Disusun Oleh
Dad R. J. Sembodo
Herry Susanto
Hidayat Pujisiswanto
Pelaporan .............................................................................................................................. 5
DOSEN
MINGGU KE- MATERI PRAKTIKUM
PENGASUH
2
PENJELASAN UMUM Tim
5
PENILAIAN GULMA
➢ Praktikan diwajibkan berbusana yang rapih, bertingkah laku sopan, dan saling
menghargai dan bekerjasama.
➢ Praktikan telah membaca penuntun praktikum dengan topik praktikum sesuai dengan
jadwal. Berdasarkan penuntun praktikum tersebut praktikan membuat rencana kerja.
4
Pengelolaan Gulma di Perkebunan
PELAPORAN
5
Pengelolaan Gulma di Perkebunan
TOPIK 1.
Pendahuluan
Perkebunan memiliki lahan yang luas. Misalnya perkebunan tebu luasnya 20 ribu hektar,
perkebunan kelapa sawit 100 ribu hektar, kelapa sawit 25 ribu hektar untuk satu
perusahaan. Untuk mengelola gulma pada lahan yang luas tersebut diperlukan
kecermatan. Kegagalan dalam pengelolaan gulma akan menimbulkan kerugian besar bagi
perusahaan. Kerugian bisa dilihat dari sisi biaya (menyangkut sarana, tenaga kerja, dan
peralatan), waktu (pengaturan jadwal kembali), dan produksi (menurunun akibat
kompetisi), dan sebagainya.
Permasalahan yang berkaitan dengan gulma diperkebunan tidak Hanya karena gulma
tersebut bersaing dengan tanaman sehingga produksinya menurun. Permasalahan yang
lain misalnya ketersediaan waktu untuk mengendalikan gulma yang terbatas, jumlah
tenaga trampil yang terbatas, proses pengadaan herbisida dan peralatan yang tidak
lancar, atau munculnya dampak negative dari penggunaan herbisida. Secara umum
permasalahan akibat gulma terdiri dari penurunan hasil, peningkatan biaya produksi,
kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan peralatan, kebutuhan waktu, kebutuhan bahan
(herbisida), kebutuhan peralatan, dan isu lingkungan. Dalam menyusun tahapan
pengelolaan gulma, permasalahan yang kemungkinan akan muncul harus bisa diantisipasi.
Tujuan
Melalui praktikum ini mahasiswa diharapkan terbiasa mengumpulkan informasi dan
menyusun informasi tersebut dalam bentuk karya ilmiah dengan baik.
Pelaksanaan
Praktikum ini merupakan tugas perorangan. Mahasiswa menyusun karya ilmiah atau ilmiah
popular dengan tema permasalahan yang disebabkan oleh adanya gulma di perkebunan.
Isi tulisan berupa studi pustaka (bukan memindahkan tulisan orang lain, hindari
plagiarism), dan ulasan terhadap pendapat orang lain yang telah disusun atau dikumpulkan
melalui studi pustaka tersebut, serta penyampaian gagasan atau pemikiran berupa
tanggapan atau solusi.
6
Pengelolaan Gulma di Perkebunan
Panjang tulisan karya ilmiah atau ilmih popular tersebut sebanyak 3 – 4 halaman kertas
HVS A4 diketik dengan spasi ganda dan dikumpulkan 2 minggu setelah penjelasan
praktikum ini.
7
Pengelolaan Gulma di Perkebunan
TOPIK 2.
Pendahuluan
Gulma merupakan tumbuhan yang merugikan manusia, baik dari segi ekonomis, ekologis,
kesehatan, maupun estetika. Kehadiran gulma selama proses budidaya tanaman tidak
selalu berkonotasi dengan kemampuan gulma tersebut berkompetisi dengan tanaman
dalam memperebutkan sarana tumbuh, seperti hara, air, cahaya, maupun ruang rumbuh.
Derajad kompetisi, atau tinggi rendahnya tingkat kompetisi, antara gulma dan tanaman
antara lain ditentukan oleh beberapa hal yaitu jenis tanaman, jenis gulma, dan waktu
kehadiran gulma, Bahkan, umur tanaman atau umur gulma juga menentukan derajad
kompetisi tersebut. Dampak kompetisi akan lebih tinggi apabila gulma hadir pada fase
kritis tanaman terhadap persaingan dengan gulma. Fase kritis tersebut secara umum
pada tanaman semusim terjadi pada sepertiga awal umur tanaman (0 – 1 bulan) sedangkan
pada tanaman musiman terjadi pada saat tanaman belum menghasilkan (umur 0 – 4 tahun).
Akibat dari kompetisi tersebut kedua belah pihak yang berkompetisi mengalami kerugian,
baik tanaman maupun gulmanya akan mengalami kerugian.
Kehadiran gulma gulma juga dapat merugikan petani dengan cara menurunkan kualitas
produk pertanian, mengganggu proses produksi seperti pemupukan dan pemanenan, dan
sebagai inang sementara atau tempat sembunyi hama dan penyakit. Pada tingkatan
pertumbuhan tertentu, gulma tersebut harus dikendalikan pertumbuhannya sehingga
tidak menimbulkan kerugian secara ekonomis. Atau dengan pengertian lain. pertumbuhan
gulma tersebut harus dijaga sehingga tidak melebihi ambang ekonomi. Tinggi rendahnya
ambang ekonomi ini antara lain ditentukan oleh jenis tanaman yang diusahakan.
Tujuan
Melalui praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep kempetisi dan
dampaknya terhadap gulma maupun tanaman.
8
Pengelolaan Gulma di Perkebunan
Pelaksanaan
9
Pengelolaan Gulma di Perkebunan
TOPIK 3.
PENILAIAN GULMA
Pendahuluan
Untuk menentukan kebijakan pengendalian gulma di lapangan, situasi gulma yang nyata di
lapangan perlu diketahui sebagai bahan pertimbangan atau dasar penentuan kebijakan.
Data situasi gulma tersebut diperoleh melalui survei pencatatan gulma yang tumbuh,
penilaian perameter penting, dan pencatatan kondisi lingkungan tumbuhnya. Rangkaian
kegiatan tersebut disebut dengan penilaian gulma (weed assessment).
Prosedur penilaian gulma pada dasarnya tidak berbeda dengan prosedur survei untuk
analisis vegetasi gulma. Untuk kebutuhan praktis, prosedur prosedur analisis vegetasi
tersebut disederhanakan sehingga pelaksanaan dilapangan tidak rumit. Penilaian gulma
tersebut dilakukan pada tiap blok kebun, seluas 16-25 ha.
Tujuan
Melalui praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat menilai secara cepat kondisi gulma di
lapangan dan menentukan kebijakan pengendaliannya.
Pelaksanaan
10
Pengelolaan Gulma di Perkebunan
tumbuhnya. Penutupan adalah persentasi permukaan tanah yang ditutupi oleh jenis
gulma tertentu. Kerapatan adalah jumlah gulma tertentu dalam suatu areal.
Kerapatan gulma dinilai menurut skala kerapatan gulma yaitu:
a. Sangat Rapat (SR) = batang rapat dan berjalin, ranting dan daun tumpang
tindih membentuk anyaman sehingga tanah tidak terlihat.
b. Rapat (R) = batang rapat, ranting dan daun bersinggungan, tapi pandangan
masih menembus tanah.
c. Jarang (J) = batang jarang, ranting dan daun tidak bersinggungan.
d. Sangat Jarang (SJ) = tumbuhan terpencar dan tidak bersingungan.
Praktikum ini merupakan praktikum kelompok, laporan dibuat secara lengkap dan
dikumpulkan 2 minggu setelah praktikum ini dilaksanakan. Diskusikan dalam laporan gulma
yang tumbuh, gulma yang dominan, dan parameter penilainanya serta program
pengendaliannya (menyangkut waktu dan metode yang digunakan serta pertimbangan
teknis dan kondisi lingkungannya.
11
Pengelolaan Gulma di Perkebunan
12
Pengelolaan Gulma di Perkebunan
TOPIK 4
PENGARUH AGROKLIMAT TERHADAP GULMA
Pendahuluan
Agroklimatologi berasal dari kata agro (pertanian) dan klimatologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang iklim. Agroklimatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang iklim
yang berhubungan langsung dengan pertanian atau ilmu yang mempelajari teknik budidaya
tanaman dan iklim untuk pertumbuhan, perkembangan, dan hasil pertanaman. Agroklimat
dipelajari untuk mendatangkan banyak pencerahan bagi pelaku usaha tani, mengetahui
kesesuaian iklim optimum tanaman dan batas-batas ekstrimnya, kebutuhan air irigasi,
pengaruh iklim (mikro) terhadap pertumbuhan, perkembangan, maupun penyebaran OPT
Agroklimat terbentuk akibat radiasi matahari, lingkungan, dan vegetasi di suatu habitat
atau merupakan iklim (mikro) dalam lingkup pertanian/suatu usaha tani. Iklim mikro suatu
usaha tani akan dibentuk oleh adanya pengaruh lingkungan yang berawal dari radiasi surya
dan vegetasi yang ada di habitat tersebut. Radiasi surya : Intensitas, kualitas, dan lama
penyinaran (periodisitas) merupakan energi utama alam dari matahari yang akan
mempengaruhi Suhu udara dan suhu tanah, Tekanan udara, angin, Evaporasi dan
evapotranspirasi, Kelembaban udara, Pembentukan awan dan hujan.
Peranan agroklimat penting diketahui mulai adanya peranan radiasi/penyinaran surya yang
akan mempengaruhi keadaan lingkungan lainnya. Sinar matahari sebagai energi utama
alam dalam kehidupan dan vegetasi akan menghasilkan energi pertumbuhan lewat
fotosintesis. Kondisi areal/habibat terbuka dan ternaungi akan mempengaruhi vegetasi
yang tumbuh dan berkembang. Kondisi lahan terbuka, vegetasi tanaman semusim maupun
tahunan dari pembibitan, tanaman muda (TBM), dan Tanaman menghasil (TM) akan
mengakibatkan sinar matahari yang sampai ke permukaan tanah berbeda sehingga akan
memengaruhi faktor pendukung lainnya dan vegetasi yang terbentuk.
Tujuan
Melalui praktikum ini mahasiswa dapat memahami agroklimat yang terbentuk pada
tanaman jenis maupun umur tanaman perkebunan yang berbeda akan mengakibatkan jenis
gulma yang mungkin berbeda pula, sehingga dengan menganalisis pertumbuhan dan
perkembangan vegetasi yang terbentuk pada habitat tersebut dapat diambil langkah
untuk menentukan pengelolaan gulma yang sesuai.
13
Pengelolaan Gulma di Perkebunan
Pelaksanaan
14
Pengelolaan Gulma di Perkebunan
TOPIK 5
AGROEKOSISTEM GULMA – TANAMAN
Pendahuluan
Kondisi ekosistem pada lahan perkebunan berupa pembibitan, tanaman yang belum
menghasilkan (TBM), dan tanaman yang sudah menghasilkan (TM) sangat jauh berbeda.
Perbedaan agroekosistem tersebut disebabkan karena adanya perbedaan agroklimat atau
iklim mikro pada lahan tersebut. Misalnya pada pembibitan penanganan umumnya secara
intensif, pada lahan yang sempit, penyiraman teratur, dan kadangkala diberi naungan.
Lahan TBM keadaan tanamannya masih kecil, kacangan penutup tanah (LCC) masih baik,
penangkapan sinar matahari oleh tanaman masih belum maksimal, dan lahan masih dalam
kondisi terbuka karena tajuk yang belum saling bersentuhan. Lain halnya dengan kondisi
TM. Tanaman pada kebun TM sudah besar, lahan ternaungi, dan LCC sudah tertekan
pertumbuhannya atau sudah mati. Perbedaan tersebut kemungkinan juga terjadi pada
perkebunan dengan komoditas yang berbeda, karena habitus tanaman dan kultur teknis
yang diterapkan berbeda-beda.
Kondisi yang berbeda pada setiap agroekosistem akan menentukan corak pertumbuhan
gulma pada lahan tersebut, baik dilihat dari jenis gulma yang tumbuh maupun tingkat
dominansinya. Akibat adanya perbedaan corak pertumbuhan gulma tersebut maka
kebijakan pengelolaan gulma harus bersifat spesifik lokasi, atau diskriminatif, atau tidak
disamaratakan.
Tujuan
Pelaksanaan
Lokasi: lokasi praktikum adalah lahan di sekitar atau dalam kampus dengan kondisi
vegetasi yang tinggi dan rapat (ternaungi) dan kondisi vegetasi rendah (kondisi terbuka).
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah higrometer (pengukur kelembaban
udara), termometer (pengukur suhu udara), termometer tanah, dan lux meter (pengukur
radiasi surya.
15
Pengelolaan Gulma di Perkebunan
Cara Kerja
1. Siapkan peralatan yang diperlukan dan lakukan kalibrasi untuk peralatan tertentu.
2. Untuk setiap pengamatan, pengukuran dilakukan dalam waktu yang bersamaan
(serentak) pada lokasi yang ternaungi dan terbuka. Perbedaan waktu yang terjadi
jangan terlalu lama.
3. Pengamatan pada setiap agroekosistem (ternaungi dan terbuka) dilakukan sebanyak
tiga ulangan.
4. Gulma yang tumbuh pada masing-masing agroekosistem diidentifikasi dan
ditentukan tingkat penutupan serta kerapatan masing-masing jenis gulmanya
secara visual. Gunakan perhitungan analisis vegetasi dengan menggunakan metode
kuadrat.
5. Kerapatan gulma dinilai secara kualitatif menurut skala kerapatan gulma yaitu:
a. Sangat Rapat (SR) = batang rapat dan berjalin, ranting dan daun tumpang
tindih membentuk anyaman sehingga tanah tidak terlihat.
b. Rapat (R) = batang rapat, ranting dan daun bersinggungan, tapi pandangan
masih menembus tanah.
c. Jarang (J) = batang jarang, ranting dan daun tidak bersinggungan.
d. Sangat Jarang (SJ) = tumbuhan terpencar dan tidak bersingungan.
6. Hasil pengamatan disajikan secara rapih dengan menggunakan format tabel
pengamatan (terlampir).
Pelaporan
Praktikum ini merupakan praktikum kelompok, laporan dibuat secara lengkap, dan
dikumpulkan 2 minggu setelah praktikum ini dilaksanakan. Diskusikan dalam laporan gulma
yang tumbuh berdasarkan dominansinya dan kaitkan dengan data komponen
agroekosistem yang ada. Tunjang pembahasan dalam laporan tersebut dengan kondisi
lingkungan yang dikehendaki oleh masing-masing jenis gulma dominan yang ada. Data
tersebut dapat ditemukan pada setiap buku identifikasi gulma.
16
Pengelolaan Gulma di Perkebunan
Tabel 1. Kondisi Agroekosistem dan Kondisi Gulma pada Lahan Ternaungi dan Terbuka
Komponen Agroekosistem
1. Suhu udara
2. Kelembaban Udara
3. Suhu tanah
4. Kelembaban tanah
1.
10.
Catatan Khusus:
17
Pengelolaan Gulma di Perkebunan
TOPIK 6.
Pendahuluan
Dalam suatu areal budidaya tanaman selalu ditemui gulma yang tumbuh. Tidak semua
gulma yang ada tersebut bersifat sangat merugikan petani. Gulma yang sangat merugikan
disebut sebagai gulma penting. Pada budidaya tanaman yang berbeda ada kemungkinan
gulma penting yang ditemui juga berbeda.
Pada saat dilakukan tindakan pengendalian gulma, gulma penting yang ada harus menjadi
prioritas utama untuk dikendalikan. Berbagai metode pengendalian gulma telah Anda
mengerti melalui praktikum sebelumnya. Kini saatnya Anda melakukan pengamatan
penerapan berbagai metode pengendalian gulma tersebut pada tingkat petani. Biasanya
seorang petani tidak hanya menerapkan satu metode pengendalian gulma saja dalam
praktek usahataninya. Berbagai metode pengendalian mereka gabungkan dan mereka
menilai penggabungan itulah metode yang paling baik dan menguntungkan. Misalnya,
mereka menggabungkan antara metode kultur teknis dengan mekanis atau kimia atau
ketiganya. Penggabungan berbagai metode tersebut kita kenal sebagai metode
pengendalian secara terpadu. Kalau kita tanyakan kepada petani, kemungkinan mereka
tidak mengerti bahwa yang mereka terapkan adalah pengendalian gulma secara terpadu.
Mereka melakukan upaya tersebut berdasarkan pengalaman bertahun-tahun.
Dalam menjalankan kebijakan pengelolaan gulma pada suatu perkebunan, banyak hal yang
harus dipertimbangkan. Hal-hal penting yang harus diperhatikan adalah: 1. jenis tanaman
atau umur tanaman, 2. kondisi gulma, terutama gulma dominan yang ada, 3. metode
pengendalian yang diterapkan, 4. ketersediaan sarana dan prasarana yang diperlukan,
seperti ketersediaan waktu, peralatan, tenaga kerja, dan bahan, 5. biaya, serta 6. kondisi
cuaca atau iklim.
Tujuan
Melalui praktikum ini mahasiswa dapat memahami managemen gulma di tingkat petani
serta mampu menganalisis kelebihan dan kekurangan dari managemen gulma yang
diterapkan tersebut.
18
Pengelolaan Gulma di Perkebunan
Pelaksanaan
Pelaporan
19
Pengelolaan Gulma di Perkebunan
TOPIK 7
PERSIAPAN APLIKASI HERBISIDA
(menghitung luas areal semprot dan kebutuhan herbisida)
Pendahuluan
Aplikasi herbisida memerlukan persiapan yang teliti dan dan benar agar pengendalian
gulma yang dilakukan secara kimiawi dapat berhasil dengan baik efektif dan efisien, aman
untuk lingkungan, dan ekonomis. Setelah survei areal yang akan dikendalikan gulmanya
dengan aplikasi herbisida, maka perlu dilakukan persiapan alat, bahan, kebutuhan tenaga
kerja, dan pengawasan pelaksanaan. Pada kesempatan ini persiapan dikhususkan untuk
mengetahui kebutuhan herbisida untuk luas areal pemeliharaan/pengendalian gulma di
perkebunan sawit dan karet karena luas areal pemeliharaan tidak sama dengan luas areal
kebun.
Tujuan
Melalui praktikum ini mahasiswa dapat menghitung keperluan herbisida dengan tepat yang
diperlukan untuk pengendalian gulma sesuai dosis rekomendasi dan kebutuhan dengan
benar.
Pelaksanaan
20
Pengelolaan Gulma di Perkebunan
TOPIK 8
APLIKASI HERBISIDA
Pendahuluan
Keberhasilan aplikasi herbisida ditentukan oleh beberapa hal, antara lain gulma sasaran,
cuaca, herbisida yang digunakan, dan cara aplikasinya. Syarat pengaplikasian herbisida
yang baik dirangkum dalam 5 tepat, yaitu tepat jenis herbisida, tepat dosis herbisida,
tepat waktu aplikasinya, tepat cara aplikasinya, dan jenis gulma sasaran serta tanaman
yang dibudidayakan. Dalam pelaksanannya di lapangan, 5 tepat tersebut sering kali
ditambah dengan tepat yang keenam yaitu tepat harga.
Agar kelima tepat tersebut dapat dipenuhi, maka sebelum melakukan aplikasi herbisida
terlebih dahulu harus dipahami juga jenis gulma sasaran dan tanaman yang dibudidayakan
serta sifat-sifatnya, herbisida yang sesuai untuk mengendalikan gulma yang ada dan tidak
meracuni tanamannya, dan cara mengaplikasikan herbisida tersebut dengan
memperhatikan faktor alat dan operator yang menjalankannya. Pemahaman yang kurang
tepat tentang syarat tersebut akan berakibat merugikan penggunanya, misalnya karena
kelebihan dosis herbisida akan meracuni tanamannya.
Tujuan
Seusai praktikum ini diharapkan mahasiswa memahami sifat herbisida pascatumbuh serta
kemampuan hebisida tersebut untuk mengendalikan gulma total maupun per spesies.
Batasan Pengertian
Herbisida Pascatumbuh : herbisida yang diaplikasikan pada saat gulma sudah tumbuh
Herbisida sistemik : herbisida yang ditranslokasikan dalam jaringan tubuh gulma
Herbisida kontak : Herbisida yang tidak ditranslokasikan dalam jaringan tubuh
gulma
Hebisida selektif : hebisida yang lebih beracun pada jenis tumbuhan tertentu dan
kurang beracun bagi yang lainnya apabila diaplikasikan dengan
dosis yang direkomendasikan
Herbisida nonselektif : herbisida yang hampir beracun pada semua jenis tumbuhan
apabila diaplikasikan dengan dosis yang direkomendasikan
21
Pengelolaan Gulma di Perkebunan
Pelaksanaan
Praktikum ini adalah praktikum kelompok. Pelaksanaan praktikum dibagi menjadi dua
bagian yaitu:
a. Persiapan praktikum.
Kegiatan ini berupa responsi atau latihan penghitungan herbisida yang dilakukan di
dalam kelas/lab. Pada bagian ini didiskusikan tentang jenis herbisida yang akan
digunakan, menghitung kebutuhan herbisida, menyiapkan peralatan yang digunakan,
menakar herbisida yang dibutuhkan, menentukan lokasi praktikum, penjelasan tabel
pengamatan, dan lain-lain yang dianggap perlu.
b. Pelaksanaan di Lapangan
Tiap-tiap keleompok mempersiapkan lokasi praktikum sebanyak 3 tempat dengan
luasan masing-masing 10 m2. Lokasi praktikum dibatasi dengan menggunakan tali
rafia. Pilihlah lokasi yang telah ditutupi gulma lebih dari 75% permukannya serta
didapati lebih dari 5 spesies gulma. Tiga tempat tersebut usahakan kondisi gulmanya
seragam. Lakukan analisis gulma awal dengan menilai tingkat penutupan masing-
masing spesies gulma. Berdasarkan data tersebut, buatlah urutan tingkat
dominansinya.
Gunakan dosis tertinggi dari rekomendasi yang tertera pada label herbisida.
Masing-masing herbisida diaplikasikan pada satu petak berukuran 10 m2. Petak
ketiga sebagi kontrol.
Pengamatan tingkat keracunan gulma total dan per spesies serta penutupan gulma
total dan per spesies dilakukan setiap minggu sebanyak 4 kali pengamatan. Tiap kali
pengamatan minimal dilakukan oleh dua orang dan datanya dirata-ratakan.
22
Pengelolaan Gulma di Perkebunan
Pelaporan
Data masing-masing kelompok saling dipertukarkan. Kelompok satu mengambil data
kelompok 2, kelompok 2 mengambil data kelompok 3, kelompok 3 mengambil data
kelompok 4, kelompok 4 mengambil data kelompok 5, dan kelompok 5 mengambil data
kelompok 1. Dengan demikian, masing-masing kelompok memiliki satu set data dari
kelompok lainnya. Data tersebut dibahas secara menyeluruh dengan memperhatikan
jenis gulma yang teracuni, besarnya tingkat keracunan, dan kecepatan herbisida tersebut
meracuni gulma.
Laporan dibuat secara lengkap. Penyajian data dalam laporan bisa berupa tabel data atau
gambar/grafik. Sertakan foto-foto gejala keracunan yang terlihat. Laporan dikumpulkan
dua minggu setelah pengamatan terakhir.
1. Penutupan Gulma
a. Kontrol
0 MSA 1 MSA 2 MSA 3 MSA 4 MSA
Jenis Gulma
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1
2
3
4
5
6
Total
23
Pengelolaan Gulma di Perkebunan
24