Anda di halaman 1dari 21

PANDUAN INTERPRETASI RADIOGRAF /Sinar X harus melewati “primary spot” atau titik tembus sinar X yang

terletak di tengah radiograf di mana sinar X harus jatuh tegak lurus baik
Pertama, cek dulu ini radiograf siapa, terhadap sumbu gigi maupun film
Harus tau umur dan jenis kelamin  berkaitan dengan penyakit sistemik seperti /bila tidak terletak di tengah  foto tampak tidak jelas karena sinar X yg
osteoporosis. divergen (tidak tegak lurus terhadap objek yang tidak terletak di tengah)
 terutama karena anatomi rongga mulut: parabola
Apa elemennya benar? Regio mana? Baru evaluasi mutu radiograf.
/anatomi RA: foramen insisivum, kanalis insisivum, spina nasalis anterior, medial
EVALUASI MUTU sutura, dinding dasar fossa nasal, fossa nasal (cekungan pada maksila dekat apikal
gigi), jaringan lunak hidung, sinus maksilaris, tuberositas maksilaris, hamulus
Objek tercakup dan terletak di tengah radiograf.
pterygoid, genial tuberkel, foramen mental, prosesus koronoideus
- Tercakup:
Drg. Menik:
 Harus memenuhi tujuan pemeriksaan
/perluasan lesi contoh untuk melihat lesi periapikal, struktur - Objek tidak terletak di tengah
mahkota dikorbankan tidak apa2 karena dapat dilihat secara Tanda-tandanya apa?
klinis  sesuai tujuan pemeriksaan radiograf  Efek cone-cutting (terjadi akibat primary beam tidak terletak di
 Batas lesi terlihat/harus sampai batas lesi terluar tengah film)
 Harus ada daerah normal yang terlihat di sekitar yang tidak  Gambaran yang dihasilkan tidak geometris – distorsi bentuk 
normal (ada reference site) karena tidak semua bagian objek berada pada … yang sama (focal
Drg. Menik spot – objek)
Mis. pada kasus periodontal  sebutkan bagian2 jaringan perio Bila dibandingkan: distorsi akibat objek tidak terletak di tengah dengan
apa saja dan bagaimana yang disebut normal, cth: sesuai kasus distorsi akibat kesalahan sudut lebih signifikan yang mana? Jwb.
saya, saya harus melihat ketinggian tulang yang normal yaitu 0,5- Kesalahan sudut
1,5 mm di bawah CEJ dengan bentuk …, kontinu, outline tulang - Bila terdapat distorsi  “Distorsi membuat lesi tidak terlihat dengan
kortikal …, pola dan densitas tulang kanselus … utuh.”
Pada kasus periapikal  saya harus melihat gigi lain yang tidak
memiliki karies beserta dengan keadaan periapikalmua, dengan Prinsip pengambilan foto radiograf:
lamina dura yang utuh dan ruang periodontal yang tidak melebar 1. Sinar X harus tegak lurus sumbu panjang gigi dan film
Cth: Pada kasus ini terlihat penurunan tulang pada seluruh gigi /primary beam: berkas utama sinar X yang terletak di pertengahan yang
pada radiograf hingga 1/3 apikal akar, penurunan terjadi secara jatuh ke film di mana gambar terlihat paling jelas
horizontal  kemungkinan general – tapi kita tidak bisa melihat 2. Jarak dari focal spot ke objek dan film harus sejauh mungkin dan jarak
perluasan lesinya  sehingga foto tidak tercakup dari objek ke film sedekat mungkin
- Harus terletak di tengah karena sinar X-ray pusatnya ke area ini. Objek ini
jadi yang paling jelas karena pusat X-ray -- primary spot X-ray
- Focal spot: daerah kecil pada target di bagian anoda dalam tabung Kalo terlalu gelap  terlalu banyak sinar X, waktu penyinaran terlalu
sinar X yang merupakan sasaran elektron pada waktu dipancarkan lama (tiap kasus berbeda)/overexposure
dari katoda. Radiasi sinar X memancar dari focal spot: --Overexposure  gelap semua
 Bila focal spot lebar  pada awktu sinar X dipancarkan dari /tidak dapat diinterpret karena bagian yang tipis makin radiolusen dan
focal spot  sinar X menyebar ke segala arah  tepi objek bagian yang tebal makin radiopak  kontras jelek
akan terlihat sebagai zona kabur bukan garis  efek --Overdevelop  kontras bermasalah
penumbra >> (penumbra: outline tepi struktur/objek yang
tampak kabur)
 Focal spot kecil  diameter berkas sinar X kecil  divergen Drg. Menik
sinar X <<  ketajaman gambar >>  efek penumbra << / Tinggi  Perbedaan hitam-putih sangat berbeda (short scale) 
tepi objek akan terlihat sebagai zona kabur bukan garis minimum number of gradation of gray between blacks and whites (lower
kilovoltages decrease the scale contrast)  biasanya digunakan untuk
mendeteksi penyakit perio
Rendah  perbedaan terdapat banyak gradasi abu-abu antara radiopak
dan radiolusen (long-scale)  increased number of gradations of gray
between black and white on a radiograph, higher kilovoltages increase
the scale of contrast  biasanya digunakan untuk mendeteksi perio (80-
100 kvp)

- Detil  dapat terlihat struktur anatomis (batas dan bentuk) contoh


lamina dura, ruang periodontal, pola trabekulasi (pola tidak sama dengan
kepadatan: kepadatanjumlah trabekulasi; polaarah susunan)
- Ketajaman = outline/batas tepi dari struktur anatomis.
Kebanyakan detail dan ketajaman sama, tapi bisa juga beda. Misalnya:
pasien/tube bergerak  detail terlihat, tapi tidak tajam – co: pada pasien
Kontras, detail, dan ketajaman pedo

- Kontras = perbedaan radiopak dan radiolusen. Radiolusen = sama hitam Tambahan:


dengan karbon
Hal-hal yang mempengaruhi kontras:
Parameter: dapat membedakan densitas objek dengan ketebalan yang
berbeda  BAIK cth dentin dan email; pulpa dan dentin; lamina dura dan 1. Subject contrast
ruang periodontal Perbedaan kontras yang disebabkan perbedaan struktur anatomi yang
CUKUP  bila masih bisa dibedakan dilewati X-ray. Selain itu, dipengaruhi oleh energi (kVp), mA, dan waktu.
 kekuatan penertrasi dari radiasi sinar X ke objek untuk sampai ke film
2. Film contrast  Focal spot – kulit (panjang cone)
Bergantung pada jenis foto (IO/EO).  Focal spot – permukaan film  >> semakin baik
Bergantung dari AgBr  bentuk AgBr makin kecil, jumlah AgBr makin  Objek – film teknik)
banyak  resolusi bagus, blur berkurang 4. Jenis film
3. Scattered radiation  No screen (intra) dan screen (ekstra)
Radiasi yang dihamburkan - kenaikan tegangan dan arus tabung serta  A  E  >> cepat
penambahan luas lapangan penyinaran dapat menimbulkan 5. Focal spot  sumber sinar X  menentukan lebar berkas sinar
bertambahnya jumlah radiasi hambur yang sampai ke film.  Lebar focal spot <<  efek penumbra <<  >> tajam
Cara mengurangi efek penumbra:
Hal-hal yang mempengaruhi detil dan ketajaman:
 << lebar focal spot
1. Motion blurring  >> jarak focal spot dengan objek  cone panjang
Diakibatkan oleh pergerakan dari film, subjek atau sumber sinar X saat  << jarak objek dengan film
pemaparan berlangsung
2. Geometric blurring Sudut vertikal (cusp bukal/palatal sebidang) dan sudut horizontal (daerah
Diakibatkan oleh adanya focal spot (sinar foton tidak dipancarkan dari interdental)
tabung sinar X), semakin >> focal spot, semakin << ketajaman Sudut vertikal  sudut antara berkas sinar X dengan bidang oklusal:
3. Absorption unsharpness pemanjangan, pemendekan
Dikarenakan adanya variasi bentuk objek, contoh cervical burnout
Sudut horizontal  sinar X sejajar interproksimal/sinar X tegak lurus sumbu gigi
Sinar X  objek yang diperiksa  lapisan emulsi AgBr  AgBr terionisasi
- Horizontal overlapping  tumpang tindih antara gigi
- >> AgBr diionisasi  >> radiolusen - Cone cutting: terpotongnya gambaran radiografis karena sinar X tidak
- >> padat objek  >> sinar X yang diserap  << yang mencapai film  << tepat pada pertengahan
AgBr yang diionisasi  >> radiopak
- << jarak sinar  >> pembesaran gambaran  >> tidak jelas Sudut vertikal

Faktor-faktor yang mempengaruhi gambaran radiograf: Meilihat sudut vertikal sangat penting, terutama untuk kasus2 penyakit
periodontal. Radiograf memendek, seolah-olah kerusakan tulang tidak ada (masih
1. Faktor penyinaran tinggi).
 mA: besar arus listrik, >>mA  >> radiolusen
 sec = lama penyinaran, >> sec  >> radiolusen
 kVp = kualitas radiasi, kVolt berbanding terbalik dengan sec
2. Objek (ketebalan dan densitas)
>> tebal dan padat  >> radiopak
3. Jarak
 Normal: jarak singulum ke garis servikal 1,5-2 mm, terlihat
radiopak dibanding bagian insisal, garis servikal normal
 Pada pemendekan (sudut vertikal besar), singulum melebar
secara serviko-insisal lebih dari 2 mm, terlihat lebih radiopak,
lebih ke arah akar, jarak singulum ke garis servikal > 2 mm, garis
servikal lebih ke arah apikal  bagian yang radiopak jauh lebih
besar dari normal (servikal lebih jelas)  sudut diperkecil
 Pada pemanjangan (sudut vertikal kecil), singulum melebar
secara serviko-insisal lebih dari 2 mm dengan gambaran tidak
lebih radiopak, daerah yang radiopak jadi tersebar lebih ke arah
koronal, jarak singulum ke garis servikal < 1,5 mm, garis servikal
lebih ke arah koronal, terproyeksi membaur dengan mahkota
yang tipis  lebih radiolusen (blur)
Kalo insisif RB, harus tau panjang normal gigi, karena sulit lihat singulum.
Lihat garis servikal lebih ke akar atau ke mahkota.
Parameter - Gigi posterior: cusp bukal-palatal/lingual  sebidang bukan berhimpit
- Membandingkan panjang gigi radiograf dengan panjang gigi rata-rata:  Normal: sesuai klinisnya (normal: +2 mm), pada RB jarak cusp
hampir berhimpit +1 mm, kecuali gigi premolar (cusp bukal lebih
RA RB
I 22-23 mm I1 20,7 mm tinggi dari cusp lingual)
C 27 mm I2 22 mm  Pemanjangan: jarak <2 mm (jarak makin dekat), di RB<1 mm
P1 22,5 mm C 26 mm (terlihat hampir berhimpit), atau cusp bukal terlihat lebih tinggi
P2 21,5 mm P1 22 mm dari cusp lingual
M1 20,8 mm P2 22,5 mm  Pemendekan: jarak >2 mm (jarak makin jauh)
M2 20 mm M1 21 mm Pemendekan pada gigi posterior RB:
M3 17,1 mm M2 19,8 mm  Pada cusp molar RB jarak cusp bukal-lingual hampir berhimpit, +1
M3 18,5 mm mm, pada kondisi normal  sehingga kadang kriteria jarak cusp
tidak akurat  salah satu caranya dengan melihat daerah 1/3
tengah mahkota pada gigi M yang dapat dipakai sebagai referensi
- Gigi anterior: Singulum
 karena bagian tersebut paling cembung, padat, dan radiopak
Bagaimana lihat elongasi pada radiograf gigi anterior? Kalo pemendekan
 bila terjadi pemendekan, maka bagian sepertiga tengah
bisa lihat dari rasio mahkota akar. Patokan untuk elongasi dan
mahkota gigi molar akan lebih radiopak dibanding dengan gigi
pemendekan  lihat singulum (tapi untuk insisif RB sulit)
yang lainnya
Singulum lebih tebal dari bagian yang lain  lebih radiopak, panjang +2
mm.
/katanya lihat di daerah servikal gigi, kalo memendek  di daerah Daerah interdental terlihat jelas
servikalnya lebih radiopak, kalo memanjang, di daerah servikalnya lebih
radiolusen - Parameter:
 Alveolar crest terlihat utuh (tidak overlap)  distorsi: overlap
- Alveolar crest ½ - 1½ mm dari CEJ (dijadikan patokan bila tidak ada dengan gigi di servikal akar
kelainan pada alveolar crest (terlihat tulang kortikal))  Titik kontak gigi harus terlihat dengan baik (tidak overlap)
 Pemendekan  lebih ke mahkota, <0,5 mm dari CEJ, lebih tinggi Titik kontak: 2 bidang yang bertemu pada proyeksi 2 dimensi
tulang alveolar melewati CEJ Untuk mendapatkan hasil penyinaran dengan titik kontak baik 
 Pemanjangan  lebih ke apikal, berjarak >1,5 mm dari CEJ (lebih arah sinar pada bagian proksimal harus paralel terhadap bidang
rendah tulang alveolar dari CEJ) tersebut
- Pola tulang trabekula – tulang trabekula tersusun dari batang dan - Sudut horizontal  lihat daerah interdental (kecuali kalo berjejal). Daerah
piringan radiopak yang dikelilingi rongga radiolusen (marrow spaces) – interdental dipengaruhi posisi gigi pada lengkung rahang, jadi bisa terlihat
trabekulasi tulang trabekula tdd pola dan densitas sempit, tetapi bukan karena kesalahan sudut horizontal
 Normal: pola granular tipis namun padat (anterior RA), granular tipis - Untuk membedakan gigi crowding dan distorsi horzontal adalah pada
(posterior RB), pola pipih dan horizontal (anterior RB), gepeng distorsi gambaran tumpang tindih menyeluruh dan rapi, kalau crowding
(posterior RB) gambaran tumpang tindih pada gigi-gigi tertentu dan tidak seragam.
 Pemanjangan: pola marrow space terlihat lebih besar dan lebar  - Superimposisi  terlihat lebih radiopak
densitas menurun/tampak radiolusen - Gigi C yang terletak di sudut mulut sering terpengaruh sudut horizontal
 Pemendekan: pola lebih padat  densitas meningkat/tampak - Seringkali pada gigi molar, lamina dura terlihat menebal padahal itu
radiopak bayangan akar molar
- cervical line  di servikal, menghubungkan CEJ - Film terletak di lingual, harusnya objek di palatal terlihat lebih jelas
 lebih ke mahkota  pemanjangan (lbh blur) - Akar palatal M bentuk pipih  jadi terlihat kabur. Mesial dan distal
 lebih ke akar  pemendekan bentuk bulat, jadi lebih radiopak.
/garis servikal tidak ada  curiga terjadi elongasi
Distorsi minimal  kalaupun ada distorsi tidak mengganggu diagnonis

 Patokan perubahannya cusp yang lebih pendek sesuai posisi anatomis. - Geometris
 Klinis normal: RA: palatal cusp; RB: buccal cusp - Contoh:
 Pemanjangan bila: cusp yang lebih rendah mendekati atau lebih tinggi Foto tertekuk
dari cusp yang lebih tinggi (jarak <2 mm), cth: RA: palatal lebih tinggi dari Kesalahan pencucian
buccal cusp; RB: bukal lebih tinggi dari cusp lingual Bercak-bercak putih pada film  belum tentu karena film kadaluarsa.
 Pemendekan bila: cusp yang pendek menjauhi atau makin rendah dari Bisa saja karena penyimpanan di tempat lembab.
cusp yang lebih tinggi (jarak >2 mm), cth: RA: palatal menjauhi cusp bukal,
RB: cusp bukal menjauhi lingual Drg. Menik
Distorsi vertikal/horizontal yang ada serta kesalahan2 yang terjadi sewaktu
cyst
processing harus dituliskan di sini, cth: terdapat distorsi vertikal berupa
pemanjangan/pemendekan dengan kompensasi x mm/terdapat distorsi vertikal
benign
berupa pemanjangan +2 mm, tapi distorsi masih tergolong minimal/terdapat neoplasia
bercak kekuningan pada foto. Cth kesimpulan: radiograf masih dapat
diinterpretasi. normal malignant
variation neoplasia
radiographic developmental
Panoramik dan foto ekstra oral lain juga sama, lihat 5 poin ini. analysis abnormalities
inflammatory
abnormal
lesion
GENERAL VIEW acquired
abnormalities
- Untuk melihat kesan awal radiograf
bone dysplasia
- Untuk melihat kelainan berasal dari pulpoperiapikal, perio,
kombinasi/sistemik
vascular
Cara menentukan kelainan berasal dari mana yaitu dengan melihat lokasi anomaly
mana yang paling berat.
Lihat dari agak jauh! Kesan awal. Evaluasi bukan hanya pada elemen yang metabolic
disease
diperiksa. Dibagi menjadi 3: gigi, jaringan perio, tulang rahang.
trauma
Algoritma proses diagnosis untuk evaluasi foto radiograf dengan abnormalitas/

 sehingga pada saat kita melakukan general view, kita mengklasifikasikan


apakah terdapat keadaaan abnormal/variasi normal/normal

Kondisi gigi geligi:

pertumbuhan dan perkembangan, meliputi bentuk, ukuran, posisi mahkota dan


akar  kelainan yang sifatnya congenital

contoh: anomali gigi mis. agenesis; supernumerary, kondisi gigi yang unfavorable
untuk jaringan perio: akar runcing/pendek/pipih, bentuk mahkota seperti tabung
(tidak ada pinggul); sisi mesial dan distal yang lurus, ada/tidak malposisi gigi,
space kehilangan gigi

- Gigi malposisi miring ke lingual  mahkota lebih jelas dari akar


- Bila ada gigi impaksi: apakah jauh dari kanalis mandibularis
/Akar palatal M1 atas tidak sejelas akar mesial-distal karena akar palatal  Kalo ada insisal yang tidak sama tinggi, mungkin saja insisif
berbentuk pipih, sedangkan akar mesial-distal bulat, sehingga lebih menyerap posisinya lebih ke lingual/labial. Inklinasi ke lingual  nampak
sinar. lebih jelas (lebih dekat ke film)

Perubahan pada gigi geligi Kondisi jaringan periodonsium

 setelah gigi berfungsi, kelainan yang didapat dari faktor eksternal - Ada/tidak ada kelainan atau perubahan
- Terminologi: jaringan periodonsium, kelainan/perubahan periodontal
 perubahan yang terjadi pada gigi setelah erupsi akibat berbagai pengaruh
seperti saliva dll Jaringan periodontal terdiri dari:

- Penulisan: terdapat “kehilangan struktur mahkota” yang “mencakup”… - Tulang kortikal: alveolar crest, lamina dura
- Struktur yang hilang (radiolusen)  karies/fraktur/hypoplasia email (tidak - Tulng spongiosa/trabekula/kanselus
perlu disebut dulu. Pada satu atau beberapa gigi? - Sementum
- Bisa disebutkan “sudah dilakukan PSA”. PSA baik atau tidak baik jelaskan - Ligamen periodontal
di specific view. - Ruang periodontal

Hubungan antar gigi geligi Perubahan jaringan perio

- Ada 2 aspek: titik kontak dan garis oklusi Ada/tidak ada perubahan  secara apikal/marginal

Titik kontak  baik/tidak baik Dari masing2 perubahan tulis pada beberapa gigi/salah satu gigi pada 1/3
servikal/tengah/apikal.
 Titik kontak baik
 Titik kontak (-) - Penurunan ketinggian tulang alveolar. Lesi periapikal tidak termasuk.
 Titik kontak tidak baik: spasial, hilang, kontak bidang Kalo osteomyelitis  tulang rahang
 overlap Lesi periapikal  tulang alveolar
- Bagaimana membedakan tulang alveolar dan tulang rahang?
Garis oklusi  sebidang/tidak sebidang (cth: maloklusi, TFO Alveolar: yang menyelubungi gigi. Di luar itu: tulang rahang. Kalo masih di
 Untuk cek garis oklusi, lihat dari cusp tertinggi/paling normal/ 1/3 apikal  tulang alveolar
Kalo ada gigi yang terletak di bawah  cari kemungkinan  - Lamina dura di akar mesial terlihat lebih tebal (normal)  karena ada
malposisikah? cekungan sehingga terproyeksi sinar X sehingga menghasilkan gambaran
 Bisa lihat TFO  bisa saja orangnya sangat sensitif, baru dikit uda yang lebih radiopak/tebal pada salah satu/beberapa gigi
sakit. TFO  ada jejas di periodontal - Dentoalveolar abses  seluruh alveolar udah terkena  premedikasi
 Klinis  waktu edge to edge, 6 gigi anterior harus berkontak, dulu
kalau tidak, curigai trauma
- Bila gigi impaksi, di distal gigi 8 tidak ada korteks tulang  bisa - Pola berubah hanya jika ada kelainan SISTEMIK! Berubah seluruhnya,
perikoronitis/operculitis/food impaction, dll. Sehingga timbul keluhan atau minimal 1 regio. Bisa juga tidak seluruh rahang.
sakit. - Perubahan pola lokal tidak dicatat.
- Poket periodontal tidak terlihat secara radiografis. - DM  ada porus2, tapi ngga terlalu terlihat
- Thalasemia/sickle cell anemia  pola PASTI berubah! Pola jadi
Hubungan gigi dan jaringan perio kasar/coarse dan tidak beraturan.
- Contoh: Tidak adanya kontak yang baik/adanya karies interproksimal - Osteopetrosis  padat, brittle, rongga besar. Kalo dicabut atau OD bisa
menyebabkan perubahan jaringan periodonsium. patah gigi atau bahkan rahang.
- Gambaran TFO: - Juga berubah pada fibrous dysplasia (kelainan jaringan ikat)
 Lamina dura menebal - Faktor VIII & leukemia  trabekulasi beda
- Penipisan trabekulasi  rarefield
 Ruang periodontal melebar  lokasi penyempitan ruang
- Kalau mendeteksi perubahan pola, foto dulu kontralateral untuk
periodontal menunjukkan arah trauma ke lokasi tersebut
memastikan apakah perubahan pola menyeluruh. Lalu RUJUK ke periksa
 Perubahan tulang secara mendatar?
lab/darah.
Trauma oklusi (TFO)  korteks menebal, kanselus meningkat densitasnya - Penurunan DENSITAS di sekitar lesi periapikal bisa terjadi! Berarti
virulensi lebih kuat daripada pertahanan berupa peningkatan densitas 
Kondisi tulang rahang eksaserbasi akut
- Lihat hanya 2 poin: POLA dan DENSITAS - Peningkatan densitas bisa pada dasar sinus  infeksi kronis akar gigi
posterior
- Ada/tidak ada perubahan
- Densitas = kepadatan trabekulasi; pola = susunan trabekulasi - Scleroting osteitis  tidak berhubungan dengan gigi (sklerosis tulang). B…
- Pola trabekulasi RA: bulat-bulat/granular. RB: horizontal, gepeng- lokalisasi objek, misalnya dengan ubah sudut pemotretan
gepeng/trabekular pipih Hubungan gigi, perio, tulang rahang
- Pola tidak pernah lokal  kalo cuma 1 tempat aja yang polanya berubah
 tidak dikatakan pola berubah - Contoh: kehilangan struktur mahkota menyebabkan adanya lesi
- Lihat adanya perubahan densitas  bandingkan dengan reference site periapikal dan peningkatan densitas tulang
- Pada orang tua seharusnya terdapat peningkatan densitas dan terkadang - Tidak usah disebut semua, yang bermasalah saja
terdapat nutrient canal/vascular canal  kanal berisi pembuluh darah
Kesimpulan general view
yang mengalir pada RA dan RB. Biasanya terlihat pada daerah yang
tulangnya tipis (anterior RB) sebagai garis radiolusen. - Kelainan berasal dari pulpoperiapikal/periodontal/sistemik/kombinasi
- Kelainan berasal dari pulpoperiapikal  lesi mulai dari 1/3 apikal
Perubahan tulang rahang
Kelainan berasal dari periodontal  lesi mulai dari marginal
- Peningkatan/penurunan densitas di sekitar lesi  bentuk pertahanan - Kalo ada gigi impaksi dan kehilangan korteks tulang di distal, bisa
lokal ditambahkan infeksi perikorona
- LOKASI kelainan penting untuk membedakan kelainan perio dan - Tinggi  cth: penurunan … mm dari CEJ
pulpoperiapikal - Bentuk  cth: lancip/datar/angular; reguler/irreguler
- Kalo tulang alveolar masih tinggi berarti kelainan bukan dari perio. Bisa Bentuk tulang alveolar:
traumatic lesion. Belum tentuk tidak ada karies berarti kasus perio! Anterior  lancip/segitiga
Traumatic  gigi sudah mati  rawat akar Posterior  datas
Kasus kelainan pulpo-periapikal karena trauma (bukan dari karies); TFO  angular
radiolusensi  dari gumpalan darah/serum dll
- Anomali seperti dens invaginatus  jalan masuk kuman ke pulpo - Alveolar crest  sampai 1/3 servikal
periapikal - Alveolar crest tumpul belum tentu kelainan, bisa saja karena gigi tidak
- Abses belum tentu dari karies, bisa saja trauma + infeksi rapat (rotir/palatoversion/dll)
- Cortical crest  di bawah 2 CEJ yang berhubungan
SPECIFIC VIEW - Tulang kortikal harus berlanjut lamina dura
Gigi - Kesalahan sudut vertikal bisa membuat cortical crest tampak menebal
- Biasanya penurunan alveolar crest terjadi bila tulang kortikal sudah tidak
- Mahkota: cth. radiopak/radiolusen bagus.
- Akar: cth: ukuran, bentuk, radiopak/radiolusen, unfavourable Kortikal rusak kalau ada rangsangan dari luar.
- Kamar pulpa, saluran akar: cth. penyempitan, terekspos, dll – bisa karena Kortikal tidak rusak tetapi turun terus  rangsang dari dalam (sistemik)
faktor ukur - Tulang kanselus  densitas: kerapatan, pola: bone marrow space, arah
- Gambaran melintang2 pada PSA  pulpotomi dengan Ca(OH)2 (orang susunannya
masih muda) - Tulang kanselus
- Penulisan: “Terdapat bahan yang lebih radiopak daripada struktur gigi” Penurunan densitas: trabekulasnya menipis dan semakin sedikit
Peningkatan densitas: trabekular menebal dan makin banyak
Jaringan perio
- Tulang kanselus bisa lebih padat/porus. Pola TETAP tidak berubah, kecuali
Jaringan periodontal terdiri dari: sistemik.
- Pada gigi posterior, tulang kanselus bisa beda ketebalannya antar 2 sisi.
- Tulang kortikal: alveolar crest, lamina dura Sisi yang sering dipakai mengunyah nampak lebih radiopak.
- Tulng spongiosa/trabekula/kanselus - Penurunan densitas kanselus alveolar crest  infeksi di interproksimal
- Sementum - Kerusakan tulang arah vertikal  trauma atau kelainan perio
- Ligamen periodontal
- Ruang periodontal Lamina dura dan ruang periodontal

Alveolar crest - Reference site penting untuk menentukan normal atau tidak. Contoh:
menebal dibandingkan dengan apa?
- Penanda awal dari kelainan periodontal
- Secara radiografik, ruang perio tidak ada bila lamina dura terputus! Struktur Interna Lesi
Secara konservasi, ruang perio masih dianggap ada.
- TFO (teori resorpsi-aposisi). Misalnya arah pergerakan gigi ke mesial. - Radiolusen sekali  kista (berisi kristal kolesterol) dan abses pada anak2
Distal  pelebaran ruang perio  tension  aposisi (karena tulang tipis)
Mesial  penebalan lamina dura  pressure  resorpsi - Abses kronis  berkabut (isinya pus yang konsistensinya berbeda-beda)
- Terminologi ruang perio: melebar/menyempit. Lamina dura: - Granuloma  seperti kacang (masih ada bayangan trabekulasi)
- Osteomyelitis dan cemental dysplasia  pulau-pulau radiopak
menebal/menipis
- Keganasan  infiltrasi karsinoma pada tulang
/tulang alveolar: tulang kortikal, tulang spongiosa/kanselus – tulang kortikal:
alveolar crest, lamina dura

Tambahan:

Pada evaluasi hasil perawatan karies:

- Bicara bagian oklusal: overcontour/lebih, undercontour/kurang


- Bicara bagian proksimal: overhanging/lebih, reverse ledge/kurang

KONDISI PATOLOGIS
LESI PERIAPIKAL

Evaluasi lesi periapikal (7 clues):

1. Radiodensitas: radiopak/radiolusen
2. Lokasi: 1/3 apikal gigi/1/3 servikal/1/3 tengah akar
3. Batas tepi: jelas/tidak jelas
4. struktur interna: radiopak/radiolusen/berkabut
5. efek terhadap jaringan sekitar: contoh terjadi peningkatan/penurunan
densitas
6. bentuk: bulat/oval/irreguler
7. ukuran: diameter lesi

Batas tepi lesi


DIAGNOSIS RADIOLOGIK PENYAKIT PERIAPIKAL (referensi: Langlans)
- Bila disebut jelas harus benar-benar jelas  bila tidak, batas tepi lesi
merupakan lamina dura yang terputus
Lesi inflamasi periapikal: respon lokal tulang yang berada di sekitar apeks gigi  Ruang periodontal melebar dua kali lipat, tapi lamina dura masih
yang terjadi akibat nekrosis pulpa atau terjadi akibat destruksi jaringan periapikal tebal/utuh, pada abses apikalis lamina dura sudah terputus.
karena penyakit periodontal yang luas. (Pharoah)
- Gambaran radiolusen: rarefying osteitis Acute Apical Abscess (AAA)
- Gambaran radiopak: sclerosing osteitis/condensing osteits/focal - Suatu kelainan yang menimbulkan rasa sakit, terlokalisasinya pus dalam
sclerosing osteitis. tulang alveolar pada apeks akar gigi setelah terjadi kematian pulpa di
Condensing osteitis  peningkatan kepadatan lokal karena ada mana terjadi penyebaran infeksi dari foramen apikal ke dalam jaringan
rangsangan. Bukan suatu diagnosis, hanya kondisi, yang disebabkan periapikal.
karena infeksi (lebih sering)/trauma/stres/penyakit sistemik - Etiologi: sebelumnya terdapat AAP dengan nekrosis pulpa yang telah
Tulang sklerotik  gambaran berbentuk bulat-bulat dekat akar, tidak ada berkembang menjadi tahap inflamasi supuratif akut yang ekstensif.
keluhan, lokalisasi objek: foto pada sudut yang berbeda, kalo ga ngikut - Gambaran klinis:
akar  mungkin sklerotik.  Pulpa nonvital, perkusi (-)

Lamina Dura Pada Penyakit Periapikal Abses Apikalis Dini


- Terjadi resorpsi dari lamina dura yang terjadi di daerah apeks gigi. - Lamina dura terputus dan diameter lebih besar dua kali dari normal
- Secara radiograf, terlihat hilangnya kontinuitas, ketebalan dan derajat
radiopasitas dari lamina dura. Chronic Apical Periodontitis
Granuloma Apikal (Granuloma Periapikal, Granuloma Dental)
Penyakit Pulpoperiapikal - Merupakan suatu peningkatan bentuk PAK yang dikarakteristikkan oleh
Acute Apical Periodontitis (AAP) pertumbuhan jaringan granulomatosa (jaringan inflamasi kronis) dimana
- Merupakan suatu respon inflamasi ligamen periodontal di daerah apikal penyebaran infeksi atau iritasi yang ringan pada jaringan periapikal
terhadap iritan pulpa yang melalui saluran akar atau terhadap trauma. menstimulasi reaksi selular produktif.
- Pada sebagian besar kasus pulpa giginya sudah terinflamasi atau nekrosis - Terjadi pada usia muda.
yang irreversibel tapi juga bisa berhubungan dengan gigi yang vital, - Pada dasarnya, granuloma apikal merupakan tanda suksesnya jaringan
seperti akibat trauma oklusal, keausan yang irregular dari gigi, lesi karies periapikal untuk menetralisir dan membatasi produk racun yang
yang besar, restorasi besar yang baru ditempatkan. mengiritasi yang keluar dari saluran akar.
- Gambaran klinis: rasa sakit spontan dari ringan hingga berat, sakit saat - Sifatnya asimptomatik, kecuali pada kasus yang jarang pecah dan
perkusi, tes pulpa ada respon yang abnormal. mengalami supurasi (pembentukan pus). Gigi tidak berespon terhadap tes
- Radiologi: ruang ligamen perio di daerah apikalnya normal dan lamina pulpa termal atau elektrik.
duranya utuh. - Perawatan: PSA.
- Sedikit pelebaran ruang ligamen periodontal di daerah apikal biasanya - Secara radiograf:
mengindikasikan pulpitis yang irreversibel atau nekrosis pulpa.  Suatu daerah radiolusen berbentuk bulat sampai oval yang
menutupi ujung akar gigi dan meluas secara periapikal.
 Lamina dura putus, tulang kanselus berusaha me-recover  Daerah radiolusensinya lebih berbatas jelas dibandingkan
dan melokalisir, sehingga batas granuloma seperti terlihat granuloma apikal dan biasanya dikelilingi oleh selapis tipis tulang
jelas sklerotik yang tidak rusak.
 Batas granuloma akan berhubungan dengan sisa lamina  Daerah radiolusennya umumnya berbentuk bulat kecuali letaknya
dura yang ada berdekatan dengan gigi geligi di sebelahnya  bentuknya bisa
 Granuloma terinfeksi  batasnya tidak jelas  sakit oval.
 Trabekulasi tulang alveolar terlihat tumpang tindih di atas crest  Daerah radiolusennya sangat gelap dengan tanda trabekulasi
 Struktur internal: seperti kacang  ada bayang2 tulangnya yang sangat sedikit.
trabekula
 Terlihat berwarna keabu-abuan dan terlihat gelap Abses Apikalis Kronis (Suppurative Periapical Periodontits; Chronis Periapical
 Jika lesi dibiarkan dalam waktu lama, tepi lesi menjadi jelas. Abscess; Chronic Dentoalveolar Abscess; Subacute Periapical Abscess)
 Karena gambaran radiografnya mirip, kista apikal menjadi DD, - Merupakan reaksi inflamasi yang berjalan lama dan berderajat rendah
tapi granuloma biasanya berdiameter lebih kecil, yaitu <1 cm terhadap produk iritan yang berasal dari pulpa yang nekrotik.
sedangkan kista bisa berdiameter 10 cm dan pada kasus yang - Adanya abses (pus) yang terbentuk di daerah periapikal gigi.
jarang dapat memenuhi seluruh rahang. - Gambaran klinis:
 Gigi sedikit longgar atau peka terhadap perkusi.
Kista Apikal (Kista Radikular, Root End Cyst, Kista Periapikal, Kista Alveolar)  Palpasi  sedikit pembengkakan dan tender
- Kista apikal merupakan suatu ruang patologik abnormal yang berada di  Seringkali ditemukan adanya gum boil (parulis)
dalam tulang dilapisi oleh stratified squamous epithelium dan terisi oleh  Tes elektrik pulpa (-)
cairan atau setengah cair. - Ada 2 tipe:
- Merupakan jenis kista yang sering terjadi di rahang.  Disertai dengan fistul
- Kista ini tidak menimbulkan rasa sakit kecuali terinfeksi, dan tidak  Tanpa disertai fistul
berespon terhadap tes pulpa. - Perawatan: PSA
- Hampir seluruh kista periapikal berasal dari granuloma apikal dan - Dengan fistul:
patogenesisnya tergantung pada respon inflamasi.  Merupakan tipe yang paling umum ditemukan.
- Kista berekspansi secara lambat, cairan yang terbentuk di dalam kista  Karakteristiknya: adanya drainase pus yang melalui fistulous
memberikan tekanan interstisial /(?) of tissue, yang berbatasan dengan opening (sinus tract stroma) pada permukaan mukosa mulut atau
tepi tulang sehingga terjadilah resorpsi. Pada akhirnya lesi ini akan kulit wajah.
mencapai ukuran yang besar.  Proliferasi kecil jaringan granulomatosa sering terbentuk pada
- Perawatan: membuang iritan pulpa yang nekrotik dan melakukan permukaan mukosa dan dikenal sebagai gum boil atau parulis
obturasi pada saluran akar. yang seringkali dihubungkan dengan infeksi pada gigi geligi
- Gambaran radiologis: sulung.
- Tanpa fistul:
 Jarang berkembang secara langsung dari AAA. lamina dura sampai lesi radiolusen berbatas jelas yang serupa dengan lesi
 Kemungkinan abses ini tejadi sebagai suatu rentetan periapikal inflamasi kronis. Pada tahap akhir, terdapat peningkatan
perkembangan yang alami dari kematian pulpa dengan perluasan jumlah material radiopak yang diletakkan di dalam lesi.
proses infeksi ke arah periapikal dimana virulesi dan jumlah - Pulpanya vital
organismenya rendah sedangkan resistensi host nya tinggi.
Hipersementosis
 Ketika tidak terdapat fistule, produk racun kadangkala diserap
melalui darah dan pembuluh limfe, suatu kondisi yang dikenal - Merupakan pembentukan sementum sekunder pada permukaan akar gigi
sebagai “blind access” yang berlebihan.
 Secara radiograf: tepinya irreguler atau difus. Perubahan dari - Penyebab:
tulang yang normal ke daerah lesi yang radiolusen tidak jelas dan  Gigi supraerupsi akibat hilangnya gigi lawan
biasanya digambarkan oleh daerah dengan densitas yang kurang  Inflamasi terutama lesi inflamasi periapikal
dari granuloma atau kista.  Gigi yang hiperoklusi (?) atau fraktur
- Abses kronis  struktur interna berkabut (isinya pus yang konsistensinya - Tidak menimbulkan tanda atau gejala klinis.
berbeda-beda) - Peningkatan pembentukan sementum terjadi terutama sebagai suatu tipe
generalized dari hipersementosis yang menghasilkan suatu gambaran
radiograf pembesaran yang simetris pada seluruh akar.
KONDISI APIKAL (PERIAPIKAL) LAINNYA
- Pada beberapa kasus hipersementosis, pembentukan sementumnya
Sementosa Apikal (Sementoma Periapikal, Periapical Cemental Dysplasia) fokal, terlihat di radiograf sebagai suatu pembesaran nodular atau
bulbous di dekat apeks akar gigi.
- Merupakan proliferasi jaringan ikat yang jinak dan tumbuh lambat yang - Gambaran radiograf:
berasal dari elemen seluler dalam ligamen periodontal.  Lebih radiolusen dari dentin (?)
- Lesi ini menghancurkan lamina dura dan menyebar ke arah periapikal
 Lamina dura dan PDL utuh
yang menggantikan tulang trabekular normal di sekitarnya dengan suatu
 Terlihat akarnya seperti menggembung
massa jaringan fibrous (radiolusen) yang di dalamnya terdapat sejumlah
material radiopak (sementum), terutama ketika lesinya mature. KELAINAN PERIODONTAL (referensi: Pharoah)
- Potensi pertumbuhannya terbatas dengan durasi yang panjang.
- Lebih sering terlihat pada wanita Afrika-Amerika dan Asia dengan Vertical Osseous Defect
kelompok usia pertengahan. - Menjelaskan tipe lesi tulang yang terlokalisasi pada satu atau dua gigi
- Gigi yang paling sering terlibat adalah gigi geligi mandibula dan giginya sehat.
vital. - Tepi oklusal tulang alveolar yang ada menunjukkan angulasi obliue
- Perawatan tidak ada. (miring) terhadap garis CEJ pada gigi geligi yang terlibat.
- Pada tahap awal gambaran radiologinya bervariasi dari penebalan ruang - Dibagi ke dalam 2 tipe utama:
membran periodontal periapikal yang berhubungan dengan rusaknya  Interproximal crater  depresi dua dinding yang terbentuk pada
puncak tulang alveolar di antara gigi geligi yang berdekatan
 Infrabony defect - Pertimbangan anatomis/Anatomic considerations (position of the
maxillary sinus in relation to a periodontal deformity; missing,
Anatomi Normal supernumerary, or impacted teeth)
- Pertimbangan patologis/Pathologic considerations (caries, periapical
Tulang alveolar normal dalam gambaran radiograf: lesion, root resorption)
- Selapis tulang kortikal opak menutupi alveolar crest - Garis oklusi
 Tulang kortikal  1/3 servikal Gambaran:
 Tulang kanselus  selebihnya di bawah tulang 1/3 servikal tulang
alveolar - Tulang kortikal  pertahanan mekanis
- Tinggi alveolar crest 0,5-1,5 mm di bawah CEJ gigi geligi yang berdekatan  Kalo outlinenya irreguler  tanda awal dari mild periodontitis
 Pada gigi posterior  alveolar crest sejajar dengan garis yang (kerusakan sampai 1 mm di bawah tempat yang seharusnya
menghubungkan CEJ yang berdekatan (bergantung dari usia))
 Pada gigi anterior  alveolar crest meruncing dan memiliki  Lebih dari itu dikatakan moderate periodontitis
korteks yang padat - Kalo di 1 gigi ada banyak kelainan: moderate dan severe  diambil yang
- Alveolar crest bersambung dengan lamina dura gigi geligi yang servere
berdekatan - Lamina dura pada alveolar crest harusnya tebal, kalo menipis  sudah
- Jika lamina dura masih membentuk sudut yang tajam dengan alveolar ada kelainan
crest  kondisi normal
Mild Adult Periodontitis
Dari Pharoah: Penilaian radiografis kondisi periodontal:
- Lesi awal: ada daerah erosi terlokalisasi di tulang alveolar crest
- Tinggi tulang yang tersisa/amount of bone present interproksimal
- Kondisi alveolar crest/condition of the alveolar crests  korteks, tulang - Daerah anterior: penumpulan alveolar crest dan ketinggian tulang
kortikal, bentuk, outline, kontinuitas, densitas alveolar sedikit menghilang
- Keterlibatan furkasi/Bone loss in furcation areas  ada/tidak ada - Daerah posterior: hilangnya sudut yang tajam antara lamina dura dengan
- Lebar ruang periodontal/Width of the periodontal ligament space  alveolar crest
melihat ada/tidak ada jejas TFO - Penyakit perio awal: sudut tersebut kehilangan permukaan tepi)
- Faktor lokal/Local initiating factors that cause or intensify periodontal kortikalnya dan terlihat memiliki tepi yang irregular serta difus.
disease (calculus; poorly contoured or overextended restorations, gigi
Moderate Adult Periodontitis
malposisi)
- Rasio mahkota akar/Root length and morphology and crown-to-root ratio - Cortical plate di bukal atau lingual yang berdekatan dengan gigi geliginya
 yang tidak tertanam tulang : yang tertanam tulang, normalnya 2:3 akan diresorpsi  tulang kortikal sudah hilang
- Kontak interproksimal  Terlihat adanya peningkatan radiolusensi pada akar gigi yang
berdekatan dengan alveolar crest
 Biasanya bentuknya terlihat ada bayangan ½ lingkaran - Gambaran klinis:
(semisirkular) dengan apeks radiolusensinya mengarah ke apikal  Tergantung penyebabnya (pulpitis atau pulpa nekrosis),
dari gigi yang terlibat walaupun biasanya asimptomatik tapi bisa juga menimbulkan
- Secara keseluruhan pola hilangnya tulang adalah: erosi? tulang horizontal rasa sakit dan ketidaknyamanan yang ringan
menyeluruh dalam 1 regio atau kerusakan vertikal terlokalisir yang hanya  Jaringan pulpa biasanya tidak berespon terhadap stimulus termal
melibatkan satu atau dua gigi. atau elektrik.
- Secara klinis bisa dilihat juga adanya mobilitas gigi.  Palpasi atau perkusi umumnya (-).
- Pola trabekulasi normal dapat kembali setelah PSA, walaupun tulang
Horizontal Bone Loss
sklerotik dapat menetap sebagai (?)
- Istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan gambaran radiografik - Secara radiograf: ACO terlihat sebagai suatu pathogiomonic, suatu massa
hilangnya ketinggian tulang alveolar pada beberapa gigi dimana crest nya tulang sklerotik radiopak yang berbatas jelas yang mengelilingi dan
masih horizontal tapi posisinya lebih ke apikal beberapa mm dari garis meluas di bawah apeks salah satu atau kedua akar gigi.
CEJ.
Lesi kombinasi
- Mild (ringan) kalo hilangnya perlekatan kira-kira 1 mm.
- Moderate (sedang): > 1mm sampai pertengahan panjang akar atau - Bila terdapat lesi yang berasal dari dua akses yang saling berhubungan
sampai daerah furkasi gigi molar. atau nyambung misalnya akses dari gigi karies/terdapat tambalan dan
- Severe (berat): > dari titik moderate, terlihat adanya keterlibatan furkasi jaringan periodontal yang terbuka  bila menuliskan DD ditandai dengan
di daerah molar. kata “dan”
- Permukaan oklusal cortical plate bukal dan lingual dan tulang interdental - Bila terdapat lesi yang berasal dari dua akses namun tidak saling
teresorpsi. berhubungan atau tidak nyambung  bila menuliskan DD ditandai
dengan kata “disertai”
Apical Condensing Osteitis (Focal Sclerosing Osteomyelitis)

- ACO merupakan varian periodontitis apikalis kronis dan suatu reaksi


tulang terhadap infeksi bakteri pada tulang periapikal yang ringan yang LESI INFLAMASI RAHANG (Pharoah)
terjadi pada seseorang yang derajat resistensi dan reaktivitas jaringannya
tinggi. Gambaran Radiograf Umum
- Tulang periapikal bereaksi terhadap infeksi melalui peningkatan tulang
Lokasi:
trabekular yang menyebar dibandingkan destruksi tulang  infeksi lebih
berperan sebagai stimulus dibangingkan sebagai iritan. - Berada di apeks gigi
- Biasanya ditemukan pada pasien berusia di bawah 20? tahun di sekitar - Tepi lesi yang berasal dari pulpa juga dapat berada di servikal karena
apeks gigi M1 mandibula dengan lesi karies yang besar dan pulpanya adanya kanal assesori atau perforasi yang disebabkan oleh perawatan
terinflamasi secara kronis, tetapi ACO dapat terjadi pada apeks gigi saluran akar atau fraktur akar.
manapun. - Osteomyelitis lebih sering ditemukan di posterior mandibula.
- Lesi periodontal berpusat di sekitar alveolar crest. - Dentoalveolar abses (sering pada anak2)  seluruh alveolar uda kena 
- Jika hilangnya tulang periodontal secere, lokasinya bisa berada lebih ke premedikasi dulu. Letaknya lebih sering ke bukal.
apikal dari furkasi akar atau bahkan pada apeks akar gigi. Dentoalveolar abses akut/kronis eksaserbasi akut  berdasarkan keluhan
Kalo kronis  ada peningkatan densitas  usaha tulang kanselus untuk
Tepi: melokalisir.
- Lebih sering tepinya berbatas tidak jelas. Kalo tidak ada keluhan  lesi traumatik kronis.
- Pola trabekula yang normal secara perlahan berubah menjadi pola Abses dentoalveolar tidak harus berasal dari karies. Dulu pernah jatuh,
sklerotik atau radiolusen. beberapa waktu yang lalu sakit, sempat hilang tapi kemudian sakit lagi 
abses dentoalveolar kronis eksaserbasi akut.
Struktur internal: Perawatan  pulpo-periapikal, perbaiki tambalan, occlusal adjustment,
kuretase.
- Struktur internalnya bermacam-macam.
- Abses periapikal  buka pulpa, medikasi.
- Tulang kanselus dapat berespon baik dan resorpsi atau dengan
Mild periodontitis: crest ireguler s/d kerusakan 1 mm di bawah yang
pembentukan tulang.
seharusnya (crest turun belum tentu patologis, bisa aja turun fisiologis
- Pada penyakit akut, resorpsi umumnya mendominasi, sedangkan pada
karena tua).
penyakit kronis, pembentukan tulang yang berlebihan menyebabkan
Tulang kortikal  pertahanan mekanis. Kalo berubah (retak), kuman bisa
terbentuknya gambaran radiopak, penampilan sklerotik.
masuk. Kalo outline cortical crest uda ireguler  MILD
- Osteomyelitis  memperlihatkan seuestra (daerah radiolusensi
 1 mm s/d akar  MODERATE
berbentuk tidak jelas yang mengandung pulau2 radiopak dari tulang
 ½ akar  SEVERE
nonvital.
2/3 dari jumlah gigi yang ada  GENERALIZED
Efek terhadap struktur sekitar - Ciri khas abses perio dibandingkan dengan severe periodontitis  adanya
bridge of bone (biasanya pada anterior RB) – bridge of bone: radiopasitas
- Efek inflamasi pada tulang kanselus di sekitarnya yang terlihat memisahkan alveolar crest dengan area kerusakan tulang
 Stimulasi pembentukan tulang  pola sklerotik alveolar, gambaran: penebalan lamina dura di antara hilangnya lamina
 Resorpsi tulang  radiolusensi dura  tanda trauma oklusi, terjadi menyertai abses perio
- Ruang ligamen periodontal yang terlibat dalam lesi akan melebar, - AGGRESSIVE periodontitis  usia lebih muda dan terjadinya cepat;
pelebaran ini paling besar pada sumber inflamasi. kehilangan tulang tidak sempat bersudut (horizontal); lamina dura hampir
hilang seluruhnya; tidak menimbulkan keluhan sehingga tidak ada tahap
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS dan serba-serbinya
dini, biasanya udah severe. Tanda-tandanya jelas, yang ngga jelas
- Cara membedakan foramen mental dengan infeksi adalah dengan etiologinya.
mengubah sudut pengambilan  bila hasilnya berubah tempat berarti - Lamina dura ireguler di 1/3 apikal  ABSES DINI!
foramen mental - Ruang periodontal melebar (sampai 2 kali lipat), tetapi lamina dura utuh
 PERIODONTITIS APIKALIS
Kalo lamina dura uda kena  abses apikalis
- Bedakan GRANULOMA dengan ABSES KRONIS - Persepsi lain, karena adanya kontras dengan struktur yang berdekaran,
Granuloma: batas jelas, bentuk membulat, pada usia relatif muda. Ada yaitu email yang opak dan tulang alveolar
reaksi melokalisir, dan di tengahnya ada jaringan granulasi yang terlihat - Tidak perlu dibingungkan dengan karies akar
seperti trabekulasi. Diameter < 1 cm. Batas granuloma bersambung
dengan lamina dura sisa yang ada. Jurnal Prof. Hanna
Tulang kanselus memadat untuk mengkompensasi. Ina:
Kalo lamina dura putus  abses! - Periapikal  the detection of periapical pathosis (part 1)
- Apical scar  mirip lesi periapikal (pada gigi yang sudah di PSA)  - Periodontal  evaluation of mandibular
jaringan penyembuhan) - Sinus maksila  inflammatory reaction
- Sistemik  correlation between
UJIAN
- Kuasai semua struktur anatomis yang nampak di radiograf Kesalahan Pada Radiograf
- Pelajari teori-teori yang berkaitan - Overexposed  gelap, detil dan ketajaman baik
- Apa yang mempengaruhi sudut2 dll - Overdeveloped  gelap dan detil, ketajaman buruk  pada saat
penyinaran ada bagian yang exposed (sinar tidak terhalang objek) dan
OTHERS unexposed (sinar terhalang objek), bila overdeveloped bagian yang tidak
terekspos ikut tereduksi
Rumus Kompensasi Prof. Hanna - Underfixed  film biru keunguan
Contoh: Pada radiograf cusp bukal+cusp palatal tidak terletak sebidang  distorsi - Film kuning  kurang bersih dibilas
vertikal  berupa pemendekan, pada kasus jarak cusp bukal dan cusp palatal 4 - Film cokelat keabu-abuan  fixer kurang lama
mm, jarak cusp normal = 2 mm, sehingga kelebihan jarak cusp 4-2 mm=2 mm.
Kemudian dilihat lagi jarak letak tulang alveolar crest dan CEJ. Misalnya terletak 3 Untuk membedakan akar bengkok karena film tertekuk dengan akar yang
mm di atas CEJ, sedangkan jarak normal dari CEJ 0,5-1,5 mm, sehingga kelebihan memang bengkok:
alveolar crest 3-1,5 mm dari CEJ=1,5 mm dan dijumlah dengan hasil dari jarak - Pola tulang trabekula pipih  tertekuk, terlihat bengkok
cusp yang telah dihitung = 2 + 1,5 mm = 3,5 mm. jadi, penurunan tulang sebanyak - Pola tulang trabekula normal  akar memang bengkok
3,5 mm.
Penentuan Lokasi Objek
Cervical burnout - Right – angle technique/periapical occlusal  terbatas
- Daerah radiolusensi difus dengan tepi yang tidak jelas yang terlihat secara  Foto dengan proyeksi oklusal  langsung dapat menentukan
radiograf pada aspek mesial atau distal gigi geligi di daerah servikal di letak objek di lingual atau bukal
antara tepi enamel cap dan puncak alveolar ridge  Tapi ada kontraindikasi: PSA akar yang di …kanalis mandibula, lesi
- Disebabkan oleh konfigurasi normal dari gigi yang terlibat yang periapikal (di bawah akar)
mengakibatkan kurangnya absorpsi sinar X di daerah radiolusen tersebut - Buccal – Object Rule  2 film periapikal
 Tube geser ke superior/inferior  vertikal
 Prinsip penentuan lokasi sama dengan SLOB
- SLOB (same lingual opposite buccal)  menggunakan pergeseran cone
 Tube digeser mesial/distal  horizontal
 Bila pergerakan objek sama dengan tube  terletak di lingual,
bila tidak sama objek terletak di bukal, misalnya bila arah tube
digeser ke mesial dan objek ikut ke mesial  objek di lingual, bila
sebaliknya objek di bukal

Tahap-tahap penentuan lokasi objek Proses produksi sinar X:


a. Tentukan objek yang mau diidentifikasi 1. Elektron-elektron diproduksi di sekitar filamen
b. Setelah itu lihat reference site (perhatikan letak objek pada radiograf 2. High voltage (kV) memproduksi diferensi potensial di antara katoda dan
dengan sesudah) anoda  mengakselerasi elektron-elektron dalam kecepatan tinggi dari
c. Tentukan arah tube bergeser ke arah mesial/distal/superior/inferior, cth: filament – target
bila bergeser ke mesial, makan bagian mesial lebih terlihat anatominya 3. Focusing device aims the electron stream at the focal spot on the target
d. Setelah itu tentukan objek bergeser searah atau berlawanan arah dengan 4. Elektron-elektron menyerang target dan tiba-tiba dihentikan
tube 5. Energi yang dihabiskan oleh elektron diubah menjadi panas (+99%) atau
e. Setelah ditentukan, dapat disimpulkan objek terletak di mana sinar X (1%)
6. Panas yang diproduksi dihilangkan oleh copper black dan minyak di
Fisika Radiasi sekitarnya
Sumber: Whaites 7. X ray dikeluarkan (emitted) pada semua arah dari target  beam used for
Sinar X yang ideal: diagnostic purpose
- Berpenetrasi cukup sehingga dapat berkontak dengan emulsi film dan mA (current)  flows from cathode to anode (measure of the quantity of
memproduksi kontras yang baik antara gambaran-gambaran yang electrons being access – X ray berkapasitas memproduksi ionisasi (yang dapat
berbeda membahayakan jaringan biologis – disebut RADIASI IONISASI
- Paralel, tidak divergen  untuk mencegah pembesaran gambar
- Diproduksi dari sumber titik (point source)  untuk mengurangi Film speed
ketidaktajaman gambar pada tepi (efek penumbra) - Function of the number and size of the silver halide crystals in the
Sinar X emulsion. Crystal >>  film faster, image quality <<
- Merupakan suatu bentuk dari radiasi elektromagnetik berenergi tinggi - Semakin cepat film  eksposur yang dibutuhkan <<, radiasi <<
- Described as consisting of wave packets of energy – each packet is called
a photon Processing
1. Development  crystal AgBr yang tersensitisasi diubah menjadi black
metallic silver untuk memproduksi bagian hitam/abu-abu pada gambar 
menyisakan Ag. Sifat developer basa oleh karena itu harus ke air dulu
baru ke fixer.
Waktu development pada cairan baru  tergantung pada temperatur (5
menit – 20oC). Temperatur >> - development rapid  film terlalu gelap
2. Washing  menghilangkan sisa-sisa cairan developer
3. Fixation  AgBr yang tidak tersensitisasi dihilangkan untuk mengekspos
bagian putih di gambar dan emulsi diperkeras 8-10 menit
4. Washing  menghilangkan sisa cairan fixer
5. Drying

Isi larutan:

Dosis efektif
2 film IO: 0,002 msv
Panoramik: 0,016-0,020 msV

Film
 Bia sinar X tegak lurus terhadap objek tapi objek tidak
sejajar dengan film  elongation

Informasi Diagnostik
Eti Rahati (perempuan, 39 tahun)
-  ku baik  kondisi metabolisme seimbang (sebelum 40 tahun) 
kondisi tulang
- OS wanita 39 tahun datang dengan keluhan ingin membersihkan karang
gigi. OS baru pertama kali ke dokter gigi. OS tidak pernah mengeluh sakit
Pharoah – projection geometry
gigi. OS tidak mempunyai penyakit sistemik (menyangkal). OS mempunyai
- Image sharpness and resolution
kebiasaan buruk menggertak.
Untuk meminimalisir kehilangan kejelasan gambar dan meningkatkan
kualitas radiograf:
Ahmad (laki-laki, 18 tahun)  kondisi metabolisme
 Menggunakan focal spot kecil – 10o-20o (sudut target terhadap X - OS laki-laki 18 tahun dengan keluhan gigi atas sakit berdenyut sudah 1
ray central beam) bulan ini, sakitnya kalau lagi makan dan minum panas/dingin, OS
 >> jarak antara focal spot dan objek (dengan penggunaan silinder mengaku pernah jatuh lebih dari 1 tahun yang lalu dan ketika jatuh akit.
panjang) - Pada pemeriksaan klinis: perkusi (-), palpasi (-), vitalitas (-), karies (-),
 << jarak objek dan film pembengkakan (-), hiperemia (-), perubahan warna gigi (+)
- Image size distortion/magnification
Bisa disebabkan akibat path/arah foton pada X ray beam divergen  Teknik pengambilan foto
sehingga tendensi menyebabkan enlargement pada radiograf. - Bitewing  jarang  boleh contoh foto onlay
Untuk menguranginya: << jarak objek dan film dan >> jarak focal spot –  Kesejajaran didapat dari gigitan yang oklusi sentris
objek - Topografi  contoh foto pedo
- Image shape distortion - Foto periapikal  sisain 2-3 mm dari ujung oklusal/insisal gigi, cone tegak
Terjadi akibat adanya pembesaran/magnifikasi yang tidak sama di bagian- lurus garis bagi
bagian yang berbeda pada objek yang sama. - Teknik paralel tidak dapat digunakan pada pasien:
Distorsi ini terjadi bila tidak semua bagian objek berada pada jarak yang
 Anomali cth: torus palatinus
sama (focal spot-objek). Bentuk objek dapat menghalangi orientasi
 Trismus
maksimal sehingga untuk meminimalisir distorsi bentuk:
 Tidak ada gigi antagonis
 Film paralel terhadap objek
 Foto endo saat penggunaan alat
 Arahkan X ray tegak lurus terhadap objek dan film
 Palatum atau dasar mulut dangkal
 Bila sinar X tegak lurus terhadap film tapi objek tidak
 Refleks muntah tinggi
sejajar dengan film  terdapat jarak yang berbeda dari
bagian-bagian objek terhadap film  foreshortening
- Foto biseksi  akan lebih jelas di servikal karena pasien menekan di 5. Inferior RB berhimpit
bagian tersebut 6. FHP (Porion-Orbita) sejajar lantai
I C P M 7. Porion terlihat
RA 45o 50o 40o 45o 8. Soft tissue terlihat
RB 25o 20o 15o 5o 9. Tulang servikal lurus
- Foto paralel  tidak bisa di edentulous, mulut kecil 10. Kontras
- Foto oklusal
 Topografi  foto terlihat hingga akarnya PA Sefalometri
 RA 65o  cone di glabella 1. Bidang midsagital membagi dua secara simetris
 RB 45o  cone di dagu 2. Ridge ….(dari interproksimal I1 ke nasal septum dan bagian tengah
 Crossection  foto yang terlihat hingga akar hidung) terletak pada sepertiga orbita bawah
 RA 80o  cone di glabella 3. Gigitan sentrik oklusi
 RB 90o  cone di dagu (pasien dongak) 4. kontras
 Oblique  tidak dilakukan

Prinsip Pemeriksaan Radiograf


- Risk and benefit
- ALARA

EVALUASI MUTU FOTO EO


Panoramik
1. Inferior border RB berbentuk parabola
2. Ramus, kondil, orbita, sinus maksila terlihat anatomi
3. Palatum durum tidak terlalu datar dan tidak bergelombang
4. Bidang oklusi tidak terlalu datar
5. Bagian anterior tidak berhimpit
6. Harus simetris kiri dan kanan
7. Kontras

Lateral Sefalometri
1. Orbita berhimpit
2. Gigi M1 RA, M1 RB kanan dan kiri berhimpit
3. M1 RA dan RB beroklusi
4. Sella tursica terlihat berhimpit

Anda mungkin juga menyukai