Disusun Oleh :
Preseptor :
dr. Hendi Anshori, SpB
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. Y
Usia : 64 Tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
1
B. Anamnesis
KU: Sulit BAK sejak 2 bulan SMRS yang memberat dalam 2 hari SMRS
Pasien mengeluhkan tidak bisa BAK sejak 2 bulan SMRS. Karena pasien
tidak bisa BAK, pasien dipasang selang kencing sejak 2 bulan SMRS, selang
Keluhan diawali dengan adanya sulit BAK sejak 1 tahun terakhir. Keluhan
disertai dengan BAK sering, <2jam ingin BAK lagi, pancaran BAK lemah dan
mengejan saat BAK. Pasien merasa BAK tidak tuntas, dan malam hari sering
Tidak ada peningkatan dalam jumlah air yang diminum perhari yaitu
sekitar 8 gelas perhari. Demam disangkal. Nyeri saat BAK disangkal. BAK
Kebiasaan sering minum kopi disangkal. Higiene area genital baik. Riwayat
C. Skor keluhan
D. Pemeriksaan Fisik
2
Tanda Vital
Nadi : 96x/menit
Suhu : 36,5oC
Genitourinaria
Rectal Toucher : TSA (+) kuat, mukosa licin, ampula tidak kolaps,
3
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium (21/12/2021)
Parameter Hasil
Hemoglobin 15,2
Hematokrit 45
Leukosit 9.280
Trombosit 290.000
Eritrosit 5.70
Basofil 0
Eosinofil 1
Batang 0
Netrofil 69
Limfosit 25
Monosit 5
Ureum 18
Kreatinin 1.1
BT 2
CT 8
F. Resume
Tn.Y, 64 tahun, datang dengan keluhan utama Sulit BAK sejak 2 bulan
SMRS yang memberat dalam 2 hari SMRS. Keluhan diawali dengan munculnya
gejala frequency, urgency, nocturia, intermittency, straining, incomplete emptying
yang muncul sejak 1 tahun SMRS. Skor IPSS 33.
Dari pemeriksaan fisik rectal toucher didapatkan prostat teraba 3 ruas jari,
permukaan licin, nodul (-), konsistensi kenyal, simetris, nyeri tekan (-).
Pemeriksaan lab darah dan fungsi ginjal dalam batas normal. USG Prostat: Ukuran
membesar volume 98 ml, parenkim homogen.
G. Diagnosis
LUTS e.c Suspek Benign Prostat Hyperplasia dd/ LUTS e.c Ca Prostat
H. Tatalaksana
a. Pre - Operasi
b. Pembedahan
■ Open prostatectomy
I. Prognosis
Quo Ad Vitam : Ad bonam
Quo Ad Functionam : dubia Ad bonam
Quo Ad Sanationam : dubia Ad bonam
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
yang ditandai dengan gejala Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS) yang dapat
menurunkan kualitas hidup penderita. BPH adalah istilah gambaran pada histologi
adanya hyperplasia dari sel stroma dan sel epitel pada periurethral dan transisional
prostat.
sekitar 50% dari kasus BPH yang berkembang menjadi BPE. Pada kondisi yang
lebih lanjut, BPE dapat menimbulkan obstruksi pada saluran kemih, disebut
dengan istilah benign prostatic obstruction (BPO). BPO sendiri merupakan bagian
dari suatu entitas penyakit yang mengakibatkan obstruksi pada leher kandung
kemih dan uretra, dinamakan bladder outlet obstruction (BOO). Adanya obstruksi
B. Epidemiologi
BPH terjadi pada sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun. Angka ini akan
meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun. Angka kejadian BPH di
Indonesia yang pasti belum pernah diteliti, tetapi sebagai gambaran hospital
ditemukan 3.804 kasus dengan rata-rata umur penderita berusia 66,61 tahun
6
Sedangkan data yang didapatkan dari Rumah Sakit Hasan Sadikin dari tahun 2012-
2016 ditemukan 718 kasus dengan rata-rata umur penderita berusia 67.9 tahun.
C. Faktor Resiko
Faktor risiko yang paling berperan dalam BPH adalah usia, selain adanya
testis yang fungsional sejak pubertas (faktor hormonal). Dari berbagai studi
terakhir ditemukan hubungan positif antara BPH dengan riwayat BPH dalam
D. Patogenesis
a. Androgen Pathway
alterasi expresi gen. Semua hal ini menyebabkan produksi dan sekresi
proliferasi dan kematian sel yang akan menjadi proliferasi sel lebih dari
7
b. Age Related Tissue Remodelling
dengan cara:
inflamasi
8
● Meningkatkan basic fibroblast dan TGF-B → proliferasi stromal,
c. Inflamasi
d. Metabolic Syndrome
E. Manifestasi Klinis
urinary tract symptoms (LUTS), yang terdiri atas gejala obstruksi (voiding
9
F. Diagnosis
a. Anamnesis
i. Riwayat Penyakit
10
terdiri atas 7 pertanyaan yang masing-masing memiliki nilai 0
11
iii. Visual Prostatic Symptom Score (VPSS)
12
dibandingkan IPSS, antara lain, lebih mudah digunakan oleh lansia
pada IPSS.
b. Pemeriksaan Fisik
i. Status Urologis
13
● Kandung kemih: palpasi dan perkusi untuk menilai isi
urethral discharge
sebenarnya.
c. Pemeriksaan Penunjang
i. Urinalisis
14
perlu dicari penyebabnya. Bila dicurigai adanya infeksi saluran
gangguan pada saluran kemih bagian atas. Gagal ginjal akibat BPH
pada prostat (biopsi prostat atau TURP), pada retensi urine akut,
(b) keluhan akibat BPH/ laju pancaran urine lebih jelek, dan
rata-rata setiap tahun pada kadar PSA 0,2-1,3 ng/dl adalah 0,7
15
mL/tahun,sedangkan pada kadar PSA 1,4-3,2 ng/dl adalah 2,1
Serum PSA dapat meningkat pada saat terjadi retensi urine akut dan
dilakukan kateterisasi.
iv. Uroflowmetri
setelah terapi.
16
v. Residu Urin
d. Pencitraan
iii. Prostat
prostat
17
iv. Indeks protrusi prostat
● <5 mm
● 5-10 mm
● 10-15 mm
● >15 mm
v. Urosistoskopi
vi. Urodinamik
Terdiri dari :
● Uroflowmetri
18
G. Diagnosis Banding
● Striktur uretra
● Batu buli
H. Tatalaksana
konservatif (watchful waiting), (2) medikamentosa, (3) pembedahan (Tabel 1), dan
19
a. Konservatif
tetap diawasi oleh dokter. Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien
BPH dengan skor IPSS dibawah 7, yaitu keluhan ringan yang tidak
(1) jangan banyak minum dan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah
makan malam,
fenilpropanolamin,
b. Medikamentosa
20
c. Pembedahan
(6) penurunan fungsi ginjal yang disebabkan oleh obstruksi akibat BPH;
(7) dan perubahan patologis pada kandung kemih dan saluran kemih bagian
atas.
21
Indikasi relatif lain untuk terapi pembedahan adalah keluhan sedang
I. Komplikasi
● Retensi urin
J. Prognosis
Laki-laki dengan BPH yang mengalami retensi urin akut biasanya berusia
di atas 70 tahun dengan komorbiditas yang lebih banyak dan risiko komplikasi
yang lebih tinggi. Prognosis ditentukan oleh respons terhadap terapi. TURP
22
mengurangi retensi urin akut 85-90%. Penggunaan modalitas kateterisasi lepas
23
DAFTAR PUSTAKA
24