Anda di halaman 1dari 2

Contoh perhitungan PPh 21 dokter

Untuk lebih jelasnya, berikut ini contoh perhitungan PPh 21 dokter yang perlu kamu ketahui:
1. Dokter yang bekerja sebagai pegawai tetap di rumah sakit dan memperoleh penghasilan
teratur, tarif pajak PPh 21 dikenakan terhadap PKP.
Contoh: dr. Adi merupakan pegawai tetap di RS Sumber Sehat dan menerima gaji dan tunjangan tetap
sebesar Rp15.000.000 pada bulan Januari 2021. Ia menikah dan punya seorang anak (PTKP K/1).

Penghasilan bruto setahun


Rp180.000.000
12 x Rp15.000.000

Dikurangi:
(Rp6.000.000)
Biaya jabatan 5% (maks. Rp6.000.000)

Penghasilan neto setahun Rp174.000.000

Dikurangi:
(Rp63.000.000)
Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/1)

Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp111.000.000

Perhitungan PPh 21
Rp2.500.000
5% x Rp50.000.000
Rp9.150.000
15% x Rp61.000.000

PPh 21 terutang Rp11.650.000

PPh 21 bulan Januari


Rp970.833
Rp11.650.000/12
Pihak rumah sakit memberikan bukti potong PPh 21 kepada dr. Adi di akhir tahun.

2. Dokter yang bekerja lebih dari satu rumah sakit dan/atau klinik dan memperoleh penghasilan
berkesinambungan, tarif PPh 21 dikenakan atas 50% penghasilan bruto.
Contoh: dr. Fina bekerja di Rumah Sakit Harapan Kita dengan kontrak bagi hasil, di mana ia menerima 80%
dari jasa dokter yang dibayar pasien, sedangkan 20% untuk rumah sakit. Dalam 5 bulan berturut-turut, ia
menerima pembayaran jasa dokter sebelum dipotong bagi hasil sebagai berikut: Januari Rp40.000.000,
Februari Rp60.000.000, Maret Rp50.000.000, April Rp62.000.000, Mei Rp48.000.000
Penghasilan Dasar pengenaan PPh 21 (50% Dasar pengenaan PPh
Bulan
bruto penghasilan bruto) kumulatif

Januari Rp40.000.000 Rp20.000.000 Rp20.000.000

Februari Rp60.000.000 Rp30.000.000 Rp50.000.000

Maret Rp50.000.000 Rp25.000.000 Rp75.000.000

April Rp62.000.000 Rp31.000.000 Rp106.000.000

Mei Rp48.000.000 Rp24.000.000 Rp130.000.000


PPh 21 dipotong bulan Januari: 5% x Rp20.000.000 = Rp1.000.000

PPh 21 dipotong bulan Februari: 5% x Rp30.000.000 = Rp1.500.000

Pada bulan Maret, dasar pengenaan PPh 21 kumulatif adalah Rp75.000.000, atau telah melebihi Rp50.000.000,
maka berlaku tarif lapis kedua, yaitu 15%.

PPh 21 dipotong bulan Maret: 15% x Rp25.000.000 = Rp3.750.000

PPh 21 dipotong bulan April: 15% x Rp31.000.000 = Rp4.650.000

PPh 21 dipotong bulan Mei: 15% x Rp24.000.000 = Rp3.600.000

Pihak rumah sakit memberikan bukti potong PPh 21 kepada dr. Fina.

3. Dokter yang menerima penghasilan tidak berkesinambungan, tarif PPh 21 dikenakan atas 50%
penghasilan bruto.
Contoh: dr. Sofia SpJP menerima honorarium dari RS Graha Husada atas jasanya sebagai tenaga ahli di rumah
sakit itu, sebesar Rp30.000.000.

PPh 21 atas honorarium: 5% x 50% x Rp30.000.000 = Rp750.000

Pihak rumah sakit memberikan bukti potong PPh 21 dan dr. Sofia menerima honorarium Rp29.250.000.

Anda mungkin juga menyukai