Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nikmah

NIM : 2111130058

Teori Belajar Secara Umum

Pengertian Teori Behaviorisme

Teori belajar behaviorsime memandang bahwa belajar merupakan proses perubahan


tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. (Sanjaya, 2008:238).

Belajar menurut psikologi behavioristik merupakan suatu kontrol instrumental yang


berasal dari lingkungan. Dengan demikian maka belajar tidaknya seseorang bergantung
pada faktor-faktor kondisional diberikan lingkungan. (Siregar & Hartini,2011: 25)

Teori belajar behaviorsime memiliki beberapa ciri, sebagai berikut:


(1)Mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil (2) Bersifat mekanis
(3)Menekankan peranan lingkungan (4)Mementingkan pembentukan respons
(5)Mementingkan pentingnya latihan. (Suyono & Hariyanto, 2011: 58).

Pengertian Teori Kognitivisme

Kognitif merupakan kelompok ilmu dalam pendidikan. Teori pembelajaran


kognitivistik disebut juga dengan model perceptual, yaitu : menekankan untuk
mengoptimalkan kemampuan rasional dan proses pemahaman terhadap objek. Oleh
karenanya tingkah laku seorang anak dapat dinilai dari penerimaan dan pemahaman bukan
dari tingkah laku yang tampak saja. (Baharuddin., 2015, p. 167).

Berdasarkan pengertian di atas, benang merah dari pengertian kognitif adalah suatu
hal yang berhubungan dengan kemampuan untuk mengembangkan rasional (akal). Secara
umum pandangan teori kognitif adalah menyatakan pengertian belajar ataupun
pembelajaran merupakan usaha yang fokus pada proses membentuk ingatan, menyimpan
dan mengolah informasi, emosi dan hal-hal yang berhubungan dengan intelektualitas.
Sehingga belajar diartikan sebagai kegiatan yang melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks dan komprehensif. Ciri-ciri kognitivisme antara lain adalah 1) menekankan segala
yang ada pada diri manusia; 2) menekankan pada seluruh bagian; 3) menekankan peranan
kognitif; 4) memfokuskan pada situasi dan kondisi saat ini; 5) menekankan struktur kognitif.
(Nugroho, 2015).

Teori Belajar Dalam Islam

Teori Behaviorsime

Dalam Islam teori belajar behaviorisme kaitannya dengan unsur lingkungan


(lingkungan belajar) bukanlah sesuatu yang baru, hal ini dijelaskan dalam Q.S. Thaha ayat
132,sebagai berikut:

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah] kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki
kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa”. (Kementerian
Agama Republik Indonesia, 2014: 321).

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk
mendirikan Shalat dan bersabar dalam mengerjakannya. Yang dimaksud dengan bersabar
dalam mengerjakannya ialah tidak terburu-buru dalam melaksanakan Shalat, dan Shalat
tersebut dilakukan setiap waktu dan sampai akhir hayat. Hal ini sejalan dengan teori
behaviorisme yang mengutamakan pengkodisian (clasiccal conditioning), pengulangan, dan
penguatan, karena perintah mendirikan Shalat terus berlaku sepanjang hayat, dilakukan
berulang-ulang hingga menjadi sebuah aktivitas kebiasaan dan keharusan. Begitu pun
dengan belajar, belajar dalam teori ini hendaklah dilakukan secara berulang-ulang agar apa
yang disampaikan pendidik dan apa yang diinginkan pendidik dari proses pembelajaran
dapat tercapai. Selain itu diperlukan juga pengkondisian terhadap lingkungan belajar,
karena lingkungan belajar dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik [perilaku peserta
didik].

Teori Kognitivisme

Al-Qur’an juga menjelaskan (ijtihad penulis) bahwasanya kegiatan membaca yang


dilakukan siswa tersebut akan membawa struktur kognitif siswa pada tahapan-tahapan
tertentu. Pada surat an-Nahl ayat 125 dijelaskan bahwa:

“Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik
(mau’izhah hasanah) dan bantahlah (jidal) mereka dengan cara yang terbaik. Sesungguhnya
Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (M. Quraish Sihab,
2007).

Al-Rāghib al-Asfahāni menyatakan secara singkat bahwa hikmah adalah sesuatu


yang mengena kebenaran berdasar ilmu dan akal. Menurut Thabathaba’i, hikmah adalah
argumen yang menghasilkan kebenaran yang tidak diragukan, tidak mengandung
kelemahan dan kekaburan. Pakar tafsir al-Biqa’i menggaris bawahi yakni orang yang
memiliki hikmah, harus yakin sepenuhnya tentang pengetahuan dan tindakan yang
diambilnya, sehingga dia tampil dengan penuh percaya diri, tidak berbicara dengan ragu-
ragu, atau kira-kira dan tidak pula melakukan sesuatu dengan coba-coba.

Jika dihubungkan dengan surat al-‘alaq -ayat 1 dan 3- dan struktur kognitif siswa,
maka mau’izhah hasanah adalah tahap dimana siswa mulai mentransformasi dasar objek
yang dipelajari, yaitu dengan memberikan uraian berupa sifat-sifat objek yang dipelajari
dan mengasimilasi ke dalam skema yang berhubungan dengan objek yang dipelajari oleh
individu tersebut. Model abstraksi yang dilakukan siswa adalah iqra` bi al-‘ain.
DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin. (2015). Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Ar Ruzz Media.

Kementerian Agama Republik Indonesia. Al-Qur’anul Karim dan Terjemah. Surakarta:


Az-Ziyadah, 2014.

Nugroho, P. (2015). Pandangan Kognitifisme dan Aplikasinya dalam Pembelajaran


Pendidikan Agama Islam Anak Usia Dini. ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul
Athfal, 3(2), 281–304. Nurhadi, N. (2020). Teori Kognitivisme

Siregar, Eveline & Nara, Hartini. Teori Belajar dan Pembelajaran

Suyono. Dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011.

Shihab, M. Quraish. 2006. Tafsir Al Misbah, Pesan, Kesan Dan Keserasian Al Quran. V.
Jakarta: Lentera Hati.

Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Prenada Media Group, 2008.

Anda mungkin juga menyukai