Abstrak
Cedera intracranial ringan (mTBI) dihasilkan dari transfer energi mekanik
menuju otak dari kejadian traumatik seperti percepatan / perlambatan
dengan cepat, tabrakan langsung ke kepala, atau ledakan. Transfer energi
ke otak bisa menyebabkan perubahan struktural, fisiologis, dan / atau
fungsional pada otak yang dapat menghasilkan gejala neurologis, kognitif,
dan perilaku yang bisa bertahan dalam waktu lama. Karena mTBI dapat
menyebabkan gejala-gejala ini meski tanpa disertai adanya temuan positif
pada neuroimaging, diagnosis dapat menjadi subjektif dan sering
didasarkan pada gejala-gejala neurologis yang dilaporkan pasien sendiri.
Lalu, diagnosis yang tepat dapat dipengaruhi oleh motivasi tertentu untuk
menyembunyikan atau melebih-lebihkan gejala dan / atau
ketidakmampuan pasien untuk merasakan disfungsi atau perubahan
kesadaran ringan. Oleh karena itu, diagnosis mTBI yang tepat akan dapat
ditentukan dari indikator cedera objektif. Istilah gegar otak dan mTBI
sering digunakan secara bergantian, dengan gegar otak terutama
digunakan dalam kedokteran olahraga, sedangkan mTBI digunakan untuk
menjelaskan cedera traumatik. Ulasan ini memberikan penilaian kritis
terhadap status biomarker yang ada saat ini dalam diagnosis mTBI pada
manusia. Kami meninjau status biomarker yang diuji pada pasien TBI
dengan cedera ringan, dan memperkenalkan konsep baru dalam
penemuan biomarker (disebut sebagai symptophenotypes) untuk
memprediksi gejala umum dan unik dari gegar otak. Akhirnya, kami
membahas kebutuhan akan biomarker / biomarker signature yang dapat
mendeteksi mTBI dalam konteks politrauma, dan untuk menilai
konsekuensi dari cedera berulang terhadap perkembangan sindroma
cedera sekunder, berkepanjangannya gejala pasca-gegar otak, dan
ensefalopati traumatik kronis.
Pendahuluan
Mekanisme dari LOC dan AOC yang diusulkan. Meskipun LOC dan
AOC secara tradisional dianggap sebagai kriteria diagnostik mTBI,
mekanisme yang mendasari perubahan ini tidak diketahui, meskipun
beberapa hipotesis telah diusulkan.
Biomarker mTBI
Neuron specific enolase (NSE). NSE adalah salah satu dari lima
isozim dari enzim glikolitik enolase. NSE adalah famil yang meliputi tiga
protein glikolitik; isoform α, ß, dan, γ yang ada dalam sejumlah jaringan,
dengan homodimer γ- γ sangat banyak di otak. NSE awalnya dianggap
spesifik neuron, tetapi studi selanjutnya menunjukkan bahwa sel-sel
neuroendokrin, oligodendrosit, trombosit, dan eritrosit juga
mengekspresikan NSE. NSE memiliki waktu paruh serum sekitar 24 jam
dan dapat dideteksi dalam waktu 6 jam setelah cedera. Kadar serum NSE
(biasanya kurang dari 12,5 ng / mL) telah dilaporkan meningkat setelah
TBI, kadar ini berkorelasi dengan keparahan cedera. Pada kadar serum
lebih dari 21,7 ng / mL, NSE menjadi indikator yang sensitif dari kematian
(sensitivitas 85%) dan hasil akhir buruk (sensitivitas 80%). Sensitivitas dan
spesifisitas yang tidak memadai membatasi penggunaan NSE dalam
konteks neuropsikologi (sensitivitas 55%, spesifisitas 77,8%) dan
memprediksi adanya lesi intrakranial (sensitivitas 77%, spesifisitas 52%).
Digunakan sendirian, kadar NSE serum belum tentu menunjukkan adanya
trauma otak, karena protein ini juga diduga menjadi marker small cell
cancer paru, tumor kandung kemih neuroendokrin, stroke iskemik, dan
neuroblastoma.
Kombinasi biomarker
Secara klinis, evaluasi gegar otak dan mTBI mirip dan tidak perlu
dibedakan. Bahkan, The American Academy of Neurology (1997)
menggunakan sistem grading gegar otak untuk mTBI. Konferensi
Internasional Gegar otak pertama yang diadakan di Wina memberikan
definisi bahwa gegar otak adalah proses patofisiologis kompleks yang
mempengaruhi otak, yang disebabkan oleh gaya biomekanik traumatik
dan mungkin disertai LOC. Ciri khas dari gegar otak adalah kebingungan.
Gejala lain termasuk pusing, mual, sakit kepala, gangguan fungsi memori,
masalah keseimbangan, gangguan visual dan pendengaran, dan masalah
emosional, dengan adanya satu atau lebih dari gejala-gejala ini
mendukung diagnosis gegar otak. Telah dikagtakan bahwa lesi struktural
yang diidentifikasi pada MRI adalah pertanda dari mTBI. Kebanyakan
penelitian DTI dilakukan pada pasien mTBI dengan GCS antara 13-15.
Tidak semua pasien gegar otak memiliki kelainan struktural.
Symptophenotypes
Bukti yang ada menunjukkan bahwa atlet muda lebih rentan gegar
otak daripada atlet tua, butuh waktu yang lebih lama untuk pulih, dan
mengalami defisit neurokognitif signifikan. Karena efek kumulatif ini,
diduga bahwa otak memiliki periode kerentanan di mana tabrakan kedua
(atau ketiga) memperparah patologi yang sedang berlangsung (misalnya
second impact syndrome atau ensefalopati traumatik kronis). Maka,
apresiasi patologi yang mendasari dan identifikasi marker yang dapat
digunakan untuk menggambarkan periode kerentanan ini diperlukan untuk
meminimalisasi kemungkinan kecacatan jangka panjang yang disebabkan
oleh cedera kepala berulang.
Tiga patologi utama telah ditemukan ada pada gegar otak berulang:
second impact syndrome (SIS), pemulihan PCS berkepanjangan, dan
ensefalopati traumatik kronis (CTE). SIS penuh kontroversi karena ia
terjadi ketika ada cedera kepala kedua saat masih memiliki gejala dari
cedera pertama. SIS hampir secara eksklusif mempengaruhi atlet usia
kurang dari 20 tahun dan memiliki angka kematian 12-50% dan angka
morbiditas yang mendekati 100%. SIS diduga disebabkan oleh hilangnya
autoregulasi otak dengan cepat yang menyebabkan edema serebri masif.
Atlet dengan riwayat gegar otak juga memiliki gejala pasca gegar otak
yang lebih lama pemulihannya. CTE pertama kali dikenali pada petinju,
disebut ''demensia pugilistica,'' dan sekarang juga tampak pada atlet
olahraga kontak lain. CTE diduga diakibatkan oleh mTBI berulang pada
area vital dari otak yang mengakibatkan disfungsi memori, masalah
keseimbangan, perubahan perilaku, dan kehilangan kecerdasan. Gejala
biasanya muncul beberapa tahun setelah cedera dengan gambaran
neurofibrillary tangles seperti yang terlihat di pasien Alzheimer.
NAA, turunan dari aspartat, ada dalam kadar tinggi di otak, dan
meskipun fungsinya belum sepenuhnya jelas, ia dihubungkan dengan
perubahan fungsi mitokondria dan metabolisme ATP. Meski NAA telah
terbukti menurun setelah TBI dengan MRS, Maugans dan rekan-rekannya
tidak menemukan perubahan atau perubahan yang berhubungan dengan
kelompok yang signifikan pada NAA atau rasio NAA dan kreatinin (Cr),
atau korelasi dengan uji neurokognitif pada anak-anak dengan gegar otak
yang berhubungan dengan olahraga dibandingkan dengan kontrol.
Sebaliknya, penelitian terbaru untuk mengetahui perubahan metabolisme
menggunakan MRS pada atlet tua menunjukkan bahwa rasio NAA:Cr
pada pasien cedera berkurang sebesar 18,5% pada 3 hari pasca gegar
otak dan kembali ke normal setelah 30 hari. Atlet yang mengalami gegar
otak berulang dalam waktu 3 sampai 15 hari dari cedera pertama
mengalami penurunan awal rasio NAA:Cr yang serupa, tetapi perubahan
ini tidak menjadi normal hingga 45 hari pasca cedera. Penurunan
berkelanjutan ini terkait dengan gejala gegar otak yang menjadi lebih
parah, menunjukkan bahwa rasio NAA:Cr otak mungkin merupakan
biomarker yang baik untuk menentukan kapan bisa kembali bermain.
Studi lanjutan untuk meneliti NAA dengan ukuran sampel yang lebih besar
akan membantu menilai biomarker ini dan memahami etiologi gegar otak
berulang.
Kesimpulan