Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KELOMPOK 22

CEDERA OTAK TRAUMATIK

ANGGOTA

IRCHAM SYAIFUDDIN
SALMAN
SUCI RAHMAYANTI
Cedera Otak Traumatik
Cedera kepala adalah istilah luas yang menggambarkan serangkaian cedera

yang terjadi pada kulit kepala, tengkorak, otak, dan jaringan di bawahnya serta

pembuluh darah di kepala. Sementara cedera otak adalah cedera kepala yang

menyebabkan terjadinya gangguan fungsi otak. Cedera otak secara garis besar

diklasifikasikan menjadi cedera otak traumatik (COT) yang berasal dari sumber

eksternal dan cedera otak non-traumatik yang berasal dari sumber internal.

Pada topik ini akan dibahas khusus mengenai COT.

1. Definisi Cedera Otak Traumatik


COT adalah gangguan pada fungsi otak yang disebabkan oleh faktor

eksternal. Hal ini seringkali disebabkan oleh pukulan, benturan, sentakan,

atau luka tembus di kepala. Namun, tidak semua pukulan atau sentakan

pada kepala menyebabkan COT, beberapa hanya menyebabkan kerusakan

tulang tengkorak, tanpa diikuti cedera otak. COT ringan disebut dengan gegar

otak.

2. Insidensi

COT telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama bertahun-

tahun dan akan tetap menjadi sumber utama kematian dan kecacatan parah

di masa depan. COT terus menjadi masalah kesehatan yang berdampak kuat

pada sosial ekonomi di seluruh dunia, baik di negara-negara berpenghasilan

rendah maupun tinggi, karena konsekuensinya yang seumur hidup dan

dapat terjadi pada orang-orang pada usia berapa pun.

Setiap tahunnya sekitar 235.000 orang dirawat rumah sakit karena COT.

Hampir 1,1 juta orang dirawat di unit gawat darurat, dan 50.000 meninggal.

Distribusi COT untuk kelompok usia pada anak-anak dan orang tua

merupakan populasi dengan risiko tertinggi. Pada jenis kelamin laki-laki usia

yang paling berisiko antara 10 dan 20 tahun sementara pada perempuan

antara usia 70 dan 80 tahun.

Akses ke layanan darurat dan bedah saraf mempengaruhi mortalitas

dan morbiditas COT di seluruh wilayah dunia. Di negara-negara


berpenghasilan rendah, akses ini cenderung terbatas sehingga

mengakibatkan jumlah kecacatan dan kematian yang lebih tinggi.

3. Penyebab Cedera Otak Traumatik

Dua penyebab paling umum dari COT adalah terjatuh dan kecelakaan

lalu lintas (KLL), yang meliputi tabrakan kendaraan, pejalan kaki yang ditabrak

kendaraan, tabrakan kendaraan-sepeda dan mobil-pengendara sepeda

motor serta kecelakaan sepeda dan sepeda motor yang tidak melibatkan

kendaraan lain. Sampai saat ini, KLL adalah penyebab utama COT.

COT akibat olahraga merupakan salah satu penyebab lainnya yang

cukup sering. Olahraga seperti sepak bola, berkuda, balapan, bertinju dan

olahraga ekstrem lainnya merupakan contoh olahraga yang berisiko untung

mengalami COT. Oleh sebab itu, perlu dibuat aturan yang lebih tegas dan

jelas dari masing-masing federasi cabang olahraga mengenai alat pelindung

kepala yang sesuai standar, serta aturan yang memuat tentang batasan

frekuensi dan kekuatan benturan kepala yang diizinkan dalam sebuah

cabang olahraga khususnya olahraga bela diri yang melibatkan benturan

kepala secara langsung.

4. Mekanisme Cedera Otak Traumatik

1. Cedera Otak Traumatik Tertutup

Sering terjadi sebagai akibat dari KLL, atau pukulan ke kepala, atau
terjatuh di mana kepala membentur lantai atau permukaan keras
lainnya. Pada COT tertutup, tengkorak tidak tertembus, namun
sering disertai retak.

2. Cedera Otak Traumatik Terbuka

Hal ini disebabkan oleh luka tembus, misalnya akibat senjata,


peluru, atau benda tajam lainnya. Pada COT terbuka ini, tengkorak
tertembus hingga mencederai otak.
3. Klasifikasi Cedera Otak Traumatik

COT dibagi berdasarkan derajat keparahannya menggunakan skala.


Skala ini berlaku universal sehingga memiliki keseragaman dalam
penilaian COT yang disebut dengan Glasgow Coma Scale (GCS). GCS
menggunakan poin untuk menilai respon dari pasien meliputi
penilaian terhadap respon membuka mata, kemampuan berbicara,
dan pergerakan anggota tubuh. Skala ini memiliki total poin 3-15,
poin 3 berarti koma dalam dan poin 15 berarti sadar baik.
Selanjutnya rentangan poin tersebut akan dibagi menjadi:

 Cedera Otak Ringan (COR): GCS 14-15.


 Cedera Otak Sedang (COS): GCS 9-13.
 Cedera Otak Berat (COB): GCS 3-8.

4. Gejala dan Tanda

Gejala dan tanda tergantung pada area otak yang mengalami


kerusakan. COT dapat memiliki efek fisik, kognitif, psikologis, dan
fisiologis luas yang dapat terjadi sesaat setelah kejadian maupun
setelah beberapa waktu kemudian. Gejalanya mungkin berbeda
tergantung pada tingkat keparahan COT, namun tidak spesifik.
Secara umum gejala dari yang paling ringan dapat berupa:

 Nyeri kepala
 Mual dan muntah
 Pingsan.
 Hilang ingatan atau tidak ingat kejadian
 Kejang
 Kelemahan anggota gerak
 Gangguan penglihatan
 Gangguan berbicara
 Hingga yang paling berat adalah penurunan kesadaran atau
koma
5. Pemeriksaan Cedera Otak Traumatik

Seluruh pasien COT akan dilakukan pemeriksaan neurologis yang


menyeluruh. Pemindaian Magnetic Resonance Imaging (MRI)
dan  Computerized Tomography  (CT) digunakan untuk melihat
otak. CT scan paling diindikasikan pada tahap awal pasca trauma
karena dapat menunjukkan patah tulang dan bekuan darah di otak
yang lebih baik. MRI digunakan pada kondisi pasien yang sudah
stabil secara medis untuk memberikan gambaran yang lebih rinci
tentang jaringan otak.

Manajemen Cedera Otak Traumatik

1. Intervensi Bedah
Pembedahan darurat sering diperlukan untuk dekompresi otak
yang cedera dan meminimalkan kerusakan pada otak maupun
jaringan lainnya meliputi:

 Evakuasi bekuan darah untuk mengurangi tekanan pada otak.


 Pengangkatan sebagian tengkorak untuk mengurangi tekanan pada
otak.
 Perbaikan patah tulang tengkorak yang patah, dan/atau
pengangkatan pecahan tengkorak dari jaringan otak (pada trauma
tembus).
 Pemasangan selang untuk mengalirkan cairan otak.

2. Intervensi Medis
Obat-obatan juga dapat digunakan untuk mengurangi kerusakan
sekunder pada otak:

 Obat sedasi, dalam kondisi tersedasi otak membutuhkan oksigen


yang jauh lebih sedikit. Ini adalah salah satu cara untuk mengatasi
suplai oksigen dan nutrisi ke otak yang menurun oleh pembuluh
darah yang terkompresi akibat peningkatan tekanan otak.
 Obat diuretik, dapat digunakan untuk mengurangi jumlah cairan
dalam jaringan otak dan dengan demikian membantu mengurangi
tekanan pada otak.
 Obat anti kejang sering diberikan pada tahap awal untuk
menghindari kerusakan otak tambahan, yang mungkin disebabkan
jika kejang terjadi.
 Obat-obatan suportif lainnya seperti penyetop perdarahan, anti
nyeri, antibiotik, dan lain sebagainya disesuaikan dengan kondisi
masing-masing pasien.
6. Rehabilitasi Cedera Otak Traumatik

Sama seperti dua orang yang tidak persis sama, tidak ada dua
cedera otak yang persis sama. Oleh karena itu, pendekatan
rehabilitasi neurologis dan fisioterapi setelah COT harus
memperhatikan prinsip neuroplastisitas serta mengambil
pendekatan yang berpusat pada pasien dengan keterlibatan
individu dalam penetapan tujuan dan pilihan prosedur perawatan.

 Perawatan awal selama FASE AKUT berfokus pada peningkatan


kekuatan pernapasan dan adaptasi pada perubahan sistem
muskuloskeletal, targetnya adalah mobilisasi dini secara bertahap
bahkan sejak masih di tempat tidur.
 Penatalaksanaan fisioterapi FASE SUBAKUT berfokus pada
penyediaan lingkungan yang sesuai untuk membantu pemulihan
fungsional dan mulai melakukan aktivitas bermakna dan relevan
yang disesuaikan dengan kemampuan individu.
 Manajemen fisioterapi FASE PASCA AKUT berfokus meningkatkan
keterampilan motorik spesifik dengan fokus pada tujuan fungsional
untuk aktivitas sehari-hari, di mana hal ini sangat bergantung pada
pendekatan kolaboratif antara individu dan keluarga. Tahap ini
dapat mencakup rawat inap, rawat jalan, dan pengaturan berbasis
komunitas. Pada beberapa individu mungkin memerlukan akses
seumur hidup.

Anda mungkin juga menyukai