Anda di halaman 1dari 4

Identitas Buku :

Judul : Khotbah di Atas Bukit


Penulis : Kuntowijoyo
Penerbit : Bentang
Cetakan : I. 2008
Tebal : IV + 198 hlm; 20,5 cm

Unsur Intrinsik :

1. Tema : tema dari novel ini adalah mengenai pencarian ketenangan hidup
yang berhubungan dengan kebebasan yang selama ini telah membelenggu
seperti, kebosanan pikiran, ingatan dan cita-cita yang membuat hidup tokoh
menjadi menderita. Pengarang menggambarkan tema melalui tokoh utama
Barman, seorang kakek tua, seorang pensiunan yang mengasingkan diri ke
villa di pegunungan bersama seorang wanita cantik untuk menjalani
kehidupan yang tenang. Sebuah kehidupan yang jauh dari proses berpikir,
bekerja dan hiruk pikuk keramaian kota. Barman memang sudah harus
berjauhan dengan aktivitas kesibukan yang dulu pernah ia jalani sebagai
seorang pegawai negeri.

2. Alur : plot novel ini menggunakan alur campuran, dan maju mundur.

3. Tokoh : tokoh dalam novel ini, yaitu : Barman, Popi, Humam, Bobi, dan
Dosi.

4. Penokohan :

a. Barman : penyayang, tidak konsisten, haus akan kasih wanita, keras


kepala.
b. Popi : perhatian, penyayang, setia, penurut, pintar, rajin;
c. Bobi (anak barman) : penyayang, pengertian, perhatian, patuh;
d. Dosi( menantu barman) : baik, perhatian; dan
e. Humam(sahabat barman) : pemalas, baik hati, penghasut.

5. Latar : terdapat 3 latar, yaitu suasana, waktu, dan tempat. Datanya


sebagai berikut :
a. Latar Tempat : di bukit, di rumah bobi, rumah humam, di pasar;
b. Latar Waktu : pagi hari, siang, sore, malam hari; dan
c. Latar Suasana : penuh kebahagiaan, sedih, penuh rasa keheranan.

6. Sudut Pandang : sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang dari
pengarang.

7. Amanat : Pada novel ini, memiliki pesan moral yang berwujud religius,
termasuk di dalamnya yang bersifat keagamaan dan kritik sosial. hal itu
mungkin disebabkan banyaknya masalah kehidupan yang tidak sesuai
dengan harapannya, kemudian mereka mencoba menawarkan solusi yang
ideal. Pesan keagamaan yang dituangkan dalam novel ini tersirat pada
penggambaran tingkah laku masyarakat desa tersebut ketika mengetahui
orang yang dikagumi oleh mereka yaitu Barman telah meninggal. Satu
persatu dari mereka ikut melakukan hal yang sama yang terjadi pada Barman
dengan cara yang tidak wajar yaitu bunuh diri. Hal itu terjadi karena tidak
ada iman di dalam diri mereka, mereka merasa jalan hidup yang terbaik
untuk mencapai ketenangan adalah dengan jalan meninggal. Padahal yang
ingin disampaikan Humam sebenarnya adalah arti ketenangan hidup yang
sebenarnya yaitu bebas dari kehidupan dunia yang fana.

Sinopsis Novel :

Barman adalah seorang yang sudah sangat tua, dia menghabiskan masa tuanya di
sebuah perbukitan yang tenang bersama Popi wanita cantik yang telah disiapkan
oleh anaknya, Bobi. Bobi tahu betul Popi adalah perempuan yang tepat untuk
menemani papinya yang sudah tua itu dalalm menghabiskan masa pensiun atau
barang kali sampai akhir hidup papinya.
Perjalanan ke bukit itu jadi semacam mimpi indah untuk Barman tua. Popi
dengan telaten dan penuh kesabaran merawatnya dan melayani semua kebutuhan
Barman tua. Barman sebenarnya sudah lama di rekomendasikan oleh dokter
pribadinya untuk tinggal di tempat yang hening dan nyaman. Barman ingin
menikmati kehidupan yang tenang jauh dari hiruk pikuk kehidupan di kota besar.
Barman tua ingin memulai sesuatu yang baru seperti dia dilahirkan tak membawa
apa-apa, juga pikirannya. Dia ingin sesuatu yang murni, Barman berharap kehidupan
yang murni di bukit ini. Tetapi ada sesuatu yang menurut Barman ada satu yang
kurang dari Popi. Barman tak pernah tahu kapan perempuan cantik itu bangun. Baru
setelah semuanya siap untuknya termasuk untuk mandi Barman mengetahui bahwa
wanita cantiknya itu telah bangun.
Suatu hari pada saat Barman tua berjalan di atas bukit, ia ditemui oleh seorang
lelaki yang sepantaran dengannya, yang kemudian menjadi sahabat baiknya di bukit
itu. Lelaki tua itu mengaku sebagai penjaga bukit ini. Tetapi aneh, dengan misterius
lelaki tua itu menghilang seperti kelinci. Sadar telah meninggalkan rumah cukup
lama, Barman pun pulang segera menemui popi.
Karena penasaran, keesokan harinya Barman mencari sendiri kemana lelaki tua
misterius itu menghilang. Secara tidak sengaja Barman menemukan rumah yang
beratapkan merah dan tembok berwarna putih, rumah cahaya pikir Barman. Karena
merasa lelah Barman tua pun memasuki rumah cahaya itu, rumah itu berantakan
sekali berbeda sekali dengan rumah yang ditepati bersama Popi cantik. Barman
memiliki firasat bahwa rumah ini adalah rumah milik lelaki tua misterius yang
menemuinya di bukit kemarin. Benar saja ternyata rumah itu adalah rumah orang
yang sedang dicari Barman. Lelaki tua misterius itu menyambut Barman dengan
baik. Disediakannya makkanan serta minuman. Setelah itu mereka pun berkenalan
dan berbagi cerita, Barman terpukau mendengar cerita lelaki tua itu. Dari pertemuan
ini diketahui nama lelaki tua misterius itu adalah Humam.
Beberapa hari kemudian Barman pergi lagi ke rumah Humam di atas bukit.
Humam menyambut kedatangan Barman, anehnya, berbeda sekali, rumah yang
kemarin sangat berantakan sekarang tertata apik dan rapi. Mereka semakin akrab
saja dan bersahabat. Mereka memutuskan untuk pergi memancing ke sungai
bersama. Menurut Humam kesendirian adalah hakikat kita. Barman binggung
dengan kata-kata Human.
Pada suatu hari Barman mengajak Popi berjalan-jalan ke pasar. Tak terduga
Barman tua menghilang, akhirnya Popi pulang sendiri. Pikir Popi, Barman tua akan
pulang dengan sendirinya. Dan benar tidak lama kemudian Barman tua pun pulang.
Kemudian Popi bercerita bahwa dia pernah merasakn bangku perkuliahan, tetapi
hanya dua tahun. Percakapan dengan Popi membuatnya gelisah. Semacam
kebijaksanaan juga pikirnya. Perempuan itu memberi masalah-masalah baru
baginya.
Barman tua menelfon anaknya Bobi untuk meminta dikirimkan kuda. Bobi pun
setuju dan mengirimkan kuda dan kandang dan orang yang mengerjakan kandang
itu. Pada suatu pagi Barman sedang sibuk di kandang kuda, Barman membuka dan
menuntun kudanya keluar. Ia ingin menunjukkan pada Humam bahwa selain kuda
itu, ia tak suka berpikir lagi.
Setelah kepergian Humam sahabatnya Barman menjadi kehilangan arah, dia
sering mrnrbak-nebak tentang apa yang dialami oleh Humam. Barman pun
meneruskan ajaran Humam dan mendapatkan banyak pengikut yang menganggap
bahwa Barman akan memberikan kesenangan dan kedamaian kepada mereka.
Barman pun akhirnya meninggalkan Popi cantik.
Pada saat Barman berkhotbah di atas bukit, ia merasa bahwa hidupnya tak
penting lagi. Dan Barman tua pun akhirnya mengakhiri hidupnya dengan cara
melompat ke jurang. Cara Barman pun diikuti oleh pengikutnya satu per satu.
Setelah mengetahui kematian Barman, Popi cantik pun meninggalkan villa yang
pernah ditempati dengan Barman dan pergi bersama seorang sopir truk untuk
melampiaskan hasrat seksualnya.

Anda mungkin juga menyukai