Anda di halaman 1dari 2

Nama: Annida Yasti Sari

NPM: 212121019
KELAS: 2A
PRODI: PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

Identitas Buku:
Judul: Khotbah di Atas Bukit
Penerbit: Bentang Budaya
Tahun terbit: 1976
Tebal Halaman: 260

Resensi Buku Khotbah di Atas Bukit


Karya Kuntowijoyo

Novel ini menceritakan tentang Barman, laki-laki tua yang sejak awal menjadi kepala
keluarga. Barman selalu berpindah tempat tinggal, karena ia seorang diplomat. Barman hidup
bersama anaknya yaitu Boby, dan istrinya telah meninggal dunia ketika Boby masih kecil.
Semenjak istrinya meninggal ia memuaskan nafsunya bersama wanita-wanita penghibur.
Kehidupan Barman terbilang mewah dan serba berkecukupan, sehingga wanita menjadi dunia
hiburannya. Setelah pensiun, Barman membuka usaha percetakan, namun lama-kelamaan ia
merasa jenuh. Dan usaha tersebut diteruskan oleh anaknya. Melihat sang ayah yang selalu
terlihat kurang bersemangat, Boby akhirnya membawa ayahnya ke dokter. Namun, ternyata
Barman tidak mempunyai masalah kesehatan apapun. Dokter hanya memberi saran
kehidupan Barman seharusnya diisi dengan ketenangan dan menikmati kehidupan. Karena
mendengar saran dari dokter tersebut, Boby selalu berusaha membuat Barman bahagia. Boby
sampai memilihkan seorang wanita yaitu Popi untuk menemani dan membahagiakan sang
ayah.
Popi adalah seorang wanita cantik, yang dulunya merupakan wanita penghibur. Ia memiliki
keinginan untuk terlepas dari masa lalunya yang penuh dosa, dan bersedia menjadi pasangan
Barman meski jarak usianya yang cukup jauh. Pada awalnya kehidupan mereka berdua cukup
bahagia, karena Popi selalu berusaha membahagiakan Barman. Tetapi, semua itu berubah
ketika Barman bertemu dengan Humam.
Barman menjadi sangat akrab dengan Humam, sampai-sampai Barman terpengaruh oleh
kata-kata dan pemikiran Humam, seperti kata-kata “milikmu adalah belenggumu”. Kata
tersebut selalu ada dalam pikiran Barman. Namun, ketika ia pulang ke rumah dan melihat
Popi ia menjadi sedikit melupakan Barman, dan merasa perkataan-perkataan Humam itu
tidak masuk akal. Namun, setelah itu Humam meninggal dunia, dan kematiannya sangat
misterius. Barman berpikir ia akan mengikuti ajaran-ajaran Humam, dan keyakinan tersebut
semakin bulat karena Humam ternyata menulis wasiat untuk mewariskan rumahnya kepada
Barman. Barman akhirnya tinggal di rumah Humam dan meninggalkankan Popi dengan
semua kenangannya. Di rumah tersebut, ternyata Barman menemukan kebahagiaan yang
sangat besar. Ia merasa tidak ada penderitaan lagi dalam hidupnya.
Suatu hari Barman melakukan sesuatu yang tidak biasa, ia turun dari bukit pada malam hari
dan melihat aktivitas masyakarat, ia bertanya kepada warga-warga yang tertidur di emperan
jalan, “berbahagiakah engkau?”. Lalu keesokan harinya keadaan pasar menjadi gempar,
terutama penjaga malam merasa kejadian semalam itu nyata. Sampai akhirnya salah satu
warga mengetahui bahwa yang menyerukan kata tersebut adalah Barman. Semua warga
berbondong-bondong pergi ke rumah Barman. Barman dikerumuni oeh warga-warga yang
menanyakan kejadian semalam, dan menanyakan kenapa mereka tidak bahagia, namun
Barman bingung dan tidak tahu harus menjawab apa. Akhirnya Barman mengajak semua
warga naik ke atas puncak bukit. Lalu Barman.berkhotbah di atas bukit tersebut.
Isi khotbah tersebut yaitu Barman menyerukan agar warga membunuh mereka sendiri. Ia
mengatakan bahwa hidup itu tidak artinya dan mati adalah kebahagiaan sebenarnya. Barman
mengakhiri hidupnya selain itu penjaga pasar yang bernama Pak Jaga juga ikut bunuh diri,
namun jasadnya tidak ditemukan. Setelah kematian Barman, Popi memutuskan untuk
meninggalkan rumah, dan ia memutuskan untuk pergi bersama laki-laki yang ia dambakan.
Kekurangan novel ini terlalu banyak simbol atau kata-kata yang sulit dipahami oleh
pembaca, mungkin karena novel ini bersifat sufistik dan menceritakan filsafat hidup
manusia, tetapi penulis menyajikan banyak nilai-nilai yang terkandung dalam novel ini
misalnya nilai religius, nilai pendidikan, dan nilai sosial.
Melalui novel ini kita bisa melihat ketidakpuasan manusia dalam menikmati hidup yang
digambarkan oleh tokoh Barman, meskipun ia sudah tercukupi dalam hal materi, dan
memiliki perempuan yang sangat cantik ia tidak bersyukur lalu akhirnya tersesat di jalan
yang salah. Selain itu, tokoh Bobby dalam novel ini menggambarkan seoarang anak berbakti
yang selalu berusaha membahagiakan orang tuanya, dan Poppy menggambarkan seseorang
yang bersungguh-sungguh ingin bertobat dari dosa yang telah dilakukan di masa lalu.
Buku ini sangat menarik, terkhusus bagi orang-orang yang ingin memperkuat iman,
membaca buku ini sangat direkomendasikan, karena penulis menyampaikan pesan melalui
novel ini agar manusia harus memiliki iman dan taqwa, jangan sampai mudah goyah dengan
ajakan-ajakan orang lain ke arah yang tidak benar.

Anda mungkin juga menyukai