Oleh
GERRY CAESAR AL-HAVIS
1915012019
i
HUBUNGAN ANTARA IKLIM DAN ARSITEKTUR DI DALAM
PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK
Oleh
GERRY CAESAR AL-HAVIS
1915012019
Pada
Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Lampung
ii
ABSTRAK
Oleh
Gerry Caesar Al-Havis (2023)
iii
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN SEMINAR ARSITEKTUR
MENYETUJUI
Pembimbing Penguji
MEGETAHUI
Ketua Program Studi S1 Arsitektur
iv
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN SEMINAR ARSITEKTUR
1. Tim Penguji
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis ini lahir di Tangerang pada tanggal 11 Juli 2001, anak tunggal dari
pasangan suami-istri Bapak Maryono dan Ibu Dasih.
Pada tahun 2019, penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi
S1 Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Lampung. Pada tahun 2023, penulis
menyelesaikan Laporan Seminar Arsitektur yang berjudul “HUBUNGAN
ANTARA IKLIM DAN ARSITEKTUR DI DALAM PENDEKATAN
ARSITEKTUR BIOKLIMATIK.” Sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan Pendidikan Sarjana Arsitektur (S.Ars) Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Lampung.
vi
PERSEMBAHAN
Sholawat serta salam semoga tetap terurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
beserta sahabat, semoga kita tetap istiqomah menjalankan sunnahnya serta mendapatkan
syafaatnya di yaumul akhir kelak, aamiin ya rabbal alamin.
Laporan ini saya persembahkan sebagai bukti kepada Universitas Lampung karena saya
telah mampu melaksanakan syarat akademik yang diwajibkan oleh Jurusan SI Arsitektur,
Fakultas Teknik, Universitas Lampung
Kedua orang tua yang selalu menyayangi, berkorban, menyemangati, dan mendoakan
dengan tulus demi keberhasilanku di dunia dan akhirat.
vii
SANWACANA
1. Bapak Dr. Eng. Ir. Helmy Fitriawan, S.T., M.Sc. selaku Dekan Fakultas
Teknik,Universitas Lampung,
2. Bapak Agung Cahyo Nugroho, M.T., selaku ketua jurusan Teknik
Arsitektur sekaligus Ketua Program Studi S1 Arsitektur Universitas
Lampung,
3. Bapak MM Hizbullah Sesunan S.T., M.T. selaku kordinator Seminar
Arsitektur
4. Bapak Nugroho Ifadianto, S.T., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing
Seminar Arsitektur atas bimbingan dan arahannya selama penulis
menyelesaikan laporan Seminar Arsitektur ini.
5. Ibu Yunita Kesuma, S.T., M.Sc. selaku dosen Penguji Seminar
Arsitektur atas saran dan kritik yang membangundalam penyempurnaan
laporan Seminar Arsitektur ini.
6. Kedua orangtua penulis, Bapak Maryono dan Ibu Dasih yang telah
memberikan dukungan, doa dan restu.
7. Seluruh teman-teman seperjuangan S1 Arsitektur Angkatan 2019 Yang
selalu memberikan dukungan, kepedulian serta kebersamaan dengan
sangat baik dan tulus sejak memasuki perkuliahan hingga saat ini
8. Semua pihak yang terlibat dan tidak dapat disebutkan satu persatu,
terimakasih atas doa motivasi dan dukungan yang diberikan kepada
viii
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini
Akhir kata, penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga laporan yang sederhana ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
ix
SURAT PERNYATAAN
Menyatakan bahwa, Laporan Kerja Praktik ini dibuat sendiri oleh penulis dan
bukan hasil plagiat sebagaimana diatur dalam Pasal 36 Ayat 2 Peraturan Akademik
Universitas Lampung dengan Surat Keputusan Rektor Nomor 6 Tahun 2016.
x
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................... xi
xi
2.2 Tinjauan Arsitektur .............................................................................................. 18
xii
4.1.4 Tantangan Desain di Iklim Mikrotermal Dingin .............................................. 39
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
Gambar 4. 13 Rencana Tapak National Commercial Bank............................................. 47
Gambar 4. 14 Potongan Tower Bank .............................................................................. 48
Gambar 4. 15 Block Plan dari The James & Mau Office ................................................ 49
Gambar 4. 16 Suasana Eksterior dari The James & Mau Office ..................................... 50
Gambar 4. 17 Thermal Mass pada The James & Mau Office ......................................... 50
Gambar 4. 18 Ilustrasi Cavity Masonry Wall .................................................................. 51
Gambar 4. 19 Suasana Interior The James & Mau Office............................................... 51
Gambar 4. 20 Ilustrasi Direct Solar Gain ........................................................................ 52
Gambar 4. 21 Double Glazed Window ........................................................................... 52
Gambar 4. 22 Solar/Sun-Shading .................................................................................... 53
Gambar 4. 23 Denah Solar/Sun-Shading......................................................................... 54
Gambar 4. 24 Suasana Eksterior Rumah Nenet saat Musim Dingin ............................... 54
Gambar 4. 25 Proses Penyusunan Rangka Tiang ............................................................ 55
Gambar 4. 26 Suasana Rumah Nenet saat Musim Panas ................................................ 56
Gambar 4. 27 Suasana Interior Rumah Nenet ................................................................. 56
Gambar 4. 28 Ilustrasi Potongan Igloo ............................................................................ 57
Gambar 4. 29 Lengkung Catenary................................................................................... 57
Gambar 4. 30 Proses Pembuatan Igloo............................................................................ 58
Gambar 4. 31 Ilustrasi Terjadinya Konveksi Udara dalam Igloo .................................... 59
Gambar 4. 32 Suasana Interior Igloo ............................................................................... 60
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Perbandingan Iklin dengan Cuaca ..................................................................... 7
Tabel 2. 2 Prinsip Desain Arsitektur Bioklimatik ............................................................ 25
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Arsitektur tak hanya merupakan sebuah disiplin ilmu yang menciptakan
sebuah bangunan dengan langgam dan fungsi. Namun juga sebagai buah dari
budaya yang dikembangkan oleh masyarakat secara terus menerus, dengan tujuan
agar mampu menjawab kebutuhan manusia untuk bernaung, bertahan dari iklim dan
mengangkat taraf kehidupan menjadi lebih baik. hal ini sejalan dengan prinsip
klimatologi arsitektur. Faktor yang memengaruhi perkembangan arsitektur di suatu
wilayah yaitu posisi relatif terhadap garis peredaran matahari (sun path), altitude
atau ketinggian suatu tempat terhadap permukaan laut,, pergerakan angin, struktur
batuan dan tanah setempat, jenis vegetasi pada bioma, curah hujan, temperature
rata-rata, dan masih banyak lagi. (Lakitan 2002)
Pengaruh iklim terhadap arsitektur tentunya memiliki peran vital dalam
menentukan tentang bagaimana bangunan itu akan dibuat sesuai fungsinya.
Beberapa aspek yang dipengaruhi oleh iklim diantaranya adalah gubahan massa
bentuk bangunan, sistem struktur bangunan, sistem utilitas dan fisika bangunan,
dan pemilihan material yang digunakan pada bangunan. Dalam tahap perancangan
nya hal-hal diatas tentu menjadi variabel penting dalam desain guna meyelaraskan
bangunan dengan iklim dan kondisi lingkungan di sekitarnya, mengingat setiap
tempat dengan iklim berbeda maka memiliki tantangan lingkungan yang berbeda
pula. Dengan mengetahui perihal aspek-aspek tersebut kemudian membuat desain
yang sesuai dengan kondisi lingkungan, maka diharapkan akan tercipta sebuah
bangunan yang selaras dengan lingkungan dan tidak memberi dampak negatif
terhadap kelestarian lingkungan serta habitat eksisting setempat. Salah satu
pendekatan arsitektur yang mendukung segala perihal di atas yaitu pendekatan
arsitektur bioklimatik.
Masalah tentang arsitektur yang memperhatikan kehidupan biologis serta
iklim atau dikenal sebagai pendekatan arsitektur bioklimatik telah diidentifikasi
pertama kali oleh Olgyay pada tahun 1950-an dan sudah dikembangkan sebagai
salah satu proses dalam desain pada tahun 1960-an (Olgyay, 1963). Dalam proses
desain yang menggunakan pendekatan bioklimatik, ada beberapa disiplin ilmu yang
1
digabung menjadi satu kesatuan dalam desain yaitu ilmu fisiologi manusia,
klimatologi, dan fisika bangunan (szokolay, 2004) atas dasar tersebut arsitektur
bioklimatik dewasa ini telah dianggap sebagai syarat bagi sebuah bangunan untuk
memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan.
Semua pernyataan yang telah disampaikan di atas menunjukan bahwa
fenomena terkait perlu adanya pembahasan mengenai keterkaitan iklim terhadap
arsitektur menggunakan pendekatan bioklimatik. Dari tulisan ini diharapkan dapat
disusun berupa theoretical framework tentang iklim dan arsitektur berdasar pada
studi yang dilakukan.
2
Universitas Lampung.
bioklimatik
yang berbeda-beda.
dunia.
yang ada.
berkelanjutan.
3
arsitektur bioklimatik di berbagai iklim yang ada.
4
1.8 Kerangka Berfikir
LATAR BELAKANG
1. Adanya kebutuhan manusia mengenai kenyamanan tempat bernaung dengan arsitektur yang sesuai dengan
lingkungan
2. Maraknya terjadi perubahan iklim
3. Keterkaitan antara iklim dengan arsitektur
4. Pendekatan Arsitektur Bioklimatik
IDENTIFIKASI MASALAH
TUJUAN PENELITIAN
1 Memenuhi salah satu mata kuiah seminar arsitektur dan sebagai salah satu syarat akademik pada bidang studi
S1 Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lampung.
2 Untuk mengetahui keterkaitan keterkaitan antara disiplin ilmu arsitektur dengan ilmu klimatologi.
3 Untuk mengetahui pengertian dan karakteristik pendekatan arsitektur bioklimatik
4 Untuk mengetahui karakteristik dan tipologi bangunan pada setiap iklim yang berbeda-beda.
Metode symtomatic. metode symtomatic adalah Bioklimatik adalah Ilmu yang mempelajari antara
hubungan iklim dan kehidupan terutama efek dari iklim
metode penelitian dengan menggunakan studi
pada kesehatan dan aktivitas sehari-hari. Ken Yeang (1994)
preseden terhadap prinsip yang sudah ada. Dan mengemukakan beberapa alasan kuat yang mengharuskan
menggunakan . Metode deskriptif adalah penerapan bioklimatik dalam desain, yakni : pemanfaatan
bertujuan untuk mendeskripsikan, menjelaskan energi yang lebih rendah dalam pengoperasian bangunan,
dan memvalidasi fenomena sosial yang menjadi keinginan untuk merasakan iklim eksternal yang khas dari
suatu tempat dan kepedulian terhadap lingkungan ekologis.
objek penelitian.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
banyak lagi. Berikut ini merupakan tabel perbedaan iklim dengan cuaca.
Tabel 2. 1 Perbandingan Iklin dengan Cuaca
No.
Iklim Cuaca
1. Terjadi dalam kurun waktu yang lama, minimal Berlangsung dalam waktu yang singkat
30 tahun hingga jutaan tahun
2. Meliputi daerah yang luas Lokal dan meliputi wilayah yang sempit
3. Dapat berubah dalam waktu yang lama Dapat berubah dalam waktu yang singkat dapat
dalam menit maupun hari
4. Memengaruhi banyak aspek biosfer bumi Memengaruhi secara sementara dan sedikit
5. Dipengaruhi oleh : suhu, angin, kelembaban Dipengaruhi oleh : letak astronomis dan
udara, intensitas cahaya matahari, tekanan geografis (latittude). Elevasi (ketinggian),
udara, presipitasi (curah hujan). jajaran pegunungan, arus laut, siklon tekanan
angin.
Sumber : Analisis Penulis
Ilmu yang mempelajari tentang iklim disebut Klimatologi. Kata
Klimatologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu klima yang berarti kemiringan dan
logos yang berarti ilmu. Kemiringan di sini dimaksudkan sebagai letak lintang atau
latitude dari suatu lokasi di bumi. Jadi klimatologi adalah disiplin ilmu yang
menguraikan dan menjelaskan sifat, klasifikasi, dan keterkaitan iklim dengan segala
kenampakan yang ada di bumi. Termasuk keterkaitan nya dengan disiplin ilmu
arsitektur. Klimatologi memerlukan variabel dan interpretasi dari data-data yang
banyak sehingga dalam pendalaman ilmunya memerlukan statistik untuk dapat
mengambil kesimpulan dari setiap persoalan iklim yang dihadapi. Maka dari itu
banyak orang yang menyebut klimatologi sebagai ilmu meteorologi statistik
(Tjasyono, 2006).
2.1.2 Unsur-Unsur Iklim
2.1.2.1 Suhu / Temperatur
Suhu merupakan keadaan thermal udara di suatu tempat dalam waktu
tertentu yang diukur dengan parameter berupa derajat. Udara memiliki temperatur
merupakan reaksi dari aktivitas molekul dalam atmosfer. Alat untuk mengukur suhu
disebut dengan Thermometer. Skala yang dipakai dalam mengukur suhu udara
adalah Celcius (C), Farenheit (F), Kelvin (K), Reamur (R).
Perbedaan suhu dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
• Intensitas cahaya matahari, semakin banyak dan semakin lama intensitas
cahaya yang diterima, maka suhu udara akan meningkat. Intensitas cahaya
7
ini dipengaruhi oleh sudut datang sinar matahari, semakin dekat dengan
garis khatulistiwa maka sudut matahari akan tegak lurus intensitas akan
semakin banyak. Sebaliknya semakin jauh suatu wilayah dari garis
khatulistiwa maka intensitas cahaya akan semakin sedikit. Faktor tersebut
menghasilkan klasifikasi iklim matahari.
• Ketinggian atau elevasi dari suatu wilayah juga dapat memengaruhi suhu
yang ada, semakin tinggi suatu tempat maka suhu akan semakin rendah.
Penurunan suhu ini hanya terjadi di troposfer yaitu lapisan terbawah
atmosfer. Setiap naik 100 m di maka suhu akan turun 0,5 ºC sampai dengan
0,6 ºC.
• Sifat permukaan bumi, (lautan/daratan), daratan akan lebih cepat menerima,
menyerap dan melepaskan panas, sedangkan lautan adalah sebaliknya.
2.1.2.2 Tekanan Udara
Atmosfer merupakan selubung gas yang menutupi bumi, sama halnya
dengan benda padat dan cair, gas juga memiliki kerapatan atau densitas dan juga
massa jenis. Hal ini lah yang menyebabkan udara di atmosfer dapat memiliki
tekanan terhadap permukaan bumi. Tekanan udara di bumi bervariasi dari yang
memiliki tekanan udara rendah atau biasa disebut wilayah minimum (-), sampai
dengan wilayah dengan tekanan udara tinggi (+). Semakin tinggi suatu wilayah dari
permukaan laut maka tekanan udara akan semakin rendah, karena lapisan udara
akan semakin berkurang. Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara sebut
dengan barometer. Satuan yang digunakan yaitu milibar (mb), milimeter air raksa
(mmHg), dan juga skala atmosfer (atm).
2.1.2.3 Kelembaban Udara
Kelembaban udara merupakan densitas uap air yang ada di dalam udara,
semakin banyak uap air maka udara akan nilai kelembaban udara akan semakin
tinggi. Kelembaban udara dapat berubah-ubah setiap waktu tergantung pada suhu
udara yang ada. Semakin tinggi suhu udara maka akan semakin banyak kandungan
uap air, kelembaban pun semakin tinggi. Sebaliknya jika suhu udara semakin
rendah maka kelembaban udara akan semakin rendah. Alat untuk mengukur
kelembaban udara disebut dengan hygrometer
8
2.1.2.4 Angin
Angin dalam definisi sederhana adalah aliran udara yang bergerak, udara
akan bergerak dari tempat yang memiliki tekanan udara tinggi menuju tempat yang
memiliki tekanan udara rendah. Hal tersebut didasari oleh hukum Buys Ballor yang
menyatakan bahwa "udara mengalir dari daerah bertekanan maksimum ke daerah
bertekanan minimum. Arah angin akan membelok ke kanan di belahan bumi utara,
serta membelok ke kiri di belahan bumi selatan". Alat yang berfungsi untuk
mengukur angin adalah anemometer, menggunakan satuan meter per menit.
Angin dapat dibedakan menjadi 3 jenis. Klasifikasi ini bergantung dari asal
dan arah suatu angin berhembus.
a. Angin Darat dan Angin Laut
Kedua angin ini merupakan jenis angin yang paling sering dijumpai.
Khususnya untuk wilayah pesisir pantai. Angin darat adalah angin yang
bertiup dari daratan menuju lautan. Angin ini terjadi saat malam hari dan
biasanya dimanfaatkan oleh nelayan tradisional untuk berangkat berlayar
saat malam.
Angin laut adalah angin yang berhembus dari laut menuju daratan. Saat
matahari menyinari bumi, daratan akan lebih cepat menerima panas dari
matahari, berbeda dengan lautan yang relatif lebih lambat. Hal tersebut
mengakibatkan daratan menjadi daerah yang memiliki tekanan udara rendah
(minimum/-) dan lautan akan menjadi daerah dengan tekanan udara tinggi
(maksimum/+). Maka udara akan bergerak dari laut ke daratan.
b. Angin Lembah dan Angin Gunung
Kedua angin ini biasa terjadi di wilayah dekat pegunungan. Angin lembah
berlangsung dari pagi sampai menjelang sore, suhu udara di pegunungan
akan lebih cepat menerima panas dari matahari, hal ini menyebabkan suhu
di pegunungan akan lebih tinggi dari suhu lembah. Suhu yang lebih tinggi
di pegungungan akan berdampak pada tekanan udara yang lebih rendah,
berbanding terbalik dengan keadaan di lembah, sehingga angin akan
berhemus dari lembah menuju pegunungan.
Angin gunung adalah keadaan sebaliknya dari angin lembah. Pada sore hari
sampai malam hari di daerah lembah akan relative lebih panas dari
9
pegunungan. Hal tersebut mengakibatkan tekanan udara di lembah akan
lebih rendah dari udara di pegunungan, dan terjadilah hembusan angin dari
pegunungan menuju lembah.
c. Angin Fohn
Angin ini merupakan angin kering yang memiliki kemiripan dengan angin
gunung, yang membedakan kedua angin ini adalah sifat-sifat dari angin
Fohn. Angin ini juga disebut sebagai angin jatuh karena pergerakan nya
yang selalu menuju tempat yang lebih rendah.
Angin fohn yang bersifat kering dan panas adalah angin yang berhembus
dari daerah dengan temperatur lebih tinggi. Contohnya angin Kumbang
(Cirebon), angin Brubu (Makasar), angin Bahorok (Deli), dan angin
Wambrawu (Biak)
Angin fohn yang bersifat kering dan dingin merupakan angin yang
berhembus jatuh dari puncak pegunungan tinggi. Contohnya angin Bora di
Samudera Atlantik, angin Mistral di pantai selatan Perancis, dan angin
Sirocco di pantai Laut Adriatik.
2.1.2.5 Curah Hujan
Segala bentuk air baik cair maupun padat yang jatuh ke permukaan bumi
biasa disebut sebagai presipitasi. Proses ini dapat dijelaskan dalam siklus hidrologi.
Siklus hidrologi dimulai dari penyinaran matahari pada hidrosfer (permukaan air
bumi) yang mengakibatkan penguapan (evaporasi), uap air akan naik sampai
ketinggian tertentu dan mengalami pendinginan atau disebut sebagai kondensasi
dan membentuk butiran-butiran air di udara yang bias akita kenal sebagai awan.
Butiran air yang semakin banyak akan menyebabkan densitas awan semakin tinggi
dan pada akhirnya air akan jatuh sebagai hujan. Alat untuk mengukur air hujan
disebut fluviograph.
Curah hujan suatu wilayah akan langsung berdampak pada kesuburan tanah
dan jenis vegetasi yang tumbuh di Kawasan terseubut. Semakin tinggi curah hujan
maka tanah dan vegetasi yang ada akan cenderung lebih subur dibandingkan daerah
dengan curah hujan yang rendah.
2.1.2.6 Intensitas Cahaya Matahari
Letak astronomis dari suatu wilayah juga sangat memengaruhi iklim yang
10
ada. Posisi yang berpengaruh adalah berdasarkan garis lintang. Semakin dekat suatu
wilayah dari garis khatulistiwa maka intensitas cahaya akan semakin banyak dan
semakin lama. Sebaliknya jika letak suatu wilayah semakin jauh dengan garis
khatulistiwa dan cenderung lebih dekat dengan kutub bumi, maka intensitas cahaya
akan semakin sedikit dan singkat. Hal ini sejalan dengan kemiringan lintasan
matahari yang juga berbeda di setiap garis lintang.
Intensitas cahaya yang diterima akan berpengaruh terhadap tekanan udara
dan penguapan di suatu wilayah dan mengakibatkan adanya perbedaan iklim.
Klasifikasi iklim ini dikenal sebagai klasifikasi iklim matahari.
11
Gambar 2. 2 Peta Klasifikasi Matahari
Sumber : https://roboguru.ruangguru.com
Iklim tropis memiliki 4 jenis diantaranya : iklim hujan tropis, iklim muson
12
tropis, iklim sabana tropis, Ciri-ciri wilayah dengan iklim tropis adalah
sebagai berikut :
• Memiliki suhu relatif stabil dan tinggi. Pada umumnya berkisar
antara 20 ºC -30 ºC atau bahkan lebih dari 30 ºC di beberapa wilayah
• Memiliki curah hujan tinggi.
• Mendapat cahaya matahari optimal sepanjang tahun.
• Penguapan air laut cukup tinggi.
• Amplitudo suhu tahunan relatif kecil sehingga pergantian suhu tidak
tergolong ekstrem.
• Pada wilayah iklim tropis hujan (basah) Terdapat hutan hujan tropis
yang hijau sepanjang tahun dengan jenis vegetasi heterogen.
• Pada wilayah iklim tropis muson, terdapat hutan musim yang sangat
terpengaruh oleh dua musim yang ada.
• Pada wilayah iklim sabana tropis, terdapat banyak bioma sabana.
2. Iklim Subtropis
13
• Memiliki amplitudo suhu tahunan tinggi sehingga perubahan suhu
dan cuaca tergolong ekstrem.
• Waktu siang hari akan lebih lama saat musim panas dan relatif lebih
singkat saat musim dingin.
• Memiliki tekanan udara lebih tinggi dibandingkan dengan iklim
tropis.
• Kelembaban udara relatif lebih rendah.
• Memiliki curah hujan yang rata dengan nilai berkisar 750 mm
sampai 1000 mm per tahun.
• Memiliki vegetasi berdaun lebar dan hijau saat musim semi dan
musim panas. Serta berguguran saat musim gugur dan musim
dingin.
• Vegetasi hutan memiliki variasi yang sedikit.
3. Iklim Sedang
14
Ciri-ciri wilayah dengan iklim sedang adalah sebagai berikut :
• Memiliki amplitudo suhu tahunan yang lebih besar dibandingkan
iklim tropis.
• Memiliki amplitudo suhu harian yang lebih kecil dibandingkan
iklim tropis.
• Tekanan udara dan arah angin sering mengalami perubahan yang
tidak menentu.
• Sering terjadi badai secara tiba-tiba dalam waktu yang tidak
menentu.
• Memiliki bioma hutan hujan iklim sedang dengan vegetasi daun
jarum atau biasa disebut tumbuhan konifera hutan ini memiliki
ragam vegetasi yang sedikit dan cenderung homogen.
4. Iklim Dingin
Iklim dingin berada di wilayah yang yang terletak di garis lintang 66,5º LU
sampai 90º LU (kutub utara) dan 66,5º LS sampai 90º LS (kutub selatan).
Iklim ini menutupi 20 % permukaan bumi. iklim ini memiliki musim panas
yang sejuk atau dingin dan musim dingin dengan suhu yang sangat dingin.
Iklim ini terdiri dari 3 jenis yaitu iklim taiga, iklim tundra, dan iklim kutub
• Iklim Taiga
Iklim ini memiliki suhu yang sangat rendah ketika musim dingin.
wilayah dengan iklim taiga memiliki bioma dengan vegetasi hutan
konifera atau biasa disebut hutan boreal. Bioma ini merupakan
15
bioma terluas di muka bumi jika seluruhnya disatukan.
• Iklim Tundra
16
2.1.3.2 Iklim Köppen
Klasifikasi iklim ini merupakan klasifikasi yang paling dikenal dan
digunakan secara internasiona; dalam menentukan iklim suatu wilayah sejak
publikasi pertamanya oleh klimatologis berdarah jerman-rusia Wladimir Köppen
pada tahun 1884 sampai perbaikan-perbaikan yang tertulis dalam buku Gruudis Der
Klimakunde (1931). Kemudian seorang ahli iklim jerman bernama Rudolf Geiger
bekerjasama untuk menyempurnakan observasinya, alhasil klasifikasi ini juga
sering disebut sebagai klasifikasi iklim Köppen – Geiger.
Dasar klasifikasi ini adalah suhu dan hujan rata-rata bulanan maupun
tahunan yang dihubungkan dengan keadaan vegetasi alami berdasarkan peta
vegetasi De Candolle (1874). Berdasarkan variabel tersebut Köppen membagi iklim
dalam lima jenis iklim pokok. Masing masing iklim diberi symbol A, B, C, D, dan
E. pembagian dari iklim ini yaitu sebagai berikut :
1) Iklim A (Megathermal Tropis)
• Memiliki bioma hutan hujan tropis
• Suhu rata-rata bulanan tidak kurang dari 18ºC
• Curah hujan signifikan rata-rata lebih dari 70 cm/tahun
• Vegetasi yang tumbuh sangat beraneka ragam.
17
2) Iklim B (Kering)
• Memiliki Bioma gurun dan semiarid (steppa/padang rumput kering)
• Suhu rata-rata tahunan kisaran 20 ºC
• Curah hujan terendah kurang dari 25,4 cm/tahun
• Penguapan (evaporasi dan transpirasi) tinggi
3) Iklim C (Mesothermal Subtropis)
• Memiliki Bioma hutan musim
• Suhu rata-rata bulan terdingin antara 18 ºC – 0 ºC
• Memiliki setidaknya satu bulan dengan suhu rata-rata di atas 10 ºC
4) Iklim D (Mikrotermal Dingin)
• Memiliki Bioma hutan konifer atau tumbuhan berdaun jarum (taiga)
• Memiliki setidaknya satu bulan terdingin dengan suhu rata-rata di
bawah 10 ºC
• Memiliki setidaknya satu bulan terpanas dengan suhu rata-rata di atas
10 ºC
5) Iklim E (Kutub)
• Memiliki Bioma gurun es kutub (tundra)
• Suhu rata-rata dibawah 10 ºC sepanjang tahun
2.2 Tinjauan Arsitektur
Secara etimologi kata arsitektur berasal dari Bahasa Yunani yaitu
ἀρχιτέκτων : arkhitekton “arsitektur”. ἀρχι- “kepala” dan τέκτων
“pembangun”.Jadi arsitektur merupakan ilmu yang menjadi kepala atau pengarah
dari sebuah pembangunan. Sedangkan secara terminologi menurut KBBI arsitektur
adalah ‘seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan” atau
“metode dan gaya rancangan suatu konstruksi bangunan.
Para tokoh yang berpengaruh dalam sejarah arsitektur juga memberikan
pendapat tentang definisi arsitektur. Para tokoh tersebut diantaranya, Marcus Pollio
Vitruvius yang mendefinisikan arsitektur adalah sebuah karya rancang yang memiliki 3
aspek yaitu firmitas (kekuatan), venustas (keindahan), dan utilitas (kegunaan). Kemudian
seorang bapak pencetus gerakan modern bauhaus yaitu Walter Gropius mendefinisikan
arsitektur sebagai “ekspresi tertinggi seseorang yang mengandung unsur
semangat,kemanusiaan, kesetiaan, dan keyakinan”. Selanjutnya Francis DK Ching juga
18
memberikan pendapatnya yaitu “kegiatan menyusun suatu tautan yang menyatukan :
Ruang, bentuk, kiat, fungsi”. Dan tokoh selanjutnya merupakan tokoh arsitektur nasional
yaitu YB Mangunwijaya yang mendefinisikan arsitektur sebagai “Wastuwidya (ilmu
bangunan) yang mencakup : tata bumi, tata bangunan, dan tata lintas (sirkulasi).
Dari beberapa pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan tentang definisi
arsitektur yang dapat dilihat pada gambar 3.10 yang menunjukan diagram alur arsitektur.
Arsitektur lahir dari adanya kebutuhan manusia yang kemudian diatasi dengan kiat,
ekspresi, dan konsep dari sebuah rancangan bangunan yang didalamnya harus
memiliki 3 aspek yaitu firmitas, venustas, dan utilitas. Gagasan yang disusun
selanjutnya akan menciptakan ruang dan bentuk yang mana ini merupakan keluaran
dari kebutuhan manusia itu sendiri.
2.3 Tinjauan Bioklimatik
Bioklimatik berasal dari bahasa asing bioclimatology. Menurut Yeang
Kenneth, “ Bioclimatology is the study of the relationship between climate and life,
particulary the effect of climate on the health of activity of living things.”
Bioklimatik adalah Ilmu yang mempelajari hubungan antara iklim dan kehidupan,
terutama efek dari iklim pada kesehatan dan aktivitas sehari-hari.
Bioklimatik menurut kamus Oxford adalah iklim atau zona iklim yang
menjadi pertimbangan ataupun mendefinisikan hubungan antara organisme hidup
dan pola penyebarannya. Dari penjelasan tersebut menunjukan bahwa pendekatan
bioklimatik berusaha untuk menyelaraskan antara kehidupan organisme yang ada
19
dengan lingkungan dan iklim yang ditempatinya, agar terjadi keseimbangan antara
keduanya. Dari aktivitas organisme yang ada, disiplin ilmu arsitektur merupakan
salah satu yang paling memiliki andil dalam desain bioklimatik. Yaitu dalam desain
arsitektur bioklimatik.
2.4 Tinjauan Arsitektur Bioklimatik
2.4.1 Pengertian Arsitektur Bioklimatik
Arsitektur Bioklimatik merupakan cabang dari Arsitektur Ekologis
(lingkungan). Pada arsitektur lingkungan, strategi yang ditempuh dalam
pendekatannya adalah merancang sebuah bangunan yang dapat merespon terhadap
iklim pada tapak, baik dalam skala iklim makro maupun iklim mikro. Setelah
menyesuaikan iklim setempat, arsitektur lingkungan akan merespon iklim dengan
mencari kenyamanan thermal pengguna bangunan.
20
mempertimbangkan desain dari bangunan dan ruang, yang didasarkan iklim lokal
dan ditujukan untuk menghasilkan kenyamanan thermal bagi pengguna bangunan.
Pendekatan ini berusaha membuat iklim di luar bangunan agar dapat selaras dengan
iklim yang ada di dalam bangunan. Dalam artian arsitektur bioklimatik berperan
sebagai pengubah (transformer). Penggabungan dari semua ilmu tadi kemudian
akan menghasilkan sebuah desain arsitektural yang sehat, nyaman, dan efisien.
Kemudian bangunan akan menjadi hemat energi dan menjadi berkelanjutan.
Arsitektur bioklimatik menghadirkan solusi berupa solusi arsitektur pasif
dengan meminimalisir sedikit mungkin intervensi dari solusi aktif atau buatan
(mekanik) pada saat mendesain bangunan. Solusi pasif yang dihadirkan diantaranya
adalah passive cooling, passive lighting, passive ventilation. dan masih banyak
yang lainnya. Passive solution yang digunakan sebenarnya berasal dari adaptasi
arsitektur vernakular tiap daerah yang sudah menggunakan solusi pasif untuk dapat
bertahan dengan iklim dan lingkungan sejak dulu kala. Dari arsitektur vernakular
tersebut barulah diterapkan dengan modifikasi sesuai kebutuhan dan melahirkan
solusi pasif yang sesuai.
21
Arsitektur ini muncul karena adanya tantangan bagi arsitek dalam membuat
sebuah bangunan yang juga harus memperhatikan lingkungan sekitar terutama
iklim untuk menciptakan kenyamanan bagi pengguna bangunan. Berikut ini adalah
tantangan desain yang menjadi faktor lahirnya arsitektur bioklimatik.
2.4.2.1 Krisis Energi
Selama puluhan tahun manusia telah menggunakan banyak energi yang
tidak terbarukan. Salah satu yang paling sering dipakai adalah energi berupa bahan
bakar fossil. Jenis energi ini merupakan energi tak terbarukan yang biasa digunakan
pada sektor industri, kendaraan bermotor, dan juga bangunan karya arsitektur.
2.4.2.2 Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca merupakan peristiwa dimana panas yang datang dari
matahari tidak mampu untuk dipantulkan kemali keluar bumi dikarenakan terhalang
oleh lapisan gas CO2 dari emisi bahan bakar dan aktivitas industri yang banyak
menghasilkan polusi ini.
2.4.2.3 Polusi Energi & Kesehatan Manusia
Polusi energi bisa datang dari berbagai sektor dalam kegiatan manusia
sehari-hari, polusi tersebut pada umumnya adalah polusi CO2 (carbon dioxide), CO
(carbon monoxide), dan CFC (cloroflouro carbon) kegiatan yang menghasilkan
emisi gas CO2 dan CO diantaranya, pemakaian kendaraan bermotor, aktivitas
manufaktur pada industri yang menggunakan bahan bakar fossil, pembangkit listrik
tenaga uap yang membutuhkan bahan bakar fossil untuk mengaktifkan pembangkit
listrik, dan masih banyak yang lainnya. Emisi berlebih dari kedua gas ini adalah
pemanasan global dari terjadinya efek rumah kaca. Kegiatan yang menghasilkan
polusi emisi CFC adalah pemakaian berlebih botol spray dengan gas dan juga
pemakaian air conditioner (AC) berlebihan. Dampak dari emisi CFC yang berlebih
adalah penipisan lapisan ozon.
2.4.2.4 Perubahan Iklim
Dampak akhir dari semua hal di atas jika tidak diatasi secepatnya adalah
terjadinya perubahan iklim. Perubahan iklim ini tidak bisa dianggap sepele karena
menyangkut terhadap semua sektor kegiatan global yang sangat sentral, dan jika
hal ini terjadi maka akan terjadi ketidakseimbangan antar wilayah yang akan
menyebabkan kerusakan pada bumi. Namun hal ini masih berusaha diatasi dengan
22
adanya peraturan emisi karbon dan juga peraturan kendaraan bermotor yang sudah
mulai dibatasi jenisnya.
23
Gambar 2. 12 Sistem Penghawaan Pasif
Sumber : Widera, 2015. P. 569
Ketiga sistem pendinginan pasif pada gambar 2.11 merupakan sistem solusi
pasif yang didasarkan pada penghawaan alami dengan memanfaatkan pergerakan
sirkulasi udara dan diterapkan di bagian yang berbeda.
1) Cross Ventilation, berdasarkan perbedaan tekanan udara pada bangunan,
dengan adanya 2 jalur bukan yang akan mengalirkan udara dengan baik
tanpa adanya udara yang terjebak.
2) Chimney Ventilation, penghawaan alami dengan memanfaatkan stack effect.
Yaitu tekanan udara rendah di bawah cerobong akan menghisap udara
dingin dari luar bangunan dan disalurkan ke atas cerobong sekaligus
membuang udara panas.
3) Wind Tower and Wind Catcher, berdasarkan sistem overpressure dan
underpressure. Sistem ini hamper sama dengan sistem cerobong, yang
membedakan adalah tower memiliki fungsi sebagai intake udara dan juga
sebagai exhaust udara.
Untuk contoh sistem passive heating pada desain bioklimatik adalah
menggunakan passive solar heating.
24
Sistem ini menggunakan cahaya matahari dan thermal mass dalam ruangan
yang dapat mengabsorbsi panas. Dan penyaluran panas dalam ruangan terjadi
secara konveksi.
Berikut ini adalah tabel prinsip desain arsitektur bioklimatik pada setiap
iklim di muka bumi.
Tabel 2. 2 Prinsip Desain Arsitektur Bioklimatik
Sumber Referensi Pronsio Desaain Arsitektur Bioklimatik
1. Summer
a. Resist Heat Gain (menurunkan perolehan panas)
• Minimize conductive heatflow
Watson (1983) • Minimize infiltration
• Minimize solar gain
b. Promote Heat Loss (menaikan perolehan panas)
• Promote earth cooling
• Promote ventilation
25
Sumber Referensi Pronsio Desaain Arsitektur Bioklimatik
• Promote Radiant cooling
• Promote evaporative cooling
2. Winter
a. Promote Heat Gain
• Promote solar gain
b. Resist Heat Gain
• Minimize conductive heat flow
• Minimize external airflow
• Minimize infiltration
1. For Hot Dry Regions
a. Lowering the indoor temperature.
b. Natural ventilation.
c. Minimizing heat gain and loss when air conditioning is unavoidable.
d. Utilization of natural energy for hitting and cooling.
2. For Hot Humid Regions
a. Minimizing solar heating of the building.
Givoni (1998) b. Maximizing the rate of cooling in the evening.
c. Providing effective natural ventilation, even during rain.
d. Preventing rain penetration, even during rain.
e. Preventing entry of insects while the windows are open for ventilation
f. Providing spaces for semi outdoor activities and integral part of the
living space .
g. Minimize the risk from tropical storms. (in region subjected to
hurricanes or typhoons).
1. Penempatan core bukan hanya sebagai bagian struktur, namun juga dapat
berpengaruh terhadap kenyamanan thermal.
2. Menentukan orientasi bangunan untuk menciptakan konservasi energi
3. Penempatan bukaan jendela mempertimbaangkan fungsi ventilasi, asupan
cahaya, visualisasi, dan ekspresi bangunan.
4. Penggunaan balkon sebagai shading sinar matahari.
5. Membuat ruang tradisional di tengah dan sekeliling bangunan sebagai
ruang udara dan atrium.
Yeang (1994) 6. Desain pada dinding, penggunaan membrane yang mengubungkan
bangunan dengan lingkungan.
7. Hubungan terhadadp lanskap, lantai dasar bangunan tropis seharusnya
lebih terbuka dan menggunakan ventilassi alami
8. Menggunakan alat pembayang pasif sebagai esensi pembiasan sinar
matahari pada dinding yang menghadap matahari langsung.
9. Penyekat panas pada lantai, insolator panas yang baik pada kulit bangunan
dapat mengurangi pertukaran panas yang terik dengan udara dingin yang
berasal dari dalam bangunan.
Perancangan harus memperhitungkan kondisi iklim yang ekstrem. Kontrol
terhadap efek radiasi matahari yang intensif, angin kering yang membawa
debu, tingginya kelembaban, besarnya temperature harian pada bangunan.
Tropis Basah :
1. Penggunaan konstruksi ringan dan terbuka.
2. Penggunaan peneduhan dan permukaan yang dapat memantulkan
Lipsmeier (1980) cahaya.
3. Pembuatan ventilasi alamiah.
4. Segala jenis penyerap panas harus dihindarkan dan bidang dinding dapat
dibuka selebar mungkin untuk mendapatkan ventilasi silang yang
diperlukan.
5. Pemakaian dinding ringan dan tipis karena hanya berguna untuk
mencegah hujan dan angin.
26
Sumber Referensi Pronsio Desaain Arsitektur Bioklimatik
Tropis Basah :
1. Penggunaan konstruksi berat dan tertutup
2. Pemakaian dinding dengan sedikit lubang/ masif
Aronim (1953) 1. Control amount of radiation received from the sun.(sun radiation)
2. Respect to winds
Hot Arid Region :
1. High altitude and location with evaporative possibilities, cool air flow
effect, are advantageous.
2. A radiation absorbent surface and for its evaporative and shade giving
properties is needed.
3. High massive building are preferable.
4. Heat Loss, rather than gain, is the objective .
5. Avoid heat gain .
6. Shading devices exposed to wind convection .
Hot Humid Region :
Olgyay (1936) 1. Site selection and building should be shaded structures which encourage
cooling air movements, shade protection should be on all sun exposed
side.
2. Interior spaces must be shaded and well ventilated.
3. To avoid glare both inside and outside.
4. Cross ventilation is essential.
5. Stucture must be sheltered from sun and rain and hurricane.
6. Foundation must be proctected from moisture, mold, fungus, termites.
7. The structure must be protected againts fungus, mold and dampness
effects. A flow of breze is necessary to compensate for this. Structures
must be designed to withstand hurricane velocity winds.
1. Promotion Provide Space Cooling in Summer
Looman, R (2017) 2. Promotion Provide Space Heating in Winter
3. Prevention Heat Loss Limitation in Winter
Sumber: Disarikan dari Watson (1983); Aronin (1953); Yeang (1994); Givoni (1998); Lippsmeier
(1980); Olgyay (1963); Evan (1980); Looman (2017), Hyde (2000)
27
dijelaskan sebelumnya.
Bangunan yang menjadi studi kasus pada iklim tropis adalah Gedung
Solaris yang terletak di Fusionopolis Hub North Business Park Singapura. Yaitu
area yang dirancang khusus untuk riset dan pengembangan teknologi, media, sains
fisika, dan industri rekayasa. Bangunan ini terdiri dari 15 lantai dengan konfigurasi
2 tower yang dihubungkan dengan atrium sentral yang memiliki sistem ventilasi
pasif.
Sistem ventilasi pasif pada atrium bangunan ini merupakan aplikasi desain
bioklimatik terhadap iklim tropis yang digunakan sang arsitek yaitu T.R. Hamzah
dan Ken Yeang dalam merancang bangunan ini. Serta memanfaatkan vegetasi alami
iklim tropis dengan membuat 8000 m² landscaping dengan rasio antara lanskap
terbangun dengan luas lahan yaitu 108%.
28
2.5.2 Arsitektur Bioklimatik Iklim B (Subtropis/Kering)
Bangunan yang menjadi studi kasus pada iklim subtropis kering adalah The
National Commercial Bank, Jeddah Arab Saudi. Kawasan timur tengah memiliki
iklim subtropis kering dengan banyak dijumpai padang gurun yang memiliki
temperature tinggi. Tantangan iklim tersebut dapat ditanggapi dengan efisien oleh
arsitek SOM dengan membuat bangunan ini tahan terhadap iklim yang panas dan
kering.
Bangunan ini memiliki konfigurasi massa segitiga yang ditujukan untuk
mengurangi jumlah bidang permukaan eksterior seminimal mungkin agar radiasi
matahari yang diterima berkurang. Exterior bangunan merupakan dinding tebal
minim bukaan, desain ini dapat mengurangi radiasi panas matahari yang dapan
menjaga kenyamanan thermal di dalam bangunan, bukaan ditempatkan khusus di
setiap sisi yang memiliki ukuran lebar dan menjorok ke dalam untuk menghindari
paparan sinar matahari langsung, serta memiliki taman di dasar bukaan nya.
Penempatan bukaan disesuaikan dengan arah jatuh bayangan cahaya matahari agar
tidak terjadi overexposure yang menyebabkan kenaikan suhu ruangan.
Ventilasi pada bangunan menggunakan pendinginan pasif, yaitu terjadi saat
angin memasuki area courtyard di lantai dasar yang kemudian panas yang ada akan
naik menuju bukaan pada atap bangunan sehingga suhu ruangan akan menurun.
29
2.5.3 Arsitektur Bioklimatik Iklim C (Sedang)
Bangunan yang menjadi studi kasus pada iklim sedang adalah bangunan
kantor The James & Mau Office, Polandia. Bangunan ini didirikan di tengah-tengah
Kawasan industri dengan dikelilingi bangunan manufaktur dan lahan parkir untuk
para pekerja. Kemudian bangunan ini berada tepat di zona hijau dari kawasan
industri tersebut. Alasan kantor ini dibangun di kawasan hijau industri adalah untuk
memanfaatkan barisan vegetasi yang ada dan menjadikannya sebagai penopang
psikologis pengguna bangunan agar dapat melupakan segala kegiatan manufaktur
di sekitarnya.
Kantor ini membagi kawasan hijau tersebut menjadi tiga bagian, yaitu utara
selatan, dan timur. Setiap sudut bangunan dibuat ekstensi dinding yang memanjang
dan tebal. Dinding ini berfungsi sebagai exterior enclosure buffer atau pembatas
antara kantor dengan industri. Pembatas ini menciptakan sebuah view dari dalam
bangunan ke lingkungan luar bahwa hanya terdapat zona hijau di luar bangunan
yang membuat pengguna melupakan semua kegiatan manufatur yang ada di luar.
Desain pasif bioklimatik yang digunakan pada bangunan ini adalah
“thermal buffer” yang ada pada lantai satu. Setiap bukaan jendela yang ada
menggunakan kaca double glazed yang dapat mengurangi intensitas panas cahaya
matahari yang masuk ke bangunan saat musim panas. Kemudian bukaan yang
mengarah ke arah timur dan barat dilengkapi dengan partisi sun shading yang
mengarahkan bukaan ke arah tenggara pada sisi timur bangunan, dan pada sisi barat
bangunan sun shading mengarahkan bukaan ke arah barat daya. Desain ini
30
menyesuaikan dengan arah datangnya matahari saat sedang musim dingin di derah
tersebut. Karena sudut jalur lintasan matahari akan cenderung kecil dan mengarah
ke selatan sehingga pasokan cahaya matahari saat musim dingin akan datang dari
arah tenggara dan terbenam di barat daya.
Lain halnya saat sedang musim panas, sunshading ini akan membatasi panas
matahari yang datang dan akan mendinginkan udara yang masuk ke bangunan
sehingga akan menjadi pendingin alami yang hemat energi. Partisi sun shading ini
akan memanas saat musim dingin dan mendingin saat musim panas untuk membuat
udara di luar bangunan disesuaikan dengan kenyamanan thermal yang ada di dalam
ruangan sebelum mulai memasuki bangunan.
2.5.4 Arsitektur Bioklimatik Iklim D (Mikrotermal Dingin)
31
bentuk kerucut dari tenda. Di dalam tenda Terdapat sebuah tungku pemanas yang
digunakan untuk menghangatkan ruangan di dalam tenda sekaligus digunakan
untuk keperluan dapur Suku Nenet. Asap hasilpembakaran tungku pemanas akan
dikeluarkan melalui cerobong asap yang menjulang ke atas melalui bagian puncak
tengah dari tenda.
Respon pasif bioklimatik yang digunakan pada tenda ini adalah dengan
memanfaatkan kulit rusa dengan rambut tebal yang dijadikan selubung dari tenda.
Selubung tenda terdiri dari 2 lapis, lapisasn pertama terbuat dari ligament pada
tulang panggung rusa yang dikeringkan dan dijahit menjadi kain, lapisan kedua
terbuat dari kulit rusa dengan bagian rambut berada di luar tenda. Interior tenda
juga menggunakan berlapis-lapis kain sebagai insulasi. Respon aktif yang
digunakan pada tenda ini yaitu tungku pemanas di tengah ruangan tenda.
2.5.5 Arsitektur Bioklimatik Iklim E (Kutub)
Bangunan yang menjadi studi kasus pada iklim kutub adalah bangunan
Igloo. Iklim kutub yang membuat lahan disekitar tidak memiliki vegetasi membuat
orang lokal inuit harus menggunakan material yang tersedia di wilayahnya. Packed
snow atau salju padat adalah material utama dari Igloo. Alasan salju padat
digunakan dibandingkan es adalah karena bobotnya yang lebih ringan dan memiliki
udara yang terperangkap di dakamnya. Udara dan salju padat akan menjadi
penyerap panas yang buruk sehingga akan membuat ruang dalam igloo memiliki
suhu yang cukup untuk menunjang kehidupan dalam igloo.
32
Respon pasif bioklimatik pada igloo adalah kemuampuan dinding dalamnya
yang dapat memantulkan Kembali panas yang diterima seperti panas tubuh manusia
yang dilepaskan di sekitar tubuh manusia dan juga panas dari lentera. Panas ini akan
terus berada di dalam igloo sampai suhu dalam igloo menjadi lebih hangat 10º dari
suhu luar igloo.
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
34
menuntut penulis untuk menganalisis data dari studi literatur dengan menyesuaikan
dengan kondisi di lapangan yang sebenarnya. Sumber data yang dapat digunakan
adalah jurnal, prosiding konferensi, artikel, dll. Adapun data sekunder yang
digunakan adalah :
a. Kajian tentang Iklim
b. Kajian tentang arsitektur
c. Kajian tentang bioklimatik
d. Kajian tentang arsitektur bioklimatik
e. Kajian studi kasus bangunan arsitektur bioklimatik
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Data yang didapatkan akan sangat membantu penulis dalam mengetahui
hasil penelitian tersebut. Dalam laporan penelitian ini data yang diperoleh berasal
dari berbagai macam sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang
bervariasi, dan dilakukan secara terus menerus sampai data yang terkumpul dapat
mencukupi dan sesuai dengan karakteristik data yang dibutuhkan. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
3.4.1 Studi Literatur
Studi Literatur dilakukan dengan cara mencari data-data menggunakan
buku maupunjurnal-jurnal penelitian, artikel majalah mapun internet. Data yang
yang diperoleh dapat berupa teori, pendapat ahli, serta peraturan-peraturan maupun
Buku, artikel, jurnal dan majalah dapat berupa fisik mapun non fisik.
3.4.2 Studi Kasus
Menurut Surachmad (1982) studi kasus sebagai pendekatan penelitian yang
berfokus dan memperhatikan dengan seksama suatu kasus dengan intensif dan rinci
dengan penggalian informasi dan analisa secara mendalam. Menurut Kumar (1999)
menjabarkan studi kasus sebagai suatu metide pendekatan dan penelitian sosial
yang melakukan analisis suatu kasus dari individu dengan teliti dan lengkap guna
mendapatkan hasil analisis yang intensif. mapun internet. Data yang yang diperoleh
dapat berupa teori, pendapat ahli, serta peraturan-peraturan sehingga.Buku, artikel,
jurnal dan majalahdapat berupa fisik mapun non fisik.
3.4.3 Asistensi dan Konsultasi
Asistensi dan Konsultasi, yaitu mendapatkan pengarahan dan wawasan
35
dalam penulisan dengan Dosen Pembimbing Seminar Arsitektur. Asistensi
dilakukan secara berkala dan berprogress setiap kali dilakukan asistensi dan
konsultasi.
3.5 Teknik Analisis Data.
Menurut Miles dan Huberman (1992;16-19) mengemukakan anaisis data
kualitatif merupakan aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara teerus-menerus sampai jenuh. Adapun langkah-
langkah yang diiteempuh oleh peneliti menggunakan analisis kualitatif model
fenomenal dan studi kasus adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data sekunder yang berasal dari studi literature dan Studi
kasus atau studi preseden, sebagai data yang digunakan pada penelitian.
2. Melakukan reduksi data dari studi literature yang didapet diartikan sebagai
proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari data-data yang
tertulis. Selain itu reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu
dan mengoorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat
ditarik kesimpulan.
3. Penganalisisan data, apabila proses reduksi data telah selesai, maka proses
selanjutnya yaitu analisis data. Tujuan analisis data adalah untuk
menyederhanakan dan juga memudahkan data untuk ditafsirkan.
4. Penyajian data dilakukan guna penarikan kesimpulan dan menganalisis dari
seluruh informasi yang ada. Penyajian data lebih baik berupa suatu cara
utama bagi analisis kualitatif yang valid.
5. Tujuan dari penyajian data adalah untuk memudahkan dalam memahami
apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
telah dipahami tersebut.
6. Kesimpulan, langkah terakhir dalam analisis data kualitatif adalah menarik
kesimpulan dan verifikasi. Simpulan tersebut merupakan pemaknaan
terhadap data yang telah dikumpulkan.
36
3.6 Metode Pembahasan
a. Metode Deskriptif
Metode deskriptif merupakan penjelasan suatu proses kegiatan yang
sedang berjalan. Metode ini berguna untuk menjelaskan proses pada
Pembangunan Apartemen dan Fasilitas Penunjang Vasaka Nines.
b. Metode Korelasional
Metode korelasional adalah suatu cara untuk menganalisa tentang
sesuatu dengan membandingkannya dengan sesuatu yang lain, namun
masih memiliki hubungan. Tujuan dari metode ini adalah untuk mencari
tahu perbedaan, kesesuaian pekerjaan, serta mengoreksi ataupun
menganalisa tentang metode yang ada dan membuatnya menjadi efektif.
c. Metode Komparatif
Metode ini adalah suatu metode yang membandingkan antara terapan
ilmu di lapangan dengan teori-teori yang didapat di lingkungan kampus,
dan internet.
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
38
a. Memiliki empat musim yaitu musim semi, musim panas, musim gugur,
musim dingin.
b. Pada musim panas suhu cenderung tinggi dan vegetasi akan menjadi hijau
c. Pada musim gugur penurunan suhu mulai terjadi dan vegetasi akan mulai
menggugurkan daun nya.
d. Pada musim dingin suhu akan berada di titik terendah dan prepitasi akan
berbentuk kristal es atau yang biasa dikenal dengan salju,
e. Saat musim dingin sudut elevasi matahari semakin mengecil dan
mengakibatkan kurangnya intensitas cahaya matahari
f. Saat musim panas intensitas cahaya matahari cukup tinggi
g. Pemilihan orientasi bangunan harus sangat diperhatikan mengingat
terjadinya fenomena gerak semu tahunan matahari.
4.1.4 Tantangan Desain di Iklim Mikrotermal Dingin
Iklim mikrotermal merupakan iklim yang berada di daerah yang cenderung
lebih dekat dengan kutub, iklim ini memiliki setidaknya satu bulan dengan suhu
rata-rata di bawah 10º C dan satu bulan dengan suhu rata-rata di atas 10º C. berikut
ini tantangan desain yang dihadapi di iklim mikrotermal :
a. Akan dijumpai salju tebal saat musim dingin
b. Suhu terdingin rata-rata di bawah 10º C
c. Vegetasi homogen dengan tumbuhan konifer atau tumbuhan berdaun jarum
d. Penghangat akan menjadi hal penting guna mencapai kenyamanan thermal
e. Orientasi bangunan sangat diperhatikan mengingat siang akan terjadi lebih
lama dibanding malam hari karena sudut elevasi matahari sangat kecil.
Bahkan di beberapa tempat terjadi fenomena matahari malam.
4.1.5 Tantangan Desain di Iklim Kutub
Iklim kutub adalah iklim yang terjadi di wilayah yang berada di kutub.
Wilayah ini berada paling jauh dari garis kathulistiwa sehingga pasokan cahaya
matahari menjadi sangat sedikit. Berikut ini adalah tantangan desain yang ada di
iklim kutub :
a. Salju abadi di semua wilayah dengan iklim kutub.
b. Matahari akan muncul selama 6 bulan dan akan tenggelam selama 6 bulan
setiap tahunnya. Dan sering dijumpai fenomena matahari malam.
39
f. Suhu rata-rata tahunan konstan di bawah 10º C.
c. Tidak terdapat vegetasi tumbuhan berbatang kayu, melainkan hanya ada
bioma tundra dengan vegetasi semak dan lumut.
d. Perairan akan membeku sepanjang tahun.
4.1.6 Perbandingan Tantangan Desain
Berdasarkan pemaparan di atas dapat dibuat komparasi tentang tantangan
yang harus dihadapi di setiap iklim dengan tabel berikut ini :
40
4.2 Strategi Desain Bioklimatik pada Studi Kasus Bangunan
4.2.1 Strategi Desain Bioklimatik Gedung Solaris
41
diberi nama eco-cell. Dengan adanya fitur roof garden ini membuat setiap lantai
bangunan memiliki filter udara alami menggunakan shade plants dan menambah
biodiversity dari vegetasi iklim tropis yang ada.
4.2.1.2 Naturally Ventilated and Daylight Grand Atrium
Udara dingin dan sejuk akan masuk dari lantai dasar melalui verandahway
pocket park dan mengalir masuk ke atrium. Udara residu dengan suhu yang lebih
tinggi akan tergantikan dan terdorong ke atas atrium sampai akhirnya keluar melalui
42
bukaan atap. Proses terjadinya konveksi udara sudah dilakukan menggunakan
computational fluid dynamics (CFD) atau perangkat lunak untuk melakukan
simulasi pergerakan fluida.
.
4.1.2.3 Solar/Light Shaft
Solar shaft juga berhubungan langsung dengan grand atrium pada bukaan
43
puncaknya, untuk mendukung terjadinya cross ventilation dalam bangunan. (Dapat
dilihat pada gambar 4.1 dan gambar 4.3)
4.2.1.4 Semi Enclosure Pocket Park/Plaza
44
bentuk, seberapa dalam partisi, dan juga posisi sunshading yang dibuat total
Panjang dari partisi sun-shading mencapai 10 km. Kaca yang digunakan juga
merupakan kaca double-glazed yang dapat mengurangi panas dalam ruangan. Di
sekeliling bangunan juga terdapat fitur sky terraces atau taman vertikal dengan
vegetasi hijau di sekeliling bangunan yang menciptakan kenyamanan microclimate
dan dengan desain fasad ini heat transfer di sekeliling bangunan dapat
diminimalisir.
4.2.1.6 Eco-cell
Eco-cell terletak di sebelah timur laut bangunan dimana ramp spiral bertemu
dengan lantai dasar. Fitur ini memungkinkan vegetasi, cahaya matahari, dan
ventilasi alami masuk ke dalam zona parkir pada basement bangunan. Lantai
terbawah dari fitur ini terdapat tangki penyimpanan air hujan beserta pompa dalam
sistem tadah hujan. (gambar 4.3).
4.2.1.7 Rain Water Harvesting/Recycling
Iklim tropis memiliki curah hujan yang sangat tinggi dan bangunan ini
memiliki area terbuka lanskap yang sangat luas mencapai 8000 m² dan
membutuhkan sistem irigasi yang baik untuk mengairinya. Maka dari itu dibuatlah
pengairan dengan cara sistem penampungan air hujan berskala besar. Lokasi
penampungan akhir yang berada di bawah eco-cell dapat menampung air hujan
sebanyak 700 m³. dengan sistem tadah hujan ini air hasil penampungan akan khusus
digunakan sebagai air untuk mengairi seluruh lanskap pada bangunan dan juga
sebagai pembantu siklus distribusi nutrisi tanah pada lanskap.
4.2.2 Strategi Desain Bioklimatik National Commercial Bank Jeddah
4.2.2.1 Windowless Thick Exterior Wall
45
Gedung dengan 27 lantai ini memiliki dinding eksterior tebal yang tidak
memiliki jendela, dalam artian tidak memiliki bukaan yang sejajar dengan sisi luar
fasad bangunan. Konfigurasi seperti ini memungkinkan bangunan untuk
menahanradiasi berlebih dari cahaya matahari di iklim kering Arab Saudi yang
sangat panas. Pemilihan finishing exterior dengan warna cerah putih gading juga
dapat membantu dalam memantulkan panas dari radiasi matahari.
46
memaksimalkan pasokan udara ke dalam bangunan. Bukaan ini juga terkoneksi satu
sama lain dengan bukaan di sisi lain bangunan secara vertikal dengan adanya
triangular shaft. Dan setiap bukaan dilengkapi dengan planted interior courtyard.
4.2.2.3 Planted Interior Courtyard
47
4.2.2.3 Interconnected Sun Shade Control
48
musiman dan tahunan dari site.
Pada bangunan ini orientasi bangunan dengan sisi memanjang menghadap
ke timur dan barat, untuk sisi memendek mengarah ke utara dan selatan. Pada sisi
timur dan barat bukaan ventilasi dilengkapi dengan sun shading yang mengarahkan
bukaan untuk dapat mengambil cahaya matahari dari arah tenggara dan barat daya.
Hal ini sejalan dengan fenomena gerak semu tahunan matahari yang memengaruhi
sudut lintasan matahari. Ketika musim panas dan musim dingin.
49
Gambar 4. 16 Suasana Eksterior dari The James & Mau Office
Sumber : https://www.archdaily.com/995818/the-office-james-and mau
4.2.3.2 Building Massing and Thermal Mass
Bangunan ini memiliki massa bentuk balok dengan level of compactness
rendah. Semakin tinggi levelnya maka akan semakin sedikit terjadinya heat losses.
Dalam artian bangunan ini akan mampu mengeluarkan panas yang berlebih dengan
baik saat musim panas dengan didukung oleh double glazed façade dan juga
penambahan sun-shading.
50
Gambar 4. 18 Ilustrasi Cavity Masonry Wall
Sumber : https://www.ursauk.com/cavity-masonry-wall
Detail Penampang dari cavity masonry wall yang dapat berfungsi ganda
sebagai penghangat pasif dan pendingin pasif karena dapat menyimpan energi
panas yang diterima saat terkena radiasi dari cahaya matahari.
51
Gambar 4. 20 Ilustrasi Direct Solar Gain
Sumber : https://www.mdpi.com/2075-5309/12/2/224
Untuk membatasi peningkatan suhu yang berlebih ketika musim panas, sun-
shading dan kaca double glazed menjadi solusi pasif yang diterapkan pada
bangunan ini.
4.2.3.5 Glazing
Setiap bukaan yang ada pada bangunan menggunakan double glazed
window dengan tujuan untuk memperkuat heat losses dengan cara menahan panas
dari cahaya matahari di sela-sela kedua kaca.
52
4.2.3.6 Solar-Shading
Gambar 4. 22 Solar/Sun-Shading
Sumber : https://www.archdaily.com/995818/the-office-james-and mau
Fungsi solar-shading pada setiap bukaan di bangunan ini adalah untuk
menangkap panas saat musim dingin dan juga menghindari cahaya matahari masuk
secara langsung ketika musim panas. Konfigurasi dari solar-shading sudah
disesuaikan dengan analisis site dan iklim yang ada sehingga dapat menjadi solusi
pasif yang efektif dalam menyesuaikan keadaan bangunan dengan lingkungan.
Fitur ini berkaitan langsung dengan fenomena gerak semu tahunan matahari
yang terjadi di belahan bumi utara yaitu negara polandia. Saat musim dingin sudut
lintasan matahari akan mengecil dan cenderung berada di selatan sehingga bukaan
pada bangunan yang berada di sisi selatan akan diarahkan menuju tenggara,
sedangkan bukaan yang ada di sisi barat bangunan akan diarahkan ke barat daya.
Ketika musim dingin matahari berada cenderung tegak lurus dengan bumi sehingga
bayangan akan jatuh tepat di bawah. Ketika hal ini terjadi maka shading sangat
diperlukan untuk membatasi intensitas cahaya yang berlebih masuk ke dalam
bangunan.
Rotasi susunan dari sun-shading lah yang berpengaruh terhadap fitur
tersebut. Barisan sun-shading dibuat vertikal dengan rotasi terhadap sumbu x
sebesar 45º. Konfigurasi ini dapat menghalangi matahari ketika lintasan tegak lurus
di musim panas dengan memberi jalan masuk langsung untuk sudut lintasan yang
kecil saat musim dingin. Hal ini juga berlaku pada belahan bumi selatan yang
memiliki iklim sedang. Perbedaan signifikan dari belahan bumi dan selatan adalah
arah orientasi bangunan yang di balik (mirrored) berdasarkan ekuator. Sehingga
bukaan bangunan akan diarahkan ke barat laut dan timur laut.
53
Gambar 4. 23 Denah Solar/Sun-Shading
Sumber : https://www.archdaily.com/995818/the-office-james-and mau
4.2.4 Strategi Desain Bioklimatik Rumah Nenet
4.2.4.1 Wind Breaker Conical Shape
54
datang dari berbagai arah dan memecahnya agar tenda ini dapat berdiri dengan
kokoh.
4.2.4.2 Integrated Centre Structure Fireplace
Bagian tengah dari struktur kerucut adalah sebuah tiang pipa logam yang
sekaligus berfungsi sebagai cerobong asap untuk tungku pemanas di dalam tenda.
Tungku ini berfungsi sebagai penjaga suhu dalam tenda sekaligus sebagai dapur
bagi penghuni tenda. Alas dari tungku ini menggunakan susunan papan tebal yang
kuat untuk menahan material logam dari tungku dan pipa cerobong. Komponen ini
merupakan komponen paling sakral yang ada pada tenda, karena tungku pemanas
ini merupakan penunjang kehidupan sehari-hari Suku Nenet
55
Gambar 4. 26 Suasana Rumah Nenet saat Musim Panas
Sumber : https://www.survivalinternational.org/galleries/nenet
Kedua lapisan kulit ini diikat pada rangka dengan menggunakan tali pada
puncak tiang, kemudian ujung tali akan diikatkan pada dasar tiang. Cara ini
dilakukan untuk menjaga selubung kulit tetep menempel pada rangka. Ketika
musim dingin tiba, bagian luar dari dasar kerucut akan diurug dengan salju untuk
menambah kekokohan dari struktur bilamana terjadi badai yang hebat.
4.2.4.4 Multiple Fabric Insulation
56
4.2.5 Strategi Desain Bioklimatik Igloo Inuit
4.2.5.1 Self Reinforced Dome Mass
57
4.2.5.2 Bad Canductor Material
58
4.2.5.3 Minimum Heat Loss and Maximum Heat Gain
Perpaduan dari dua fitur sebelumnya yaitu bentuk massa kubah dan material
pengantar panas yang buruk, membuat ruang dalam igloo memiliki heat loss atau
kehilangan panas yang sedikit. Hal ini disebabkan oleh panas yang diterima oleh
dinding interior igloo akan dipantulkan kembali mengingat salju merupakan
penghantar panas yang buruk. Panas akan dipantulkan bantuan bentuk melengkung
dari igloo yang dapat memantulkan panas ke segala arah. Maka panas yang ada
dalam bangunan akan tetap terjaga.
Hal ini akan berdampak pada peningkatan suhu yang optimal di dalam
bangunan karena panas yang terperangkap di dalam igloo dan membuat ruang yang
dapat ditempati dengan nyaman oleh penghuni igloo. Untuk panas berlebih dari
igloo akan dikeluarkan melalui ventilasi kecil di samping igloo yang juga berfungsi
sebagai pemasok oksigen ke dalam ruangan.
59
4.2.5.4 Levitated Living Space with Sunken Entrance
60
merupakan tabel perbandingan dari solusi desain bioklimatik di setiap iklim.
Dari tabel di atas menunjukan bahwa semakin panas suatu iklim maka strategi heat
loss dan ventilasi alami menjadi sangat penting. Sebaliknya semakin dingin suatu iklim
maka strategi heat gain dan insulasi menjadi sangat penting. Dari perbandingan yang telah
dilakukan bisa didapatkan hasil strategi yang cocok digunakan di setiap iklim tentang
penyesuaian bangunan terhadap iklim dan lingkungan. Sehingga dapat mencapai tujuan
bioklimatik yaitu kenyamanan thermal, kenyaman visual, dan juga kenyamanan psikologis.
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang sudah dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan yaitu.
1. Konsep arsitektur bioklimatik adalah konsep yang merupakan bagian dari
arsitektur ekologis yang khusus menggabungkan tiga aspek utama yaitu
Iklim dan lingkungan, Psikologi dan sosial, serta teknologi dan fisika
bangunan. penggabungan ketiga aspek tersebut akan menghasilkan living
space yang sehat, nyaman, dan juga efisien terhadap penggunaan energi.
2. Tujuan dari arsitektur bioklimatik adalah untuk memenuhi tiga kebutuhan
fundamental manusia dalam sebuah bangunan yaitu kenyamanan thermal,
kenyamanan visual, dan juga kenyamanan psikologis. Ketiga tujuan
tersebut tentu saja harus didasarkan oleh pertimbangan lingkungan
setempat.
3. Dari kelima jenis iklim yang sudah disusun, dapat dilihat bahwa setiap iklim
memiliki kenampakan alam yang berbeda-beda. Mulai dari bioma sampai
dengan karakteristik udara dan hidrosfer yang dimiliki. Hal-hal seperti ini
lah yang menjadi tantangan desain arsitektur yang dapat diatasi dengan
pendekatan desain bioklimatik.
4. Iklim yang bahas merupakan irisan dari dua klasifikasi iklim yaitu
klasifikasi iklim matahari dan juga iklim koppen-geiger. Irisan iklim yang
dipilih yaitu : tropis, subtropis kering, sedang, mikrotermal, dan kutub.
a. Untuk iklim tropis solusi desain yang penting untuk diterapkan
adalah natural ventilation, night time ventilation, solar control
shading, dan daylighting.
b. Untuk iklim subtropis kering solusi desain yang penting untuk
diterapkan adalah natural ventilation, night time ventilation,
evaporative cooling. thermal mass, dan solar controls shading.
c. Untuk iklim sedang solusi desain yang penting untuk diterapkan
adalah natural ventilation, passive solar gain, insulation, solar
controls shading, dan day lighting.
62
d. Untuk iklim mikrotermal solusi desain yang penting untuk
diterapkan adalah mechanical heating, heat of occupancy,
insulation, mechanical lighting, thermal mass, dan day lighting.
e. Untuk iklim kutub solusi desain yang penting untuk diterapkan
adalah mechanical heating, heat of occupancy, insulation,
mechanical lighting, , dan day lighting.
5.2 Saran
Setelah menarik kesimpulan maka saran yang bisa disampaikan adalah
1. Hendaknya mendesain sebuah bangunan untuk dapat menyesuaikan
terhadap iklim setempat agar dapat memaksimalkan fungsi bangunan tanpa
harus menggunakan energi berlebihan.
2. Bangunan yang baik adalah bangunan yang dapat memberikan kenyamanan
pada penggunanya, untuk mencapai occupant satisfaction pendekatan
arsitektur bioklimatik dapat digunakan dalam memberikan kenyamanan
thermal, kenyamanan visual, dan kenyamanan psikologis pada pengguna
bangunan.
3. Dalam penyusunan laporan ini penulis masih kesulitan untuk membuat
komparasi bangunan dengan klasifikasi iklim selain 2 klasifikasi yang
digunakan, karena keterbatasan waktu dan efisiensi. Penulis berharap
kedepannya aka ada penelitian lebih lanjut mengenai hal tersebut.
63
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, Jarwa Prasetya. 2019. Prinsip Desain Arsitektur Bioklimatik Pada Iklim
Tropis. Jurnal Arsitektur, Vol. 6, No. 2, Tahun 2019. DOI:
10.26418/lantang.v6i2.34791. Program Doktor Arsitektur DTAP UGM
Caesar, Gerry. 2021. Makalah Arsitektur Tepat Guna : Arsitektur Iklim Kutub.
Tugas Besar Arsitektur Tepat Guna. Universitas Lampung.
Tiah, Putri. 2022. 6 Unsur Cuaca dan Iklim, Dari Suhu hingga Angin. Detikedu.
64
(https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6426833/6-unsur-cuaca-dan-
iklim-dari-suhu-hingga-angin) diakses pada 15 Januari 2023.
Levinson, Joel. 2020. National Commercial Bank. Center for the Study of
Diagonality. (https://centerfordiagonality.org/national-commercial-bank-
2/) diakses pada 4 Febuari 2023.
65