Menyoal Alasan Sakit Dalam Mengajukan Penundaan Penahanan para Tersangka Tindak Pidana Korupsi (Studi Di Kota Makassar)
Menyoal Alasan Sakit Dalam Mengajukan Penundaan Penahanan para Tersangka Tindak Pidana Korupsi (Studi Di Kota Makassar)
Mengajukan Penundaan
Penahanan Para Tersangka
Tindak Pidana Korupsi
(Studi di Kota Makassar)
ardinph@gmail.com
wa.ode41@gmail.com
p-ISSN: 2477-118X
e-ISSN: 2615-7977
ABSTRAK
ABSTRACT
type of disease the suspect has to allow him filing detention delay.
Therefore, it is necessary for the investigators to have discretion and
prudential principles and to pay attention to the suspect’s human
rights before granting the delay of detention filed by the suspect.
We believe that KPK investigators with medical personnel need to
establish standardized procedure on the type of illness for suspects
who may apply for postponement of detention.
Keywords: Ill motive, sick leave, suspect, pre-trial detention
A. PENDAHULUAN
1. Rumusan Masalah
erdasarkan uraian di atas terdapat beberapa rumusan masalah
B
yang perlu dijawab dalam penelitian ini di antaranya:
a. Bagaimanakah stadar minimal medis sehingga seorang ter-
sangka dapat menggunakan alasan sakit untuk menangguh-
kan penahanan?
2. Tujuan Kajian
ecara umum penelitian ini bertujuan menganalisis suatu stan-
S
dar minimal medis penggunaan alasan sakit untuk menangguhkan
penahanan serta langkah-langkah yang dapat ditempuh KPK dalam
menanggapi alasan sakit yang diajukan oleh para tersangka korupsi.
3. Metode Penelitian
enelitian ini menggunakan yuridis sosiologis atau legal ap-
P
proach, maka bentuk penelitian yang dilakukan adalah penelitian
kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik sampling yang di-
gunakan adalah teknik snowball sampling, dimana sampel diperoleh
melalui proses bergulir dari satu responden ke responden yang lain-
nya, biasanya metode ini digunakan untuk menjelaskan pola-pola
sosial atau komunikasi (sosiometrik) suatu komunitas tertentu. Atau
dengan kata lain, dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih
satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum mera-
sa lengkap terhadap data yang didapatkan, maka peneliti mencari
orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data
yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Teknik analisis data
yang akan digunakan dalam pnelitian ini adalah teknik analisis
Miles dan Huberman yang mengatakan bahwa aktivitas dalam anali-
sis data kualitatif dilakukan secara terus-menerus hingga mencapai
titik jenuh (Agustinova, 2015).
4. Penelitian terdahulu
enelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini di anta-
P
ranya Sawitri, H. W. (2011) yang menjelaskan bahwa perlindungan
hak asasi manusia pada tersangka perlu dilakukan, khususnya dalam
perawatan kesehatan dengan memberi kesempatan untuk pengo-
batan di rumah sakit di luar tahanan, merupakan hak yang harus
dihormati dan dilindungi negara.
5. Kerangka Teori
ebagian besar sistem peradilan pidana membedakan antara
S
tahanan yang berstatus tersangka dan tahanan yang sudah memiliki
kekuatan hukum tetap. Menurut Penal Reform International, penah-
anan tersangka prasidang selama proses penyidikan bukanlah sanksi
tetapi dalam rangka menjalankan prosedur sistem pidana (Penal Re-
form International, 2013). Karena itu, KPK harus memiliki standar
yang jelas dalam melakukan penahanan tersangka yang beralasan
sakit.
Norma Hak Asasi Manusia Internasional menekankan penting-
nya membedakan antara tahanan yang sudah terbukti bersalah dan
yang belum menjalani persidangan. Para tahanan yang menunggu
persidangan dianggap berbeda karena hukum menganggap mereka
tidak bersalah sampai terbukti bersalah (International Convenant on
Civil and Political Rights, 1996; Standard Minimun Rules for the
Treatment of Prisoners, 1995; Recomendation of the Committee of
Ministers to member states on the European Prison Rules, 2006).
tuk ditegakan dalam suatu proses pidana (John, 2014). Karena itu,
penundaan penahanan karena alasan sakit membutuhkan pendeka-
tan yang komprehensif dan penelitian yang empiris. Akan tetapi,
perlu diperhatikan bahwa para tahanan memiliki risiko penyakit
yang tinggi, kondisi kesehatan para tahanan dapat menurun secara
drastis dalam waktu cepat (Kouyoumidjian, Fiona, et al. 2016).
Hukum pidana dan praktik kesehatan masyarakat saling men-
dukung dalam berbagai penyelesain kasus (Carter. D. J, 2016). Se-
bagaimana yang dikatakan oleh Petter Rush tahun 2009:
No single practice or discourse – whether it is the plural
traditions of the law of crime, or the no doubt plural tradi-
tions of medicine and social policy – has the final say. And
this may be a good thing
Kasus yang sering terjadi di Indonesia dengan mengajukan ala-
san sakit untuk penundaan penahanan perlu dilakukan pendekatan
secara teoritik dan empirik, baik dari segi hukum pidana maupun
aspek kesehatan masyarakat sehingga diperoleh keputusan terbaik
dalam menghadapi kasus yang sama.
b. PEMBAHASAN
1. 1.Perspektif Yuridis
enundaan penahanan karena alasan sakit dapat ditinjau dari
P
beberapa regulasi.
a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP ti-
dak mengatur mengenai tindakan penyidik untuk melakukan
pembantaran tersangka, akan tetapi hal ini terkait dengan
salah satu kewenangan penyidik untuk melakukan tindakan
lain sesuai Pasal 7 ayat (1) huruf b dan j berbunyi:
“(b) melakukan tindakan pertama pada saat di tempat
kejadian; (j) mengadakan tindakan lain menurut hu-
kum yang bertanggung jawab.”
1. 2. Perspektif Empiris
I nforman yang kami temui memberikan penjelasan bahwa se-
tiap pasien yang masuk akan diperiksa sesuai prosedur dan dokter
memberikan keterangan penyakit pasien sesuai hasil pemeriksaan
dengan informasi yang benar, apabila ada pasien yang memiliki sta-
tus tersangka kasus hukumnya akan diserahkan kepada pihak mana-
jemen rumah sakit untuk menindaklanjuti. Mengenai standar medis
informan kami tidak mengetahui secara pasti hanya menyarankan
untuk mengkonfirmasi langsung kepada pihak manajemen rumah
sakit.1 Sementara itu, pihak manajemen rumah sakit memberikan
keterangan bahwa apabila seorang tersangka meminta keterangan
sakit akan dilakukan pemeriksaan sesuai prosedur, informasi akan
diberikan secara benar kepada pihak yang membutuhkan. Namun,
mengenai pasien yang memiliki status tersangka keputusan akhir
terdapat pada penyidik apakah rekomendasi yang diberikan pihak
1. Hasil wawancara dengan dokter jantung di RSUP Wahidin Sudirohusodo dan dokter
tersebut pernah menangani kasus pembantaran.
C. PENUTUP
1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara
2. Rekomendasi.
eneliti berpendapat penyidik KPK bersama dengan tenaga
P
medis (Ikatan Dokter Indonesia) sebaiknya membuat dan memiliki
standar baku dalam memberikan penundaan penahanan bagi ter-
sangka yang menggunakan alasan sakit dalam mempertegas asas
legalitas.
D. REFERENSI
ber 1990. New York, NY, United Nations, 1990 (Article 17 (2)
(b), p. 157) diakses 10 Oktober 2017).
Endarto. 2014. Kendala KPK dalam Pemberantasan Korupsi di In-
donesia. Jurnal Lingkar Widyaiswara, 3(6).
Hariga, Fabienne. 2014. HIV and other bloodborne viruses in Pris-
on. Prison and Health. World Health Organization. 45.
Herbert, Katharine, et al. 2012. “Prevalence of risk factors for non-
communicable diseases in prison populations worldwide: a
systematic review.” The Lancet 379.9830: 1975-1982.
Husodo, Adnan Topan. (2017) “Di Balik Alasan Sakit Para Ter-
sangka Kasus Korupsi”, https://nasional.kompas.com/
read/2017/09/19/07581621/di-balik-alasan-sakit-para-tersang-
ka-kasus-korupsi. Penulis : Rakhmat Nur Hakim.
International Covenant on Civil and Political Rights. Geneva, Office
of the High Commissioner for Human Rights, 1966 (Article 9,
sections (3) and (4)) (http://www.ohchr.org/en/professionalin-
terest/pages/ccpr.aspx, diakses 10 Oktober 2017).
John, A. G. B. O. N. I. K. A., & Musa, A. 2014. Delay in the Admin-
istration of Criminal Justice in Nigeria: Issues from a Nigerian
Viewpoint. J Law Pol Glob, 26, 130-138.
Kouyoumdjian, Fiona, et al. 2016. “Health status of prisoners in
Canada: Narrative review.” Canadian Family Physician 62.3:
215-222.
Mashabi, Sania. 2017. Alasan sakit, Setya Novanto batal diperiksa
KPK sebagai tersangka korupsi e-KTP. Merdeka.com
Penal Reform International. 2013. Pre-trial detention. Address-
ing risk factors to prevent torture and ill-treatment. London,
(http://www.penalreform.org/ wp-content/uploads/2013/11/
Factsheet-1-pre-trialdetention- v10_final2.pdf, diakses 10 Ok-
tober 2017).
Peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M.04-
UM.01.06 Tahun 1983 Tentang Tata Cara Penempatan, Per-
awatan Tahanan Dan Tata Tertib Rumah Tahanan Negara.
Political Declaration of the High-level Meeting of the General As-