Anda di halaman 1dari 130

IDENTIFIKASI SISA-SISA

TUBUH MANUSIA
Identifikasi Sisa-sisa tubuh Manusia

 Karakteristik berguna dalam mengidentifikasi


jenazah.
 Identifikasi berdasarkan karakteristik DNA
 Identifikasi sisa kerangka
 Penentuan jenis kelamin
 Memperkirakan usia dari struktur rangka
 Penentuan leluhur/nenek moyang dari sisa
kerangka
 Rekonstruksi tampilan wajah dari tulang
tengkorak
 Identitas pribadi dari material kerangka
 Teknik Penempatan foto untuk identifikasi
 Waktu kematian dari sisa kerangka
 Identitas jenazah penting dalam pemeriksaan
postmortem,dengan alasan antara lain:
 Kepentingan etis dan kemanusiaan untuk
mengetahui meninggalnya seseorang,
terutama dari informasi keluarga yang
selamat.
 Untuk menetapkan fakta kematian
seseorang,untuk keperluan resmi, dan tujuan
hukum.
 Catatan identitas untuk keperluan
administrasi (penguburan/kremasi).
 Untuk lepas dari tuntutan hukum dan
kewajiban terkait tanah dan hutang.
 Untuk klaim asuransi jiwa, pensiun, dan
masalah keuangan lainnya.
 Untuk memungkinkan penyelidikan hukum,
sebab-sebab kematian dan pengadilan lain
yang dilakukan oleh koroner, prokurator fiskal,
pemeriksa medis,hakim, dan penyelidik untuk
melanjutkan penyelidikan tentang identitas
almarhum.
 Untuk penyelidikan polisi terhadap kejahatan
atau kematian yang mencurigakan,karena
identitas orang meninggal penting untuk
memulai investigasi.
 Identifikasi tidak berhubungan dengan medis;
pakaian, dokumen pribadi.
 Beberapa aspek tanggung jawab polisi
berhubungan dengan medis; identifikasi sidik
jari.
Identifikasi dari anatomi dan medis terdiri dari dua aspek

 pengelompokan berdasarkan jenis kelamin,


perawakan/postur tubuh, keturunan dan usia.
 Bisa ditentukan dari sisa-sisa bagian tubuh
yang ada, meskipun dikuatkan dari bukti
yang lain.
 Misalnya penentuan jenis kelamin dari
pakaian dan perhiasan, meskipun ini tidak
sepenuhnya dapat diandalkan.
 Perbandingan sisa-sisa tubuh dengan
informasi antemortem dan riwayat/catatan
korban identifikasi
 Identifikasi dilakukan pada:
 Mayat segar yang utuh. dilakukan
pengenalan visual. Dapat diperiksa tanpa
kesulitan warna rambut, pigmentasi
kulit, bekas luka dan tato.
 Mayat yang membusuk. Banyak ciri bagian
permukaan sebagian atau seluruhnya sudah
hilang, tapi informasi lebih banyak diperoleh
dari kerangka. dengan pemeriksaan DNA.
 Mayat mutilasi dan yang sudah terkoyak,
tergantung tingkat mutilasi dan jumlah
jaringan hilang identifikasi terhambat.
 Jika mayat segar/utuh ras pigmentasi dapat
ditentukan. Mutilasi selektif pada kasus
pembunuhan untuk identifikasi
seperti pemeriksaan gigi dan sidik jari
 Jika semua jaringan lunak tidak ada,
identifikasi tergantung pada pemeriksaan
dan pengukuran osteologi.
 pengenalan patologi dan abnormalitas
anatomi tulang di ekstraksi dan
di analisis melalui DNA pada jaringan tulang
padat
Karakteristik bermanfaat dalam identifikasi
mayat

 Penampilan wajah
Pada mayat segar, pengenalan mungkin sulit
karena perubahan pada ciri yang disebabkan
oleh kematian kondisi tertekan dan
emosi pada keluarga ,perubahan ciri mayat
bisa berubah
 Warna mata
 Pada mayat segar , warna mata sesuai
dengan kondisi saat dia hidup, cepat
memburuk Hilangnya tekanan
intraokular dan kerutan kornea berkembang
membuat iris lebih sulit untuk diamati.
 Pigmentasi kulit
 Pada mayat yang tidak mengalami kerusakan
dan tidak membusuk, perubahan pigmentasi
kulit lebih mudah dilihat walaupun melanin
sedikit meningkat
 Ketika pembusukan lapisan
berpigmen hilang, pigmentasi menjadi tidak
ada sebagai penanda identitas, walaupun
secara histologi melanin dapat terlihat pada
lapisan bawah.
 Mayat yang terbakar kehilangan
pigmen kulit yang terjadi karena kerusakan
oleh panas atau oleh endapan jelaga dan
produk pembakaran lain
 Warna rambut
 Rambut kepala, kemaluan, dan ketiak adalah
salah satu ciri identifikasi yang tahan lama,
bertahan lama ribuan tahun di lingkungan
yang baik.
 Warna asli rambut dapat berubah setelah
penguburan warna merah kecokelatan
(3bulan).
 Struktur rambut
 Merupakan wewenang ahli biologi forensik
dan antropologis.
 faktor-faktor yang membuat ujung rambut
seperti telah dipotong , secara alami runcing
memiliki arti penting untuk identifikasi.
 Ciri ras spt, rambut kepala negroid ;gelap
memiliki lilitan spiral yang rata, potongan
penampang berbentuk bulat
panjang/elliptical.
 Rambut ras mongoloid tidak terlalu
berpigmen dan lurus dengan potongan
penampang silindris.
 Ras kauskasia lebih bulat atau potongan
penampangnya berbentuk bulat telur.
 Ras kauskasia ;rambut alis cenderung segitiga
dan rambut kemaluan nya lebih rata.
 Sel-sel akar rambut dapat memberikan profil
DNA dan analisis DNA
 Tato
 Ornamen kulit yang disengaja dengan memasukkan pigmen
dibawah epidermis telah dipraktekan selama ribuan tahun di
seluruh dunia.
 Kata ‘Tatoo’ berasal dari bahasa Polinesia ‘ta tau’ artinya
‘untuk menandai’.
 Beberapa ras seperti Ibrani dan Serawak mentato sebagian
besar permukaan tubuhnya,
 Laki-laki dan perempuan di sebagian besar negara memiliki
tato yang terlokalisir yang bisa membantu dalam identifikasi
 material/bahan tato menetap untuk waktu
yang lama.
 Warna seperti biru, hijau atau merah dapat
diambil oleh sel-sel jaringan dan merembes ke
dalam sistem limfatik setelah beberapa tahun
 Pigmen hitam, partikel karbon dalam bentuk
tinta India, sangat tahan lama seumur hidup
walaupun beberapa akan diangkut ke KGB
regional.
 Hellerich menemukan 31 kasus dari 275 otopsi
forensik, tato di satu atau kedua sisi atas
ekstremitas yang selalu hampir disertai oleh
pigmentasi kelenjar getah bening aksila.
 Lehner et all menyelidiki penurunan
konsentrasi pigmen di kulit bertato merah
dan diperkirakan penurunan nya 87-99%
konsentrasi pigmen di kulit setelah dilakukan
tato.
 Membutuhkan pengetahuan etnis,
kebangsaan, budaya, agama, sosial tato
dapat menjadi tanda pada kelompok orang
tertentu.
 Pada dua dekade terakhir popularitas tato
meningkat signifikan yang melibatkan
sebagian besar populasi dan mengurangi
fungsi tato tidak lagi penting sebagai
pembawa kultur/budaya tertentu.
 Tato Inisial dapat digunakan, tetapi bisa
menyesaatkan untuk penggunaan nama
panggilan waktu kecil, seperti “B” untuk Bill
bukannya wiliam.
 Fotografi dan pencocokan tato adalah tugas
polisi
 seorang patologi adalah untuk membuatnya
mudah dilihat dan jelas untuk polisi.
 Saat terjadi pembusukan tato bisa tidak jelas
oleh beberapa lipatan kulit, pengelupasan
epidermis Setelah jaringan menjadi hijau ,
berlendir pola semakin menghilang.
 Penghapusan tato bisa seseorang
menyesal sudah merusak tubuh pada saat
usia muda, pada saat euforia, mabuk atau
untuk menghapus bukti identitas
 Banyak metode penghapusan kerusakan
dermis dan epidermis terjadi inflamasi/
peradangan dan pembentukan bekas luka.
 Tato pasti bisa di hapus terganti
dengan jaringan sikatrik kecil / besar yang
dengan sendiri menunjukan bahwa sesuatu
itu sudah ada di situ sebelum nya
 Sidik jari, telapak tangan
 Ilmu sidik jari dengan pencarian keterangan
dari catatan dan metode perekaman
Domain prosedur kepolisian.
 Polisi biasa nya hadir dikamar mayat untuk
mengambil sidik jari lengkap
 Ahli patologi dapat membantu ketika ada
kekakuan yang sangat kuat dengan memaksa
jari yang di lenturkan kebelakang atau
bahkan dengan memotong tendon fleksor.
 Seperti sidik jari , pola kulit pada telapak
tangan, telapak kaki bahkan gigi digunakan
pada identifikasi tugas polisi.
Pola pembuluh darah di punggung tangan
juga dikatakan menjadi karakteristik untuk
seseorang
 Identifikasi bekas luka
 Identifikasi Ini sangat penting pada tubuh
yang tidak diketahui .
 Penulis (BK) menggunakan bekas luka
cholesistektomi dan bekas sayatan luka
bedah pada kaki untuk identifikasi tubuh
seorang korban pembunuhan yang tengelam
di sungai selama enam minggu
 Infeksi atau luka terbuka memperlebar
bekas luka dan memperjelas luka laserasi
yang luas atau luka bakar dapat
menghasilkan jaringan parut serupa yang
lebih besar.
 Bekas operasi usus buntu, bekas
histerektomi/ operasi ginekologi lain
identifikasi
 Bekas luka non bedah ; kecelakan atau
trauma yang tidak di sengaja, bukti foto atau
catatan medis bekas luka yang spesifik
membantu mengkonfirmasi identitas.
 Bekas luka sengaja di buat sebagai bagian
dari tradisi beberapa etnis atau agama seperti
bekas luka pada wajah beberapa suku afrika,
serta cacat atau lubang di bibir atau lubang
telinga identifikasi
Penulis (PS) pernah sebagai asisiten bedah
pada rumah sakit swasta melakukan operasi
usus buntu(dalam kasus no akut) melalui
sayatan selebar satu sentimeter, menutup
luka, dengan alasan untuk kosmetik,
mengunakan benang luka -luka ini
sembuh tanpa bekas luka, kecuali memiliki
kecenderungan untuk pembentukan keloid.
 Luka bakar memberikan identifikasi yang
baik jika sikatrik luas .
 Luka bakar rokok sering terjadi pada korban
pelecehan anak, penyiksaan dalam tahanan,
kekerasaan antar tahanan, melukai diri
sendiri dan dengan gangguan kepribadian.
 Usia bekas luka
 Usia bekas luka sangat sulit untuk dinilai.
operasi bedah , tebasan pisau
dalam waktu seminggu,bila tidak ada
infeksi,hematome
 Pada tahap ini luka berwarna merah
kecoklatan dan tetap menjadi vaskular
beberapa bulan
 Kemerahan pembuluh darah yang
terkandung secara bertahap memudar dan
sayatan bedah yang sempit akan menjadi
putih 4-6 bulan.
 Pekerjaan
Yang paling terkenal adalah bekas luka “biru”
penambang batu bara yang di sebabkan oleh
debu yang tidak di sengaja memasukan luka
laserasi kecil di tangan dan wajah.
 Bekas luka, calus dan hiperkeratosis tangan
adalah indikator nyata dari kerja kasar yang
nyata.
 Paru-paru hitam penuh debu dengan atau
tanpa pneumokoniosis tertuju ke
penambangan, pegawai pemecah batu bara
kurang
membantu mengidentifikasi pekerjaan
 Tinggi badan pada tubuh yang utuh
 Tinggi badan mayat tidak persis sama saat
ketika masih hidup.
 Dikamar mayat harus dilakukan pengukuran
tubuh dari tumit ke kepala,
 Tinggi mayat bisa berbeda pada saat dia
hidup menjadi sedikit lebih panjang atau
lebih pendek, meskipun pemanjangan lebih
umum terjadi.
 Terjadi karena kehilangan total tonus otot,
flasiditas, relaksasi pada sendi seperti
panggul dan lutut bersamaan.
 Dengan hilangnya efek tegang pada otot
paraspinal pada diskus intervertebralis, tubuh
bisa memanjang hingga 2-3 sentimeter. Kaku
mayat kemudian dapat menggantikan tonus
otot lalu memperpendek tubuh dan
cenderung sedikit melunturkan kaki.
Hilangnya ketegangan di diskus
intervertebralis tinggi total sekitar 1 cm
atau lebih.
 Menurut Trotter dan Gleser kenaikan rata-
rata 2-5 sentimeter. Panjang postmortem
yang akurat adalah dibagian tumit dan
mahkota kepala.
 Penentuan Jenis Kelamin pada mayat yang
utuh
 jelas dan jarang menimbulkan masalah.
Masalah intersex dan hemaprodit praktek
forensik
 Pada beberapa daerah seperti Asia Tenggara
dimana transeksualisme pada pria sengaja
dilakukan, dibantu oleh intervensi bedah
 Masalah Genitalia dan payudara . Saat
masalah ini muncul, harus mencari saran ahli.
Secara umum, genitalia eksterna tetap dapat
dikenali sampai tahap akhir pembusukan.
bentuk tubuh dan payudara secara umum,
serta pola rambut kemaluan dapat
mengungkapkan jenis kelamin.
 Rambut kemaluan wanita biasanya tubuh
rendah pada perut bawah,
 Rambut laki-laki cenderung naik lebih atas
digaris tengah kadang-kadang sejauh
umbilikus.
 Ada atau tidaknya sirkumsisi harus
diperhatikan karena dapat membantu
identifikasi kelompok etnis dan agama
tertentu sebagai orang Yahudi dan Muslim.
 Pakaian, panjang rambut, gaya rambut,
pewarnaan rambut, anting-anting dan hiasan
lain tidak di andalkan untuk menentu
jenis kelamin.
 Saat pembusukan pemeriksaan organ
panggul internal masih bisa mengungkapkan
bukti nyata tentang jenis kelamin.
 Organ dalam sering kondisinya lebih baik
dibandingkan di luar tubuh. Uterus adalah
organ yang tahan dari pembusukan walapun
prostat juga cukup bertahan.
 kriteria penilaian rangka dapat di gunakan
dan analisis DNA dapat memberikan alat
tambahan yang kuat.
 Usia pada mayat jika terdapat kerangka
 Menentukan usia mayat jauh lebih sulit
dibandingkan penentuan jenis kelaminnya.
 Penuaan pada orang hidup bisa sulit dengan
margin kesalahan yang sangat luas
khususnya seiring bertambahnya usia maka
latihan pada mayat bisa menjadi kurang
tepat.
 Saat jasad relatif utuh keriteria yang biasa
menggunakan perkiraan yang umum.
 Warna rambut adalah penerapan umum,
meskipun setiap orang tahu bahwa seseorang
bisa memiliki rambut beruban di usia 25 atau
rambut yang gelap diusia 70.
 Hilangnya elastisitas pada kulit, proses penipisan
kulit dan hiperkeratosis serta bintik merah
‘Campbell de morgan’ indikator usia tua.
 Arcus senilis dimana jarang terlihat pada usia
dibawah 60 tahun.
 Pada bayi/anak-anak tinggi dan berat
mengunakan tabel standar.
 Bayi/anak Cacat, ggn
perkembangan ,penyakit dan
malnutrisi/kurang gizi dapat kesalahan
besar.
 Keturunan
 Banyak identifikasi keturunan tergantung
pada pengetahuan umum dan pengenalan
berbagai ciri etnis.
 Setiap orang dapat mengenali pigmentasi
pada orang Afrika Barat, lipatan epikanthik
Mongoloid, Cellt yang berambut merah, dan
rambut pirang pucat di Skandinavia.
 Tubuh yang utuh atau tubuh yang sebagian
sudah membusuk faktor2 berikut dapat di
gunakan sebagai identifikasi:
 Pakaian, Ornamen/hiasan dan benda terkait
lain nya. Senar atau gelang pada pergelangan
tangan orang Hindu.
 Etnik lain juga dapat mengadopsi ini melalui
pilihan, perkawinan atau penipuan.
 Tekstur rambut, gaya dan panjang janggut
Contohnya adalah Sikh, janggut dari orang
Yahudi ortodok, rambut keriting atau “papper
corn”dari beberapa orang negro,
multiplaiting dari orang Rastafarian Indian
Barat, rambut hitam lurus orang Asia dan
rambut gimbal yang umum ditemukan pada
orang-orang Celtic.
 Artefak Fisik ; sirkumsisi penis dan vulva,
tindik hidung dan telinga, bekas luka pada
suku tertentu, dan distensi daun telinga di
Afrika Timur dan beberapa suku di Sarawak.
 Tato dimiliki oleh sebuah budaya yang sangat
dasar seperti pada suku Iban Sarawak.
 Tampilan wajah ; kriteria utama tulang pipi
yang tinggi dan lipatan epikanthik pada
orang Mongoloid, dan perbedaan
prognathism dan hidung pada orang-orang
Negro.
 Ukuran tubuh menimbulkan ; perbedaan ras,
nutrisi yang baik di beberapa kelompok.
 Tampak nyata, orang Jepang lebih pendek
dibandingkan dengan orang Eropa Utara.
Pada struktur tulang orang Negroid memiliki
femur/paha lebih panjang (secara
proporsional)
 Pigmentasi kulit secara jelas dapat
membedakan keturunan Negroid atau group
keturunan yang lain.
 Identifikasi dengan karakteristik DNA
Prosedur standar identifikasi ; sisa-sisa
manusia pada umumnya dapat di amplifikasi
dan digunakan untuk membandingkan pola
genetik. dapat diidentifikasi dengan
100% keakuratan.
Pada kasus sisa-sisa potongan tubuh manusia
hanya ada dua fakor yang dapat
menghambat pengujian genetik; pertama
adalah degradasi sample dan terkait masalah
ekstraksi DNA, dan kurangnya data
perbandingan antemortem yang sesuai.
Identifikasi dari sisa
rangka
masalah klasik patologi forensik, adalah
identifikasi sebagian atau seluruh rangka
melibatkan teknik dan keahlian yang
menjangkau beberapa disiplin ilmu dari
anatomi ke radiologi, dari arkeologi ke
kedokteran gigi, serta genetika. Hal ini semua
sama pentingnya untuk identifikasi mayat
utuh atau membusuk,
Hal yang diteliti pada jasad yang masih utuh
prosedur identifikasi tulang sisa terdiri dari dua
bagian.
1. Membagi tulang ke kategori umum berdasarkan
kriteria absolute mengenai spesies, keturunan,
jenis kelamin, tinggi badan, usia.
2. Studi banding atau studi komparatif, dimana
sisa-sisa dicocokan terhadap data antemortem
yang berasal dari orang mungkin menjadi
korban.
 Kategori umum pada sisa rangka
Ketika ditemukan objek yang di sangka sisa-
sisa tulang ;
1. Apakah itu benar-benar tulang
2. Apakah itu tulang manusia
3. Apa jenis kelaminnya
4. Bagaimana perawakannya/tingginya
5. Keturunan atau ras apa
6. Berapa usianya
7. Berapa lama sudah mati atau disembunyikan
8. Apa penyebab kematiannya
Apakah bener-bener tulang

 Kesalahan lebih terjadi ketika tulang plastik


di campur dengan tulang yang bener-bener
tulang, biasanya berasal dari hewan.
 Bentuk,tekstur terutama dari berat benda
Apakah tulang-tulang itu berasal dari
manusia

 Pengenalan spesies penting


 Dari manusia, biasanya mudah kecuali sudah
menjadi kepingan-kepingan.
 Banyak binatang ditemukan oleh masyarakat
polisi apakah tulang-tulang ini dari
manusia.
 Kesulitan pada tulang yang kecil pada
beberapa hewan terutama tangan dan kaki,
metatarsal dan metacarpal
 Masalah akan timbul lagi tulang tidak
lengkap atau terpisah-pisah.
 Jika terdapat ujung tulang yang panjang
kemungkinan bukan manusia.
 Fragmen tulang yang terbakar memberikan
masalah yang sama yaitu kemungkinan
distorsi dan penyusutan panas
Gbr 3.9
Gbr 3.10
Penentuan jenis kelamin

 Keakuratan penentuan jenis kelamin dari sisa-


sisa rangka bervariasi dengan usia,derajat
fragmentasi tulang dan variabilitas biologis.
 Khususnya ketika mempelajari tengkorak dan
panggul,
 Asal usul membingungkan jenis kelamin
contohnya, ukuran dari pinggiran
supraorbital pada wanita Negroid normal
dapat melebihi ukuran rata-rata laki-laki
Kaukasia.
 Krogman mencetak 100% akurasi
menggunakan rangka yang utuh, 95% pada
pelvis, 92% pada tengkorak, 98% pada pelvis
dan tengkorak,
80% pada tulang panjang, dan 98% pada
tulang panjang dan pelvis.
 Sebagian besar materi anatomi memiliki rasio
jenis kelamin sekitar 15 banding 1 untuk laki-
laki, jika biasnya jelas dapat dikelompokan
tulang yang meragukan kedalam kategori
pria.
 Stewart mencatat bahwa untuk seluruh
rangka diharapkan tingkat keberhasilannya
90-95% dan untuk tengkorak saja hanya 80%,
tetapi jika ada mandibula ini naik menjadi
90%.
 Tengkorak
Ciri-ciri berkembang setelah pubertas dan usia
yang makin menua sehingga hanya berlaku
antar usia 20-55. Usia dan keturunan memiliki
efek yang sangat penting.
 Tengkorak wanita lebih bulat dan halus dari
laki-laki
 Ukuran, tengkorak laki-laki lebih besar dengan
volume endokranial sekitar 200 ml lebih besar.
 Otot lebih jelas pada tengkorak pria terutama
daerah ocipital dimana otot yang lebih besar
melekat pada puncak nuchal, dan pada area
temporal serta mandibular terdapat otot
maseter yang besar dan otot temporalis.
 Lengkungan supraorbital lebih jelas pada
tengkorak laki-laki dan bisa jadi tidak ada
pada tengkorak perempuan.
 Prosesus mastoideus.Lebih besar pada
tengkorak laki-laki.
 Eminentia frontalis dan parietalis ini lebih
menonjol pada tengkorak wanita
dibandingkan pada tengkorak laki-laki.
 Palatum atau langit-langit.Lebih besar dan
lebih berbentuk U pada laki-laki,pada
perempuan langit-langit lebih kecil
cenderung berbentuk parabola.
 Tulang orbit/tulang mata pada laki-laki letaknya
lebih rendah dengan tepi lebih persegi dan
kurang tajam(terutama tepi atas) di bandingkan
perempuan.
 Glabela (adalah eminentia pada dahi tengah )
lebih jelas pada tengkorak laki-laki dan batas
tulang orbita lebih bulat dan kurang tajam.
 Apartura nasalis pada tengkorak laki-laki lebih
tinggi dan lebih sempit serta memiliki tepi yang
tajam.
 Tulang nasal pada laki-laki lebih besar ,lebih maju
kedepan sehingga membentuk sudut yang lebih
tajam daripada wanita.
 Dahi, pada tengkorak perempuan lebih tinggi dan
curam dengan kontur yang lebih bulat dibanding
laki-laki.
 Prosesus zygomaticus, batas proyeksi posterior
melebihi meatus acusticus ekternal pada
tengkorak laki-laki.
 Lengkungan zygomaticus agak keluar
dibandingkan perempuan dimana mereka
lebih medial.
 Mandibula lebih besar pada tengkorak laki-
laki dengan wilayah sympisis yang persegi.
Rahang perempuan banyak yang lebih bulat
dan memproyeksikan lebih sedikit pada titik
anterior.
 Tengkorak Asia tumpang tindih khususnya
pada orang-orang dari benua India.
 perbedaan jenis kelamin secara osteologi
kurang jelas. Kriteria yang ditetapkan diatas
mengecualikan prapubertas dan lansia.(20-55
tahun)
 Craniometri telah diterapkan untuk
mengukur keakuratan tengkorak dalam
penerapan penentuan jenis kelamin diantara
titik-titik.
Gbr 3.14
Karakteristik jenis kelamin pada pelvis

 Pelvis wanita pasca pubertas lebih besar dan


dangkal dibandingkan pada laki-laki yang
agak lurus.
 pada tengkorak, panggul pria lebih kasar
karena perlekatan otot lebih kuat.
 Panggul pria lebih tinggi,lebih tegak,
dibandingkan pada pelvis wanita yang lebih
halus dan lebih rata.
 Sudut subpubis kisaran 90 derajat pada pelvis
perempun tetapi biasanya sekitar 70 derajat
pada laki-laki.
 Os pubis laki-laki cenderung berbentuk
segitiga pada laki-laki, pubis wanita lebih
persegi empat.
 Indek ischiopubik di buat oleh Washburn yang
dimana panjang Pubis (kali 100)adalah dibagi
dengan panjang ischia.
 panjang bidang syimpisis pubis ketitik di
acetabulum dan panjang ischia berasal dari
titik yang sama ke tepi paling distal ischium.
 Jika indeks ischio pubik (dalam ras kulit putih)
kurang dari 90 merupakan pelvis laki-laki, jika
lebih dari 95 adalah perempuan.
 Acetabulum pria memiliki diameter 52
milimeter, diameter pada wanita yaitu 46
milimeter.
 Foramen obturatorium berbentuk bulat telur
pada pria, tetapi berbentuk segitiga pada wanita.
 Sulcus pre aurekuler yang menandai perlekatan
lingamentum anterior sacroiliaca terletak lateral
dari sendi sacro iliaca dan biasanya terdapat pada
wanita
 Lubang tulang panggul diliat dari atas lebih
melingkar pada wanita, pria berbentuk hati
dikarenakan adanya tonjolan penuh tulang
sacrum ke posterior.
Sejumlah indek panggul lain di tulis oleh
(misalnya karya Turner, Greulich dan Thomas,
Caldwell dan Molly, Straus dan Derry).
Karakteristik jenis kelamin pada sakrum

 Sacrum wanita lebih lebar dan memiliki curva


dangkal yang lebih besar untuk
melahirkan.
 Sacrum pria dapat memiliki lebih lima segmen,
yang jarang pada wanita.
 Lengkungan pada pria lebih panjang di seluruh
tulang dan bahkan mungkin ada sedikit proyeksi
kedepan dari tulang ekor.
 Vawcett membandingkan diameter transversum
pada vertebra sacrum (CW) dengan dasar sacrum
(BW).
 Rumus nya CW X100/BW, rata-rata 45 pada pria
dan 40 pada wanita.
Penentu jenis kelamin dari tulang panjang

 Tulang paha, panjang dan besarnya menjadi


sangat bermakna.
 Menurut Brash panjang maksimum (oblik)
pada femur laki-laki sekitar 459 mm.
 Perempuan hanya 426 mm.
 Pearson dan Bell rata-rata 447mm untuk pria
dan 409 mm untuk wanita.
 Menggunakan panjang obliq trochanteric
390-405 mm untuk wanita. Dan 430-450 mm
untuk pria.
 Ukuran kepala femoral, Menurut Pearson dan
Bell lebih besar dari 45 mm pada pria dan
kurang dari 41 mm pada wanita.
 ketika femur wanita di dudukan di atas
kondilus pada permukaan yang rata, maka
sudut poros permukaan berada pada angka
76 derajat, tulang laki-laki lebih tegak sudut
nya sekitar 80 derajat.
 Sudut leher pada poros tulang paha
(Godycki), tulang dengan sudut kurang
dari 40 derajat , 85 persen kemungkinan
menjadi laki-laki.
 Sedangkan jika sudut nya lebih dari 50
kemungkinan 75% adalah perempuan.
Menetapkan jenis kelamin dari tulang lain

 Tulang dada, panjang manubrium pada


wanita mungkin sama atau melebihi
setengahnya panjang corpus sternum,
sedangkan manubrium pria kurang dari
setengah panjang badan sternum. Ini di klaim
pada abad ke 19 oleh Hyrtl.
 Yang terakhir klemnya adalah rasio
manubrium: tubuh adalah 52 : 100 pada
wanita dan 49:100 pada pria.
 Methode ini oleh iordanidis.Yang menduga
tingkat keberhasilan 80% menggunakan
tulang dada saja.
 Stewart dan McCormick menggunakan
teknik radiografi dan akurasi total mengklaim
bahwa panjang sternal kurang dari 121 mm
pasti perempuan dan lebih dari 172mm pasti
laki-laki.
 Scapula ,pada diameter vertikal cavum
glenoid ambangnya menurut dwight adalah
36 mm pada laki, yang lebih kecil perempuan.
 Iordanidis ; pengukuran scapula,ketinggian
scapula adalah laki laki lebih besar dari 157
mm dan perempuan kurang dari 144mm
 Tulang humerus, jari-jari, dan ulna sedikit
membantu pembuktian jenis kelamin,
terlepas dari ukuran keseluruhan.
 fosa olecranon yang berlubang di ujung
bawah humerus terjadi lebih sering dari
perempuan dan lebih sering pada sisi kiri
yaitu 3,7 : 1 dibandingkan dengan laki-laki.
Bukti hamil dari kerangka

 proses melahirkan menyebabkan beberapa


perubahan pada panggul sebagai akibat dari
trauma persalinan lokal.
 bekas luka kemaluan dari robeknya insersi
tendon dan periosteum di sekitar tulang
kemaluan.
Perkiraan tinggi badan dari sisa-sisa
kerangka

 Ketika kerangka tersedia lengkap,


pengukuran tulang memberikan
ketinggian (uk cm).
 Kelonggaran harus di buat hilangnya
tulang rawan di ruang sendi (khususnya
kehilangan pada diskus intervertebralis)
 Ketika rangka tidak lengkap perhitungan
atas dasar satu atau lebih tulang.
 Jika memungkinkan semua tulang yang
tersedia harus digunakan dan di nilai.
 Tulang paha lebih dapat di andalkan dari pada
ulna.
 Berikut ini adalah urutan kegunaan secara
menurun pada pengukuran tulang adalah;
Tulang paha, tibia, bumerus, jari-jari
 Peneliti menunjukaan bahwa panjang mayat
sekitar 2,5 cm lebih panjang dari ketinggian
yang diketahui selama hidup.
 Panjang tulang harus diukur secara tepat
dengan cara yang sama seperti yang
digunakan oleh penulis.
 Tulang kering usia tua sedikit lebih pendek
dari yang baru
 Telkka menyatakan bahwa 2mm harus
kurangi dari ukuran tulang segar sebelum
pengukuran.
Janin dan bayi muda

 Harus lebih sering dan terbiasa


memperkirakan usia janin dan neonatal pada
jasad yang utuh, bukan kerangka karena
tulang yang belum matang sangat mudah
tersebar hilang dan hancur.
Usia kerangka pada anak dan dewasa muda

 Metode yang di gunakan pada janin, bayi,


anak kecil, dan dewasa muda, tidak pernah
berhenti. Penampilan pusat osifikasi selesai
sekitar 5 tahun dan setelah tahap ini
penyatuan epifisis hingga usia 25.
Orang dewasa tua

 Penentuan usia biologis pada kerangka


dewasa cukup sulit
 Penentuan dengan perubahan degeneratif,
perubahan histologis, dan perubahan kimia
komponen tulang dan gigi.
 Penanda umum usia tua yaitu osteoporosis,
degenerasi permukaan articular, osteofit,
dipengaruhi oleh patologi, nutrisi dan
variabilitas antar individu.
Simpisis pubis

 Todd, McKern, Stewart dan Gilbert


mempelajari simpisis pubis untuk penuaan
dan pengembangan .
 Pada dewasa muda permukaan tulang
kemaluan simpisis memiliki penampilan
menonjol
Tulang rusuk ke empat

 Metode ini dikembangkan oleh Iscan et all


dan pemeriksaan profil articulasi
osteokondral dari tulang rusuk.
 Bertambahnya usia profil menjadi tidak
teratur dengan margin beralih dari bentuk V
ke bentuk U, kedalamannya meningkat,
sternum lebih tidak teratur.
Penentuan leluhur dari sisa-sisa kerangka

 Investigasi ini lebih sulit karena sifat rasial


tidak jelas dan begitu banyak percampuran
etnis terjadi terutama di imigrasi sekala besar
Eropa dan Amerika Utara
 Tengkorak Mongoloid berbentuk cekung
posterior, gigi seri atas berbentuk sekop yang
mungkin berlekuk di permukaan belakang.
 Tengkorak kaukasoid memiliki lengkungan
zygomatik luas, memberikan ciri khas pipi yang tinggi.
 Nenek moyang Mongoloid memiliki lebar wajah
melintang ditemukan sebagian besar di Indonesia, Cina,
Jepang
 Kelompok negroid cenderung memiliki kepala yang
panjang, kepala luas.
 Tulang orbita negroid lebih rendah dan lebih luas
dibandingkan dengan orang mongoloidyang lebih
tinggi dan bulat.
 Lubang hidung negroid lebih lebar.
Penentuan waktu kematian pada sisa kerangka

 Salah satu masalah dalam identitas adalah


memperkirakan waktu kematian.
 Pengetahuan waktu kematian di ukur dalam
tahun, dekade bahkan abad.
 Metode penilaian untuk menggunakan sistem
berbasis titik dan memperhitungkan suhu
yang terkena.
Tes Fisik

 Fluoresensi dengan sinar ultraviolet bisa


bermanfaat sebagai tes pendahuluan jika
dipotong melintang dan diperiksa dibawah
sinar ultraviolet tulang ini akan bersinar
dengan cahaya keperakan.
Tes serologis dan kimia Sr
C14
 Tes positif ; keberadaan Hb pada tulang atau
pada tulang yang hancur tergantung pada
sensitifitas teknik.
 Menggunakan pewarnaan metode peroksida
hasil positif pada usia tulang hingga 100
tahun.
 Bubuk tulang ditabur dengan amonia lemah
dan memberikan reaksi positif dengan serum
antimanusia.
Trimaksih…….

Anda mungkin juga menyukai