Anda di halaman 1dari 2

ARTIKEL

Membangun Karakter Berbasis Budaya Lokal

 3 December 2019 Penulis: Celly Beto


Eposdigi.com – Dewasa ini, makin disadari pentingnya karakter dalam upaya
pengembangan sumber daya manusia suatu bangsa. Berbagai kajian dan fakta
menunjukkan bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki karakter kuat.
Nilai-nilai karakter tersebut adalah nilai-nilai yang digali dari khasanah budaya yang
selaras dengan karakteristik masyarakat setempat (kearifan lokal) dan bukan
“mencontoh” nilai nilai bangsa lain yang belum tentu sesuai dengan karakteristik dan
kepribadian bangsa tersebut.

Jepang menjadi bangsa yang maju berkat keberhasilannya menginternalisasi


semangat bushido yang digali dari semangat nenek moyangnya (kaum samurai).
Korea Selatan menjadi bangsa yang disegani di kawasan Asia, bahkan di dunia berkat
keberhasilannya menggali nilai-nilai luhur yang tercermin dalam semangat semaul
undong. Demikian halnya China dengan semangat confusianisme, dan Jerman dengan
protestan ethics-nya.

Esensi kemajuan yang dicapai berbagai bangsa tersebut menunjukkan bahwa


pengembangan karakter suatu bangsa tidak dapat dilepaskan dari aspek budaya yang
selaras dengan karakteristik masyarakat bangsa itu sendiri. Budaya yang digali dari
kearifan lokal bukanlah penghambat kemajuan dalam era global, namun justru
menjadi filter budaya dan kekuatan transformasional yang luar biasa dalam meraih
kejayaan bangsa.

Karena itu, menggali nilai-nilai kearifan lokal merupakan upaya strategis dalam
membangun karakter bangsa di era global. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau
kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan
(virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,
bersikap, dan bertindak.

Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani
bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan
orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu,
pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan
karakter individu seseorang.
Akan tetapi, karena manusia hidup dalam ligkungan sosial dan budaya tertentu,
pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan
sosial dan budaya yang bersangkutan.

Artinya, pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam
suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan
sosial,budaya masyarakat, dan budaya bangsa. (Lingkungan sosial dan budaya bangsa
adalah Pancasila). Jadi pendidikan budaya dan karakter bangsa haruslah berdasarkan
nilai-nilai Pancasila.

Dengan kata lain, mendidik budaya dan karakter bangsa adalah mengembangkan
nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui pendidikan hati, otak, dan fisik.

Budaya, yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang, dimulai dari
budaya di lingkungan terdekat (kampung, RT, RW, desa) berkembang ke lingkungan
yang lebih luas, yaitu budaya nasional dan budaya universal yang dianut oleh umat
manusia.

Apabila peserta didik menjadi asing dari budaya terdekat, dia tidak mengenal dengan
baik budaya bangsa dan dia tidak mengenal dirinya sebagai anggota budaya bangsa.
Dalam situasi demikian, dia sangat rentan terhadap pengaruh budaya luar dan bahkan
cenderung untuk menerima budaya luar tanpa proses pertimbangan (valueing).

Kecenderungan itu terjadi karena dia tidak memiliki norma dan nilai budaya nasional
yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pertimbangan (valueing).

Pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau
kebajikan yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa. Kebajikan yang
menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai.

Oleh karena itu, pendidikan budaya dan karakter bangsa pada dasarnya adalah
pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa
Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan
nasional. Jadi, pendidikan karakter berbasis budaya lokal adalah sebuah keharusan. 
https://www.eposdigi.com/2019/12/03/budaya/membangun-karakter-berbasis-
budaya-lokal/

Anda mungkin juga menyukai