Anda di halaman 1dari 6

LEMBAR KERJA PENUGASAN AGENDA I

ANALISIS ISU KONTEMPORER

Nama Kelompok : Bintang

Anggota : 1. Dian Lukita Sari, S.KM 6. Ratna Fauziah, S.Pd


2. Agustina Purwitsari S.T 7. Chandra Lukmana Sari, S.Pd
3. Tri Wahyuni, S.Pd 8. Amin Sholikhah, S.Pd
4. Ratna Dwi Pailih, S.Pd 9. Mulyanto Bayu Saputro, S.Pd
5. Nova Anggrainny, S.Pd 10. Arizal Fatoni, S.Kom

FORM 2e. LEMBAR KERJA KELOMPOK


ANALISIS ISU KONTEMPORER GLOBAL

A. IDENTIFIKASI ISU GLOBAL


1. Terorisme dan Radikalisme
Istilah terorisme menjadi populer saat masa Revolusi Perancis (1789 – 1794) yaitu
ketika muncul istilah “Regime de la terreur”. Teror pada masa itu diartikan sebagai cara
yang digunakan oleh pemerintah untuk mempertahankan sistem atau tatanan yang
ada, terutama ketika terjadi kekacauan dan pemberontakan. Berikut beberapa kejadian
terorisme yang pernah terjadi:
a. Sejak akhir 1990-an dan awal 2000-an, sejumlah organisasi terorisme transnasional
seperti Al Qaeda dan ISIS, dilaporkan telah memanfaatkan blog, laman, forum, dan
media sosial (Facebook, Twitter, dan Youtube) sebagai ujung tombak "jihad media"
penyebaran paham ideologi radikal-keagamaan.
(https://analisis.kontan.co.id/news/terorisme-dan-benih-benih-radikalisme)
b. Terorisme gelombang kedua muncul dalam rentang waktu 1920 sampai 1960an.
Pada periode ini, kelompok-kelompok yang berusaha memperjuangkan kedaulatan
nasional, seperti Irish Republican Army (IRA) di Irlandia, dan Front Liberation
Nationale (FLN) di Aljazair, muncul ke permukaan. Rappoport menjelaskan, masa
gelombang kedua berlangsung hampir 40 tahun dan surut ketika imperium kolonial
bubar.
(https://tirto.id/apa-saja-tahap-radikalisasi-teroris-cKuM)
c. Mengutip data dari Laporan Mabes Polri, Rachmat mengatakan bahwa insiden
terorisme di Indonesia mulai meningkat sejak tahun 1996. Saat itu, tercatat ada 65
kejadian. Kemudian aksi terorisme mencapai puncaknya pada tahun 2001 dengan
105 kejadian.
(https://regional.kompas.com/read/2019/12/30/17244821/media-sosial-sebabkan-
paham-radikal-meningkat-meski-aksi-teror-menurun?page=all)
2. Maraknya hoax di media sosial
Hoax adalah informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya. Arti
hoax adalah salah satu tren terburuk yang pernah ada dalam sejarah penggunaan
media sosial. Berikut ini berita mengenai hoax selama 2021:
a. Direktorat Pengendalian Konten Internet Ditjen Aplikasi Informatika Kominfo
menyebut ada 1.387 hoaks selama pademi covid-19 di Indonesia. Hoaks sebanyak
itu tercatat sejak Maret 2020 hingga 26 Januari 2021. Penyebaran ribuan hoaks itu
terjadi kian masif. Terlebih, ada bencana dan pandemi covid-19 yang terjadi di
Indonesia dalam rentan waktu yang disebutkan.(https://www.liputan6.com/cek-
fakta/read/4468257/1387-hoaks-beredar-di-media-sosial-hingga-26-januari-2021)
b. HOAKS Ma'ruf Amin Tandatangani Dana Hajiuntuk Proyek Infrastruktur"Sebuah
akun media sosial Facebook terlihat membagikan tautan artikel beritaberjudul "Dana
Haji Dipakai Untuk Infrastruktur, Ma'ruf Amin : Saya Yang TandaTangani". Pada
keterangan unggahan tersebut juga terdapat narasi "Pikun Pikun".(
https://ppid.diskominfo.jatengprov.go.id/daftar-isu-hoaks-7-juni-2021/)
c. Swedia Hentikan Penggunaan PCR untuk Deteksi Virus Corona"Beredar unggahan
di media sosial Twitter yang mengklaim bahwa Swedia telah menghentikan
penggunaan PCR untuk mendeteksi virus Corona. Disebutkan juga, penggunaan
PCR ini dinilai tidak sesuai, sebab virus baru bisa dideteksi setelah berbulan-bulan.(
https://ppid.diskominfo.jatengprov.go.id/daftar-isu-hoaks-5-juni-2021/)
d. MUI Tidak Diajak Mencari Hilal"Beredar sebuah unggahan pada media sosial
Twitter dengan narasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) tidak dilibatkan dalam
penentuan 1 Syawal 1442 Hijriah.( https://ppid.diskominfo.jatengprov.go.id/daftar-
isu-hoaks-30-mei-2021/)
3. Korupsi Bantuan Sosial Penanganan Covid-19 oleh Menteri Sosial
Bekas Menteri Sosial, Juliari Batubara, disebut mengelola 1,6 juta paket dari total
1,9 juta paket bansos. Paket pengadaan tersebut untuk penanganan Bantuan Sosial
Penanganan Covid-19 pada Kementerian Sosial tahun Anggaran 2020 berupa
pengadaan Bantuan Sosial Sembako pada Juni dan Juli 2020 dengan 4 tersangka
lainnya (Tempo, 2021). Beberapa fakta tentang korupsi bantuan sosial Covid-19
diantaranya:
a. Berawat dari pengadaan barang bansos penanganan Covid-19
Kasus ini diawali adanya pengadaan barang berupa bansos penanganan COVID-19
berupa paket sembako di Kementerian Sosial RI tahun 2020 dengan nilai kurang
lebih Rp 5,9 triliun dengan total 272 kontrak dan dilaksanakan sebanyak 2 periode.
b. Kesepakatan Proyek antara Mantan Menteri dengan Rekanan
Saudara JPB selaku Menteri Sosial menunjuk MJS dan AW sebagai PPK dalam
pelaksanaan proyek tersebut dengan cara penunjukan langsung para rekanan dan
diduga disepakati ditetapkan adanya fee dari tiap-tiap paket pekerjaan yang harus
disetorkan para rekanan kepada Kementerian Sosial melalui MJS.
c. Korupsi pada Paket Peryama dan paket Kedua Bansos
Pada paket bansos COVID-19 periode pertama, diduga diterima fee miliaran Rupiah
dan turut diterima Mensos Juliari Batubara. pelaksanaan paket Bansos sembako
periode pertama diduga diterima fee kurang lebih sebesar Rp 12 Miliar yang
pembagiannya diberikan secara tunai oleh MJS kepada JPB melalui AW dengan
nilai sekitar Rp 8,2 miliar. periode kedua pelaksanaan paket Bansos sembako,
terkumpul uang fee dari bulan Oktober 2020 sampai dengan Desember 2020
sejumlah Rp 8,8 miliar yang juga diduga akan dipergunakan untuk keperluan
saudara JPB.
d. KPK Menetapkan 5 orang sebagai tersangka
Tersangka sebanyak 5 orang tersebut antara lain 3 orang sebagai penerima
(Mensos Juliari Peter Batubara, Pejabat Pembuat Komitmen Kemensos Matheus
Joko Santoso dan Pejabat Pembuat Komitmen Kemensos Adi Wahyono) serta 2
orang pemberi (Ardian I M (Swasta) dan Harry Sidabuke (swasta).
Berdasarkan identifikasi isu yang telah dipaparkan, perlu dilakukan proses analisis
isu untuk menentukan isu mana yang merupakan prioritas yang dapat dicarikan solusi,
proses tersebut menggunakan dua alat bantu penerapan kriteria kualitas isu yakni
berupa APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan, dan Kelayakan) dan USG (Urgency,
Seriousness, dan Growth).
Tabel 1.1
Analisis isu APKL
No Isu Kriteria (skor) Jumlah Peringkat

A P K L
1. Terorisme dan radikalisme 5 4 3 3 15 II
2. Maraknya hoax di media sosial 5 4 4 3 16 I
Korupsi Bantuan Sosial Penanganan
3. 5 3 3 3 14 III
Covid-19 oleh Menteri Sosial

Keterangan: dibuat skor APKL pada kisaran 1 - 5


1. Aktual : Isu sedang terjadi atau dalam proses kejadian, atau diperkirakan bakal terjadi
dalam waktu dekat.
2. Problematik : Merupakan masalah mendesak yang memerlukan berbagai upaya
alternatif jalan keluar dengan aktivitas dan tindakan nyata.
3. Kekhalayakan : Menyangkut hajat hidup orang banyak, masyarakat pada umumnya,
bukan untuk seseorang atau kelompok.
4. KeLayakan : Logis, Pantas, Realitas, dapat dibahas sesuai dengan tugas, hak,
kewenangan dan tanggung jawab.

Tabel 1.2
Identifikasi/ Analisis Isu (USG)

No. Isu Urgency Seriousness Growth Jumlah Rangking

1. Terorisme dan
5 4 3 12 II
Radikalisme
2. Maraknya hoax di
5 4 4 13 I
media sosial
Keterangan: 5=sangat besar, 4=besar, 3=sedang, 2=kecil, 1=sangat kecil
B. ISU YANG PALING MENGANCAM
Berdasarkan identifikasi dan pemaparan dari ketiga isu global diatas, isu yang
paling mengancam bagi Indonesia adalah Maraknya hoax di media sosial di media
sosial.

C. PENYEBAB TERJADINYA ISU


Penyebab terjadinya hoax di media sosial diantaranya adalah:
1. Penyebab terjadinya hoax di media sosial adalah rendahnya pengetahuan seseorang.
Rendahnya pengetahuan yang dimiliki seseorang mengakibatkan mudahnya seseorang
percaya dengan hoax yang tersebar di media masa.
2. Hoax di media masa terjadi akibat rendahnya tingkat literasi seseorang.Tingkat literasi
yang kurang membuat seseorang hanya melihat judul dari sebuah berita tanpa mencari
tau kebenaran melalui sumber yang lainnya.
3. Perbedaan kepentingan dan tujuan. Kepentingan dan tujuan yang beragam dari antar
pihak membuat mereka dapat melakukan segala hal termasuk membuat hoax di media
sosial agar kepentingan mereka dapat tercapai.
4. Perasaaan keinginan seseorang diakui dan dikenal luas dengan menyebarkan hoax
5. Masih kurangnya penegakan hukum terhadap pelaku penyebar hoax. Banyaknya
pelaku penyebar hoax yang belum mendapatkan hukuman, mengakibatkan tidak
adanya rasa takut bagi seseorang untuk melakukan hal sama kembali.

D. DAMPAK JIKA ISU TIDAK DIANTISIPASI


Dampak jangka panjang apabila hoaxs dibiarkan berlarut tanpa adanya penanganan yang
tepat adalah sebagai berikut:
1. Menimbulkan perselisihan antar pihak. Hoax di media masa akan menggiring opini
seseorang untuk mempercayai sesuatu hal. Dimana akan membuat pihak tersudut dan
memperoleh ancaman, yang mengakibatkan timbulnya perselisihan.
2. Menimbulkan kecemasan serta kepanikan publik. Dengan adanya hoax dapat
mengganggu situasi emosional dan suasana hati seseorang.
3. Adanya manipulasi berita dan kecurangan dapat menjatuhkan pihak tertentu.
4. Mengakibatkan kurangnya rasa percaya terhadap pihak tertentu.
E. REKOMENDASI UPAYA PENCEGAHAN
a. Menanamkan pemahaman bahwa berita hoax sangat merugikan.
b. Menciptakan kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah untuk memutus rantai
penyebaran hoax di media sosial.
c. Mensosialisasikan teknik untuk mengetahui kebenaran suatu berita dengan tidak
mudah percaya dengan berita yang memilikijudul provokatif, melihat akredibilitas situs
yang menyebarkan berita, serta mencari tahu kebenaran suatu berita.
d. Memberikan penanaman materi terkait bahaya hoax di media sosial pada pendidikan
formal serta informal.
e. Negara memiliki kekuasaan penuh untuk menertibkan anggota negaranya yang
berusaha untuk menimbulkan kegaduhan dan kecemasan di masyarakat.
f. Melibatkan peran media nasional untuk memutus rantai berita hoax dengan
menayangkan berita sesuai fakta.
g. Membangun kesadaran bersama untuk menggunakan media sosial dengan baik
dengan menyebarkan berita sesuai dengan fakta.

F. TEKNIK ANALISIS ISU “FISHBONE”

MAN MATERIAL
Pengetahuan dan Kepentingan
literasi rendah dan tujuan
yang berbeda Mraknya
Belum adanya
penegakan hukum hoax
Maraknya
Ingin diakui yang tegas hoax didi
media
sosial media
sosial
Mudah percaya
Lemahnya dengan berita yang
pengawasan ada dimedia sosial
Kurangnya
partisipasi
Kurangnya koordinasi masyarakat
antara masyarakat dan dalam upaya
pemerintah pencegahan
METHOD hoax
MILIEU

Anda mungkin juga menyukai