Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KEPENGAWASAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM


MENYUSUN KELENGKAPAN MENGAJAR
MELALUI IN-HOUSE TRAINING T E R J A M I N q
PADA RA KECAMATAN SEPATAN

Disusun Oleh:
Nama : KHOLID, S.Pd.I, M.Pd
NIP : 197802182005011005
Pangkat/ Gol : Penata Tk.I/ III.d
Jabatan : Pengawas Sekolah Muda

KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN SERANG


PROVINSI BANTEN TAHUN
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan telah memberikan persetujuan dan
pengesahan kebenaran karya ilmiah sebagai berikut:

PENELITIAN TINDAKAN KEPENGAWASAN (PTKp)


MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN KELENGKAPAN MENGAJAR
MELALUI IN-HOUSE TRAINING PADA RA KECAMATAN SEPATAN

Disusun Oleh:
Nama :
NIP : 197802182005011005
Pangkat/ Gol : Penata Tk.I/ III.d
Jabatan : Pengawas Sekolah Muda

Penyusun,

KHOLID, S.Pd.I, M.Pd


NIP 197802182005011005
Mengetahui,
Ketua Pokjawas Kantor Kemenag Kab.
Serang

RAHMAT, S.Pd.,
MM.Pd
NIP
19790413200501100
4

ABSTRAK

KHOLID, S.Pd.I, M.Pd. 2020 “Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menyusun Kelengkapan Mengajar
Melalui In-House Training pada RA Kecamatan Sepatan”.

Sebagai sekolah baru banyak kendala yang dihadapi MI Raudlatul Athfal Astana seperti sulitnya memperoleh
tenaga pengajar sesuai bidangnya, terbatasnya guru tetap, kurangnya pengalaman mengajar bagi Guru karena
banyak Guru kontrak yang baru diangkat, terbatasnya sarana prasarana sekolah, sementara itu ketuntasan belajar
sesuai KKM juga rendah berkisar antara 40-60%. Oleh karena itu perlu peningkatan diberbagai bidang
khususnya peningkatan kualitas Guru. Peningkatan kualitas yang mendesak dilakukan adalah kemampuan
Guru dalam menyusun kelengkapan mengajar agar pembelajaran lebih terarah sehingga diharapkan mampu
meningkatkan prosentase ketuntasan belajar siswa. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melakukan kegiatan In-
House Training penyusunan kelengkapan mengajar sebagai Penelitian Tindakan Kepengawasan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan Guru MI Raudlatul Athfal Astana dalam
menyusun kelengkapan mengajar dan menentukan langkah yang tepat untuk meningkatkan kemampuan guru dalam
menyusun kelengkapan mengajar. Dengan In-House Training diharapkan semua Guru memiliki pengetahuan,
pemahaman dan pengalaman yang memadai khususnya dalam penyusunan kelengkapan mengajar yang
meliputi Program Tahunan (Prota), Program Semester (Promes) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) selain kelengkapan penunjang lainnya seperti silabus, kalender pendidikan, jadwal mengajar dan daftar
nilai siswa.

Penelitian dilakukan di MI Raudlatul Athfal Astana selama kurang lebih satu bulan dimulai tanggal 22 Januari
sampai dengan tanggal 4 Februari 2020. Pengumpulan data dilakukan melalui angket, observasi dan
dokumentasi. Dari angket diperoleh hasil bahwa secara keseluruhan Guru MI Raudlatul Athfal Astana
menyatakan penting untuk memiliki kelengkapan mengajar. Sebagian besar Guru MI Raudlatul Athfal
Astana merasa bahwa pengalaman mengajarnya masih minim pada mata pelajaran yang diajarkan, latar belakang
pendidikan tidak begitu sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan dan pengetahuan tentang penyusunan
kelengkapan mengajar masih kurang. Seluruh Guru MI Raudlatul Athfal Astana menghendaki adanya In-House
Training penyusunan kelengkapan mengajar dan 100% Guru memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti
In-House Training dan memiliki keinginan yang kuat untuk membuat kelengkapan mengajar dan akan
menggunakan kelengkapan mengajar tersebut sebagai penunjang proses pembelajaran.

Penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus. Pada siklus 1 diperoleh 58,23% Guru berhasil menyelesaikan
penyusunan kelengkapan mengajar dan pada Siklus 2 terdapat 91,66% Guru berhasil menyelesaikan penyusunan
kelengkapan mengajar. Jadi ada peningkatan kemampuan Guru dalam menyusun kelengkapan mengajar
setelah dilakukan In-House Training tahap 1 yaitu sebesar 33,43% dan masing-masing Guru menunjukkan
peningkatan yang signifikan.

In-House Training adalah salah satu pola yang sangat efektip untuk meningkatkan kemampuan Guru dalam
menyusun kelengkapan mengajar.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga


penyusunan Laporan Kegiatan Penelitian Tindakan Kepengawasan (PTKp) ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Sholawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat, serta para pengikutnya semoga di hari akhir mendapatkan syafa’at
dari Rosulullah SAW.

Laporan ini merupakan base practice dari masalah yang dihadapi


oleh penulis, selaku pengawas dalam menjalankan tugas kepengawasannya di
madrasah binaan, serta upaya untuk mengatasi masalah tersebut melalui
tindakan tertentu.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah


berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya,
terutama kepada Kepala MI Raudlatul Athfal Astana Kecamatan Carenang
Kabupaten Serang beserta seluruh dewan guru dan staf tata usaha yang telah
memfasilitasi tempat penelitian tindakan kepengawasan ini.

Penulis sangat berharap semoga laporan hasil penelitian tindakan


kepengawasan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca serta memberikan kontribusi dan referensi bagi pelaksanaan tugas
kepengawasan sehari- hari.

Serang, Oktober
2019 Penulis,
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK....................................................................................iii
KATA PENGANTAR...............................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................ii
DAFTAR TABEL …..
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
A. Latar Belakang................................................................1
B. Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah......................................................2
2. Pembatasan Masalah......................................................3
3. Perumusan Masalah.......................................................3
C. Tujuan Penelitian.............................................................3
D. Manfaat Penelitian...........................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA........................................................................4
A. Teori Mengajar................................................................4
B. Kelengkapan Mengajar.......................................................5
1. Pengertian RPP..........................................................6
2. Tujuan penyusunan RPP adalah:................................................6
3. Manfaat...............................................................7
4. Prinsip Pengembangan RPP...........................................................7
C. In-House Training.............................................................8
D. Kerangka Pemikiran
E. Hipotesis Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................9


A. Waktu dan Tempat Penelitian.........................................................9
B. Metode dan model Penelitian
C. Prosedur penelitian
D. Metode teknik dan instrument pengumpulan data
E. Metode analisis data
F. Indikator keberhasilan
G. Jadwal penelitian

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................................................15


A. Gambaran Umum Hasil Angket Sebelum In-House Training Dilakukan........15
B. Hasil dan Pembahasan yang diperoleh pada Siklus 1........................18
C. Hasil dan Pembahasan yang diperoleh pada Siklus 2........................20
BAB V PENUTUP................................................................................22
A. KESIMPULAN..............................................................22
B. Saran dan Rekomendasi................................................22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................24
LAMPIRAN-LAMPIRAN
- Instrumen penelitian
- Foto kegiatan
- Keterangan seminar
- Daftar hadir seminar
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu masalah pokok yang dihadapi MI Raudlatul Athfal Astana adalah hasil belajar yang
cenderung masih rendah. Hal ini diindikasikan dari rendahnya nilai ujian nasional pada
tahun pelajaran 2019-2020. Untuk meningkatkan prestasi belajar sekolah telah berupaya
melalui proses pembelajaran dengan system ganda sesuai Kurikulum 2013 Revisi yaitu proses
penilaian secara berkelanjutan oleh pendidik dalam hal ini Guru. Namun demikian tetap
saja prestasi belajar peserta didik saat dievaluasi baik ulangan harian, ulangan tengah
semester maupun ulangan akhir semester menurut data yang diinventarisir oleh bagian
kurikulum masih cenderung rendah dan belum memuaskan. Rata-rata siswa yang dapat tuntas
sesuai KKM berkisar antara 40 - 60%, sedangkan sisanya untuk menuntaskan harus menempuh
remedial.
Keberhasilan sebuah pembelajaran setidaknya dipengaruhi oleh 5 komponen kunci, yaitu: (1)
Guru, (2) Sumber dan Media Belajar, (3) Lingkungan, (4) Siswa dan (5) proses pembelajaran.
Guru dalam pembelajaran memiliki peran yang sangat strategis karena akan berkaitan dengan
pengelolaan 4 komponen kunci lainnya. Bahkan dalam konsep tentang sumber belajar
yang ditulis oleh Sudjarwo dikutip oleh (Rahmat Saripudin,2008) guru dapat dikategorikan
sebagai sumber belajar.
Atas dasar hal tersebut dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran, MI Raudlatul
Athfal Astanaberkomitmen untuk: meningkatkan mutu Guru karena Guru merupakan salah satu
kunci keberhasilan proses pendidikan. Ditangan Guru-lah cita-cita pembangunan,
pendidikan nasional, kurikulum nasional, visi-misi lembaga penyelenggara pendidikan
hingga visi-misi sekolah dapat terwujud. Guru yang baik akan mampu mengoptimalkan seluruh
potensi sumber dan media belajar yang ada di lingkungannya untuk pembelajaran yang
optimal. Dengan mengacu kepada strategisnya peran guru pada sebuah lembaga pendidikan
maka MI Raudlatul Athfal Astanamemberikan perhatian yang besar bagi terwujudnya Guru
professional.

1
Untuk mewujudkan guru yang profesional sehingga mampu meningkatkan kompetensi dan mutu
Guru yang bersangkutan, maka MI Raudlatul Athfal Astana merancang program- program dan
kegiatan yang mengarah pada peningkatan mutu Guru misalnya dengan mengikutsertakan Guru
dalam pelatihan-pelatihan dan salah satunya melalui In-House Training penyusunan
kelengkapan mengajar. Hal ini mendesak dilakukan karena dari angket yang diberikan kepada
guru untuk mengetahui respon Guru terhadap pentingnya memiliki kelengkapan mengajar 57,4%
menyatakan sangat setuju dan 42,6% setuju artinya seluruh Guru menyatakan setuju/sepakat
untuk memiliki kelengkapan mengajar.
Selanjutnya dari angket juga terungkap bahwa pengalaman mengajar, ketidaksesuaian
latar belakang pendidikan dan kurangnya pengetahuan tentang penyusunan kelengkapan
mengajar menyatakan bahwa 48% sangat setuju, 33% setuju 66% cukup setuju itu artinya bahwa
sebagian besar Guru merasa bahwa pengalaman mengajarnya masih minim pada mata pelajaran
yang diajarkan, latar belakang pendidikan tidak begitu sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan dan pengetahuan tentang penyusunan kelengkapan mengajar masih kurang.
Lebih lanjut dari angket juga terungkap tentang perlunya diadakan In-House Training
dengan data hanya 18% tidak setuju yang mengindikasikan bahwa hampir seluruh Guru
menghendaki adanya In-House Training penyusunan kelengkapan mengajar.
Selain itu angket juga mengungkap bahwa Guru memiliki kemauan yang kuat untuk
memiliki kelengkapan mengajar dengan data 33% menjawab sangat setuju dan 66% menjawab
setuju yang artinya seluruh Guru menyatakan jika diadakan In-House Training maka
mereka akan mengikuti dengan sungguh-sungguh dan akan mengaplikasikannya dalam
kegiatan pembelajaran.
Atas dasar hal tersebut di atas maka MI Raudlatul Athfal Astanamenyatakan sangat perlu
mengadakan In-House Training. Dengan adanya kegiatan In-House Training penyusunan
kelengkapan mengajar diharapkan semua guru memiliki kelengkapan mengajar yang lengkap
dan mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran yang
dilakukan akan lebih terarah karena tujuan pembelajaran, materi yang akan diajarkan, metode
dan penilaian yang akan digunakan telah direncanakan dengan berbagai pertimbangan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah-masalah
yg timbul sebagai berikut:
- Rendahnya prestasi belajar peserta didik, ketuntasan mengajar berkisar antara 40% s/d 60%

2
- Rendahnya kemampuan guru dalam menyusun kelengkapan mengajar
- Pengalaman mengajar masih minim dan latar belakang pendidikan sebagian besar tidak sesuai
dengan bidangnya
Dari masalah-masalah yang diuraikan di atas, pada penelitian ini dibatasi pada
masalah rendahnya kemampuan guru dalam menyusun kelengkapan mengajar, sehingga
masalah pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Apakah in-house training dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun
kelengkapan mengajar?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Kepengawasan ini bertujuan untuk:
- Meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun kelengkapan mengajar
- Menentukan langkah yang tepat untuk meningkatkan kemampuan guru dalam
menyusun kelengkapan mengajar

D. Manfaat Penelitian
Penelitian Tindakan Kepengawasan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kepala
sekolah dalam memecahkan masalah guru, meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun
kelengkapan mengajar sehingga lebih professional, dengan demikian padaakhirnya diharapkan
dapat meningkatkan mutu pengajaran dan berdampak pada peningkatan mutu sekolah.
Disamping itu dengan menemukan langkah yang tepat dalam meningkatkan kemampuan guru
dalam menyusun kelengkapan mengajar dapat menjadi referensi untuk kasus yang sama bagi
peneliti lain.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Mengajar

Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat.
Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggungjawaban guru dalam
melaksanakan tugasnya. Zamroni (2000:74) yang dikutip oleh Rastodio (2018) mengatakan “guru
adalah kreator proses belajar mengajar”. Ia adalah orang yang akan mengembangkan suasana
bebas bagi siswa untuk mengkaji apa yang menarik minatnya, mengekspresikan ide-ide dan
kreativitasnya dalam batas-batas norma-norma yang ditegakkan secara konsisten. Dengan
demikian dapat dikemukakan bahwa orientasi pengajaran dalam konteks belajar mengajar
diarahkan untuk pengembangan aktivitas siswa dalam belajar.

Gambaran aktivitas itu tercermin dari adanya usaha yang dilakukan guru dalam kegiatan
proses belajar mengajar yang memungkinkan siswa aktif belajar. Oleh karena itu mengajar tidak
hanya sekedar menyampaikan informasi yang sudah jadi dengan menuntut jawaban verbal
melainkan suatu upaya integratif ke arah pencapaian tujuan pendidikan. Dalam konteks ini
guru tidak hanya sebagai penyampai informasi tetapi juga bertindak sebagai director and
facilitator of learning.

Lebih lanjut Usman (1994:3) yang dikutip oleh Rastodio (2018) mengemukakan mengajar
pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau
mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan
dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan terjadinya
proses belajar. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan
sebagai organisator kegiatan belajar siswa dan juga hendaknya mampu memanfaatkan lingkungan,
baik ada di kelas maupun yang ada di luar kelas, yang menunjang terhadap kegiatan belajar
mengajar.

Berdasarkan definisi-definisi mengajar dari para pakar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
mengajar adalah aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan
kepada siswa, sehingga terjadi proses belajar. Aktivitas kompleks yang

dimaksud antara lain adalah (1) mengatur kegiatan belajar siswa, (2) memanfaatkan lingkungan, baik
4
ada di kelas maupun yang ada di luar kelas, dan (3) memberikan stimulus, bimbingan pengarahan,
dan dorongan kepada siswa.

B. Kelengkapan Mengajar
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, mengamanatkan tersusunnya kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang
pendidikan dasar dan menengah, mengacu kepada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan,
serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Komponen kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri dari
1) Tujuan pendidikan sekolah, 2) Struktur dan muatan kurikulum, 3) Kalender pendidikan dan
4) Silabus dan RPP. Silabus dan RPP merupakan perencanaan proses pembelajaran yang
memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber
belajar, dan penilaian hasil belajar (Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan Pasal 20). Berdasarkan hal tersebut diharapkan setiap pendidik pada
Madrasah Ibtidaiyah (MI) dapat menyusun kurikulum yang akan diimplementasikan dalam kegiatan
pembelajaran.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahakn, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU No. 14 tahun 2005 : 2) Dengan
demikian, dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban :
1) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai
dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
2) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
3) bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku,
ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi
peserta didik dalam pembelajaran;

4) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hokum, dan kode etik guru, serta nilai- nilai
agama dan etika; dan

5) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Berdasarkan penjelasan dalam undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut di


5
atas bahwa setiap pendidik dalam hal ini Guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran wajib
memiliki kelengkapan mengajar yang umumnya disusun diawal semester atau diawal tahun
pelajaran. Kelengkapan mengajar tersebut mulai dari kalender pendidikan, silabus, program
pengajaran tahunan (prota), program pengajaran semester (promes), dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada BSNP.

Hal tersebut dipertegas bahwa setiap guru pada satuan pendidikan


berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis serta menerapkannya pada kegiatan
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dirancang pada RPP diharapkan dapat mewujudkan
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (PP
Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 19)

B.1 Pengertian RPP


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam
Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Rencana pelaksanaan pembelajaran memuat
sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran,
sumber belajar, dan penilaian hasil belajar (PP No. 19 Tahun 2005 tentang Stándar Nasional
Pendidikan Pasal 20). Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi
dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau
lebih. Untuk mata pelajaran Kelompok Program Produktif, RPP dapat mencakup lebih dari satu
kompetensi dasar. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta
didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD).
Tujuan penyusunan RPP adalah:
1).Memberi kesempatan kepada pendidik untuk merencanakan pembelajaran yang interaktif
dan dapat digunakan untuk mengeksplorasi semua potensi kecakapan majemuk (multiple
intellegencis) yang dimiliki setiap peserta didik.
2).Memberi kesempatan bagi pendidik untuk merancang pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan peserta didik, kemampuan pendidik, dan fasilitas yang dimiliki sekolah.
3). Mempermudah pelaksanaan proses pembelajaran.
4).Mempermudah pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran, sebagai input guna perbaikan pada

6
penyusunan RPP selanjutnya (improvement proses).

Manfaat RPP
1).Meningkatkan kemampuan guru dalam merancang pembelajaran sebagai bagian dari kompetensi
paedagogik yang harus dimiliki guru.
2).Proses pembelajaran yang dilakukan akan lebih terarah karena tujuan pembelajaran, materi yang
akan diajarkan, metode dan penilaian yang akan digunakan telah direncanakan dengan
berbagai pertimbangan.
3).Meningkatkan rasa percaya diri pendidik pada saat pembelajaran, karena seluruh proses sudah
direncanakan dengan baik.

Prinsip Pengembangan RPP


RPP disusun berdasarkan rancangan yang terdapat pada silabus atau dengan kata lain RPP
merupakan uraian lebih lanjut dari silabus. Oleh karena itu prinsip pengembangan silabus juga
merupakan prinsip pengembangan RPP yaitu:

1).Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam RPP harus benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2).Relevan, cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam RPP sesuai
dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
3).Sistematis, komponen-komponen RPP saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai
kompetensi.
4).Konsisten, adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator,
materi pembelajaran, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan
sistem penilaian.

5).Memadai, cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan
sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6).Aktual dan kontekstual, cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber
belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni
mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7).Fleksibel, keseluruhan komponen RPP dapat mengakomodasi variasi peserta didik serta dinamika
perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
8).Menyeluruh, materi RPP mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan
psikomotor) yang akan dicapai untuk mendukung ketercapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi
7
Dasar.

C. In-House Training
Pelatihan dibagi dalam dua pengertian; IT (In-House Training) dan PT (Public Training). In- House
Training adalah pelatihan yang terjadi atas permintaan suatu komunitas tertentu apakah itu lembaga
profit ataupun nonprofit. Istilah In-House Training sama pengertiannya dengan in-servis
training menurut Hadari Nawawi (1983:113) yang dikutip oleh Dadang Dahlan menyatakan in-servis
training sebagai usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam bidang
tertentu sesuai dengan tugasnya agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam bidang
tersebut. Lebih lanjut dikemukakan bahwa program in-servis training ini diperlukan karena banyak
guru-guru muda yang belum mendapat pengalaman dan bekal yang cukup dalam menghadapi
pekerjaannya.

Agar program in-servis training ini efektif memerlukan manajemen pelatihan seperti
dikemukakan Gaffar (1993) yang dikutip oleh Dadang Dahlan pengembangan mutu sumber daya
manusia memerlukan manajemen yang secara logis perlu mengikuti tahapan need assesment,
merumuskan tujuan dan sasaran, mengembangkan program, menyusun action plan,
melaksanakan program, monitoring dan supervise serta evaluasi program.

Secara umum, tujuan In-House Training yaitu untuk meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia yang didayagunakan instansi terkait, sehingga pada akhirnya dapat lebih mendukung dalam
upaya pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Selain hal tersebut di atas, sasaran pelatihan
internal ini antara lain : menciptakan interaksi antara peserta dilingkungan instansi yang terkait
serta mempererat rasa kekeluargaan/kebersamaan, meningkatkan motivasi baik bagi peserta
maupun bagi narasumber untuk membiasakan ˜budaya pembelajaran yang berkesinambungan,
untuk mengeksplorasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi di lapangan yang berkaitan
dengan peningkatan efektifitas kerja, sehingga dapat diformulasikan solusi pemecahannya secara
bersama-sama.

Merujuk pada pendapat tersebut, pada dasarnya In-House Training adalah Program pelatihan yang
diselenggarakan di tempat peserta pelatihan. Menggunakan peralatan kerja peserta pelatihan
dengan materi yang relevan dan merupakan permasalahan yang sedang dihadapi. Dengan
program ini peserta akan lebih mudah menyerap dan mengaplikasikan materi pelatihan untuk
menyelesaikan dan mengatasi permasahan kerja yang sering dialami dan mampu secara langsung
meningkatkan kualitas dan kinerja dari sumber daya manusia dilingkungan instansi peserta
8
pelatihan.

9
BAB III METODE P ENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu
Penelitian Tindakan Kepengawasan ini dilakukan selama satu bulan yang dimulai dari tanggal 3
Januari sampai dengan tanggal 4 Februari tahun 2020. Selama 4 (empat) minggu sehingga
penulis berusaha menggunakan waktu seepektif mungkin dengan melakukan dua siklus
tindakan. Pada siklus 1 terbagi menjadi empat tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan
tindakan (Inhouse-training Tahap 1), tahap pengumpulan data tahap analisis data (refleksi).
Sedangkan pada siklus 2 terbagi menjadi empat tahap pula yaitu tahap perencanaan tindakan ,
pelaksanaan tindakan (Inhouse-Training Tahap 2), pengumpulan data, analsis data dan diakhiri
dengan penyusunan laporan.

2. Tempat
Penelitian dilakukan di MI Raudlatul Athfal Astana Bidang Studi Keahlian Teknologi Informasi dan
Komunikasi Program Studi Keahlian Teknik Komputer dan Informatika yang beralamat di Jl.
Jenderal Sudirman KM. 2,7 Sampit Kelurahan Mentawa Baru Hulu Ketapang Kecamatan
Mentawa Baru Ketapang Kabupaten Kotawaringin Timur.

3. Personalia

Penelitian Tindakan Kepengawasan ini dilakukan oleh peneliti sendiri selaku Pengawas
Madrasah yang salah satu binaannya adalah MI Raudlatul Athfal Astana bersama-sama dengan
kolaborator yaitu Kepala dan dewan guru MI Raudlatul Athfal Astana Kecamatan Carenang
Kabupaten Serang.

10
B. Rencana Tindakan

SIKLUS LANGKAH RENCANA KEGIATAN HASIL

Siklus 1 Perencanaan - Identifikasi masalah dan Masalah kemampuan


penetapan tindakan guru menyusun
- Perumusan scenario tindakan kelengkapan mengajar
- Persiapan tindakan (
Instrumen, jadwal ) Tindakan :
- Penentuan data dan cara In House Training
memperolehnya Apakah pelaksanaan In-
- Identifikasi guru-guru yang akan di IHT House Training dapat
meningkatkan
kemampuan guru
menyusun kelengkapan
mengajar

Rencana Tindakan:
Memeriksa hasil
kelengkapan mengajar
guru setelah
mengikuti In House
Training 1

Melakukan In-House
Training 2 bagi guru
yang belum mampu
menguasai
penyusunan
kelengkapan mengajar.

Memeriksa kelengkapan
mengajar guru

Pelaksanaan Tindakan dilakukan sesuai rencana Tindakan dapat


selama 2 minggu dilaksanakan sesuai
scenario
Tindakan dilakukan melibatkan
semua guru yang ikut In-House
Training

Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan instrument Data kualitatif dengan


catatan peristiwa
Seluruh kejadian dalam proses
selama proses tindakan
tindakan dicatat dalam lembar

11
observasi

Refleksi Evaluasi tindakan dan data-data yang Masalah yang dialami


diperoleh
Peristiwa yang terjadi di
Pertemuan membahas hasil evaluasi luar scenario

Merencanakan langkah-langkah Rencana langkah-


siklus 2 langkah siklus 2
Siklus 2 Perencanaan Pelaksanaan In-House Training
Tahap 2

Rencana langkah tindakan sesuai hasil


refleksi 1

Pelaksanaan Pelaksanaan sesuai scenario siklus 2

Pengamatan Sesuai rencana siklus 2

Refleksi Evaluasi sesuai siklus 2

Kesimpulan, Saran dan Rekomendasi

C. Pelaksanaan Tindakan

Seperti telah dijelaskan pada perencanaan tindakan di atas maka penelitian tidakan sekolah
ini dilakukan dalam 2 siklus. Berikut ini adalah penjelasan tentang masing-masing siklus yang
telah penulis lakukan
1. Siklus 1
a. Perencanaan
1) Identifikasi Masalah dan Penetapan Tindakan
Pada siklus ini diawali dengan mengidentifikasi masalah yaitu melihat data pada dokumen
evaluasi diri sekolah, program tahunan sekolah, visi dan misi sekolah dan
berdasarkan pengamatan selama ini kemudian mendata masalah-masalah yang
mendesak untuk diatasi. Ada beberapa masalah yang teridentifikasi diantaranya:
- Kedisiplinan siswa masih perlu ditingkatkan
- Prestasi belajar siswa perlu ditingkatkan
- Motivasi belajar siswa perlu ditingkatkan
12
13
- Inovasi pembelajaran perlu ditingkatkan
- Pembelajaran berbasis TIK perlu ditingkatkan
- Kemampuan Guru dalam menyusun kelengkapan mengajar perlu ditingkatkan
- Supervisi akademik perlu ditingkatkan
- Sarana dan prasarana pembelajaran perlu ditingkatkan
- Pencitraan lingkungan sekolah perlu ditingkatkan
- Praktik kewirausahaan perlu ditingkatkan
Dari masalah-masalah tersebut yang paling mendesak untuk segera diatasi menurut
penulis adalah masalah yang ada pada Guru terutama kemampuan Guru dalam
menyusun kelengkapan mengajar.
Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah mengadakan kegiatan
In-House Training penyusunan kelengkapan mengajar kepada seluruh Guru MI Raudlatul
Athfal Astana. Diharapkan setelah dilakukan kegiatan In-House Training kemampaun Guru
dalam menyusun kelengkapan mengajar akan meningkat.

2) Perumusan Skenario Tindakan


Sebelum kegiatan In-House Training dilakukan terlebih dahulu penulis menetapkan
scenario tindakan sebagai berikut:
o Menyebarkan angket kepada seluruh Guru untuk mengetahui respon Guru terhadap
pentingnya memiliki kelengkapan mengajar, latar belakang pendidikan dengan mata
pelajaran yang diajarkan, pengalaman mengajar, perlu atau tidak In-House Training
dilakukan, dan untuk mengetahui motivasi Guru dalam menyusun kelengkapan
mengajar.
o Mendata Guru yang akan mengikuti kegiatan In-House Training berdasarkan data hasil
pemeriksaan kelengkapan mengajar pada masing-masing Guru dari hasil pemeriksaan
tersebut penulis memutuskan seluruh Guru perlu mengikuti kegiatan In-House Training
yang terdiri dari 5 orang Guru Kelas dan 2 orang Guru Mata Pelajaran.
o Melaksanakan kegiatan In-House Training
o Tugas individu penyusunan kelengkapan mengajar
o Melakukan refleksi kelengkapan mengajar yang telah disusun oleh Guru
o Menentukan program tindak lanjut

14
Lebih jelasnya seperti pada bagan berikut:

Mendata Peserta Pelaksanaan IHT Tugas Individu

Tindak Lanjut Refleksi

3) Persiapan Tindakan
Setelah menetapkan scenario tindakan penulis melakukan persiapan untuk melaksanakan
kegiatan In-House Training penyusunan kelengkapan mengajar yang meliputi:
- Menentukan fasilitator penyusunan kelengkapan mengajar yang menguasai teknik
penyusunan Program Tahunan (Prota), Program Semester (Promes) dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam hal ini penulis menunjuk satu orang Kepala
Madrasah dan satu orang Koordinator Kurikulum dan Humas.
- Menyiapkan kalender pendidikan, menyiapkan format Prota, Promes dan RPP
- Membuat surat undangan perihal mengikuti kegiatan In-House Training penyusunan
kelengkapan mengajar beserta jadwal pelaksanaan
- Mempersiapkan lembar observasi

4) Pelaksanaan Tindakan
Setelah semua persiapan dilakukan dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan In-House
Training penyusunan kelengkapan mengajar. Pada siklus 1 ini kegiatan In-House Training
dilaksanakan selama dua hari yaitu pada tanggal 3 s.d 4 Januari 2020 dengan waktu 17 jam
yang materinya meliputi:
o Teknik penghitungan pekan efektif, Teknik penyusunan Program Tahunan (Prota),
Teknik penyusunan Program Semester (Promes), Teknik penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
o Penyampaian materi berakhir dilanjutkan dengan tugas individu penyusunan
kelengkapan mengajar
o Setelah In-House Training berakhir, penulis meminta seluruh peserta
mengumpulkan kelengkapan mengajar dalam bentuk file yang terdiri dari Program
Tahunan (Prota), Program Semester (Promes) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
o Kegiatan berikutnya penulis melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan mengajar
15
yang telah disusun oleh Guru dalam bentuk file tersebut kemudian menganalisis data
sesuai dengan lembar observasi yang telah dipersiapkan.

16
o Dari hasil analisis tersebut kemudian penulis melakukan refleksi untuk
menentukan program tindak lanjut

2. Siklus 2
Setelah siklus 1 berakhir dan telah melakukan refleksi terhadap hasil yang diperoleh pada
siklus 1 tersebut, pada siklus 2 ini penulis melakukan kegiatan In-House Training Tahap 2
karena:
a. Prosentase Guru yang menyelesaikan kelengkapan mengajar belum mencapai 100%
b. Kelengkapan mengajar yang telah disusun oleh Guru ternyata masih belum sepenuhnya
sesuai dengan yang diharapkan yaitu masih perlu penyempurnaan. Hal tersebut disebabkan
karena setelah penyusunan kelengkapan mengajar dilakukan ternyata mengalami
permasalahan-permasalahan teknis sehingga perlu penyamaan persepsi.
In-House Training Tahap 2 dilakukan selama satu hari yaitu pada tanggal 22 Januari 2020
dilanjutkan dengan tugas individu untuk menyelesaikan tugas tersebut bagi beberapa peserta
yang belum selesai dan menyempurnakan bagi beberapa peserta yang sudah selesai namun
masih ada kesalahan-kesalahan kecil. Lama waktu penyelesaian tugas individu tersebut penulis
tetapkan selama 5 hari terhitung mulai tanggal 22 Januari 2020. Hasil tugas individu tersebut
dikumpul dalam bentuk print out kepada Kepala Madrasah pada tanggal 27 Januari 2020.

17
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Adapun hasil yang diperoleh dari Penelitian Tindakan Kepengawasan yang berjudul Peningkatan
Kemampuan Guru dalam Menyusun Kelengkapan Mengajar Melalui In-House Training pada MI
Raudlatul Athfal Astana, dapat penulis jelaskan sebagai berikut:

A. Hasil Angket Sebelum In-House Training Dilakukan


Tabel 1: Pentingnya memiliki kelengkapan mengajar Guru MI Raudlatul Athfal Astana

No Alternatif Jawaban %
1 Sangat Setuju 57.4
2 Setuju 42.6
3 Cukup Setuju 0.00
4 Tidak Setuju 0.00
5 Sangat Tidak Setuju 0.00
100

Dari table di atas menyatakan bahwa 57.4% Guru menyadari bahwa sebagai seorang Guru sangat
penting memiliki kelengkapan mengajar sebelum melaksanakan proses pembelajaran dan 42.6%
menyatakan penting memiliki kelengkapan mengajar. Hal tersebut berarti secara keseluruhan
Guru MI Raudlatul Athfal Astana menyatakan penting untuk memiliki kelengkapan mengajar.

Hal ini sanghatlah beralasan karena dengan memiliki kelengkapan mengajar yang baik sangat
membantu kelancaran dalam proses pembelajaran. Selain itu dengan kelengkapan mengajar akan
memberi kesempatan bagi Guru sebagai pendidik untuk merancang pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan peserta didik, kemampuan peserta didik dan fasilitas yang dimilki sekolah.
Demikian pula dengan memiliki kelengkapan mengajar proses pembelajaran yang dilakukan
akan lebih terarah, karena tujuan pembelajaran, materi yang akan diajarkan, metode dan
penilaian yang digunakan telah dirancang dengan berbagai pertimbangan.

18
Tabel 2: Ketidaksesuaian mata pelajaran yang diajarkan dengan latar belakang pendidikan Guru
MI Raudlatul Athfal Astana
No Alternatif Jawaban %
1 Sangat Setuju 11.2
2 Setuju 33.4
3 Cukup Setuju 44.2
4 Tidak Setuju 11.2
5 Sangat Tidak Setuju 0.00
100

Tabel diatas menyatakan bahwa hanya 11.2% guru yang merasa mata pelajaran yang diajarkan
sesuai dengan latar belakang pendidikannya. 44.2% menyatakan cukup setuju atau ragu-ragu hal
ini mungkin Guru merasa mata pelajaran yang diajarkan memang tidak sesuai dengan latar
belakang pendidikannya namun mereka merasa mampu mengajarkan mata pelajaran yang
diajarkan mungkin karena mata pelajaran yang diajarkan tersebut masih satu rumpun dengan
latar belakang pendidikannya. Selebihnya menjawab setuju yang berarti sekitar 44.6% merasa
mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Hal ini terjadi karena MI
Raudlatul Athfal Astanapada awal berdirinya sangat kesulitan mencari tenaga pengajar sehingga
pada waktu itu berlaku pepatah tidak ada rotan akarpun jadi.

Tabel 3: Kurangnya Pengalaman Mengajar Guru MI Raudlatul Athfal Astana

No Alternatif Jawaban %
1 Sangat Setuju 0.00
2 Setuju 33.3
3 Cukup Setuju 22.3
4 Tidak Setuju 44.4
5 Sangat Tidak Setuju 0.00
100

Dari table tersebut diatas dapat diartikan bahwa 44.4% menyatakan tidak setuju kalau
pengalaman mengajarnya dikatakan kurang, dengan kata lain 44.4% tersebut Guru merasa
sudah berpengalaman dalam mengajar sedangkan sisanya 55.6% Guru merasa dirinya belum
berpengalaman mengajar. Hal ini dikarenakan mungkin mereka belum lama diangkat sebagai Guru
dan mungkin juga beberapa diantaranya bukan berlatar belakang dari kependidikan.

19
Tabel 4: Perlunya In-House Training Penyusunan Kelengkapan Mengajar Pada MI
Raudlatul Athfal Astana
No Alternatif jawaban %
1 Sangat Setuju 22.7
2 Setuju 47.7
3 Cukup Setuju 11.6
4 Tidak Setuju 18.0
5 Sangat Tidak Setuju 0.00
100

Tabel diatas mengindikasikan bahwa hanya 18.0% saja Guru merasa tidak perlu In-House Trainiing
Penyusunan kelengkapan mengajar hal ini terjadi mungkin karena mereka sudah cukup
berpengalaman dalam mengajar sehingga tanpa In-House Training mereka merasa sudah bisa
menyusun kelengkapan mengajar. 11.6% menjawab cukup setuju/ragu-ragu mungkin mereka
belum mengetahui dengan jelas tentang materi yang akan disampaikan dalam In-House Training
sehingga mereka merasa tidak yakin apakah sudah bisa atau belum bisa materi tersebut.
Sedangkan sisanya 70.0% menyatakan perlu diadakan In-House Training penyusunan
kelengkapan mengajar, Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar Guru MI
Raudlatul Athfal Astana mengharapkan adanya In-House Training penyusunan kelengkapan
mengajar. Hal ini mungkin dikarenakan sebagian besar Guru menyadari bahwa dirinya belum
memiliki kelengkapan mengajar dan merasa pengalaman mengajarnya masih kurang serta mata
pelajaran yang diajarkan kurang sesuai dengan latar belakang pendidikannya sehingga masih
kesulitan dalam menyusun kelengkapan mengajar.
Tabel 5: Motivasi Guru dalam Menyusun Kelengkapan Mengajar Pada MI
Raudlatul Athfal Astana
No Alternatif Jawaban %
1 Sangat Setuju 33.3
2 Setuju 66.7
3 Cukup Setuju 0.00
4 Tidak Setuju 0.00
5 Sangat Tidak Setuju 0.00
100
Dari table tersebut diatas 100% Guru memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti In- House
Training dan memiliki keinginan yang kuat untuk membuat kelengkapan mengajar bahkan
akan menggunakan kelengkapan mengajar tersebut sebagai penunjang proses pembelajaran.
Hal ini
berarti seluruh Guru MI Raudlatul Athfal Astana menyadari pentingnya memiliki kelengkapan
20
mengajar. Dengan demikian In-House Training penyusunan kelengkapan mengajar memang perlu

21
dilakukan dan mendapat dukungan yang kuat dari para Guru. Dengan demikian diharapkan setelah
In-House Training dilakukan kemampuan Guru dalam menyusun kelengkapan mengajar akan
meningkat.

B. Hasil yang diperoleh pada Siklus 1


Tabel 6: Hasil In-House Training Tahap 1

GURU PJOK GURU SKI


GURU KELAS 4 (RUMPUN MAPEL (RUMPUN PAI)
NO. NAMA GURU %
UMUM)
Pr Pr Pr RP Pr Pr Pr RP Pr Pr Pr RP
o o o P o o o P o o o P
T Me Pe T Me Pe T Me Pe
a s m a s m a s m
Abu Syafiq, S.Pd v v v v
1 75,
0
Guru Kelas
Tarbiyah, SPd.I v v v v
2 75,
0
Guru Kelas
Salimah, S.Pd.I v v v v 41,
3 0
Guru Kelas
ZAINI, S.PdI v v v
4 75,
0
Guru PJOK
MALIKHATUN, S.Pd.I v v v 41.
5 6
Guru Kelas
RUKHIYAH, S.Pd.I v v v v
6 83.
3
Guru Kelas
FAUZI, S.Ag, M.Pd v v
7 66.
6
Guru SKI
Jumlah 8 8 5 7 4 5 1 8 3 4 1 7
Prosentase (%) 88, 88, 55, 77, 44, 55, 11, 88, 33, 44, 11, 77, 58,
89 89 56 78 44 56 11 89 33 44 11 78
23

Pada siklus 1 berdasarkan data dari table diatas dapat dijelaskan bahwa seluruh Guru sudah mulai
menyusun kelengkapan mengajar walaupun belum ada seorangpun Guru yang berhasil
menyelesaikan kelengkapan mengajar dengan lengkap namun demikian sudah ada satu orang

22
Guru menyelesaikan 83%, tiga orang Guru menyelesaikan 75% dan yang lainnya masih dibawah 70%
dan yang paling rendah (paling sedikit) berhasil menyusun kelengkapan mengajar adalah
sebesar 16,6%.

Kelengkapan mengajar yang paling banyak terselesaikan pada siklus 1 adalah Prota (Program
Tahunan) dan Promes (Program Semester) kelas 6 yaitu sebesar 88,89%. Ini berarti ada
kecenderungan Guru memulai menyusun kelengkapan mengajar dari siswa yang terbaru yaitu
siswa kelas 6 kemungkinan Guru memprioritaskan siswa baru karena dianggap lebih perlu
diperhatikan terutama dalam proses belajar mengajar dibanding kelas diatasnya karena
masih dalam tahap penyesuaian sehingga perlu dirancang terlebih dahulu. Kemungkinan lain
ada kecenderungan terbiasa memulai sesuatu dari yang terendah kemudian meningkat ke yang
lebih tinggi seperti halnya berhitung selalu mulai dari satu.

Selain data seperti telah dijelaskan diatas, terdapat satu data yang menggambarkan bahwa ada
seorang Guru yang baru menyelesaikan kelengkapan mengajar hanya 16,6%. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya, mungkin yang bersangkutan belum lancar
menggunakan computer karena dalam mengerjakan tugas tersebut tugas (kelengkapan mengajar)
dikumpul dalam bentuk file. Kemungkinan lain yang bersangkutan masih belum begitu paham cara
menyusun kelengkapan mengajar tersebut sehingga menjadi lambat dalam mengerjakannya. Atau
mungkin juga karena yang bersangkutan tidak meluangkan waktu untuk focus pada penyelesaian
tugas tersebut.

Selanjutnya dari table terlihat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) kelas 6I juga 88,9%
tersusun oleh Guru. Bahkan ada Guru yang belum menyusun Prota (Program Tahunan) dan
Promes (Program Semester) untuk kelas 6I namun sudah menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) untuk siswa kelas 6I. Hal ini kemungkinan disebabkan karena Guru tersebut
menganggap bahwa Prota dan Promes untuk kelas 6 sama saja dengan Prota dan Promes kelas
6I sehingga bisa saja disusun belakangan yang penting sudah ada RPPnya

Secara umum, pada siklus 1 sudah seluruh Guru mulai menyusun kelengkapan mengajar (58,23%
) namun demikian masih perlu dilakukan tindak lanjut terhadap kegiatan In-House Training
tersebut karena indicator keberhasilan In-House Training ini adalah 100% Guru berhasil
menyelesaikan penyusunan kelengkapan mengajar.

23
Setelah dilakukan refleksi terhadap siklus 1 ternyata ada dua hal yang perlu mendapat perhatian
sebagai tindak lanjut yaitu:
1. Prosentase Guru yang menyelesaikan kelengkapan mengajar belum mencapai 100%
2. Kelengkapan mengajar yang telah disusun oleh Guru ternyata masih belum sepenuhnya
sesuai dengan panduan/pedoman sehingga masih perlu penyempurnaan seperti termuat pada
lampiran (table refleksi siklus 1)

C. Hasil yang diperoleh pada Siklus 2.


Pada siklus 2, In-House Training dilakukan untuk menyempurnakan hasil yang diperoleh pada siklus
1 karena setelah dilakukan refleksi ternyata ada dua hal yang perlu ditingkatkan yaitu:
1. Prosentase Guru yang menyelesaikan kelengkapan mengajar belum mencapai 100%
2. Kelengkapan mengajar yang telah disusun oleh Guru ternyata masih belum sepenuhnya sesuai
dengan yang diharapkan yaitu masih perlu penyempurnaan.
Setelah melalui In-House Training tahap 2 yang dilakukan pada tanggal 22 Januari 2020 dan diberi
waktu tambahan selama 5 hari untuk menyelesaikan tugas penyusunan kelengkapan mengajar yang
terdiri dari Prota (Program Tahunan) Promes (Program Semester), Propem (Program Pembelajaran)
dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), maka hasil dari kegiatan tersebut adalah seperti
table berikut:

Tabel 7: Hasil In-House Training Tahap 2

NAMA GURU/ GURU PJOK GURU SKI


GURU KELAS 4 (RUMPUN MAPEL (RUMPUN PAI)
NO. %
UMUM)
MATA Pr Pr Pr Pr Pr Pr RP Pr Pr Pr
PELAJARAN RP RPP
o o o P o o o P o o o
T Me Pe T Me Pe T Me Pe
a s m a s m a s m
Abu Syafiq, S.Pd v v v v 100,0
1
Guru Kelas
Tarbiyah, SPd.I v v v v 100,0
2 Guru Kelas
Salimah, S.Pd.I v v v v 100,0
3 Guru Kelas
ZAINI, S.PdI V v v v 100,0
4 Guru PJOK
MALIKHATUN, S.Pd.I v v v v 100,0
5 Guru Kelas
6 RUKHIYAH, S.Pd.I v v v v 100,0
Guru Kelas
24
FAUZI, S.Ag, M.Pd v v v 83,0
7
Guru SKI
Prosentase (%) 10 100 87, 100 77, 10 88, 88, 88, 87, 7 87,
0 5 7 0 8 8 8 5 5 5

25
Dari table 7 di atas terlihat bahwa telah terjadi peningkatan prosentase Guru yang berhasil
menyelesaikan penyusunan kelengkapan mengajar yaitu 58,23% menjadi 91,6%. Dari table juga
terlihat bahwa seluruh Guru telah meningkat kemampuannya dalam menyusun kelengkapan
mengajar hal tersebut dapat dilihat dari prosentase kelengkapan mengajar yang diselesaikan pada
siklus 1 dan dibandingkan dengan prosentase kelengkapan mengajar yang diselesaikan pada
siklus 2.
Agar lebih jelas, peningkatan prosentase tersebut seperti pada table berikut:
Tabel 8: Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menyusun Kelengkapan Mengajar

PROSENTASE PROSENTASE
NO NAMA GURU PENINGKATA
PADA SIKLUS 1 PADA SIKLUS 2
. N
1 ABU SYAFIQ, S.Pd 75,0% 100% 25,0%
2 TARBIYAH, S.Pd.I 75,0% 100% 25,0%
3 SALIMAH, S.Pd.I 41,0% 100% 59,0%
4 ZAINI, S.Pd.I 75,0% 100% 25,0%
5 MALIKHATUN, S.Pd.I 41,6% 100% 58,4%
6 RUKHIYAH, S.Pd.I 83,3% 100% 16,7%
7 FAUZI, S.Ag, M.Pd 66,6% 83,0% 16,4%

Secara umum seluruh Guru telah terjadi peningkatan kemampuan dalam penyusunan kelengkapan
mengajar. Namun seperti data yang terlihat pada table 8 di atas masih ada dua orang Guru belum
berhasil menyelesaikan keseluruhan kelengkapan mengajar yang ditargetkan. Menurut
pengamatan penulis, salah satu dari dua orang Guru tersebut dikarenakan belum menguasai
keterampilan komputer sehingga dalam mengerjakan tugas tersebut sangat terhambat. Sedangkan
seorang lagi, menurut pengamatan penulis sebenarnya cukup menguasai keterampilan komputer
namun yang bersangkutan kebetulan pada saat tugas diberikan ada masalah keluarga sehingga
belum sempat menyelesaikan tugas yang diberikan.

Tindak lanjut dari siklus 2 adalah:


1. Peserta (Guru) yang belum menguasai keterampilan komputer tersebut dilakukan mentoring
dan diberi tambahan waktu untuk menyelesaikan penyusunan kelengkapan mengajar.
2. Peserta yang ada masalah keluarga tersebut diberi kebijakan berupa tambahan waktu
untuk menyelesaikan penyusunan kelengkapan mengajar tersebut.

26
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan data yang dihimpun serta diinterpretasikan oleh penulis, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Secara keseluruhan Guru MI Raudlatul Athfal Astana menyatakan penting untuk
memiliki kelengkapan mengajar.
2. Sebagian besar Guru MI Raudlatul Athfal Astana merasa bahwa pengalaman mengajarnya
masih minim pada mata pelajaran yang diajarkan, latar belakang pendidikan tidak
begitu sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan dan pengetahuan tentang
penyusunan kelengkapan mengajar masih kurang.
3. Seluruh Guru MI Raudlatul Athfal Astana menghendaki adanya In-House Training
penyusunan kelengkapan mengajar.
4. 100% Guru memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti In-House Training dan memiliki
keinginan yang kuat untuk membuat kelengkapan mengajar dan akan menggunakan
kelengkapan mengajar tersebut sebagai penunjang proses pembelajaran.
5. Pada Siklus 1 terdapat 58,23% Guru berhasil menyelesaikan penyusunan kelengkapan
mengajar dan pada Siklus 2 terdapat 91,66% Guru berhasil menyelesaikan penyusunan
kelengkapan mengajar. Jadi ada peningkatan kemampuan Guru dalam menyusun
kelengkapan mengajar sebesar 33,43%
6. Untuk meningkatkan kemampuan Guru dalam menyusun kelengkapan mengajat pada MI
Raudlatul Athfal Astana dapat dilakukan melalui kegiatan In-House Training.

B. Saran
Sebagai bagian akhir dari penulisan ini, ada beberapa saran yang perlu penulis
kemukakan berkaitan dengan “peningkatan kemampuan Guru dalam menyusun
kelengkapan mengajar melalui In-House Training pada MI Raudlatul Athfal Astana” yaitu:
1. Bagi kepala sekolah hendaknya secara berkala melakukan pemeriksaan terhadap
kelengkapan mengajar Guru, agar para Guru senantiasa melaksanakan proses
pembelajaran secara terencana.
27
2. Kepala sekolah perlu melakukan bimbingan kepada para Guru khususnya dalam
penyusunan kelengkapan mengajar terutama kepada Guru yang masih pemula atau Guru
yang mengajar bukan pada bidangnya karena ada kecenderungan mengalami kesulitan
dalam menyusun kelengkapan mengajar.
3. Kepala sekolah perlu melakukan kegiatan penyegaran kepada para Guru agar dapat
mengikuti perkembangan dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam penyusunan
kelengkapan mengajar. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan In-House Training
4. Bagi Guru hendaknya setiap awal tahun pelajaran menyusun kelengkapan mengajar sesuai
dengan standarisasi yang berlaku. Selanjutnya, kelengkapan mengajar yang telah disusun
hendaknya digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran.
5. Guru yang pengetahuan dan pengalamannya masih kurang agar dapat meminta bimbingan
atau berkoordinasi dengan teman sejawat yang lebih berpengalaman atau meminta
bimbingan kepada kepala sekolah atau yang ditunjuk.

28
DAFTAR PUSTAKA

Rahmat Saripudin, Tuesday, 28 October 2008 14:51, Peningkatan Mutu Pembelajaran.


Media Kita. Nurulfikri.sch.id/inde6.php
http://rastodio.com/pendidikan/pengertian-mengajar.html (diakses tanggal 2
Januari
2020) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar


Nasional Pendidikan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
BSNP.2007.Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta.Depdiknas.
Dadang Dahlan, In-house Training sebagai Sarana Peningkatan Kualitas Guru
Tsanawiyah, file.upi.edu/al.php
Dhony Firmansyah,S.Si.2008.Karya Tulis disampaikan dalam Pelatihan “Sukses
Membuat Proposal Penelitian yang Bermutu” Kumiko Education Centre.

29
BERITA ACARA SEMINAR

Pada hari Senin tanggal 20 Januari 2020 Bertempat di MI Raudlatul Athfal


Astana Kecamatan Carenang Kabupaten Serang telah dilaksanakan
kegiatan Seminar Pendidikan. Pada kegiatan tersebut dipaparkan hasil
penelitian di bidang pendidikan dengan judul ,
“Refleksi Hasil Kegiatan Pengamatan Siklus Ke-1 Penelitian
Tindakan Kepengawasan (PTKp): Meningkatkan Kemampuan Guru
dalam Menyusun Kelengkapan Mengajar melalui In House Training di
MI Raudlatul Athfal Astana “. Yang disajikan oleh : H. KHOLID, M.Pd.
Hadir pada kegiatan ini 8 orang peserta.

Ketua Panitia Notulis

FAUZI, S.Ag, M.Pd ABU SYAFIQ,


S.Pd NIP. -
NOTULA SEMINAR

Tangal : 20 Januari 2020


Tempat : MI Raudlatul Athfal Astana Kecamatan Carenang
Kabupaten Serang
Acara : Refleksi Hasil Kegiatan Pengamatan Siklus Ke-1
Penelitian Tindakan Kepengawasan (PTKp): Meningkatkan Kemampuan
Guru dalam Menyusun Kelengkapan Mengajar melalui In House Training
di MI Raudlatul Athfal Astana
Notulis : ABU SYAFIQ, S.Pd

1) Resume Pemaparan Narasumber

Kegiatan Penelitian Tindakan Kepengawasan ini merupakan salah


satu bagian dari tugas kepengawasan dalam rangka memecahkan segala
persoalan yang dihadapi, baik oleh guru, kepala madrasah mengelolan
lembaga pendidikan. Bagi pengawas, kegiatan ini dilakukan dalam rangka
membuat peta dan identifikasi permasalahan yang dihadapi dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari.
Kegiatan PTKp ini bertujuan untuk menganalisis segala
permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing madrasah binaan untuk
kemudian secara bersama-sama mencari jalan penyelesaian dan mencari
solusi melalui tindakan-tindakan tertentu yang relevan dengan
permasalahan yang ada.
Masalah yang dihadapi di MI Raudlatul Athfal Astana ini adalah
kelengkapan administrasi mengajar guru yang masih belum atau bahkan
jauh dari kata memenuhi standar administrasi yang seharusnya dimiliki
oleh guru. Oleh karenanya, penting bagi pengawas pembina dengan
dibantu oleh kepala Madrasah dan seluruh dewan guru MI Raudlatul
Athfal untuk bersama-sama menyelesaikan yang dihadapi sehingga bisa
terpenuhinya standar administrasi yang sesuai ketentuan.

2) Tanya Jawab:
1. Tarbiyah
Apa saja standar minimal administrasi atau kelengkapan
mengajar yang harus dimiliki oleh guru tersebut?

Jawaban Narasumber:
Standar minimal administrasi yang harus dimiliki oleh guru
tersebut adalah analisis kalender pendidikan, program tahunan,
program semester, silabus, RPP, kisi-kisi soal

2. Salimah
Kegiatan yang akan dilakukan sebagai bentuk tindakan untuk
mengatasi masalah ini dengan cara apa??
Jawaban Narasumber :
In House Training atau pelatihan yang dilakukan di madrasah ini
sesuai dengan dimana masalah itu ada
Hal : Undangan Serang, 20 Januari 2020

Kepada:
Yth Bapak/Ibu………………………………..
di-
tempat

Dengan hormat
Salam sejahtera semoga kita semua senantiasa dalam
lindungan Allah SWT, dan senantiasa diberikan kekuatan dalam
menjalankan aktifitas sehari-hari.
Dalam rangka melaksanakan penelitian dan pengembangan
untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan serta
meningkatkan kompetensi pengawas, terutama di bidang penelitian dan
pengembangan bidang pendidikan, maka bersama ini kami mengharapkan
kehadiran Bapak/ Ibu pada:
Hari : Senin
Tanggal : 20 Januari 2020
Pukul : 08.00 WIB s.d.
Selesai
Tempat : MI Raudlatul Athfal Astana Kecamatan Carenang
Kabupaten Serang
Acara : Refleksi Hasil Kegiatan Pengamatan Siklus Ke-1
Penelitian Tindakan Kepengawasan (PTKp): Meningkatkan Kemampuan
Guru dalam Menyusun Kelengkapan Mengajar melalui In House Training
di MI Raudlatul Athfal Astana

Demikian undangan ini kami sampaikan. Atas perhatian dan


kerjasamanya, kami ucapkan terimakasih.

Wassalam,
Ketua
Panitia,

FAUZI, S.Ag,
M.Pd
NIP. -
BERITA ACARA SEMINAR

Pada hari Sabtu tanggal 25 Januari 2020 Bertempat di MI Raudlatul Athfal


Astana Kecamatan Carenang Kabupaten Serang telah dilaksanakan
kegiatan Seminar Pendidikan. Pada kegiatan tersebut dipaparkan hasil
penelitian di bidang pendidikan dengan judul ,
“Refleksi Hasil Kegiatan Pengamatan Siklus Ke-2 Penelitian
Tindakan Kepengawasan (PTKp): Meningkatkan Kemampuan Guru
dalam Menyusun Kelengkapan Mengajar melalui In House Training di
MI Raudlatul Athfal Astana “. Yang disajikan oleh : H. KHOLID, M.Pd.
Hadir pada kegiatan ini 8 orang peserta.

Ketua Panitia Notulis

FAUZI, S.Ag, M.Pd ABU SYAFIQ,


S.Pd NIP. -
NOTULA SEMINAR

Tangal : 25 Januari 2020


Tempat : MI Raudlatul Athfal Astana Kecamatan Carenang
Kabupaten Serang
Acara : Refleksi Hasil Kegiatan Pengamatan Siklus Ke-2
Penelitian Tindakan Kepengawasan (PTKp): Meningkatkan Kemampuan
Guru dalam Menyusun Kelengkapan Mengajar melalui In House Training
di MI Raudlatul Athfal Astana
Notulis : ABU SYAFIQ, S.Pd

1) Resume Pemaparan Narasumber

Segala masalah yang dianggap masih belum terselesaikan dan


output kegiatan yang masih belum menunjukan hasil yang memuaskan,
sudah dilakukan peninjauan untuk kemudian dilakukan review dan revisi
sebagai dasar untuk melakukan tindakan pada siklus yang ke-2.
Berdasarkan pengamatan dan penilaian dari tindakan yang telah
dilakukan pada siklus yang ke-2, sebagian besar guru atau bahkan hampir
100% telah menyusun administrasi guru sesuai dengan standar minimal
administrasi yang seharusnya dimiliki oleh guru.

2) Tanya Jawab:
1. Zulfah
Kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan oleh guru apa??

Jawaban Narasumber:
Selanjutnya, guru harus terus aware atau perduli terhadap
pentingnya adminisrasi persiapan dan kelengkapan pelaksanaan
tugasnya, terutama bagi guru2 yang PNS dan yang sudah
tersertifikasi.

2. Tarbiyah
Permohonan agar pengawas terus senantiasa melakukan
pemeriksaan pada setiap semester untuk memastikan bahwa guru
memiliki administrasi mengajar.?

Jawaban Narasumber :
Pengawasan dan Supervisi sudah merupakan tugas dari pengawas.
Oleh karenanya, hal itu pasti akan trus dilakukan dalam rangka
pelaksanaan tugas dan memastikan bahwa penyelenggaraan
pendidikan sudah sesuai ketentuan.
Hal : Undangan Serang, 25 Januari 2020

Kepada:
Yth Bapak/Ibu………………………………..
di-
tempat

Dengan hormat
Salam sejahtera semoga kita semua senantiasa dalam
lindungan Allah SWT, dan senantiasa diberikan kekuatan dalam
menjalankan aktifitas sehari-hari.
Dalam rangka melaksanakan penelitian dan pengembangan
untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan serta
meningkatkan kompetensi pengawas, terutama di bidang penelitian dan
pengembangan bidang pendidikan, maka bersama ini kami mengharapkan
kehadiran Bapak/ Ibu pada:
Hari : Sabtu
Tanggal : 25 Januari 2020
Pukul : 08.00 WIB s.d.
Selesai
Tempat : MI Raudlatul Athfal Astana Kecamatan Carenang
Kabupaten Serang
Acara : Refleksi Hasil Kegiatan Pengamatan Siklus Ke-2
Penelitian Tindakan Kepengawasan (PTKp): Meningkatkan Kemampuan
Guru dalam Menyusun Kelengkapan Mengajar melalui In House Training
di MI Raudlatul Athfal Astana

Demikian undangan ini kami sampaikan. Atas perhatian dan


kerjasamanya, kami ucapkan terimakasih.

Wassalam,
Ketua
Panitia,

FAUZI, S.Ag,
M.Pd
NIP. -
DOKUMENTASI KEGIATAN

1. Pra PTKp (identifikasi masalah melalui supervisi administrasi guru)

2. Pelaksanaan In House Training (IHT)


3. Domumentasi Seminar 1 (Refleksi Siklus 1)

Anda mungkin juga menyukai