melihat bahwa individu cenderung mendefinisikan diri untuk memperluas dan mengembangkan diri
dalam kelompok sosial dan cenderung untuk mencari identitas sosial yang positif.
Identitas sosial ini terdiri dari seluruh aspek dari citra diri individu yang berasal dari kategori sosial
dimana individu tersebut dikategorikan dan juga nilai dan emosi yang menggambarkan keanggotaan
individu tersebut dalam kelompok.
Identitas sosial yang positif cenderung ditingkatkan dengan cara membandingkan kelompoknya dengan
kelompok lain untuk membangun nilai positif yang membedakan dengan kelompok lain. Teori identitas
sosial menekankan bahwa perbandingan yang positif (perbedaan antar kelompok terlihat lebih memihak
kepada kelompok sendiri, atau kelompok sendiri terlihat lebih baik ketika dibandingkan dengan yang
lain) akan menghasilkan identitas sosial yang memuaskan, namun ketika perbandingannya negatif
(kelompok lain terlihat lebih baik dari kelompok sendiri) hal ini akan menghasilkan identitas yang tidak
memuaskan.
Dinamika identitas sosial lebih lanjut, ditetapkan secara lebih sistematis oleh Tajfel dan Turner pada
tahun 1979. Mereka membedakan tiga proses dasar terbentuknya identitas sosial, yaitu social
identification, social categorization, dan social comparison.
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
F. Kesimpulan
Blau menempatkan kekuasaan, dominasi dan konflik kepentingan sebagai pusat
analisanya. Hasil konsepnya tentang realitas sosial lebih bermanfaat dibandingkan
dengan parsons maupun homans. Konsep blau sangat berbeda dengan parsons yang
menyatakan bahwa sistem-sistem nilai umum itu merupakan prinsip-prinsip pokok
penjelasan dan kekuasaan itu hubungkan media yang tergeneralisasikan dalam
kepentingan sosial yang bersifat kolektif. Demikian pula karya Blau berbeda dengan
karya Homans.
Konsep keseimbangan Homans, walaupun ia menyebutkan dengan “sifat-sifat
praktis”. Namun setidaknya dalam satu hal mirip dengan sistem nilai umum
parsons. Baik dalam teori sebelumnya maupun didalam penafsiranya dari study pada
kelompok-kelompok kecil ia tidak memperhatikan adanya kekuasaan yang diperoleh
dari yang lain dan sebagai suatu alat yang digunakan oleh para pengusaha agar
mendapatkan kepatuhan dari pihak yang dikuasai. Bahkan ia sendiri cenderung untuk
menghormati berbagai bentuk tekanan sosial dan pemaksaan kemudian dengan kritis
ia memberikan keadaan itu dengan label kemudian dengan kritis ia memberikan
keadaan itu dengan label keadilan. Dengan mengabstrakkan hubungan kelompok-
kelompok kecil dunia mikro yang diambil dari konteks yang lebih luas, ini bahwa
homans telah mengabaikan makna konteks kekuasaan dan dominasi yang lebih luas,
seperti korporasi bisnis dan birokrasi pemerintahan, dan perilaku beberapa orang
sebagai pengusaha dan sebagian besar lainnya yang dikuasai. Memang kita telah
diberitahu tentang kompetisi status antara para pekerja, kecemburuan antara mereka
dan hal- hal yang semacamnya, namun tidak dijelaskan tentang hubungan-hubungan
mereka dengan konteks kelembagaan masyarakat yang lebih luas.
Berbeda dengan Blau yang selalu menggabungkan baik tingkat mikro maupun
tingkat mikro menunjukan bagaimana beberapa prinsip dapat digunakan untuk kedua
hal tersebut. Ia menyatakan bahwa pengontrolan sumber atau jasa kepada mereka
yang tidak mempunyai alternative yang lain merupakan sumber kekuasaan. Jika pihak
kedua memiliki sumber tersebut dan pihak pertama membutuhkannya, maka pihak
pertama harus mematuhi kehendak pihak kedua. Parsons atau Homans tidak
memberikan perhatian yang sistematis terhadap elementer dasar ini, melainkan fakta-
fakta yang rumit sekali.