Metpen Desri Yanti Safitri
Metpen Desri Yanti Safitri
Dosen Pengampu :
Deny Sutrisno,M.pd
Disusun Oleh
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam tidak lupa kita curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat.
Tidak lupa, penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Metode penelitian.
Adapun tujuan dari penulisan dari Proposal ini adalah untuk memenuhi tugas dari Deny
Sutrisno,M.pd pada mata kuliah metode penelitian selaku dosen pengampu yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni. Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, Kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk proposal ini, supaya proposal ini nantinya dapat menjadi lebih baik
lagi.
Demikianlah apabila terdapat banyak kesalahan pada proposal ini, kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Kami berharap semoga proposal dapat digunakan sebagaimana mestinya, Aminn
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................
1.2 Tujuan..........................................................................................................................
1.3 Manfaat penelitian.......................................................................................................
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. STANDARISASI .......................................................................................................
2.1.1 Standar pelayanan kesehatan .............................................................................
2.2 EVALUASI ................................................................................................................
2.2.1 Evaluasi kegiatan kesehatan .............................................................................
2.3 PUSKESMAS .............................................................................................................
2.3.1 Definisi ............................................................................................................
2.3.2 Konsep dan tujuan puskesmas ........................................................................
2.3.3 Tugas dan fungsi puskesmas ...........................................................................
2.4 STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN...........................................................
2.4.1 Pengelolan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai ..............................
2.4.2 Pelayanan farmasi klinik ................................................................................
2.4.3 Sarana dan prasarana…………………………………………………
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan rencana penelitian.......................................................................................
3.2 Waktu dan tempat penelitian ...................................................................................
3.3 Populasi penelitian ....................................................................................................
3.4 Sampel penelitian .....................................................................................................
3
BAB IV
Daftar pustaka ............................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2016 pusat
kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas
kesehatan kabupaten / kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja.
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang menyelenggarakan upaya
kesehatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan
secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini
menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia
termasuk puskesmas.Fungsi Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2016
puskesmas memiliki tiga fungsi pokok, yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan
strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat.Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2016
pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada
pengelolaan obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan komprehensif meliputi
pelayanan obat dan pelayanan farmasi klinik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 menyatakan
4
bahwa pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2016 pelayanan
kefarmasian di puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan
upaya kesehatan, yang berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi
masyarakat. Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan
dengan kesehatan.
Pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat
manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dan kegiatan
pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia dan
sarana dan prasarana.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Standarisasi
Standardisasi ialah suatu patokan atau pedoman yang digunakan untuk menjadi
acuan minimal dalam mencapai keselarasan. Standard yang umumnya digunakan sebagai
tolak ukur suatu objek dengan penentuan karakteristik dan spesifikasi tertentu yang dikenakan
pada objek tersebut. Standardisasi disebut sebagai usaha bersama dalam pembentukan sebuah
standar. Dengan adanya standar inilah sebuah objek memiliki sebuah nilai lebih dan diakui
oleh seluruh masyarakat.
Standardisasi berawal dari kata standar yang artinya satuan ukur untuk
perbandingan kualitas, kuantitas, nilai, dan hasil karya atau produk. Dengan begitu,
pengertian standardisasi adalah proses pembentukan standar teknis, standar spesifikasi,
standar cara uji, standar definisi, prosedur standar (atau praktik) dan lain-lain.7 Jadi dapat
disimpulkan standardisasi pada suatu produk ialah penetapan mutu yang selanjutnya menjadi
pedoman untuk terpenuhinya keselarasan kuantitas yang bertujuan menjamin kualitas produk.
6
penerapan SPM bidang kesehatan diperlukan petunjuk teknis pelaksanaan SPM yang
menjelaskan langkah operasional pencapaian SPM Bidang Kesehatan di
kabupaten/kota sebagai acuan bagi pemerintah daerah dengan memperhatikan potensi
dan kemampuan daerah (Kemenkes RI, 2016). .
2.2 EVALUASI
Evaluasi dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Evaluationadalah suatu proses yang
sistematis untuk menentukan atau membuatkeputusan, sampai sejauh mana tujuan atau program
telah tercapai. Menurut M. Chabib Thoha, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk
mengetahui keadaan objek dengan menggunakan instrumen danMenurut Ramayulis evaluasi bukan
sekedar menilai suatu aktivitas secarasepontan dan incidental, melainkan merupakan kegiatan untuk
menilaisesuatu secara terencana, sistematik, dan berdasarkan atas tujuan yangjelas.Dari penjelasan di
atas, yang dimaksud dengan evaluasi dalam penelitian ini adalah evaluasi pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru Pendidikan Agama Islam secara terencana, sistematis, menggunakan
instrumen penilaian yang tepat dan berdasarkan atas tujuan yang jelas.
7
Setelah program monitoring bisa berjalan dengan baik, dilanjutkan dengan program evaluasi di
akhir. Evaluasi adalah kegiatan penilaian akan pencapaian tujuan dan pengungkapan masalah
kinerja program untuk memberikan umpan balik (feedback) sehingga dapat dijadikan sebagai acuan
untuk peningkatan kualitas program kesehatan tertentu. Adapun contoh kegiatan evaluasi pada
program kesehatan bisa dilakukan dengan du acara yaitu dengan cara formative (selagi program
berjalan – evaluasi rutin) atau secara summative (dilakukan setelah program selesai – dijadikan
sebagai bahan pembelajaran untuk program yang akan datang).
Dalam hal contoh monitoring dan evaluasi dalam program kesehatan, penting sekali dalam
membuat hal ini menjadi sesuatu yang sederhana, akurat serta objektif sehingga bisa mendapatkan
data yang akurat dan bisa dijadikan acuan. Monitoring dan evaluasi pada program kesehatan itu
penting sekali mengacu pada action-oriented, sehingga hal ini jelas sangat penting untuk dilakukan
untuk mendukung sebuah program kesehatan yang berhasil. Sebagai contoh dalam program
penurunan berat badan, contoh monitoring dan evaluasinya bisa berupa dengan menanyakan berat
badan day to day atau week to week, memastikan pola hidup dan gaya hidup yang dilakukan sudah
benar-benar tepat dan tidak melenceng, serta memastikan apakah itu benar-benar dilakukan. Hal itu
bisa didapati dengan beberapa metode seperti metode food recall, penimbangan berat badan, food
history dan food weighing.
2.3 Puskemas
2.3.1 Definisi puskesmas
Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) sebagai ujung tombak upaya kesehatan (baik upaya kesehatan
masyarakat maupun upaya kesehatan perorangan)1. Upaya puskesmas seperti kegiatan pelayanan yang
ditujukan untuk pencegahan, menyembuhkan penyakit, mengurangi penderitaan akibat penyakit serta
pemulihan kesehatan, semua itu merupakan kegiatan memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kolompok dan
masyarakat2. Semuanya merupakan prinsip penyelenggaraan pelayanan kesehatan puskesmas yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan dari para pengguna jasa pelayanan kesehatan dimana pasien
mengharapkan suatu penyelesaian dari masalah kesehatannya3.
8
2.3.2 konsep dan tujuan puskesmas
1 Visi Puskesmas
Pembangunan kesehatan yang di selenggarakan oleh puskesmas ialah
tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya indonesia sehat. Kecamatan sehat merupakan gambaran
masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan dimana
masyarakatnya hidup dalam lingkungan serta prilaku sehat juga memiliki kemampuan untuk menjangkau
pusat kesehatan yang bermutu secara adil dan merata.Indikator pencapaian visi puskesmas yang berhasil
yakni : (a) perilaku sehat (b) lingkungan sehat (c) Derajat kesehatan penduduk kecamatan (d) Cakupan
pelayanan kesehatan yang bermutu, dan semuanya disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat wilayah
kecamatan.
2.MisiPuskesmas
Dalam buku Trihono Manajemen Puskesmas mengungkapkan 4 yang
diselenggarakan oleh Puskesmas dalam misi pembangunan Kesehatan Nasional, yakni 1 :
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya,
puskesmas akan menggerakkan sektor lain yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan
aspek kesehatan, yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-
tidaknya terhadap lingkungan dan prilaku masyarakat.
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas
akan selalu barupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin
berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk
hidup sehat.
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan. Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta
meningkatkan efisiensi pengolaan dana, sehingga dapat di jangkau oleh kalangan masyarakat.
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat serta lingkungannya.
Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan dan mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung, bertempat
tinggal di wilayah kerjanya tanpa diskriminasi dan dengan penerapan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan
yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan yang dilakukan puskesmas mencakup juga aspek
lingkungan.
9
2.3.3 Tugas dan Fungsi puskesmas
1 Fungsi Puskesmas
a. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan kinerja masyarakat dan memantau penyelenggaraan pembangunan
di wilayah kerjanya sehingga berwawasan dan mendukung pembangunan kesehatan, puskesmas juga aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah
kerjanya, khusus untuk pebangunan puskesmas mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan mencegah
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan1.
b. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas berupaya agar pemuka masyarakat dan tiap keluarga memiliki kesadaran, kemauan, kemampuan
untuk melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan serta memantau pelaksanaan program kesehatan dengan cara memperhatikan kondisi
dan situasi seperti sosial budaya
masyarakat setempat1.
c. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Puskesmas betanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan baik pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat.
1) Pelayanan kesehatan Perorangan : yaitu pelayanan yang bersifat
pribadi dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa
mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat
jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap 1.
2) Pelayanan Kesehatan Masyarakat : yaitu pelayanan yang bersifat publik dengan tujuan utama memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tampa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat seperti promosi kesehatan, pemberantasan penyakit,
penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa
masyarakat 1
10
2.meningkatkan penggunaan Obat secara rasional
3.meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.
Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas setiap periode
dilaksanakan oleh Ruang Farmasi di Puskesmas.
Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan dengan mempertimbangkan pola
penyakit, pola konsumsi Sediaan Farmasi periode sebelumnya, data mutasi Sediaan Farmasi, dan rencana
pengembangan. Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengacu pada
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga
kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program
yang berkaitan dengan pengobatan.
Proses perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi per tahun dilakukan secara berjenjang (bottom-up).
Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian Obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO).
Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan
Sediaan Farmasi Puskesmas di wilayah kerjanya, menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan
memperhitungkan waktu kekosongan Obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih.
11
Tenaga Kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan
Farmasi sesuai dengan isi dokumen LPLPO, ditandatangani oleh Tenaga Kefarmasian, dan diketahui oleh
Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka Tenaga Kefarmasian dapat mengajukan
keberatan.Masa kedaluwarsa minimal dari Sediaan Farmasi yang diterima disesuaikan dengan periode
pengelolaan di Puskesmas ditambah satu bulan.
12
4.Polindes.
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain) dilakukan dengan cara pemberian Obat
sesuai resep yang diterima (floor stock), pemberian Obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau
kombinasi, sedangkan pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan dengan cara penyerahan Obat sesuai
dengan kebutuhan (floor stock).
13
H. Administrasi
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh rangkaian kegiatan dalam pengelolaan
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai, baik Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah:
1.Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai telah dilakukan;
2.Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian; dan
3.Sumber data untuk pembuatan laporan.
I. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan secara
periodik dengan tujuan untuk:
a)mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan;
b).memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai; dan
c).memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.
14
2.Duplikasi pengobatan.
3.Alergi, interaksi dan efek samping Obat.
4.Kontra indikasi.
5.Efek adiktif.
Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat merupakan kegiatan pelayanan
yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik Obat, memberikan label/etiket, menyerahan sediaan
farmasi dengan informasi yang memadai disertai pendokumentasian.
Tujuan:
1.Pasien memperoleh Obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan.
2.Pasien memahami tujuan 3.pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan
Kegiatan:
1.Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif dan pasif.
2.Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat atau tatap muka.
3.Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.
4.Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, serta masyarakat.
5.Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya
terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
6.Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan Kefarmasian.
15
3.Tenaga.
4.Perlengkapan.
C. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang
berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien.
Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai Obat
kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama
penggunaan Obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat.
Kegiatan:
2,Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh dokter kepada pasien
dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question), misalnya apa yang dikatakan dokter
mengenai Obat, bagaimana cara pemakaian, apa efek yang diharapkan dari Obat tersebut, dan lain-
lain.
Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
yang berhubungan dengan cara penggunaan Obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
Kriteria pasien:
3.Pasien dengan Obat yang 4.berindeks terapetik sempit dan poli farmasi.
5.Pasien geriatrik.
6.Pasien pediatrik.
16
1.Ruangan khusus.
Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan mendapat risiko masalah
terkait Obat misalnya komorbiditas, lanjut usia, lingkungan sosial, karateristik Obat, kompleksitas
pengobatan, kompleksitas penggunaan Obat, kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan
keterampilan tentang bagaimana menggunakan Obat dan/atau alat kesehatan perlu dilakukan
pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) yang bertujuan tercapainya keberhasilan
terapi Obat.
D. Ronde/Visite Pasien Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan secara
mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan lain-
lain.
Tujuan:
4.Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam terapi pasien.
2.Memberikan informasi mengenai sistem pelayanan farmasi dan jadwal pemberian Obat.
3.Menanyakan Obat yang sedang digunakan atau dibawa dari rumah, mencatat jenisnya dan
melihat instruksi dokter pada catatan pengobatan pasien.
5.Mengkaji terapi Obat lama dan baru untuk memperkirakan masalah terkait Obat yang
mungkin terjadi.
17
-Untuk pasien lama dengan instruksi baru:
2.Membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian masalah dalam satu buku yang
akan digunakan dalam setiap kunjungan.
1.Melakukan persiapan yang dibutuhkan seperti memeriksa catatan pegobatan pasien dan
menyiapkan pustaka penunjang.
2.Mengamati dan mencatat komunikasi dokter dengan pasien dan/atau keluarga pasien
terutama tentang Obat.
4.Mencatat semua instruksi atau perubahan instruksi pengobatan, seperti Obat yang dihentikan,
Obat baru, perubahan dosis dan lain- lain.
Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada kemungkinan terputusnya kelanjutan terapi
dan kurangnya kepatuhan penggunaan Obat. Untuk itu, perlu juga dilakukan pelayanan kefarmasian
di rumah (Home Pharmacy Care) agar terwujud komitmen, keterlibatan, dan kemandirian pasien
dalam penggunaan Obat sehingga tercapai keberhasilan terapi Obat.
18
E. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat
yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk
tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.Tujuan:
1.Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal dan
frekuensinya jarang.
2.Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah sangat dikenal atau yang baru
saja ditemukan.
Kegiatan:
2.Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek samping Obat.
F. Pemantauan Terapi Obat (PTO)Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi Obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping.
Tujuan:
Kriteria pasien:
3.Adanya multidiagnosis.
19
Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
5.Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang merugikan.
Kegiatan:
6.Melakukan evaluasi.
7.Memberikan rekomendasi.
Tujuan:
Setiap kegiatan pelayanan farmasi klinik, harus dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional.
Standar Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. SPO tersebut diletakkan di
tempat yang mudah dilihat. Contoh standar prosedur operasional sebagaimana terlampir.
20
2.4.3 Sarana dan prasarana
Sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi sarana yang
memiliki fungsi:
21
memerlukan ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan menyimpan dokumen
dalam rangka untuk menjamin penyimpanan sesuai hukum, aturan, persyaratan, dan teknik
manajemen yang baik.
BAB IV
MERODE PENELITIAN
22
Teknik dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampling jenuh.sampling
jenuh adalah teknik pengambilan sampel apabila semua anggota populasi dijadikan.Alasan
mengambil Samplingneuh di karenakan anggota populasi kecil,kurang dari 30
orang(Sugiono,2013).Sampel dalam penelitian ini yaitu 5 apoteker di puskesmas wilayah sultan thaha
kab tebo yang be tugas sebagai penanggung jawab di instalasi farmasi di Puskemas,yang terdiri dari
Puskemas saifudin,Puskemas pasir Mayang,puskesmas sekutur jaya,Puskemas teluk kembang Jambu
dan puskesmas pulau temiang.
23
3.7 Analisis data
Penelitian ini mengunakan analisi deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian dengan menghitung distribusi frekuensi
proporsinya.penyajian data ditampilkan skala bentuk tabel menggunakan Microsoft exel 2010 yang
akan menjelaskan setiap Indikatator pelayanan kefarmasian.Metode untuk mengetahui kesesuaian
menggunakan indikator yang ada pada permenkes no 74 tahun 2016.
Pengolahan data dilakukan dengan komputer kemudian data dimasukkan.kemudian
dilakukan perhitungan indeks dengan program komputer dalam hal ini yaitu Microsoft word
2010.langkah langkahnya sebagai berikut :
1.data dari lembar checklist dihitubg(scorsing)menggunakan skala guttman,penilaian yang diberikan
dengan skor 1 unutk jawaban yang benar(ya) dan yang skor 0 untuk jawaban yang salah(tidak).
2.Data di hitung menggunakan persentase(%) dari jawaban pertanyaan,untuk mengetahui
kesesuaian dari responden maka menggunakan kriteria absolute.
Daftar pustaka
Departemen Kesehatan RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan.Jakarta
Trihono. 2010. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta: CV Sagung Seto
Effendi. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktek dalam Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Herlambang, S. 2016. Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit. Jakarta: Gosyen Publishing
Departemen Kesehatan RI. 2004. Tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional. Depkes, RI: Jakarta
24
25