PENDAHULUAN
Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk
memperoleh minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) dari daging buah dan inti sawit (kernel) dari
biji sawit.
Dalam buah yang dipanen terdapat enzim lipase dan oksidase yang tetap bekerja dalam
buah sebelum enzim itu dihentikan dengan pelaksanaan tertentu. Enzim dapat dihentikan dengan
cara fisika maupun kimia. Cara fisika yaitu dengan cara pemanasan pada suhu yang dapat
trigliserida dan kemudian memecahkan kembali menjadi asam lemak bebas (ALB).
dioksidasi lagi dan pecah menjadi gugus aldehid dan keton. Senyawa terakhir bila dioksidasi lagi
akan menjadi asam. Jadi ALB yang terdapat dalam minyak sawit merupakan hasil kerja enzim
lipase dan oksidase. Enzim yang terdapat dalam minyak terdiri dari enzim tanaman (plant enzim)
mengurangi aktifitas enzim sampai di PKS diusahakan agar kememaran buah dalam persentase
yang relatif kecil. Enzim pada umumnya tidak aktif lagi pada suhu 50oC. (Ponten M. N, 1996)
Untuk menghindarkan terbentuknya ALB pengolahan buah kelapa sawit harus sudah
dilaksanakan paling lambat 8 jam setelah panen.Buah kelapa sawit yang sudah matang dan masih
segar hanya mengandung 0,1% ALB. Tetapi buah – buah yang sudah memar atau pecah dapat
mengandung ALB sampai 50% hanya dalam waktu beberapa jam saja. Bahkan apabila buah
dibiarkan begitu saja tanpa perlakuan khusus, dalam waktu 24 jam kandungan ALB dapat
mencapai 67%. Untuk membatasi terbentuknya ALB, buah kelapa sawit harus segera dipanasi
dengan suhu antara 90 - 1000C menggunakan panas uap air. Salah satu upaya untuk
menghindarkan terbentuknya ALB adalah pengangkutan buah dari kebun ke pabrik harus
dilakukan secepatnya dan menggunakan alat angkut yang baik. (Djoehana S, 2006)
Minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang sangat penting disamping
migas yang juga memiliki nilai ekspor yang cukup baik. Oleh sebab itu, maka perlu adanya
pengawasan untuk menjaga kualitas maupun kuantitas komoditi tersebut. Minyak sawit yang
dihasilkan tersebut haruslah didukung dengan mutu yang baik pula. Dengan mutu yang baik,
akan lebih muda memasarkan minyak sawit tersebut kepada konsumen dengan harga yang sesuai
maupun bersaing dengan minyak sawit yang lain. Disamping itu hasil produksi minyak sawit
tersebut harus dapat bertahan lama, sesuai permintaan konsumen. Beberapa kriteria minyak sawit
yang diperlukan adalah memiliki warna yang pucat dan rasa bau yang enak, dapat disimpan
dalam jangka yang lama, mudah dimurnikan dan tingkat hidrolisa pada pembentukan Asam
Segar (TBS) sampai menjadi minyak sawit mentah. Agar diperoleh minyak sawit yang bermutu
baik, maka minyak sawit kasar tersebut harus mengalami pengolahan lebih lanjut.
Adapun proses yang dilakukan untuk mengolah kelapa sawit meliputi: Penerimaan buah,
penebahan, pengepresan, pemurniaan dan pengolahan biji. Setelah melalui proses ini, minyak
kasar (CPO) disimpan dalam tangki-tangki penampung / tangki timbun dan siap dipasarkan
untuk mengalami proses pengolahan lebih lanjut sampai dihasilkan minyak murni dan hasil
olahan lainnya. Minyak sawit mentah pada tangki timbun (Storage tank) sebelum diolah pada
Mutu minyak sawit dapat dilihat melalui kadar asam lemak bebas (ALB). Adapun ALB
yang diinginkan dari minyak sawit tersebut memiliki kandungan ALB yang rendah. Faktor lain
yang mempengaruhi mutu CPO adalah kadar air dalam minyak, jika kadar air didalam minyak
sawit sangat besar maka dapat mengakibatkan hidrolisa gliserida sehingga ALB semakin besar
pula. Selain itu kadar pengotor juga dapat mempengaruhi mutu minyak sawit. (Tim Penulis P. S,
1997)
Standar kualitas buah tercermin dari hasil sortasi panen. Tandan yang terlalu matang akan
menurunkan mutu minyak,karena kandungan ALB tinggi. Fraksi buah yang terlalu matang dan
terlalu banyaknya jumlah buah yang terlepas dari tandan bisa mengakibatkan penurunan
kuantitas, karena buah mengalami benturan (memar) atau tercecer. Buah yang memar atau luka
menyebabkan minyak dalam sel keluar. Minyak tersebut akan melekat ditandan, kotoran, alat
panen, dan benda lainnya. Sementara itu, buah sawit yang mentah dengan fraksi nol akan
merugikan jika diolah. Pasalnya minyak yang terbentuk belum maksimal. (Sunarko, 2009)
kotoran dalam minyak sawit tersebut apakah telah sesuai dengan standar mutu yang di tetapkan,
sehingga dapat bersaing di pasar internasional. Untuk memperoleh hasil yang maksimal baik
kualitas maupun kuantitas maka dalam pengolahan kelapa sawit di pabrik mulai dari tahap
proses pengolahan sampai penimbunan dijaga dan diperhatikan norma - norma (standar mutu)
yang berlaku pada perusahaan tersebut. (Tim Standarisasi Pengolahan Kelapa Sawit, 1997)
1.2 Permasalahan
Proses TBS (Tandan Buah Segar) di PKS (Pabrik Kelapa Sawit) menjadi CPO (Crude Palm Oil)
selalu mengalami penurunan mutu yaitu Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), Kadar Air, dan
Kadar kotoran.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi mutu CPO yang
3. Untuk mengetahui pengaruh kualitas Tandan Buah Segar (TBS) terhadap mutu minyak
1.4 Manfaat
1. Untuk mendapatkan produk akhir berupa minyak kelapa sawit (CPO) yang mempunyai
kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran yang sesuai dengan standar dan
2. Untuk menghasilkan CPO atau minyak produksi kelapa sawit dengan kualitas yang