KARYA ILMIAH
FRANSISKA SITUMORANG
092401046
Kandungan Asam Lemak Bebas (ALB), kadar air, dan kadar kotoran yang
terdapat dalam minyak sawit merupakan salah satu penentuan mutu minyak sawit.
Asam Lemak Bebas (ALB) ini tidak diinginkan dalam minyak kelapa sawit
karena dapat menyebabkan minyak tersebut berbau tengik dan dapat
memperpendek masa penyimpanan.
Kandungan Asam Lemak (ALB) dapat ditentukan dengan menggunakan
metode titrimetri, dan untuk kadar kotoran dan kadar air dilakukan dengan metode
gravimetri. Hasil analisa yang diperoleh untuk kadar asam lemak bebas
maksimum sebesar 6,04 %, kadar air maksimum sebesar 0,0704 %, dan kadar
kotoran maksimum sebesar 0,00031 % untuk CPO pada tangki penyimpanan
selama 5 hari. Standar Nasional Indonesia untuk kadar asam lemak bebas sebesar
<3,50 %, kadar air sebesar <0,10 %, dan kadar kotoran sebesar <0,02 %.
ABSTRACT
The concentration of Free Fatty Acid (FFA), water content, and levels of
impurities contained in palm oil is a principle determinant to quality of palm oil.
This Free Fatty Acid (FFA) is undersirable in the palm oil because it can make
the rancid to the oil self and shorthen the storage duration.
The concentration of Free Fatty Acid (FFA) can be determined by
titrimetry method, and for levels of dirt and moisture carried out by the
gravimetric method. The result of analysis obtained for free fatty acid levels to a
maximum of 6,04 %, maximum water content of 0,0704 %, and maximum dirt
content of 0,00031 % for CPO on the storage tank for 5 days. Indonesia National
Standard for free fatty acid levels of <3,50 %, levels of water impurities of <0,10
%, and levels dirt impurities of <0,02 %.
PENDAHULUAN
yang dapat tumbuh baik di daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000
mm/tahun dan kisaran suhu 22-320C. Saat ini 5,5 juta Ha lahan perkebunan kelapa
sawit di Indonesia telah memproduksi minyak kelapa sawit mentah (CPO) dengan
kapasitas minimal 16 juta ton per tahun dan merupakan produsen minyak sawit
dengan minyak zaitun dan VCO (Virgin Coconut Oil). Minyak sawit yang
Kadar asam lemak bebas dalam konsentrasi yang terikut dalam minyak sawit
sangat merugikan. Tinggi nya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen
minyak turun.
dalam minyak sawit. Kerusakan mutu minyak kelapa sawit dapat terjadi karena
lemak bebas. Sampai sekarang kriteria dalam penentuan mutu masih didasarkan
pada asam lemak bebas (ALB), kadar air, dan kadar kotoran.
Mutu rendemen hasil olah dikatakan bagus bila ketiga kriteria diatas
memenuhi persyaratan yaitu ALB, Kadar air, dan kadar kotoran. Pembentukan
ditentukan oleh dua faktor utama yaitu: Perlakuan buah akibat perlakuan yang
membusuk, dan waktu berselang antara saat pemotongan tandan dan saat mlai
diolah pabrik.
Selain itu mutu minyak juga tergantung pada mutu panen yaitu derajat
meningkatkan asam lemak bebas. Hal ini tentu banyak merugikan, sebab buah
Sehingga akan menurunkan mutu minyak sebaliknya pada buah yang mentah akan
sentrifugasi.
disaring. Akan tetapi kotoran-kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bisa
sama dengan minyak sawit. Air dapat menguap pada minyak sawit jika
dipanaskan pada suhu >1000C karena itu panas pada storage tank perlu dijaga 50-
550C untuk mengurangi pertambahan asam lemak bebas pada CPO. Kadar air
yang tinggi juga dapat menyebabkan asam lemak bebas semakin tinggi karena
Berdasarkan hal di atas maka penulis mengambil judul karya ilmiah ini adalah
Mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu kadar
asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran. Yang menjadi permasalahan
adalah berapakah kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran pada
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan antara kadar asam lemak bebas, kadar air, dan
2. Untuk mengetahui penentuan kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar
3. Untuk mengetahui besarnya kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar
minyak kelapa sawit di dalam memperoleh produksi CPO dengan kadar ALB,
kadar air, dan kadar kotoran yang rendah. Kenaikan kadar asam lemak bebas
(ALB) dapat diketahui setelah dilakukan analisa kadar asam lemak bebas pada
minyak sawit.
TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa sawit, didasarkan atas bukti- bukti fosil, sejarah dan Linguistik yang ada di
yakini berasal dari Afrika Barat. Di tempat asalnya ini, kelapa sawit ( yang
dibiarkan tumbuh liar di hutan- hutan) sejak awal telah di kenal sebagai tanaman
pangan yang penting. Oleh penduduk setempat kelapa sawit telah diproses secara
Eropa. Saat itu di Eropa mulai bermunculan industry atau pabrik ( antara lain
industry sabun dan margarin) yang membutuhkan bahan mentah/ baku untuk
operasionalnya. Minyak sawit dan minyak inti sawit yang muncul kemudian
adalah dua produk yang antara lain dibutuhkan bahan mentah/ bahan baku
tersebut. Maka jadilah minyak (dan minyak inti sawit) di butuhkan pasar Eropa
(Tim Penulis,1992)
kegunaan dari minyak sawit. Minyak sawit disamping digunakan sebagai bahan
mentah industri pangan, dapat juga digunakan bahan industri non pangan. Dalam
strategis karena komoditas ini punya prospek yang cerah sebagai sumber devisa.
goreng yang banyak dipakai di seluruh dunia, sehingga terus- menerus mampu
Industri lain yang menggunakan minyak sawit ini adalah industri margari,
sabun, dan industry kimia lainnya. Penghasil minyak sawit terbesar di dunia saat
ini adalah Malasyia dan disana kelapa sawit merupakan sumber devisa utama
sejak tahun 1970-an sehingga kedudukannya cukup mantap. Sampai saat ini
eksport minyak sawit Indonsia masih dalam bentuk minyak mentah atau Crude
Palm Oil (CPO), dan sebagian kecil dalam bentuk produk olahan yang merupakan
hasil samping dan pembuatan minyak goreng, sehingga nilai tambah yang di
Palmaceae, sub-famili Palminae, genus elaeis dan beberapa spesies antara lain :
Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah di kenal. Varietas
itu dapat di bedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah untuk
buah,
1. Dura
Tempurung dura cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran
sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan
persentase daging buah terhadap buah variasi antara 35- 50%. Kernel (
2. Pisifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hamper tidak ada, tetapi daging
buahnya tebal.
dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang
steril sebab bunga betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu dalam
3. Tenera
Varietas ini mempunyai sifat –sifat yang berasal dari kedua induknya,
Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara 60-96%. Tandan buah
yang di hasilkan oleh tenera lebih banyak dari pada dura, tetapi ukuran
4. Macro carya
sekali
Varietas ini mempunyai cirri khas dengan adanya dua lapisan daging buah.
Rendemen minyak tertinggi terdapat pada varietas tenera yaitu sekitar 22-
24 % sedangkan pada varietas Dura antara 16- 18 %. Sehingga tidak heran jika
lebih banyak perkebunan yang menanam kelapa sawit yang bervarietas Tenera
(Tim penulis,1997).
Kandungan asam lemak bebas (ALB) atau Free Fatty Acid (FFA)
berkaitan erat dengan kualitas minyak kelapa sawit, makin tinggi kandungan ALB
makin rendah kualitas minyak kelapa sawitnya. Maka dalam pelaksanaan panen
kualitas minyak kelapa sawit hasil olahan dan siap untuk di jual adalah 3 %.
minyak kelapa sawitnya hanya sekitar 0,1% tetapi waktu sampai dilokasi pabrik
pertama- tama terjadi peningkatan dalam skala kecil akibat terjadinya degradasi
biologis dalam buah (yaitu proses buah menjadi lewat matang atau mulai
membusuk). Peristiwa ini timbul karena pada saat tandan mencapai titik optimal
untuk didipanen, buah- buah yang berada di ujung tandan sudah lewat matang.
Penyebab kedua yang lebih besar dari penyebab pertama adalah jatuhnya tandan
buah ke tanah pada waktu panen yang menyebabkan terjadinya goresan atau
memar. Penyebab yang terbesar adalah yang ketiga, yang timbul akibat
Derajat kematangan yang baik yaitu jika tandan- tandan yang di panen
berada pada fraksi 1,2 dan 3. Secara ideal dengan mengikuti ketentuan dan criteria
matang panen dan terkumpulnya brondolan, serta pengankutan yang lancar, maka
dalam suatu pemanenan akan diperoleh komposisi fraksi tandan sebagai berikut:
seluruhnya
- Tandan yang terdiri dari fraksim 1 maksimal 20% dari jumlah tandan, dan
tandan.
menghindari hal tersebut, maksimal 8 jam setelah panen, TBS harus segera diolah.
Asam Lemak Bebas terbentuk karena adanya kegiatan enzim lipase yang
menjadi asam lemak dn gliserol. Kerja enzim tersebut semakin aktif bila struktur
sel buah matang mengalami kerusakan. Untuk itu, pengangkutan TBS ke pabrik
kelapa sawit yang berasal dari daging buah (Pericarp). Stasiun proses pengolahan
2. Rebusan (sterilizer).
3. Pemipilan (stripper)
5. Pemurnian (clarifier).
Sebelum diolah dalam PKS, tandan buah segar (TBS) yang berasal dari
a.Jembatan timbang
Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap angkutan TBS yang masuk ke
pabrik, yaitu pada saat masuk (berat truk dan TBS) serta pada saat keluar(berat
truk). Dari selisih timbangan saat truk masuk dan keluar, diperoleh barat bersih
TBS yang masuk ke pabrik. Umumnya, jembatan timbang yang digunakan PKS
b. Loading ramp
Loading ramp merupakan suatu bangunan dengan lantai berupa kisi-kisi pelat besi
hidrolis sehingga memudahkan dalam pengisian TBS ke dalam lori untuk proses
Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan dengan cara di
tarik menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik hingga memasuki
sterilizer. Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap pada temperatur
sekitar 135o C dan tekanan 2,0-2,8 kg/cm2 selama 80-90 menit. Proses perebusan
dilakukan secara bertahap dalam tiga puncak tekanan agar diperoleh hasil yang
dituangkan ke alat pemipil (thresher) dengan bantuan hoisting crane atau transfer
carriage. Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar
dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya. Brondolan yang keluar dari
bagian bawah pemipil dan ditampung oleh sebuah screw conveyor untuk dikirim
kebagian digesting dan pressing. Sementara, tandan kosong yang keluar dari
kirim ke hopper untuk dijadikan pupuk tandan kosong dan jika masih berlebihan
rpm. Tujuan utama dari proses digesting untuk mempersiapkan daging buah untuk
pengempaan.
persis dibawah digester. Pada pabrik kelapa sawit, umumnya digunakan screw
press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak dari daging buah.
Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw mendesak bubur buah.
Hal ini bertujuan untuk pengenceran sehingga massa buah bubur buah yang
lumpur, dan air. Pada proses pemurnian minyak kasar yang diperoleh dari hasil
pengempaan perlu dibersihkan dari kotoran ,baik yang berupa padatan, lumpur,
maupun air. Minyak dimurnikan dengan maksud agar tidak terjadi penurunan
Proses pemisahan minyak, air dan kotoran dilakukan dengan sistem pengendapan,
Alat ini dipakai untuk memisahkan pasir dari cairan minyak kasar yang
Untuk memudahkan pengendapan pasir, cairan minyak kasar harus cukup panas
115oC.
terikut minyak kasar. Benda-benda padat berupa ampas yang disaring pada
Saringan getar terdiri dari dua tingkat, tingkat atas memakai saringan mesh
2.4.5.4. Decanter
Decanter adalah alat untuk memisahkan minyak, air dan padatan (solid)
Bagian yang berputar merupakan tabung (bowl) yang dengan putaran 2000-
6000rpm, dan didalamnya terdapat ulir (screw conveyor) dengan putaran sedikit
lambat dari putaran tabung. Minyak kasar dari tangki penampungan di pompakan
melalui saringan berputar (brush stainer) dan pemisah awal (desander) masuk ke
dalam “buffer tank” untuk dipanasi dengan system injeksi uap sampai suhu 90-
100oC.
Perbedaan berat jenis ini menyebabkan lapisan minyak berada dibagian atas
sedangkan lapisan sludge dan lapisan lumpur berada dibagian bawah tangki dan
mengendap.
tangki pemisah ditampung dalam tangki ini untuk dipanasi lagi sebelum diolah
lebih lanjut pada sentripusi minyak. Diusahakan agar tangki ini tetap penuh untuk
menjaga agar pemanasan tetap 90-95oC, Sistem pemanasan dilakukan dengan pipa
spiral yang dialiri uap dengan tekanan 3 kg/cm2. Saringan uap dan “steam trap”
harus berfungsi baik dan kadar air minyak harus diusahakan kurang lebih 0,5-
Untuk memisahkan minyak yang berasal dari oil tank yang masih
mengandung air 0,50 – 0,70% dan kotoran 0,10 -0,30% dipergunakan alat
sentrifugal yang terjadi, kadar air dalam minyak hasil nya ; 0,30 – 0,40%,
akan turun.
dengan cara penguapan hampa.tekanan yang digunakan yaitu; 0,8 – 1,0 kg/cm3.
Air yang terbentuk dalam kondensor langsung ditampung pada tangki air panas
dibawah.
Alat ini berbentuk tabung silinder yang bagian bawahnya berbentuk kerucut.
Pemanasan dalam tangki ini dilakukan dengan sistem injeksi uap dan suhu cairan
Saringan ini dipakai untuk memisahkan serabut yang masih ada dalam
sludge sebelum diolah dalam sludge separator. Alat ini terdiri dari tabung silindar
ditengah –tengah silindar tersebut. Cairan yang telah tersaring keluar dari bagian
atas untuk menuju ke dalam desander, sedangkan serabut/ sampah dibuang dari
bagian bawah.
Untuk membuang pasir itu dipergunakan “sludge pre cleaner”. Alat ini pada
bagian atas berbentuk silinder, dan bagian bawah berbentuk konus yang terbuat
dari bahan keramik. Dibawah konus terdapat tabung pengendapan pasir. Cairan
dipompakan pada bagian samping atas dengan sistem siklus, sehingga cairan
sentrifugal. Gaya ini menyebabkan pasir turun dengan cepat melalui konus untuk
dibuang, sedangkan cairan tanpa pasir bergerak ke atas, dan keluar melalui poros.
Cairan sludge yang telah melalui brush strainer dan pre clainer,
dimasukkan ke dalam low speed separator ini untuk dikutip minyaknya. Dengan
gaya sentrifugal minyak yang berat jenisnya lebih kecil bergerak menuju ke poros
Buah kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Minyak yang berasal
dari daging buah (Mesokarp) berwarna merah. Jenis minyak ini di kenal sebagai
minyak kelapa sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO). Sedangkan minyak yang
kedua adalah berasal dari inti kelapa sawit, tidak berwarna,dikenal sebagai
Minyak sawit kasar (CPO) mengandung sekitar 500- 700 β-Caroten dan
merupakan bahan pangan sumber karoten alami terbesar. Oleh karena itu CPO
berwarna merah jingga. Di samping itu jumlahnya juga cukup tinggi. Minyak
sawit ini di peroleh dari mesokarp buah sawit melalui ekstraksi dan mengandung
sedikit air serta serat halus, yang berwarna kuning sampai merah dan berbentuk
semi solid pada suhu ruang. Adanya serat halus dan air pada sawit kasar tersebut
menyebabkan minyak sawit kasar tidak dapat di konsumsi langsung sebagai bahan
senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam
berkonsistensi setelah padat pada suhu kamar (konsistensi titik lebur banyak
ditentukan oleh kadar ALB-nya), dan dalam keadaan segar kadar asam lemak
Minyak sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak
yang berbeda- beda. Panjang rantai adalah 14- 20 atom karbon. Dengan demikian
trigliserida tersebut. Pada tabel 1 tercantum panjang rantai dan sifat- sifat asam
minggu sebelum matang. Kandungan minyak tertinggi dalam buah adalah pada
saat buah akan membrondolan (melepas dari tandannya). Karena itu kematangan
dari pembentukan lemak adalah penguraian atau hidrolisis lemak menjadi gliserol
“kematian”, yaitu saat buah membrondol atau saat tandan dipotong dan terlepas
hubungannya dengan pohon. Proses hidrolisis dikatalisis oleh enzim lipase yang
juga terdapat dalam buah, tetapi berada di luar sel yang mengandung minyak.
tertentu) juga dapat terjadi bila suasananya sesuai, yaitu pada suhu rendah
dibawah 500C, dan dalam keadaan lembab dan kotor. Oleh karena itu minyak
diatas 900C seperti pada pemisahan dan pemurnian akan menghancurkan semua
organisme dan menonaktifkan enzimnya. Pada kadar air kurang dari 0,8%
2003).
Keunggulan minyak selain tersusun dari asam lemak tidak jenuh dan asam
lemak jenuh juga mengandung Beta karoten atau pro-vitamin A yang sangat
diperlukan dalam prose metabolisme dalam tubuh manusia dan sebagai anti
(Pardamean,2008).
Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang dilapisi
kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34- 40 %. Minyak kelapa
sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.
Rata-rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat di lihat pada Tabel 2.
Kelapa Sawit
% (persen) % (persen)
Asam kaprilat - 3– 4
Asam kaproat - 3- 7
Asam laurat - 46 – 52
Asam oleat 39 - 45 13 – 19
Kandungan karoten dapat mencapai 1000 atau lebih, tetapi dalam minyak dari
jenis tenera kurang lebih 500 – 700 , kandungan tokoferol bervariasi dan
Akhir – akhir ini minyak sawit berperan cukup penting dalam perdagangan
dunia. Berbagai industri baik pangan maupun non pangan, banyak yang
sawit itu, maka mutu dan kualitasnya harus diperhatikan sebab sangat menentukan
dibedakan menjadi dua arti. Yang pertama adalah mutu minyak sawit dalam arti
benar –benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu
minyak sawit dalam arti yang pertama dapat ditentukan dengan menilai sifat –
sifat fisiknya, antara lain titik lebur angka penyabunan, dan bilangan yodium.
Sedangkan yang kedua, yaitu mutu minyak sawit dilihat dalam arti penilaian
menurut ukuran. Dalam hal ini syarat mutunya diukur berdasarkan spesifikasi
standar mutu internasional, yang meliputi kadar asam lemak bebas (ALB,FFA),
air, kotoran, logam, besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan.
Dalam dunia perdagangan, mutu minyak sawit dalam arti yang kedua lebih
penting.
hal kebutuhan minyak sawit yang akan digunakan sebagai bahan baku untuk
Tidak larut dalam air.Hal ini disebabkan oleh adanya asam lemak
jauh lebih kental dari minyak sebagian besar lainnya karena adanya
Dalam reaksi hidrolisasi minyak akan dirubah menjadi asam lemak bebas
terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak tersebut. Reaksi ini akan
a. Hidrolisa
sejumlah basa. Proses ini dikenal sebagai proses penyabunan. Sabun yang
terbentuk dapat diambil dari lapisan teratas pada larutan yang merupakan
campuran dari larutan alkali, sabun dan gliserol. Dari larutan ini dapat dihasilkan
b. Oksidasi
oksigen ini mengakibatkan bau tengik pada minyak . Oksidasi biasanya dimulai
terurainya asam – asam lemak bebas.Rancidity terbentuk oleh aldehid bukan oleh
peroksida.
c. Hidrogenasi
menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak.
minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhannya.
hidrogen.Hidrogen akan terikat oleh asam lemak tidak jenuh, yaitu pada ikatan
rangkap, membentuk radikal kompleks antara hidrogen, nikel dan asam –asam
lemak tidak jenuh. Setelah terjadi penguraian nikel dan radikal asam lemak, akan
dihasilkan suatu tingkatan kejenuhan yang lebih tinggi. Radikal asam lemak dapat
d. Esterifikasi
trigliserida dalm bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi
kimia yang sering disebut interesterifikasi atau pertukaran ester yang didasarkan
atas prinsip trans esterifikasi friedel- craft. Dengan menggunakan prinsip reaksi
ini dengan hidrokarbon rantai pendek dalam asam lemak seperti asam butirat dan
asam kaproat yang menyebabkan bau tidak enak, dapat ditukar dengan rantai
Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak
rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha usaha pencegahan
Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai
tandan diolah dipabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa
pada minyak.
dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim).
Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang
CH2 – O – C – R CH2 – OH
O O
CH – O – C – R Panas, air
CH - OH + R – C – OH
Keasaman, enzim
O
CH2 – O – C – R CH2 – OH
Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha untuk
sawit di saat belum matang (saat proses biokimia dalam buah belum sempurna)
minyak sawit. Sedangkan, pemetikan setelah batas tepat panen ditandai dengan
buah yang berjatuhan dan menyebabkan pelukaan pada buah yang lainnya, akan
akhirnya terikut dalam buah sawit yang masih utuh sehingga dihasilkan minyak
Sistem yang dianggap cukup efektif adalah memasukkan TBS secara langsung ke
dalam keranjang rebusan buah. Dengan cara tersebut akan lebih mengefisienkan
buah sawit yang terlalu lama. Dengan demikian, pembentukan ALB selama
proses tersebut terjadi penguraian kimiawi yang dibantu oleh air dan berlangsung
pada suhu tertentu merupakan bahan pembantu oleh air dan berlangsung pada
kondisi suhu tertentu. Air panas dan uap air pada suhu tertentu merupakan bahan
pembantu dalam proses pengolahan. Akan tetapi, proses pengolahan yang kurang
menurun sebab air pada kondisi suhu tertentu bukan membantu proses pengolahan
melalui tetapi malah menurunkan mutu minyak. Sebagai ukuran standar mutu
Penulis,1997).
Disebut minyak jika bentuknya cair dan lemak jika bentuknya padatan.
Trigliserida adalah senyawa kimia yang terdiri dari ikatan gliserol dengan 3
asam palmitat C16 : 0 (jenuh) dan asam oleat C18:1 (tidak jenuh).
Minyak tersebut jika dihidrolisis akan menghasilkan 3 molekul asam lemak rantai
Asam lemak yang terbentuk hanya terdapat dalam jumlah yang kecil dan sebagian
besar terikat dalam ester. Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati semi padat.
Hal ini karena minyak sawit mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh
dengan atom karbon lebih dari C8. Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen
yang dikandung. Minyak sawit berwarna kuning karena kandungan beta karoten
konsentrasi yang diketahui, yang diperlukan untuk bereaksi dengan analit itu.
Analisis titrimetri merupakan salah satu bagian utama kimia analisis dan bahwa
Aa + Tt Produk
biasanya dari dalam buret, dalam bentuk larutan yang konsentrsinya diketahui.
Larutan kedua ini disebut larutan standar dan konsentrasinya ditetapkan oleh suatu
telah tercapai titik ekivalensi dari titrasi itu. Untuk mengetahui kapan penambahan
titran itu harus dihentikan ahli kimia itu dapat menggunakan suatu zat, yang
warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat tepat pada titik ekivalensi.
Titik dalam titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentu saja
diinginkan agar titik akhir sedekat mungkin ke titik ekivalensi. Dengan memilih
indikator untuk mengimpitkan ke dua titik itu (atau mengoreksi selisih antara
keduanya) merupakan salah satu aspek yang penting dari analisis titrimetri. Istilah
METODOLOGI
1. n- heksan teknis
2. Alkohol 96%
3. KOH 0, 0997 N
4. Indikator phenolpthalein
5. Sampel CPO
3. Oven ( Memmert )
6. Soklet ( pirex)
8. Cawan porcelin
9. Corong
Ditimbang Erlenmeyer
Ditimbang cawan
Ditimbang
menit
Tabel 4.1.1 Kadar Asam Lemak Bebas dalam Minyak Kelapa Sawit, pada
V KOH x N KOH x BM
%ALB = x 100%
Berat Sample x 1000
136,5719
%ALB = x 100%
2315,8
= 5,89 %
w1 -w2
%K.Air = x 100%
w
31,6414 – 31,4598
%K.Air = x 100 %
2,5783
= 0,0704 %
%K.Kotoran = w4 – w3 x 100 %
Kerja Lapangan di PTPN III PKS Seimangkei, diperoleh kadar Asam Lemak
Bebas 5,89%, 5,92%, 5,95%, 6,02%, 6,04%. Kadar asam lemak bebas yang
diperoleh semakin hari semakin meningkat, hal ini disebabkan karena Crude Palm
Oil dibiarkan menginap untuk mengetahui berapa persen kenaikan kadar asam
0,0013%. Berdasarkan kadar air yang diperoleh, minyak sawit ini memenuhi
<0,10%.
Nilai kadar kotoran ini juga sudah memenuhi standar mutu internasional,yaitu
berkisar <0,02%.
Hal- hal yang harus dilakukan untuk menekan peningkatan kadar asam
secara cepat. Sistem pengisian TBS ke lori adalah sistem FIFO (First
In First Out), yaitu TBS yang tidak terlalu lama dibiarkan dipabrik,
lemak bebas.
PKS, salah satunya adalah kadar asam lemak bebas dari CPO,
menjadi asam lemak bebas karena adanya suhu yang sangat tinggi.
Karena aktifitas enzim akan berhenti pada suhu diatas 55oC dan pada
yang kotor dapat menaikkan kadar ALB. Sisa- sisa minyak yang
waktu yang lama, karena pada waktu yang dingin mikroba dapat
5.1 Kesimpulan
Dari data yang diperoleh dan hasil pembahasan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Hubungan antara kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar
kotoran : Semakin tinggi kadar asam lemak bebas maka semakin tinggi
semakin rendah kadar asam lemak bebas maka semakin kecil pula
metode titrasi asam basa, sedangkan penentuan kadar air dan kadar
3. Kadar asam lemak bebas yang di analisa selama lima hari adalah
tepat.
TBS, terutama dalam hal fraksi kematangan buah, buah memar, dan
Pahan,I. 2006, Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis Dari Hulu
Hingga Hilir , Cetakan Pertama, Penebar Swadaya, Jakarta.
Pahan ,I. 2007. Kelapa Sawit. Cetakan kedua. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pardamean, M. 2008. Panduan Lengkap Pengelolahan Kebun Dan Pabrik Kelapa
Sawit. Cetakan Pertama. Agroedia Pustaka. Jakarta.