangan sebaiknya diperiksa secara • Derajat kaku mayat dinilai dengan
hati-hati untuk melihat apakah ada memfleksikan tangan dan kaki
luka lama atau luka baru, luka untuk tes resistensi dengan
akibat mempertahankan diri, menguji kedua tungkai atas dan
punggung tangan yang bawah, terkadang sendi bisa
membengkak, atau tanda setruman menjadi kaku karena hasil dari
• Muntahan, busa, atau darah dapat sebuah penyakit atau cedera lama
diperiksa dari mulut dan hidung; • Luka baru diperiksa secara
serta memeriksa feses dan urin seksama dan didokumentasikan di
yang dikeluarkan karena bisa kamar jenazah dengan menandai di
berhubungan dengan pembusukan gambar diagram tubuh
post-mortem, yang biasanya • Semua luka trauma harus
menyebabkan pengeluaran cairan dibedakan apakah itu luka abrasi,
dari orifisium. Cairan atau luka memar, luka sayat, luka bakar,
perdarahan vagina juga diperiksa, dll; harus diukur panjang lebar luka,
begitupun dengan telinga untuk orientasi pada aksis tubuh dan
melihat apakah ada kebocoran referensi posisi untuk melihat
pembuluh darah atau CSS. Cairan koordinat luka
sperma juga dapat keluar dari
meatus eksternal namun tidak
signifikan
• Posisi dari luka berhubungan • Pada cedera kepala, dilihat dahulu
dengan titik anatomi terkait dengan kondisi awal dan apakah ada
tinggi luka dihitung dari lantai dan barang bukti yang dapat diambil
sudut penyerangan (diharapkan • Apabila ada bekuan darah, dapat
berhubungan dengan penyerang) dibersihkan dengan hati-hati
• Pada kepala, dahi dan, ujung menggunakan spons dan air,
telinga dapat menjadi referensi apabila perlu dapat dicukur rambut
bersama dengan verteks dan garis (menggunakan pisau baru) yang
tengah tubuh; sementara pada menghalangi luka tersebut
wajah dapat digunakan alis, puncak • Mata harus diperiksa dengan
hidung, bibir, ujung dagu, dan sudut seksama, terutama untuk melihat
dagu apakah adanya perdarahan ptekie
• Apabila luka bakar luas, dapat di kelopak mata, konjungtiva, dan
diperkirakan persentase luka sklera (curiga asfiksia); ukuran
bakarnya dengan menggunakan pupil biasanya tidak bermakna
Rule of Nine karena dapat terjadi kaku otot pada
• Pada luka tembak, diperiksa iris; perhatikan juga apakah korban
dengan cara yang sama, namun memakai mata tiruan, kontak lensa,
hati-hati jangan sampai kejernihan lensa mata, atau lainnya
menghilangkan residu bubuk atau • Pada mulut harus diperiksa apakah
bukti lainnya sebelum ilmuwan ada benda asing, obat-obatan, gigi
forensik mengambil sampel tiruan, luka pada gusi dan bibir,
atau lidah tergigit
• Gigi palsu harus dilepas sebelum
pemeriksaan
• Bubuk kering di bibir dapat menjadi
petunjuk adanya aktivitas
meminum obat atau racun
sebelumnya; korosi pada mulut,
bibir, dan pipi dapat terlihat apabila
racunnya mengiritasi
• Perdarahan dari mulut, hidung, dan
telinga harus dicatat dan diperiksa
pada PD; cairan busa (terkadang
berdarah) dapat keluar dari mulut
dan/atau hidung pada kasus
tenggelam dan edema paru
• Pada eksternal genitalia, anus yang
terbuka sering terjadi karena post
mortem dikarenakan flaksiditas • Pemeriksaan vulva dan vagina
sfingter anus; mukosa dalam juga diperiksa untuk mengeksklusi luka
dapat terlihat dan penyakit (terkecuali ada
• Funnel-shaped anus belum tentu dugaan intervensi seksual)
menegakkan dugaan aktivitas • Untuk laki-laki, pemeriksaan hanya
homoseksual kronis, namus bisa berupa inspeksi penis, glan,
kelainan anatomis skrotum, dan palpasi testis
Autopsi:
Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan Dalam
Dilakukan pada kasus kriminal, persengketaan, atau kecelakaan

• Insisi dimulai dari menarik garis


(hampir) lurus dari tonjolan laring
ke pubis, sedikit berbelok di daerah
umbilikus; tepi atas dari insisi tidak
melewati laring
• Metode lainnya dapat memulai
insisi mulai dari belakang telinga
hingga manubrium, lalu dilanjutkan
ke bawah sehingga terbentuk
bentuk Y
• Pada strangulasi, gantung, dan
berbagai kondisi yang dapat
membuat leher terluka, insisi Y
lebih disarankan karena kulit dari
lapisan lehar atas dapat di diseksi
hingga mandibula dan diangkat
• Insisi Y di leher dibuat kontinyu
dengan insisi kepala melintang,
menyambung di belakang telinga
sehingga leher anterior dan kulit
wajah dapat dilepaskan
• Insisi utama harus dangkal di
sekitar leher untuk menghindari
menggunting struktur lainnya
• Toraks dapat dipotong hingga
sternum, namun hati-hati ketika
mulai memotong abdomen karena
harus menggunakan sayatan tipis
namun cukup untuk kulit dan lemak
• Insisi sebaiknya tidak mulai sampai • Pisau harus mengarah ke atas agar
tengkorak kepala dan otak sudah tidak memotong usus halus
diambil untuk menghindari • Insisi untuk kepala dimulai dari
pendarahan artefaktual kongestif belakang telinga hingga bertemu di
pada struktur leher karena dapat verteks, terutama bila rambut tipis
mengaburkan trauma ante-mortem atau tidak ada
• Insisi Y juga diperlukan dari diseksi • Apabila rambut lebat, rambut harus
bila diseksi wajah diperlukan untuk dibasahi dan disisir ke arah
mencari adanya memar dalam atau belakang dan belahan rambut
kerusakan tulang dibuat melintang
Membuka Rongga Tubuh
• Kulit, jaringan subkutan, dan lemak dikuliti secara lateral
dari sayatan utama, hati-hati agar ujung pisau tidak
menembus dan merusak kulit
• Jaringan diambil kembali ke tepi lateral leher dan ke
sepertiga klavikula bagian luar
• Di atas toraks, jaringan, termasuk otot pektoral, dikuliti ke
garis mid-aksilaris di bagian atas, bahkan dapat jauh ke
posterior hingga batas kosta
• Dinding perut anterior dipisahkan dengan cara yang
sama, dilakukan dua tahap; (1) melepaskan kulit dan
lemak untuk membuka otot, (2) otot harus dipotong dari
batas kosta, jika tertutup lemak, maka irisan peritoneum
dilakukan melintang
Memeriksa Toraks
• Pneumotoraks  konfirmasi dengan radiografi post-
mortem; pembedahan ruang interkostal dapat sampai ke
pleura parietal, pertimbangkan adanya adhesi pleura
• Pada dinding dada dapat ditusuk di garis mid-aksillaris
lalu disambungkan selang ke air untuk mengamati
apakah gelembung keluar
• Pneumotoraks tension  desis udara dapat terdengar
ketika ujung pisau menembus otot interkostal dan parietal
pleura
• Toraks dibuka mendisartulasi kedua sendi sternoklavikula
• Tulang rawan kosta mungkin dipotong dengan gergaji
(tulang rusuk pertama) ataupun pisau bedah
• Ketika gergaji digunakan, tulang rusuk dipotong melalui
lateral ke persimpangan kostokondral dari titik di margin
kosta ke sendi sternoklavikular
• Menggunakan gergaji hati-hati agar tidak merusak
laserasi paru-paru yang mendasarinya, terutama jika ada
adhesi pleura
• Ketika segmen tulang dada dan tulang medial terlepas,
dapat diangkat dan dibedah dari mediastinum, hati-hati
pisau hindari pemotongan perikardium
• Lempeng sternum diperiksa untuk fraktur atau lesi lain
sebelum disingkirkan
• Yang diperiksa: pengembangan paru-paru, utuh atau
tidaknya, emfisema, over-distensi, dan pengembangan
asimetris; pada rongga pleura diperiksa adhesi, efusi,
nanah, darah, fibrin, dan bahkan isi lambung apabila ada
Memeriksa Abdomen
• Ada kemungkinan asites,
cairan, nanah, darah
mungkin keluar saat
membuka rongga
peritoneum
• Pada omentum dilihat ada
peradangan atau nekrosis
lemak
• Ketika usus dipindahkan,
loop usus diperiksa untuk
setiap kelainan, apakah
ada infark, peritonitis dan
distensi ileus
• Waspadai adanya nekrosis, emboli mesenterika, atau
usus yang terbelit karena warna gelapnya mungkin serupa
dengan post-mortem
• Hipostasis biasanya memiliki segmen yang tidak teratur
ketika usus diregangkan; sementara pada infark, terdapat
satu bagian yang terus menerus; dan jika terbentuk
dengan baik, dinding usus akan menjadi tidak berkilau dan
rapuh
• Usus halus dipindahkan untuk melihat bagian posterior
perut; apakah ada perdarahan retroperitoneal dari aorta
yang pecah, atau aneurisma
Mengumpulkan Sampel Cairan Tubuh
• Tidak dianjurkan untuk menggunakan darah visceral
untuk pengambilan sampel, terutama untuk sampel
molekul kecil mudah berdifusi setelah kematian; contoh
termasuk alkohol dan banyak produk farmasi
• Penggunaan darah jantung mungkin dapat terkontaminasi
oleh difusi post-mortem dari perut dan usus karena
setelah kematian; barrier mukosa sel dan membran
serosa rusak; hingga kandungan zat di lambung, usus,
dan saluran udara dapat migrasi ke organ lain
Pilihan Tempat Pengambilan Sampel
Hindari pengambilan darah di bagian visceral

1 4
Melalui tusukan jarum dan jarum Ketika kulit dibedah dari leher,
suntik vena femoralis sebelum vena jugularis interna dapat diambil
diseksi otopsi dimulai sampel; kelemahan dari metode ini

1
adalah darah jantung kemungkinan
akan tercampur
2
Dari vena iliaka subklavia atau
eksternal dengan memegang
wadah kecil di bawah ujung vena
2 4
subklavia dan mengangkat lengan,
darah dapat dikumpulkan secara 3 3
langsung
Jika dibutuhkan volume lebih besar dapat
memotong melintasi vena iliaka di pinggiran
panggul, sebuah wadah dapat diletakkan ke
dalam panggul dengan tepinya di bawah
vena dan darah dipijat ke dalamnya dengan
tekanan kuat naik paha bagian dalam
• Sampel untuk serologi dan analisis untuk zat seperti
karboksihemoglobin dapat dikumpulkan dari pembuluh
darah mana pun, namun tidak boleh diambil dari rongga
tubuh umum setelah autopsi
• Urin dapat dikumpulkan dengan kateter sebelum
autopsi atau bahkan dengan tusukan suprapubik
dengan jarum suntik dan jarum panjang
• Pengapusan humor vitreous dan CSF mungkin
diperlukan untuk toksikologi atau untuk upaya
memperkirakan waktu sejak kematian oleh konten
kalium. Dilakukan dengan penyedotan hati-hati dengan
jarum hipodermik halus yang melekat pada jarum suntik
5 ml dimasukkan ke dalam canthus luar bola mata
setelah menarik kelopak mata ke samping
• Cairan serebrospinal dapat diperoleh dengan cara yang
sama seperti pada pasien yang hidup, dengan
memasukkan jarum ke theca lumbal
Melepas Visceral
• Pertama, usus diangkat dengan mengangkat omentum
ke atas untuk mengekspos gulungan usus halus. Bagian
paling atas dari jejunum, mesenterium dilubangi dengan
pisau dan usus dipotong
• Jika ingin mempertahankan isi abdomen atau isi usus
halus, dua jahitan tali dapat dilewatkan melalui lubang
dan diikat sebelum memotong usus di antara keduanya
• Usus dilucuti dengan memotong sepanjang mesenterium
di dekat lampiran dengan usus sampai katup ileosekal
• Sekum kemudian dimobilisasi secara medial
menggunakan traksi manual dengan penggunaan pisau
yang minimal, untuk menghindari tertusuknya lumen
• Ketika telah mencapai fleksura hepatika, omentum ditarik
ke bawah untuk menarik kolon transversa dari
mesocolon, lalu dipotong, dilakukan dengan hati-hati
untuk tidak merusak bagian lain perut lainnya
• Kurvatur limpa kemudian ditarik ke medial dan ke bawah,
dan kolon desendens dan sigmoid terpisah dari dinding
perut posterior
• Rektum atas dipotong, meskipun beberapa patolog hanya
meletakkan usus di luar tubuh, meninggalkan sigmoid
dan rektum melekat
Melepas Struktur Leher
• Letakan tumpuan leher setinggi 10–15 cm di bawah bahu
mayat; pengirisan harus dilakukan dengan lembut, untuk
menghindari undertaker’s fracture (subluksasi tulang
belakang leher bagian bawah akibat robeknya diskus
intervertebral sekitar C6-C7)
• Struktur leher kemudian dilepaskan dengan pisau di
bawah kulit leher bagian atas hingga memasuki dasar
mulut, dilanjutkan dengan membebaskan lidah di sekitar
bagian dalam mandibula
• Jaringan di belakang dan samping faring dibagi, dan
memotong area tonsil
• Jaringan di belakang dan samping faring dibagi, dan
memotong area tonsil
• Jari-jari kemudian dilewatkan di belakang simfisis
mandibula untuk mendapatkan lidah, yang kemudian
ditarik ke bawah, sisa jaringan di belakang laring dibagi
untuk melepaskan struktur leher
• Ini harus dilakukan sejauh lateral, sehingga karotid dapat
dihilangkan dengan struktur laring
• Sekarang disarankan untuk memeriksa faring dan glotis
sebelum gangguan lebih lanjut, untuk melihat apakah ada
yang menghalangi, perdarahan atau kelainan lain yang
ada di saluran napas bagian atas
Melepas Isi Toraks
• Bundel perdarahan dan persyarafan subklavian dibagi oleh
pisau dari dalam toraks di antara batas medial dari klavikula
dan iga pertama untuk melepaskan trakea dan esofagus
• Dengan hati-hati traksi dilakukan, sehingga struktur leher
dapat terangkat dan tertarik secara kaudal sembari
melepaskan perlekatan torakospinal hati-hati dengan pisau
• Traksi harus minimal dan sesaat setelah masuk ke toraks,
dua jari tangan harus berpindah dari struktur leher ke bawah
lobus paru, mengangkat dari mediastinum lalu pisau
membersihkan struktur midline hingga diafragma
• Adhesi pleura dapat membuat pengangkatan menjadi tidak
bersih, apabila ada pleura adhesi bisa dipotong terlebih
dahulu
Melepas Organ Abdomen
• Ketika organ toraks terlepas, organ abdomen ditarik di
dada dan diafragma; satu tangan harus menarik hati dan
limpa medial, meletakkan daun kiri diafragma pada
peregangan, sementara pisau memotongnya secara
lateral, di dekat batas kosta
• Ikuti dan potong lekukan posterior di bawah organ untuk
mencapai tulang belakang, di mana ia harus memotong
ligamen, kemudian melewati kaudal di belakang ginjal,
yang dimobilisasi ke depan dilanjutkan melengkung di
atas otot psoas dan berakhir di pinggiran panggul
• Hal yang sama dilakukan pada sisi yang berlawanan
Melepas Organ Panggul
• Melepas organ panggul tergantung pada tipe panggul
• Jika dugaan penyebab kematian tidak terkait dengan
panggul: (1) pada laki-laki, kandung kemih dapat dibuka
luas dengan mukosa dan trigonum sebelum prostat
diinsisi, (2) pada wanita, ovarium diiris dan tabung dari
atas sebelum rahim diiris di garis tengah dari fundus ke
serviks
• Pemeriksaan yang lebih lengkap dari kedua jenis kelamin
dapat dilakukan dengan enukleasi isi panggul
• Pisau dilewatkan secara melingkar di panggangan
setelah menarik kandung kemih dari pubis
• Membuat dinding bebas, memotong pisau di bawah
prostat dan kemudian melewati rektum bawah untuk
memungkinkan organ panggul diangkat
• Pada wanita, ovarium dan tuba dimobilisasi ke depan dan
pisau melewati dinding panggul, kemudian diarahkan ke
depan dan ke bawah kandung kemih
• Vagina dan dubur ditranseksi, dilepaskan seluruh isinya
Melepas Otak
• Kulit kepala diinsisi melintasi verteks posterior dari titik di
belakang telinga ke tempat yang sesuai di sisi lain
• Jika sayatan Y digunakan pada leher, sayatan dapat
dilanjutkan pada kulit kepala, terutama jika diperlukan
diseksi wajah
• Jaringan ditarik ke depan dan ke dahi bawah lalu kembali
ke oksiput, jaringan kulit kepala dalam dapat terkelupas
oleh traksi, tetapi perlu bantuan pisau
• Memar dicari dan jika ada cedera kepala, kulit kepala
harus ditarik segera kembali ke tengkuk, hati-hati jaringan
pada daerah belakang dan bawah telinga di mana cedera
yang dapat menyebabkan kerusakan arteri
vertebrobasilar terjadi
• Jika ada cedera wajah, kulit wajah dapat dikuliti dari garis
rahang, turun dari dahi
• Tengkorak digergaji, garis potongan tidak boleh melingkar
utuh, karena tidak mungkin untuk menyusun kembali
kepala tanpa menggeser calvarium
• Harus ada pengangkatan bersudut, dengan potongan
horizontal dari dahi ke belakang telinga bergabung
melewati diagonal ke atas pada sudut dangkal di atas
area oksipitoparietal
• Calvarium kemudian diangkat, namum pastikan dura
tetap utuh
• Penting untuk memeriksa permukaan dura pada otak
yang terpapar dan menilai adanya edema, perdarahan,
atau kondisi peradangan yang mungkin ada
• Tempurung tengkorak secara hati-hati diperiksa fraktur
dan dura dikupas dari dalam
• Dura diiris di sekitar garis pengangkatan tengkorak dan
dua jari diselipkan di bawah lobus frontal, lalu traksi lobus
frontal hati-hati diangkat untuk mengekspos optik kiasma
dan saraf kranial anterior
• Falx mungkin harus dipotong untuk membebaskan otak,
kemudian pisau bedah melewati sepanjang lantai
tengkorak untuk membagi saraf kranial, arteri karotid dan
tangkai pituitari hingga tepi bebas dari tentorium dapat
diakses
• Potongan dibuat di sepanjang setiap sisi tentorium,
mengikuti garis tulang temporal petrous ke dinding lateral
tengkorak, lalu traksi hati-hati pada otak
• Pisau menutupi saraf kranial posterior yang tersisa dan
turun ke foramen magnum hingga sumsum tulang
belakang sejauh mungkin tercapai, tangan digeser di
bawah pangkal otak, diputar ke belakang untuk dilepas,
setiap dura yang melekat terputus jika perlu
• Otak dimasukkan ke dalam panci skala dan ditimbang
sebelum fiksasi atau diseksi
• Dasar tengkorak sekarang diperiksa dan dasar dura
dikuliti dengan forsep yang kuat untuk mengungkapkan
fraktur basal
• Sinus vena diinsisi untuk mencari trombosis
• Apabila diperlukan, tulang temporal digergaji dengan
forsep tulang untuk memeriksa telinga tengah dan dalam
untuk infeksi
Melepas dan Memeriksa Saraf Tulang Belakang
• Dalam metode anterior,
pemeriksaan vertebra
dilakukan setelah isi tubuh
dikeluarkan lengkap,
dengan digergaji lateral
memotong setiap sisi,
keuntungannya tubuh tidak
perlu dibalikkan ke
wajahnya dan sayatan
punggung yang luas
dihindari
• Pendekatan posterior membutuhkan sayatan garis
tengah dari oksiput ke daerah lumbar, otot paraspinal
ditarik bersama dengan jaringan subkutan, kemudian dua
dipotong paralel dibuat sepanjang tulang belakang untuk
membagi lamina kanan dan kiri, dan untuk memberikan
akses ke kanal tulang belakang.
• Potongan harus lateral agar vertebra dapat dilepas tanpa
kesulitan
• Dura diperiksa apakah ada perdarahan, infeksi, atau
kelainan lain, kemudian diangkat - masih dalam selubung
dural -, kemudian dibuka dengan hati-hati dengan forsep
dan gunting
Pemeriksaan Organ
Memeriksa Visceral
• Isi perut diletakkan di atas meja potong pada ketinggian
yang cukup dan bawah pencahayaan yang baik, air cuci
yang cukup harus tersedia dari pipa yang fleksibel, untuk
menyiram jaringan saat proses diseksi berlangsung
• Visceral diletakkan dengan lidah menghadap pathologist,
dengan aorta ke atas
Memeriksa Struktur Leher
• Lidah diperiksa apakah ada penyakit atau cedera, harus
diiris untuk mendeteksi perdarahan dalam (co:
penjeratan), perdarahan seperti itu terlihat sebagian
besar di sisi dan tengah bagian tengah lidah
• Amandel dan dinding faring diperiksa
• Glotis diperiksa untuk melihat adanya obstruksi mekanik
dan tanduk hyoid dilihat apakah ada fraktur pada tiroid
• Kerongkongan dibuka dengan gunting besar, ujung
tumpul, dengan pisau 10-15 cm yang tajam
• Arteri karotis di setiap sisi dibuka, termasuk bifurkasi dan
sinus. Jika perlu, bagian atas karotid dieksplorasi dan
diikuti ke pangkal tengkorak
• Tiroid harus diiris dan diperiksa, kemudian kerongkongan
dibuka hingga ke kardia lambung dan setiap bahan yang
dicurigai seperti kapsul, tablet atau bubuk diambil untuk
dianalisis
• Gunting kemudian diturunkan melalui garis posterior
laring dan trakea ke karina, jika dicurigai ada tekanan
pada leher jenis apa pun (strangulasi), maka harus
dilakukan pemeriksaan khusus, seperti dijelaskan pada
Bab 14
• Trakea dan bronkus utama harus diperiksa adakah
adanya masalah dan obstruksi, isi lambung juga sering
ditemukan di jalan nafas
Memeriksa Paru-paru
• Permukaan luar  lihat apakah ada kolaps, emfisema,
petekie (terutama di sekitar hilus dan celah interlobar)
• Paru-paru diangkat dari toraks dengan memotong hilus
namun hilangkan perlekatan di atas diafragma terlebih
dahulu
• Hilus sedang dipotong  emboli yang terlihat di dalam
arteri paru-paru
• Kedua paru diangkat dan hilus diperiksa sebelum
disisihkan untuk dipotong
• Paru-paru harus ditimbang sebelum dipotong, karena
cairan edema yang cukup dapat mengalir selama diseksi
• Paru-paru dipegang pada permukaan atas oleh tangan
kiri operator lalu organ dipotong secara sagital dari
puncak ke dasar dengan pisau sejajar dengan papan,
sehingga yang dihasilkan adalah irisan anteroposterior
dengan bagian medial bawah membawa hilus
• Permukaan potongan  diperiksa untuk edema, tumor,
pneumonia, infark, trauma dan sebagainya
• Bronkus yang lebih kecil  diperiksa untuk tanda-tanda
seperti penebalan mukosa, infeksi dan penyumbatan
• Arteri paru yang lebih kecil  periksa trombosis atau
emboli yang tidak terlihat
• Pada penderita pneumoconisis/ asbetosis  satu atau
kedua paru-paru perlu digembungkan dengan formalin
untuk difiksasi sebelum potong
Memeriksa Jantung dan Pembuluh Darah
• Gunting dilewatkan ke ujung potongan arteri iliaka
komunal, diteruskan ke lengkung aorta, hingga beberapa
sentimeter di atas katup aorta, (tetap luar pantulan
perikardium)
• Aorta  periksa derajat atheroma, aneurisma, trauma
• Perikardium  periksa eksternal untuk tamponade cairan
dan darah, lalu dibuka secara luas dengan gunting 
periksa apakah adaperikarditis, perlengketan, perubahan
warna dari infark (co/ aneurisma jantung); untuk anak,
timus akan diperiksa pada tahap ini
• Jantung kemudian diangkat dengan memotong horizontal
pada lengkung perikardium, akar aorta, dan pembuluh
besar lainnya tepat di atas atrium
• Jantung yang terlepas dicuci secara eksternal dan
ditempatkan pada posisi anatomis pada papan bedah,
dengan apeks menghadap operator dan permukaan
anterior ke atas
• Ditimbang hingga semua bekuan darah yang terkandung
dikeluarkan
• Periksa ukuran, bentuk, dan ventrikel; apakah ada dilatasi
atau penebalan konus paru (hipertrofi ventrikel kanan)
• Atrium kanan dibuka dengan memasukkan gunting ke
vena cava inferior dan memotongnya, periksa septum
katup trikuspid
• Identifikasi septum interventrikular lalu buat sayatan 15
mm ke kanan dan sejajar dengan septum, di atas
ventrikel kanan untuk memasuki lumen, hati-hati
memotong dinding posterior, gunting dimasukkan ke
dalam luka dan mengalir melalui pulmonary conus dan ke
dalam pulmonary artery sampai mereka memenuhi ujung
yang ditranseksi, lalu gunting di bagian potongan linear
ini, lewati katup trikuspid dari atrium yang terbuka 
jantung kanan terbuka, evaluasi endokardium & katup
• Pengerjaan serupa untuk jantung kiri sehingga seluruh
jantung sekarang terbuka dan dapat dicuci dan ditimbang
• Perkiraan berat jantung normal bervariasi pada jenis
kelamin dan berat badan (rata-rata 380 g)
• Selanjutnya periksa arteri koroner, lihat apakah ada yang
membesar dan bandingkan kiri dan kanan
• Kesulitan muncul ketika kalsifikasi parah terjadi, karena
pisau gagal menembus arteri atau menghancurkannya
karena kekuatan berlebihan yang diperlukan
• Angiografi post-mortem adalah alternatif lain, meskipun
sulit untuk dilakukan. Menggunakan media kontras
(barium sulfat/ gelatin atau senyawa silikon) disuntikkan
ke dalam arteri koroner lalu divisualisasikan X-ray atau
CT.
• Miokardium  evaluasi apakah ada infark atau plak
fibrotik
Memeriksa Organ Abdomen
• Abdomen dibuka  dapat diambil sampel cairan apabila
ada
• Abdomen dicuci secara eksternal dengan air mengalir
dan dibuat sayatan kecil. Jika ada bubuk atau zat lain
melekat pada mukosa, ini dapat dikikis dan diletakkan ke
wadah sampel, untuk dianalisis
• Lambung diperiksa dari kardia ke pilorus sepanjang
kelengkungan yang lebih besar  cuci dan periksa
• Kantung empedu dapat diperas  patensi saluran
empedu; empedu adalah bahan penting untuk analisis
toksikologi, jika tidak ada urin
• Adrenal diperiksa selanjutnya  jumlah lipoid kortikal,
ada tidaknya perdarahan, kelainan lainnya dicatat
• Pankreas terletak di bawah perut dan
harus dipotong memanjang dari
kurvatur duodenum hingga ke tail
• Ginjal biasanya dapat dikeluarkan
dari kapsulnya, terkecuali bila
melekat; periksa ulang pembuluh
darah ginjal (sekaligus memeriksa
ureter)
• Lebar korteks ginjal penting dicatat,
normalnya sekitar 1 cm. Catat apabila
ada permukaan berbenjol, nilai
corticomedula junction, serta ukuran
ginjal
• Periksa kembali usus halus; biasanya
tidak membuka seluruh panjang usus
dalam autopsi forensik kecuali ada
indikasi khusus untuk melakukannya
Memeriksa Otak
• Otak ditimbang lalu
memutuskan apakah periksa
otak dengan segera atau untuk
fiksasi dalam formalin sampai
diperbaiki
• Keuntungan fiksasi: ketegasan
jaringan memungkinkan untuk
mengiris lebih tipis dan lebih
akurat untuk diambil sampel,
cocok bila ada masalah
neurologis terlibat, baik
traumatis atau dari penyakit
alami
• Apabila tidak difiksasi 
lakuka pemeriksaan
eksternal otak, lihat
apakah ada lesi, misal
perdarahan subarakhnoid
(apabila lesi tersebut akan
dipotong, dapat diletakan
kapas berisi formalin di
atas lesi agar tidak pecah)
• Lihat apakah ada kelainan permukaan apakah ada
perdarahan meningeal; baik ekstradural, subdural atau
subarachnoid
• Selanjutnya pemeriksaan pembuluh darah serebral,
terutama arteri dari Circle-of-Willis dan pembuluh darah
vertebral, sangat penting - terutama dalam mencari berry
aneurism
• Kesimetrisan otak dicatat; apakah ada depresi korteks
dari massa tengkorak atau meningeal
• Apakah ada edema serebral? Apabila ada lihat dari gyrus,
sulkus, dan cari herniasi hippocampal melalui lubang
tentorial
• Herniasi uncal sejati ditandai akibat infark yang baru
mulai. Demikian pula, herniasi serebelar melalui foramen
magnum harus dilihat apakah ada infark di lokasi tersebut
• Palpasi untuk semua massa yang berfluktuasi di bawah
korteks seperti pendarahan internal, abses atau tumor
kistik, lalu otak dipotong
• Pisahkan serebrum dari batang otak dan otak kecil
• Otak kecil kemudian dipegang di satu tangan dengan
batang dipotong  periksa substantia nigra, perdarahan
primer atau sekunder (sering disebabkan oleh
peningkatan tekanan intrakranial), ventrikel, inti dentate,
dan bagian dalam otak kecil
• Pons dan medula dapat dibagi secara melintang atau
memanjang, hemisfer serebral dibuat serial pemotongan
di bidang koronal dari lobus frontal kembali ke oksiput
Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan sebelum, ketika, dan/atau sesudah autopsi dilakukan

- Disarankan kultur limpa dan - Diambil dari darah, urin, isi - Pada tubuh yang
darah jantung paling baik karena lambung, organ (terutama hati), membusuk, histologi
jarang false positive isi usus, CSF, empedu dan terkadang dapat
- Limpa  diambil dari 2 site cairan mata mungkin membuktikan perjalanan
berbeda diperlukan proses kematian
- Darah jantung  diambil dari - Wadah tempat spesimen - Sampel yang dikumpulkan
pembuluh darah besar sebelum dikumpulkan harus bersih dari otak, jantung, paru-paru,
otopsi atau langsung dari ruang secara kimia hingga standar ginjal, pankreas, limpa,
jantung menggunakan alat steril yang sangat tinggi tiroid, adrenal, dan otot
- Menyerahkan formulir dengan - Jaringan difiksasi dengan
sampel formaldehid buffer agar
menghentikan proses
autolisis

Mikrobiologi Toksikologi Histologi


Radiologi Autopsi
dan Pencitraan
Post-Mortem
Infografis Penggunaan Radiologi
November 2010
Zurich University
Awal tahun 1970
Forensik Bern Uni
• Postmortales
April 1896 Imaging Center
Arthur Schuster diresmikan
Penelitian
November 1895 penggunaan MRI &
• Saat ini hanya
W.C Roentgent MSCT pada post- beberapa
Schuster negara yang
mengembangkan mortem dan
dibandingkan rutin
penggunaan untuk
Sinar X dipakai dengan hasil temuan menggunakan
mencari sebab
untuk pertama otopsi pencitraan
kematian pada
kalinya dan selang post-mortem
korban luka tembak
beberapa minggu
ini tercatat menjadi
dipakai untuk
penggunaan
menemukan peluru
radiologi pertama
di kaki korban luka
untuk kasus kriminal
tembak
Yang dapat dicari melalui radiologi: identifikasi dengan perbandingan radiografi pencocokan pola
sinus frontal, tengkorak, gigi-geligi & mendeteksi perubahan vaskular dengan angiografi post-mortem
Fotografi Forensik
• Dapat diambil oleh pathologist atau pada fotografer
profesional seperti polisi dan fotografer medis RS
• Keuntungan dari polaroid adalah bahwa catatan tempat
kematian diperoleh sebelum otopsi dilakukan, dan setiap
temuan diperiksa kembali terhadap lingkungan aslinya
• Gambar digital yang didapat diproses dengan berbagai
cara untuk memperbesar bagian, koreksi warna, dikirim
ke lokasi yang jauh, atau dimasukkan ke dalam bahan
dan laporan
• Jenis lensa adalah masalah pilihan pribadi
• Penerangan biasanya dengan flashlight yang sudah
sepasang dengan kamera
• Kecepatan 100-200 ASA sudah lebih dari cukup,
meskipun 400 ASA sekarang lebih sering digunakan
• Fotografi ultraviolet (UV) dan infrared telah digunakan
untuk menunjukkan lesi yang tidak terlihat oleh mata
manusia
• Kamera harus berada pada sudut yang tepat terhadap
lesi yang difoto, pita pengukur putih khusus atau
penggaris dengan tanda sentimeter harus diletakkan
sangat dekat dengan lesi atau luka untuk memberikan
referensi ukuran
• Jika suatu fitur dikaburkan atau tidak signifikan, itu
mungkin ditunjukkan dengan probe atau jari yang
dipegang pada posisi yang sesuai
• Bila bagian dari area gambar terdiri logam atau porselen,
harus diberikan ruang, karena area logam sangat reflektif
pada penggunaan flashlight dan dapat memberikan
pembacaan yang salah
• Saat memotret viseral, kamera harus cukup dekat agar
frame hampir sepenuhnya diisi oleh objek yang
diperlukan
• Apabila organ yang sudah terangkat difoto, harus
ditempatkan di atas kain hijau atau biru (putih dapat
digunakan, meskipun dapat memengaruhi paparan) jika
banyak yang terlihat sekitar pinggiran
• Organ harus diletakkan pada kain dalam satu gerakan
dan tidak bergerak setelahnya, jika tidak, noda gelap
yang basah akan menghalangi latar belakang hijau atau
biru.
• Organ seharusnya tidak mengalirkan darah ke
permukaannya atau ke latar belakang, harus diseka
dengan kain atau spons kering tepat sebelum foto diambil
untuk menghilangkan highlight basah yang mengkilap.
Laporan Autopsi
Laporan Autopsi
Merupakan dokumen hukum sehingga harus dibuat sebaik-baiknya
Laporan autopsi adalah catatan permanen dari temuan dan sangat penting untuk keperluan
medikolegal.
Bentuk Laporan Autopsi

Freestyle Essay Printed Proforma


01 • Biasanya menganut urutan
konvensional, tetapi ada
02 • Memiliki berbagai bagian laporan
pemeriksaan dan menyisakan
ruang kosong untuk menulis
uamh membebaskan untuk
temuan
memperluas berbagai aspek • Keuntungan  membantu ketika
• Keuntungan  setiap bagian otopsi dalam jumlah besar , non-
dari laporan otopsi dapat medis lebih mengerti
diperluas tanpa kendala; • Kelemahan  adalah bahwa
juga bentuk laporan dapat jarak mencegah fleksibilitas
deskripsi, atau bahkan terlalu
diubah menjadi pernyataan
kosong
hukum • Penomoran berurutan, kode
komputer, dan aspek administrasi
lainnya dikondisikan dengan
praktik setempat
Hal yang harus dipenuhi untuk laporan:
1. Rincian pribadi lengkap 8. Tanggal dan waktu kematian,
tentang korban, kecuali jika di mana diketahui
tidak teridentifikasi (nama, 9. Sejarah dan keadaan
jenis kelamin, usia, pekerjaan kematian
dan alamat) 10. Pemeriksaan eksternal
2. Tempat, tanggal dan waktu 11. Pemeriksaan internal
autopsi 12. Daftar spesimen dan sampel
3. Nama, kualifikasi, dan status disimpan untuk selanjutnya
pathologist 13. Hasil pemeriksaan penunjang
4. Orang hadir pada autopsi 14. Ringkasan hasil temuan
5. Otoritas yang memerintahkan autopsi
autopsi 15. Diskusi temuan
6. Catatan siapa yang 16. Pendapat tentang peristiwa
mengidentifikasi tubuh yang menyebabkan kematian
tersebut 17. Penyebab formal kematian
7. Nama dan alamat petugas 18. Tanda tangan pathologist
medis subyek yang meninggal
- Tinggi badan, berat badan, dan status nutrisi - Kardiovaskular  berat jantung, dilatasi, ventrikel, defek
- Penyakit sebelumnya  edema, ascites, masalah kulit, kongenital, perikardium, epikardium, endokardium, katup,
demensia, dll. arteri koroner, miokardium, aorta, pembuluh darah besar
- Identifikasi fitur  warna kulit, tato, bekas luka, kelainan lainnya, dan pembuluh darah perifer
bawaan, gigi palsu, warna mata, dan warna rambut - Respirasi  hidung luar, glotis, laring, trakea, bronkus, pleura
- Adanya kaku, lebam, dekomposisi, dan pewarnaan kulit cavity, pleura, paru-paru
yang abnormal; suhu badan dan lingkungan harus dicatat. - (termasuk berat badan) dan arteri paru-paru
- Mata  petekie, arcus senilis, ukuran pupil, dan kondisi iris – - Pencernaan  mulut, faring, kerongkongan, rongga
lensa peritoneum, omentum, lambung, intestin, sekum, hati (berat),
- Mulut dan bibir  cedera, gigi, dan adanya benda asing pankreas, kandung empedu, dan rektum
- Eksternal genitalia dan anus - Endokrin  hipofisis, tiroid, timus, dan adrenal.
- Daftar dan deskripsi semua cedera eksternal, baru dan lama - Retikuloendotelial  limpa (berat) dan kelenjar getah bening
- Genitourinari  ginjal (berat), ureter, kandung kemih, prostat,
uterus, ovarium, dan testis
- Muskuloskeletal  tengkorak, tulang belakang, kerangka,
dan otot
- Sistem saraf pusat kulit kepala, tengkorak, meninge,
pembuluh otak, otak (berat), telinga tengah, sinus vena, dan
sumsum tulang belakang

Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan Luar
• Ada dua paham bahwa laporan autopsi harus
diselesaikan: (1) laporan harus diselesaikan sesegera
mungkin – bisa dalam bentuk laporan sementara yang
nanti dilengkapi; (2) semua aspek laporan dikumpulkan
dalam satu dokumen hingga lengkap
• Dengan adanya deskripsi terperinci dari pemeriksaan
eksternal dan internal, resume singkat memuat temuan
positif utama dan hubungannya dengan penyebab
kematian
• Ketika temuan dirasa kurang jelas, maka alternatif harus
didiskusikan berupa diagnosis diferensial penyebab
kematian dan merinci urutan kemungkinan kejadian
• Jika memungkinkan, diurutkan alternatif tersebut dengan
peringkat probabilitas kejadian
Artefak Post-Mortem
• Pankreas adalah salah satu organ pertama yang
menjalani autolisis karena terdapat enzim proteolitik,
sering disalahartikan sebagai pankreatitis akut (konfirmasi
dengan histologi)
• Bercak perdarahan dapat terjadi pada jaringan di
belakang leher, disebabkan oleh distensi dan kebocoran
dari pleksus vena yang terletak di daerah ini, sering
disalahartikan dengan pencekikan
• Ruptur abdomen secara autolitik dapat terjadi
pascamortem pada anak dan dewasa
• Fraktur tulang karena panas, baik pada tengkorak atau
tulang panjang, dapat terlihat pada korban kebakaran
hebat, sering disalahartikan sebagai kekerasan ante-
mortem
• Kembung, perubahan warna, dan blister tubuh yang
membusuk tidak boleh disalahartikan sebagai penyakit
atau trauma
• Darah atau cairan berdarah yang keluar dari mulut
mungkin disebabkan pembusukan
• Perubahan warna merah gelap pada bagian posterior
miokardium biasanya disebabkan oleh hipostasis
gravitasi post-mortem, bukan infark dini
• Petekie besar atau ekimosis sering terlihat pada kulit
orang yang meninggal karena kematian kongestif atau
dimana bagian atas tubuh setelah kematian, biasa terlihat
pada bagian dada depan atas dan belakang bahu
• Artefak resusitasi  dibahas pada sub-bab selanjutnya
Diikuti dengan autopsi pertama atau re-autopsi untuk menemukan bukti baru

Ekshumasi
Ekshumasi lebih digunakan untuk menggali jenazah yang sudah dikuburkan, bukan
membuka peti jenazah

Alasan adanya ekhumasi:


• Di mana semua atau sebagian dari kuburan harus
dipindahkan untuk pengembangan tanah
• Adanya masalah hukum perdata perlu diselidiki,
seperti asuransi atau litigasi sipil karena kelalaian -
biasanya KLL, kecelakaan industri
• Mencari infomasi baru untuk menyatakan bahwa
kematian disebabkan oleh tindakan kriminal
• Untuk menyelidiki, baik individu atau serangkaian
individu, untuk kepentingan akademis
• Prosedur hukum yang mengesahkan sangat bervariasi
dari satu negara ke negara, namun harus ada
perlindungan ketat untuk hal ini
• Lebih baik bila kuburan digali hingga tepat di atas tingkat
peti mati oleh penggali sehari sebelumnya; sehingga esok
paginya, polisi, petugas koroner, pathologist, dan lainnya
dapat tiba pada waktunya; plat nama peti mati harus
dibersihkan dan dibaca untuk mengkonfirmasi identitas
• Kecurigaan keracunan  sampel seharusnya diambil dari
permukaan kuburan, dari bagian lain dari kuburan, dan
tepat di atas peti mati. Ketika peti mati telah dibuka,
sampel lebih lanjut harus diperoleh dari sisi dan di bawah
peti mati, tetapi hal ini biasanya akan ditangani oleh para
ilmuwan forensik
• Tanah dan lumpur yang berlebih harus dibersihkan
sebelum transportasi
• Setelah sampai di kamar jenazah, tutup peti mati harus
sepenuhnya dilepas dan isinya diidentifikasi kembali
• Jika dicurigai keracunan; sampel kain kafan, serpihan peti
mati, atau residu dari peti mati harus disimpan untuk
analisis
• Tubuh diangkat, lalu dilakukan otopsi penuh sejauh
kondisi tubuh memungkinkan
• Banyak faktor lingkungan yang mempengaruhi: tanah
berkerikil atau berpasir akan membuat tubuh untuk tetap
dalam kondisi jauh lebih baik daripada yang ada di tanah
lempung
• Beberapa racun, terutama logam berat, dapat bertahan
selama bertahun-tahun dalam tubuh yang terkubur dan
dapat dideteksi saat penggalian
Autopsi pada Jenazah Busuk
• Meskipun kondisi jenazah buruk, autopsi tetap dilakukan
• Pembusukan dapat menyembunyikan memar karena
timbul warna hitam kehijauan, namun abrasi, laserasi,
luka iris, dan luka tembak bisa bertahan
• Kulit mengelupas dapat menyembunyikan beberapa lecet
 cabut epidermisnya dan periksa kulit dasarnya
• Jika belatung atau serangan serangga lain ada, beberapa
mungkin diambil untuk pemeriksaan ahli entomologis
untuk membantu dalam menilai interval post-mortem
• Secara internal, banyak organ yang akan tergantung
pada kondisi pembusukan
• Pemeriksaan organ mengikuti pola yang biasa,
dimodifikasi sesuai dengan keadaan pembusukan.
Artefak Resusitasi
• Memar dinding dada anterior, • Bekas tusukan untuk
perdarahan ke jaringan subkutan venapuncture, memar dapat
dan otot dada, fraktur tulang terjadi di sekitar lokasi tusukan di
dada, fraktur tulang rusuk, lengan
haemothorax, paru-paru yang • Kerusakan pada mulut, langit-
memar, paru-paru yang terkoyak, langit mulut, faring dan laring
perdarahan perikardial, dan dapat terjadi karena upaya untuk
bahkan tulang belakang yang memperkenalkan laringoskop
patah  RJP atau saluran napas, bahkan bisa
• Memar wajah dan leher, tanda jari menyebabkan fraktur mandibula
dan tanda kuku pada wajah dan • Elektroda membekas di dada dan
leher, dan kerusakan pada bibir alirannya dapat menyebabkan
dan gusi bagian dalam dari kerusakan histologis luas pada
resusitasi mulut ke mulut, ketika miokardium
wajah dan leher telah • Manuver Heimlich  ruptur
dicengkeram oleh tangan. abdomen, hepar, dan kerusakan
Kerusakan pada bibir, gusi, gigi, pada limpa dan pankreas
dan faring dapat terjadi akibat
masuknya alat ETT
• Resusitasi  penemuan isi • Perdarahan retina, secara klasik
lambung di laring dan trakea karena adanya peningkatan
• Pemberian oksigen melalui tekanan intrakranial dan cedera
masker atau tabung dapat kepala, juga telah dijelaskan
menyebabkan kerusakan  dalam batuk rejan dan setelah
pecahnya kerongkongan dan RJP
paru-paru, serta jenis barotrauma • Artefak lain-lain yang harus
lainnya termasuk pecahnya perut diperhatikan meliputi: maserasi
dan usus kulit dari tubuh yang berbaring
• Pada SSP dapat terjadi dalam urin, minyak tanah, dan
perdarahan subaraknoid setelah sebagainya; luka bakar
RJP; hiperekstensi leher untuk postmortem dari radiasi panas
membebaskan jalan napas atau atau botol air panas yang
melakukan resusitasi mulut ke berdekatan; dan petekie sebagai
mulut dapat merobek arteri akibat dari postural hypotension
vertebralis
• Embolisme sumsum tulang
dilaporkan terjadi setelah
pemijatan jantung
Bencana Massal -
Peran Serta
Forensic Pathologist
Perencanaan ke Depan
• Di sebagian besar negara maju, masing-masing wilayah
sekarang memiliki Mass Casualty Plan yang mencakup
layanan medis dan rumah sakit, pemadam kebakaran,
dan polisi.
• Rencana-rencana tersebut berorientasi secara klinis,
tetapi seringkali mengabaikan ketentuan untuk orang mati
 penting bagi forensik untuk memastikan bahwa di area
yang menjadi tanggung jawab mereka, ada pra-
perencanaan kooperatif yang mencakup penyediaan
yang memadai untuk pengumpulan, akomodasi,
pemeriksaan, bahkan hingga penguburan sejumlah besar
korban yang meninggal
• Objek investigasi patologis dalam bencana massal
adalah:
1. Untuk mengambil dan merekonstruksi tubuh sehingga
lebih layak
2. Untuk identifikasi
3. Untuk melakukan otopsi pada beberapa atau semua
jenazah
4. Untuk menetapkan penyebab kematian di beberapa
atau semua, terutama awak pesawat dan pengemudi,
dan untuk membantu rekonstruksi penyebab bencana
5. Untuk mendapatkan bahan untuk analisis toksikologis
(terutama alkohol dan karbon monoksida) jika perlu
6. Untuk mencari bukti penyebab bencana dari
pemeriksaan otopsi, seperti bom atau pecahan
detonator yang mungkin tertanam dalam tubuh.
Garis Besar Kebutuhan pada
Perencanaan Bencana Massal

1 Penyediaan pathologist dan staf lainnya

• Di kota-kota besar, mungkin ada orang yang cukup dengan pengetahuan


forensik, tetapi di tempat lain, ahli patologi rumah sakit mungkin dapat
membantu
• Satu orang harus bertanggung jawab penuh atas penyelidikan
• Namun sekali lagi, semua aspek ini dimodifikasi oleh skala bencana

2 Penyediaan fasilitas kamar mayat

• Semua badan harus dibawa ke satu lokasi untuk mempermudah


identifikasi
• Dapat berupa hangar, gudang, pabrik kosong, aula, dan bangunan lain
• Keamanan penerimaan harus ketat, ini menjadi tanggung jawab polisi.
• Lantai harus tahan air dan mampu disemprot, dapat dilindungi terhadap
darah, lumpur dan fragmen yang terbakar dengan ditutupi dengan plastik

1
3 Pengambilan Jenazah

• Setiap badan atau fragmen harus ditandai dengan nomor seri berurutan
dan difoto in-situ jika memungkinkan
• Polisi memiliki tanggung jawab untuk aspek ini, karena mereka
mengumpulkan dan mencatat pakaian dan barang-barang pribadi yang
memainkan peran penting dalam identifikasi pribadi
• Segala sesuatu yang berasal dari tubuh itu, termasuk pakaian, dompet,
cincin, gigi, dan perhiasan, harus memiliki nomor yang sama dan disimpan
dalam kantong kertas yang kuat untuk menghindari pertumbuhan jamur
• Data yang diperoleh dari pemeriksaan post mortem (PL, PD, toksikologi,
odontologi) diteruskan ke biro kepolisian yang telah mengumpulkan data
pribadi dari catatan dan kerabat para korban, dan upaya dilakukan untuk
mencocokkan dua set data
Autopsi yang Tidak Jelas
• Penetuan sebab kematian mengalami error sekitar 25-
50% tanpa dilakukannya autopsi, sekalipun itu meninggal
di RS
• Namun ada kalanya autopsi juga tidak menghasilkan
temuan yang “positif” saat PL, maka dari itu dilakukan
pemeriksaan penunjang, dimulai dari pemeriksaan darah,
urin, atau isi abdomen
• Apabila masih belum ada kejelasan, dapat dilakukan
pemeriksaan histologi, terutama di bagian miokardium
• Toksikologi sulit dilakukan dan cukup mahal apabila tidak
ada dugaan terracuni sebelumnya
• Jika masih tidak ada temuan positif, kesimpulan bisa
berisi temuan negatif yang menghapus diagnosis banding
• Yang harus dipastikan adalah pathologist membuat
pernyataan yang dapat dipertanggungjawabkan di
pengadilan dengan berlaku objektif, bijak, dan adil

“Whatever can possibly go wrong will” –


Murphy’s Law
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai