Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN MATERI KOMPETENSI KERJA

Di susun Oleh
Yuda Septiadi Hendra (20011287)

A. Kompetensi Kerja
1. Defenisi (hakikat)
Kompetensi kerja berasal dari kata “competency”. Adapun kata ini merupakan kata benda
yang menurut Powell (1997) diartikan sebagai kecakapan, kemampuan, kompetensi dan
juga didalamnya termasuk wewenang. Jika dalam kata sifat yaitu berarti cakap, mampu,
dan tangkas
 Menurut Spencer (1993), kompetensi adalah karakteristik dasar yang dimiliki oleh
seorang individu yang berhubungan secara kausal dalam memenuhi kriteria yang
diperlukan dalam menduduki suatu jabatan
 Menurut Roe (2001), kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas, peran, atau
kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai pribadi,
dan kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada
pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.13 TAHUN 2003 TENTANG


KETENAGAKERJAAN
Kompetesi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.

2. Konsep Kompetensi Kerja


Adapun konsep dari kompetensi kerja secara umum, ialah terdiri dari tiga unsur (aspek)
utama yaitu: Knowledge, Skill, Attitude. Seseorang bisa dikatakan memiliki kompetensi
jika sudah memiliki atau memenuhi ketiga aspek tersebut
Kompetensi kerja terdiri dari lima karakteristik, diantaranya:
1. Motif (kemauan konsisten sekaligus menjadi sebab dari tindakan)
2. Faktor bawaan (karakter dan respon yang konsisten
3. Konsep diri (gambaran tentang diri)
4. Pengetahuan (Informasi dalam bidang tertentu)
5. Keterampilan (kemampuan untuk melaksanakan tugas)
Lalu Fogg (2004) membagi kompetensi menjadi 2 kategori,
1. Kompetensi dasar (threshold) karakteristik utama, yang biasanya
pengetahuan atau keahlian dasar
2. Kompetensi pembeda (differentiating) Kompetensi yang membuat seseorang
berbeda dari yang lain.

3. Standar kompetensi
Berdasarkan pada arti bahasa, Standar diartikan sebagai ukuran yang disepakati,
sedangkan kompetensi telah didefinisikan sebagai kemampuan seseorang yang dapat
terobservasi mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas. standar kompetensi merupakan
kesepakatan-kesepakatan tentang kompetensi yang diperlukan pada suatu bidang
pekerjaan oleh seluruh "stakeholder" di bidangnya.
Standar Kompetensi adalah perumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki
seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang
dipersyaratkan.
Dengan dikuasainya standar kompetensi tersebut oleh seseorang, maka yang
bersangkutan akan mampu:
 Bagaimana mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan
 Bagaimana mengorganisasikannya agar pekerjaan tersebut dapat
dilaksanakan
 Apa yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang berbeda dengan
rencana semula
 Bagaimana menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan
masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda.
 Bagaimana menyesuaikan kemampuan yang dimiliki bila bekerja pada
kondisi dan lingkungan yang berbeda.

B. Taksonomi Bloom
Taksonomi bloom jika didefenisikan secara bahasa berasal dari bahasa yunani yang berasal
dari kata Taxis = pengaturan, dan Nomos=Ilmu pengetahuan. Jadi taksonomi bloom
merupakan suatu tipe sistem klasifikasi yang berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai
hal-hal yang digolongkan-golongkan dalam sistematika itu.
Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin S.Bloom dan Taksonomi
Bloom ini mengklasifikasikan sasaran atau tujuan pendidikan menjadi tiga domain (ranah
kawasan).
Taksonomi Bloom ini bisa digunakan untuk menganalisis kompetensi peserta didik.
Taksonomi ini juga dapat dipakai sebagai parameter dari kesuksesan dalam hasil
pembelajaran. Bloom membuat sebuah struktur hierarki yang mengidentifikasi keterampilan
dari tingkat paling rendah ke tingkat paling tinggi. Keterampilan dalam diri manusia menurut
Bloom terbagi 3, yaitu:
 Kognitif
Ranah ini meliputi kemampuan menytakan kembali konsep atau prinsip yang telah
dipelajari, yang berkenaan dengan kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh
pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran.
Taksonomi bloom ranah kognitif ini memiliki 6 tingkatan terkait kompetensi,
diantaranya:
Ranah Kognitif (1956)
a. Knowledge
kemampuan dalam mengingat kembali materi yang telah dipelajari. Menurut
Bloom, keterampilan ini merupakan tingkatan yang paling rendah. Karena
keberhasilan tingkatan ini dinyatakan telah tercapai ketika peserta didik mampu
mengingat kembali materi, tanpa adanya analisa lebih lanjut.
b. Comprehension
Pemahaman (kemampuan dalam memahami materi tertentu Yang dipelajari).
Pada tingkatan yang kedua ini, peserta didik selain ingat apa kata yang dipelajari,
juga mampu memahami pelajaran tersebut. Contoh: jika dikatakan kursi, peserta
didik memahami yang dikatakan kursi adalah suatu benda yang digunakan untuk
duduk.
c. Application
kemampuan menerapkan informasi pada situasi nyata
d. Analysis
Kemampuan menguraikan suatu materi menjadi komponen-komponen yang lebih
jelas
e. Syntesis
kemampuan memproduksi dan mengkombinasikan elemen-elemen untuk
membentuk sebuah struktur yang unik.
f. Evaluation
kemampuan menilai manfaat suatu hal untuk tujuan tertentu berdasarkan kriteria
yang jelas
Namun pada edisi revisi (Schultz 2005) pada ranah kognitif ini dimana
tingkatan Synthesis diganti menjadi Creating dan tingkatan evaluation di turun
satu tingkat mejadi urutan kelima dan diganti menjadi Evaluating.
 Afektif
Ranah afektif merupakan ranah yang berhubungan dengan sikap, nilai, perasaan,
emosi serta derajat penerimaan atau penolakan suatu obyek dalam kegiatan belajar
Pada ranah ini, memiliki 5 level atau tingkatan :
(Krathwohl, Bloom, & Maisa, 1964)
a. Receiving
kepekaan dalam menerima rangsanagn atau stimulasi dari luar yang datang
b. Responding
menunjukkan adanya partisipasi aktif untuk mengikutsertakan dirinya dalam
fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.
c. Valuing
memberikan nilai, penghargaan dan kepercayaan terhadap suatu gejala atau
stimulus tertentu
d. Organizing
konseptualisasi nilai-nilai menjadi sistem nilai, serta pemantapan dan prioritas
nilai yang telah dimiliki.
e. Characterization
keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. keterpaduan semua sistem
nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan
tingkah lakunya

 Psikomotor
Ranah ini meliputi kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota
badan serta kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik (motorik) yang terdiri dari
gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, ketepatan
keterampilan kompleks, serta ekspresif dan interperatif.
Ranah psikomor memiliki 4 tingkatan dalam kompetensi kerja, sebagai berikut
(Harrow, 1972)
a. Imitation
kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan contoh yang diamatinya walaupun
belum dimengerti makna ataupun hakikatnya dari keterampilan itu
b. Manipulation
kemampuan dalam melakukan suatu tindakan serta memilih apa yang diperlukan
dari apa yang diajarkan.
c. Precision
penampilan tindakan dimana hal yang diajarkan dan dijadikan sebagai contoh
telah menjadi suatu kebiasaan dan gerakan-gerakan yang ditampilkan lebih
meyakinkan
d. Articulation
dapat melakukan suatu keterampilan yang lebih kompleks terutama yang
berhubungan dengan gerakan interpretatif .

C. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)


Diciptakannya sistem kualifiakasi ini yang mana dinamakan dengan isitilah KKNI tentunys
berangkat dari mengatasi maslah-masalah yang timbul didalam dunia dalam hal ini settting
pendidikan, diantaranya banyaknya jumlah sekolah menengah atas dan yang sejenis di
Indonesia dan beragamnya tingkatannya mulai dari SD, hingga tingkat universitas. Lebih
jelasnya berikut beberapa hal masalahyang muncul sehinnga diperlukannya adanya KKNI ini,
yaitu:
 Kesenjangan mutu atau capaian pembelajaran antar lulusan sekolah menengah atas
atau peguruan tinggi
 Kompleksitas koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam sinkronisasi
capaian pembelajaran antara sekolah menengah atas dan perguruan tinggi secara
berkelanjutan
 Ragam jalur pendidikan dan pelatihan yang ada di Indonesia dengan karakteristik
serta capaian pembelajaran yang beragam pula
belum terbangunnya saling pengakuan atau kesetaraan kualifikasi antar institusi
penyelenggara pendidikan atau pelatihan
 Keterbatasan yang dimiliki oleh lembaga-lembaga penjaminan mutu internal maupun
eksternal untuk melakukan kajian mutu (quality assessment) secara periodik, dan
 Kesenjangan komunikasi, informasi atau umpan balik dari pihak pengguna lulusan
dengan institusi penyelengara pendidikan dan pelatihan
 Terjadinya kesulitan dalam pengendalian pertumbuhan sekolah atau perguruan tinggi,
 Adanya gejala pendidikan yang berorientasi pada ijasah atau gelar dibandingkan
mutu.
Dari masalah yang diatas terdapat empat hal pokok penanganan permasalahan,
berikut:
 sinkronisasi kebijakan lintas kementerian serta antar lembaga atau asosiasi yang
terkait dengan ketenagakerjaan
 penyelarasan mutu capaian pembelajaran dari institusi atau lembaga
penyelenggara pendidikan dan pelatihan
 koordinasi dan sinkronisasi lembagalembaga penjaminan mutu yang telah ada
maupun yang akan dikembangkan menjamin terbentuknya kerjasama dan
komunikasi yang berkesinambungan antar stakeholders ketenagakerjaan di
Indonesia
 Pada akhir Tahun 2009 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi KEMENDIKBUD, melalui
kegiatan yang dikembangkan di dalam lingkungan Direktorat Pembelajaran dan
Kemahasiswaan (BELMAWA), mengambil inisiatif yang sejalan dengan gagasan Direktorat
Bina Instruktur dan Tenaga Kepelatihan, KEMENAKERTRANS untuk mengembangkan
kerangka kualifikasi di tingkat nasional yang kemudian diberi nama Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia atau disingkat dengan KKNI. KKNI diatur dalam Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2012.
KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri bangsa Indonesia terkait dengan sistem
pendidikan nasional, sistem pelatihan kerja nasional dan sistem penilaian kesetaraan nasional,
yang dimiliki Indonesia untuk menghasilkan sumberdaya manusia dari capaian pembelajaran,
yang dimiliki setiap insan pekerja Indonesia dalam menciptakan hasil karya serta kontribusi
yang bermutu di bidang pekerjaannya masing-masing.
KKNI menyediakan sembilan jenjang kualifikasi, dimulai dari Kualifikasi jenjang 1
sebagai kualifikasi terendah dan kualifikasi jenjang 9 sebagai kualifikasi tertinggi. Penetapan
jenjang 1 sampai 9 dilakukan melalui pemetaan komprehensif kondisi ketenagakerjaan di
Indonesia ditinjau dari sisi penghasil (supply push) maupun pengguna (demand pull) tenaga
kerja

Anda mungkin juga menyukai