Anda di halaman 1dari 5

BERFIKIR KRITIS UNTUK MENGENAI ALLAH DALAM RELEVAN

KEHIDUPAN

Chriswandy Ledarora Dalonto

(Institut Agama Kristen Negeri Manado)

wandydalonto@gmail.com

Abstrak

Berfikir kritis adalah cara kita manusia menganalisa sesuatu hal yang terjadi dalam hidup, dan
berfikir juga mengatur kehidupan di jalan yang kita tentukan, walaupun terkadang tak sesuai
dari apa yang kita pikirkan. Allah menciptakan manusia dengan adanya pikiran untuk di gunakan
bukan di sia-siakan, sebagaimana kita manusia adalah ciptaan yang mulia, bijaksana, dan
berhikmat. Berfikir kritis mengenai Allah dalam relevan kehidupan, bukan menyepitkan
padangan teologi yang salah terhadap Allah, tapi memperkuat iman kita kepada Dia.

Kata kunci: berfikir bagian dari iman

A. Pendahuluan

Ada pemikiran yang salah tentang Allah, contoh-nya yaitu atheisme. pandangan ini adalah
penolakan terhadap keberadaan Allah (Mazmur 14:1). Perlu di tegaskan bahwa penolakan bukan
berarti ketidaktahuan akan Allah, melainkan lebih kepada tindakan secara aktif menolakan
semua pernyataan dan bukti keberadaan Allah1. manusia adalah ciptaan yang di dasari
keingintahuan akan ketidaktahuan, dan di situ manusia ada dua hasil yang dapat di timbulkan
oleh pemikiran mereka. yang pertama, manusia mulai menyimpang dari apa yang mereka
imankan, karena ambisi yang kuat menutup kesadaran akan keterbatasan mereka. yang kedua,
manusia mulai sadar bahwa Allah tidak dapat di sempurnakan secara utuh oleh akal bubi
1
. Thomy J. Matakupan, theologi dokrin Allah, (Surabaya: Momentum, 2015), hlm 5.

[Type text] Page 1


manusia, sebab manusia adalah ciptaan bukan pencipta. Sebenarnya manusia sudah bisa
menyadari akan keterbatasan mereka, akan tapi karena minim-nya iman kepada Allah dan
pengetahuan teologi yang kurang, Menimbulkan perspektif yang menyimpang, sama seperti
pemikiran yang pertama.

Pemikiran kritis terhadap Allah yang benar akan berpengaruh terhadap prilaku dan tidakan
relegius manusia, dalam mengipletasikan atau memperaktekan pemikiran untuk kehidupan
mereka. pemikiran dan pemahaman terhadap Allah bisa berkembang dalam hal yang benar dan
juga bisa berubah dalam hal yang salah, namun tergantung dari tindakan manusia, bagaimana
manusia melestarikan pemikiran yang benar dan kritis untuk menghasilkan tindakan yang positif.

B. Pembahasan

Ada sebuah kata yang sering di dengar bagi orang Kristen dan juga di pakai bagi seorang
akademisi ataupun seorang Teolog. Ialah kata “Imago dei”2, yaitu Allah menciptakan manusia
segambar dan serupa dengan-Nya (Kejadian 1:26). Konsep mengenai Imago dei kalau berfikir
kritis, menimbulkan pemahaman yang sangat berlawanan dengan apa biasa-nya kita umat
Kristen medefinisikan bahwa Allah itu sempurna, dan kenapa manusia yang sama seperti Dia tak
sempurna? pertanyaan dan pemahaman seperti ini adalah cara kita merubah pandangan terhadap
kesempurnaan yang kita buat untuk di tentukan terhadap Allah, bukan berarti kita merendahkan
Allah. pemahaman yang kita buat ini menyulitkan logika kita sendiri dan menyadarkan
keterbatasan kita, “anthropomorf”. Semakin dalam kita mendefinisikan dan memakai logika kita
terhadap Allah, semakin surut iman kita. Logika ataupun pikiran bisa di pakai secara utuh oleh
manusia asalkan konteks-nya di bumi dan antar sesama manusia.

“Apakah Allah itu sempurna?” Sebab memahami konsep dari Imago dei, yaitu manusia
segambar dan serupa dengan-Nya. di dalam skitab (Keluaran 20:1-17) tentang hukum Taurat 3

secara teliti, di situ mengambarkan kecemburuan Allah, kalau manusia tak berdoa dan beribadah
kepada Dia, dan juga di dalam (Kejadian 6:5-6) di situ menyatakan bahwa Allah sama dengan
salah satu sifat manusia yang ada penyesalan atas perbuatan yang di buat, bandingkan lagi dalam
(Nahum 1:2-15). Kesimpulan dari pertanyaan dan pernyataan ini ialah, bahwa Allah tak sama

2
. R. Soedarmo, kamus istilah teologi,(Jakarta: PT BPK Gunung mulia, 2015), hlm 36.
3
. “Sepuluh hukum Taurat ataupun torah dari kata kerja bahasa Ibrani Yarah, artinya mendidik ke arah yang tepat”
Jeane Ch. Obadja, Survei Ringkas Perjanjian Lama, (Surabaya: Mumentum, 2014), hlm 1-2.

[Type text] Page 2


dengan apa yang kita bayangkan secara utuh dan kita tentukan secara mutlak. melainkan
predistinasi, artinya adalah kehendak Allah itu sendiri yang menentukan sesuatu, sebab Dia
adalah pencipta.

“Apakah Allah itu ada?” merupakan pertanyaan yang sangat klasik yang terus di tanyakan
oleh orang dari segala abad, walaupun demikian, tidak setiap upaya untuk menjawab pertanyaan
ini bersifat positif karena kerap kali diajukan untuk menghindarkan diri dari pertanggung
jawaban kepada Allah. sebenarnya hal ini justru mengungkapkan sikap, pandangan, dan
pemikiran manusia akan keberdosaanya, yang berusaha menghindari diri dari Allah dengan cara
menolak keberadaan-Nya, dengan mengemukakan berbagai alasan dan pertanyaan yang logis.
sebenarnya manusia di dalam hati-nya, pasti mengakui bahwa Allah ada dan mereka tidak dapat
berdalih (Roma 1:21).

Pengenalan akan Allah yang sejati terdapat dari pengajaran Alkitab sebagai pernyataan Allah
yang bersifat supernatural kepada manusia merupakan dasar untuk mengetahui dan memahami
diri Allah, karya, dan rencana-Nya bagi umat manusia. sebagai akibatnya, hal ini dapat
mempengaruhi kehidupan manusia, secara sikap dan hidup beribadah kepada-Nya. sebenarnya
orang Kristen harus memahami tentang kehidupan penyiksaan sebagai pengikut Kristus. sebab
Tuhan Yesus di salib untuk menanggung siksaan dari dosa manusia.

kehidupan yang di bumi ini harus netral, yaitu berada di tengah kebaikan dan keburukan, dan
jangan mengharapkan kebaikan terus. sebab keburukan itu adalah umpan yang memancing
kebaikan, sebenarnya keburukan atau kesalahan manusia dapat menjadikan pengalaman dan
pertobatan untuk kehidupan kedepan bagi manusia. kita manusia di butakan oleh pandangan
yang menganggap keburukan harus di hilangkan, kalau keburukan dan kesalahan di hilangkan
secara utuh, akan timbulnya kehampaan dalam hidup manusia. tak akan adanya pertobatan, tak
akan adanya siksaan untuk tujuan kedepan bagi manusia mencapai kebahagiaan, tak akan adanya
kita pada saat ini, atau historis mengenai Adam dan Hawa akan berbeda, sebab mereka berdua
tak membuat kesalahan di taman Eden.

[Type text] Page 3


C. Kesimpulan

Pemikiran kritis membuat kategori pemikiran yang sangat berbeda dari beberapa manusia
yang menolak keberadaan pemikiran kritis tersebut, upaya ini adalah mengagalkan pemikir
kritik yang baik terhadap Allah ataupun kehidupan dari manusia yang bijaksana dan berhikmat.
sebab manusia di butakan oleh iman yang terlalu fanatik, yang menimbulkan konsep yang salah
dalam praktek kaitanya dari Alkitab, dan juga mengikuti tren kehidupan, tapi tak sadar bahwa
ekonomi yang susah, karena mereka menganut pandangan hedonisme. kadang-kadang orang
seperti ini yang tak ada kesadaran dan juga melakukan sesuatu dalam hidup-nya megikuti kata
orang yang dia agungkan ataupun pemimpin. dan oleh karena itu sebenarnya manusia sudah di
bekali oleh fikiran kritis, tapi takut dan malas untuk di gunakan dan di kembangkan, sebab
mereka megandalkan pengharapan. Pemikiran yang kritis adalah kunci bagi kehidupan yang
benar kepada Allah yang di imani, dan kehiduapan yang di nikmati walaupun siksaan yang di
ratapi.

[Type text] Page 4


Daftar Pustaka

 Soedarmo R. 2015. Kamus Istilah Teologi, Jakarta: PT BPK gunung mulia, (cet-27).
 Obadja J. Ch. 2014. Survei Ringkas Perjanjian Lama, Surabaya: Mumentum, (cet-3).
 Matakupan T. J. 2015. Theologi Dokrin Allah, Surabaya: Mumentum, (cet-4)

[Type text] Page 5

Anda mungkin juga menyukai