Anda di halaman 1dari 4

Candu

X adalah seorang anak yang sangat mencintai keluarga, teman-teman, serta


masyarakat sekitarnya. Dia dikenal sebagai anak yang cerdas dan atletis di
sekolahnya. Namun, suatu saat pandemi muncul dan semuanya harus mengkarantina
diri untuk memutus rantai penyebaran virus. Sebagai dampaknya, para siswa dan
siswi harus melakukan kegiatan pembelajaran secara daring. Meskipun kegiatannya
terbatas pada makan, minum, mandi, belajar secara daring, beribadah, dan tidur, X
merasa terbatas dalam kebebasannya dan mulai merasa bosan.

X : ”Akh, bosen banget, perasaan ini hidup kayak cuma makan, mandi, sama tidur
aja”

Dalam keadaan seperti itu, X merasa bahwa dia perlu menemukan cara baru untuk
mengisi waktunya. X bertanya game yang seru dimainkan bersama kepada temannya.

X : ”Aku bosan banget di rumah aja terus, nggak tau mau ngapain lagi, kamu ada
saran game seru gak?”

Teman : “Ada namanya Mobile Legends Bang Bang”

X : ”Game kayak apa tuh?”

Teman : ”Gamenya jadi tuh ada 2 tim saling cepat cepatan menghancurkan tower
punya lawan hingga base turet atau tower dekat kita muncul hancur, setiap tim
beranggotakan 5 pemain”

X : ”Wah kayaknya seru tuh! Ayo main”

Teman : ”Gaslah!”

Setelah bertanya kepada temannya, mereka memutuskan untuk bermain game Mobile
Legends Bang Bang. Awalnya, X merasa sangat menikmati game tersebut dan
menikmati waktu yang dia habiskan bersama temannya. Namun, lama kelamaan X
mulai Kecanduan dengan game itu dan menjadi terlalu sering bermain.

X : improvisasi

Teman : improvisasi

Dia mulai melupakan kewajibannya dan membuat kebiasaan buruk, seperti begadang
untuk bermain game dan melupakan waktu beribadahnya.

Teman : ”X, maen yok, dikit lagi gw mitic”

X : ”Ayo, gw juga tinggal 2 match lagi”

X dan temannya bermain hingga mereka mengantuk dan tertidur dengan sendirinya
Suatu Ayah dan ibu X masuk kedalam kamar X, mereka kagat mengetahui bahwa
anaknya masih bangun, padahal jam menunjukkan pukul 1 pagi. Lalu Ibu X
menegurnya.

Ibu X : ”Kamu ini tau kan jam berapa? Ini udah jam 1 loh, kamu kok masih bangun?
Besokkan masih harus mengikuti pembelajaran online di zoom”

X : ”Akh, gampang itu bu, X bakal bangun pagi kok dan tidak akan mengantuk”

Sesuai dengan omongannya X akhirnya pembelajaran online di zoom, walaupun X


hampir tertidur, karena matanya terlihat seperti mata panda.

Meskipun orangtuanya sudah mencoba menasihati X, dia tetap melanjutkan kebiasaan


buruknya tanpa diketahui mereka.

Pola kehidupan dan kebiasaan buruk itu mulai merusak moral dan perilakunya. Saat
karantina telah dihilangkan dibeberapa tempat. X pernah diajak bermain oleh teman
temannya, temannya lalu berkata kata yang menyinggungnya.

Teman teman : ”X main yok.”

Ibu X : ”Hei, itu temenmu ngajak main, jawab tuh!”

X : ”Iya Bu, sebentar”.

Temen2 : ”Main yok X”.

X : ”Gak ah, males”.

Temen2 : ”Di rumah terus lu, kayak anak nolep”.

Mendengarkan omongan itu X hampir terpancing amarah, tangannya sudah mengepal


dengan genggaman yang kuat yang siap berkelahi dengan teman2.

X : ”Kayaknya tidak untuk kali ini mainnya”. (Dengan suara yang tinggi menandakan
perasaan benci dan marah terhadap teman2)

Teman teman X lalu pergi memberi salam.

X juga dijauhi oleh masyarakat sekitarnya karena perilaku dan moral yang buruk.
Ketika X disuruh Ibunya membeli sebuah barang dia bertemu dengan masyarakat
sekitarnya, namun mengabaikannya.

Suatu hari X mendengar kedua orangtuanya sedang membicarakan ekonomi keluarga


dan itu membuatnya merasa sangat sedih.

Ibu X : ”Ayah, sepertinya kita harus cari penghasilan tambahan untuk melanjutkan
pendidikannya X”.

Ayah X : ”Iya bu, kita harus mencari penghasilan tambahan, tapi seperti apa?”
Ibu X : ”Bagaimana jika berdagang”.

Ayah X : ”Sepertinya itu ide yang bagus, ayah masih punya tabung”.

Ibu X : ”Berarti nanti hari libur kita beli hal hal yang dibutuhkan untuk berdagang.”

Ayah X : ”Kita harus semangat untuk kehidupan yang lebih baik untuk X”.

X menyadari bahwa dia harus berubah dan mulai mengambil langkah-langkah untuk
meningkatkan dirinya. X mulai menyusun jadwal yang lebih teratur untuk mengisi
waktu luangnya, termasuk belajar dan memperdalam materi pelajaran yang belum dia
pahami.

X : ”Oke baiklah, kita mulai dari menyusun kegiatan agar waktunya digunakan
dengan baik”.

X : ”Pertama tama, hindari bermain lebih dari 5 match, lebih baik aku gunakan untuk
belajar”.

Dia juga berupaya untuk memperbaiki moral dan perilakunya dengan beribadah
secara teratur dan menghindari kebiasaan buruknya.

X : ”Sebaiknya aku tidak menggunakan kata kasar atau kata tidak sopan terhadap
orang yang lebih tua, sebaya dan lebih muda dari ku. Agar mereka tidak merasa risih
ataupun tersinggung”.

Dalam waktu singkat, X mulai merasa lebih baik dan lebih bahagia dengan dirinya
sendiri. X juga mulai ingin memperbaiki hubungannya.

X : ”Sepertinya aku harus minta maaf terhadap kedua orang tua, temanku, dan
masyarakat sekitar, aku pertama tama harus meminta maaf ke kedua orang tuaku”.

Pada hari libur X akhirnya memutuskan bertemu kedua orangtuanya di depan


rumahnya yang sedang menyusun barang yang akan dijualkan.

X : ”Selamat pagi, Ayah dan Ibu”.

Keduanya orang tuanya : ”Pagi juga”

Ayah X : ”Tumben kamu yang mengawali sapaan, biasanya kami dulu yang
menyapa”.

Ibu X : ”Iya bener kata ayah, kamu mau ngomong sesuatu ya?”

X : ”Ayah, Ibu, maafin X ya karena selama ini selalu tidak sopan dan berkata kasar
kepada kalian berdua.”

Ibu X : ”Iya, kami maafin kok, yakan yah?”


Ayah X : ”Bener kata ibumu, kami maafin kamu karena kamu sadar bahwa perbuatan
kamu salah, kamu udah ada rencana buat ngerubah kebiasaan itu ya?”

X : ”Iya yah, aku sudah memulai menyusun jadwal untuk mengatur waktu serta
menjaga ucapanku kepada orang lain, setelah itu aku ingin meminta maaf kepada
teman teman dan masyarakat sekitar”.

Kedua orang tua X tersenyum dan mendukung X melakukannya, X lalu bertamu


mulai ke rumah temannya hingga masyarakat sekitarnya, X menjelaskan kepada
mereka bahwa dia ingin meminta maaf atas perilaku.

X : ”Saya minta maaf atas kesalahan perilaku saya sebelumnya dan saya berjanji
untuk berusaha tidak mengulanginya di masa depan.”

X merasa lega setelah melakukan hal itu. X tersenyum kecil. Mulai saat itu dia
berjanji dengan diri bahwa akan melakukan hal hal yang baik dan bermanfaat bagi
diri sendiri dan orang lain.

Pengarang

Naufal Muharom

Anda mungkin juga menyukai