Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH AGAMA ISLAM

ISU-ISU PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA

Disusun Oleh :
1 Eka Aura Pangastuti 221030790483
2 Lidia Novia Larasati 221030790499
3 Raihan Sayyid Zaky Hernawan 221030790482
4 Vika Khairunnisa 221030790484
5 Yoga Wicaksana Prakoso 221030790543

Kelas: 02FKKKP010

Dosen Pengampu : Ibu Nurhayati, S.Th.I, M.Ag

PROGRAM STUDI S1 FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA

TANGGERANG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama yang paling utama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat
Allah SWT. yang telah memberikan kita nikmat sehat walafiat sehungga kami bisa menyelesaikan
makalah Pendidikan Agama ini dengan baik meskipun masih banyak kekurangan di dalamnnya.
Dan kami juga sangat berterima kasih kepada Ibu Nurhayati, S.Th.I,M.Ag yang telah memberikan
tugas ini, sehingga kami dapat mempelajari lebih mendalam mengenai isu perkembangan Islam di
Indonesia

Kami harap makalah ini, dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan kita mengenai Isu perkembangan Islam di Indonesia. Kami menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik saran dan
usulan perbaikan makalah yang telah kami buat untuk menjadi lebih baik lagi kedepannya. Dan
kami selalu mengingat bahwa tidak ada sesuatu sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya. Dan kami berharap
semoga makalah ini sangat berguna untuk pembaca dan penulis. Terakhir kami sangat meminta
maaf apabila ada kesalahan di dalam makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................iii
BAB 1................................................................................................................................................3
1.1 Latar belakang..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.....................................................................................................................1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................................1
2.1 Pengertian Isu Islam di Indonesia.......................................................................................2
2.2 Isu Islam di Indonesia........................................................................................................3
2.3 Ormas Islam di Indonesia.................................................................................................11
2.4 Posisi dan Sikap Mahasiswa.............................................................................................18
BAB III............................................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................20
3.2 Saran.................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................21

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Isu-isu perkembangan Islam di Indonesia sangatlah kompleks dan beragam, karena Islam
sudah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Indonesia sejak berabad-abad yang lalu.
Islam datang ke Indonesia melalui para pedagang dan para ulama yang melakukan perdagangan
maupun dakwah di Nusantara pada abad ke-7 Masehi.

Seiring dengan perkembangan waktu, Islam mengalami perubahan yang signifikan di


Indonesia, terutama setelah datangnya penjajah Belanda yang berusaha untuk mengendalikan
kehidupan masyarakat Indonesia melalui kolonialisme. Perkembangan Islam di Indonesia juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti politik, sosial, ekonomi, dan budaya yang berkembang di
masyarakat Indonesia.

Beberapa isu perkembangan Islam di Indonesia yang sedang menjadi perhatian masyarakat
antara lain. Radikalisme dan terorisme. Indonesia telah beberapa kali mengalami aksi terorisme
yang dilakukan oleh kelompok-kelompok radikal yang mengatasnamakan Islam. Hal ini
menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat dan pemerintah dalam memerangi radikalisme dan
terorisme.

Pertentangan antara paham Islam moderat dan paham Islam konservatif. Di Indonesia,
terdapat perbedaan pandangan dan pendekatan antara paham Islam moderat dan konservatif dalam
berbagai isu, seperti politik, sosial, dan agama. Perbedaan ini sering kali menimbulkan ketegangan
dan konflik antar kelompok.

Pluralisme agama. Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman agama dan
keyakinan. Namun, munculnya aksi intoleransi dan diskriminasi terhadap kelompok agama
minoritas menjadi perhatian serius bagi masyarakat dan pemerintah.

1.2 Rumusan masalah


1 Bagaimana isu-isu Syiah di Madura, Trikora, Jama’ah tabligh, LDII, FPI, Islam Liberal
dan Ahmadiyah
2 Apa itu ormas-ormas Islam di Indonesia (NU, Muhamadiyah dan HTI).
3 Bagaimana posisi kita dalam menjalankan keislaman di Indonesia

1.3 Tujuan

iv
1. Mengetahui isu-isu Syiah di Madura, Trikora, Jama’ah tabligh, LDII, FPI, Islam Liberal
dan Ahmadiyah
2. Mengetahui ormas-ormas Islam di Indonesia (NU, Muhamadiyah dan HTI).
3. Mengetahui posisi kita dalam menjalankan keislaman di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Isu Islam di Indonesia

Isu Islam di Indonesia merujuk pada berbagai permasalahan dan tantangan yang berkaitan
dengan agama Islam dalam konteks Indonesia. Hal ini mencakup berbagai aspek kehidupan,
seperti sosial, budaya, politik, ekonomi, dan agama itu sendiri. Isu-isu ini muncul dari
berbagai faktor kompleks, seperti peran ulama, arus globalisasi, pendidikan keagamaan, dan
politik identitas. Penting untuk memahami dan mengatasi isu-isu tersebut agar masyarakat
Indonesia dapat hidup dalam harmoni dan menghormati keragaman agama dan budaya.

Isu-isu ini dapat mempengaruhi penyebaran islam di Indonesia di antaranya:

1. Isu Keamanan: Konflik dan kekerasan yang terjadi di Indonesia dapat mempengaruhi
penyebaran Islam. Hal ini dapat memicu ketakutan dan ketidakpercayaan di antara
masyarakat, yang dapat mempersulit upaya dakwah dan pembentukan komunitas Muslim.

2. Isu Pendidikan: Pendidikan merupakan faktor penting dalam penyebaran agama, termasuk
Islam. Isu pendidikan seperti kurangnya akses ke pendidikan yang berkualitas, atau adanya
program pendidikan yang bertentangan dengan ajaran Islam, dapat mempengaruhi
penyebaran Islam di Indonesia.

3. Isu Politik: Politik dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap agama. Isu politik
seperti intoleransi agama, atau perdebatan tentang syariah, dapat mempengaruhi
penyebaran Islam di Indonesia.

4. Isu Sosial: Isu sosial seperti kemiskinan, ketimpangan sosial, dan diskriminasi juga dapat
mempengaruhi penyebaran Islam di Indonesia. Hal ini karena kondisi sosial yang buruk
dapat membuat masyarakat sulit memperhatikan ajaran Islam dan mengikuti kepercayaan
mereka dengan benar.

v
2.2 Isu Islam di Indonesia

A.Syiah Di Madura

Konflik sampang, Madura adalah konflik antara dua kelompok antara kelompok
sunni dengan kelompok Syiah. Salah satu faktor utama pencetus terjadinya penyerangan
terhadap kelompok Syiah oleh kelompok Sunni adalah karena adanya keyakinan dari
kelompok Sunni bahwa kelompok Syiah adalah kelompok sesat.

Pada Minggu 9 Agustus 2012 sekitar pukul 09.00 WIB diawali dengan penyerbuan
warga syiah di Sampang oleh kurang lebih 200 orang warga yang mengakibatkan dua
orang tewas dan 15 rumah hangus terbakar.Penyerangan itu bukanlah yang pertama kali.
Sebelumnya, Kompleks Pesantren Islam Syiah di Dusun Nangkernang, Desa Karang
Gayam, pernah diserbu pada 2004, 2006, dan Desember 2011.

Jauh sebelum pecahnya konflik 26 Agustus 2012, pada tahun 2006, lima puluh
ulama se-Madura diantaranya KH Ahmad Nawawi, (Karang Gayam Omben, Sampang),
KH. Barizi Muhammad (Sampang), KH.Ghazali Muhammad (Sampang), dan ulama-ulama
lainnya telah menyampaikan pernyataan sikap yang menghimbau kepada Pemerintah agar
melarang aliran tersebut serta menghapus hingga ke akar-akarnya.

Berawal dari ketertarikan Kiai Makmun, seorang ulama yang awalnya menganut
aliran sunni di Nangkernang, Desa Karang Gayam, Sampang, mendapat kabar dari
sahabatnya di Iran tentang keberhasilan Ayatollah Ali Khomeinio menumbangkan Syah
Iran Reza Pahlevi. Karena mayoritas ulama dan kaum muslim di wilayah Madura adalah
pengikut Islam Sunni yang fanatik, Makmun mempelajari Syiah secara diam-diam.
Ketertarikannya ini membuat Makmun mengirim tiga anak laki-lakinya, yaitu Iklil al
Milal,Tajul Muluk, Roisul Hukama dan putrinya, Ummi Hani ke Yayasan Pesantren Islam
(YAPI) di Bangil, Pasuruan yang cenderung pada mazhab Syiah. Selepas lulus SMP
YAPI, Tajul Muluk melanjutkan belajar ke Pondok Pesantren Sayyid Muhammad Al-
Maliki di Arab Saudi. Tahun 1999 Tajul Muluk pulang dari Arab dan kembali menetap di
Karang Gayam, Sampang. Tahun 2004 sejumlah warga desa yang juga murid Kiai
Makmun mewakafkan sebidang tanah untuk mengembangkan pesantren beraliran Syiah.

vi
Pesantren kecil ini diberi nama Misbahul Huda. Pada tahun 2004 inilah mulai terjadi
pertentangan terhadap penyebaran aliran syiah dipulau Madura.

vii
B. Tragedi Trikora

Tri Komando Rakyat merupakan upaya Indonesia demi tujuan membebaskan Irian
Barat (Papua) dari Belanda. Masalah Papua Barat ini bermula dari Konferensi Meja
Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda, pada 2 November 1949 terkait rencana pengakuan
kedaulatan terhadap Indonesia oleh Kerajaan Belanda. Masih terdapat satu persoalan
penting yang belum disepakati, yakni mengenai status Papua Barat. Baik Indonesia
maupun Belanda merasa lebih atas wilayah di bagian timur Kepulauan Nusantara itu.
Lantaran tidak dicapai titik temu (Amarula, 2012)

Notosutardjo (1984:331), keputusan dalam Meja Bundar (27 Desember 1949)


Belanda mengakui kedaulatan Indonesia sepenuhnya kecuali wilayah Irian Barat yang
rencananya akan dikembalikan setahun kemudian. Namun setelah pengakuan kedaulatan,
Belanda tidak juga menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia

Pada 1961, Presiden Soekarno mengeluarkan Tiga Komando Rakyat (Trikora). Isi Trikora,
yakni:
1. Gagalkan pembentukan negara Papua
2. Kibarkan bendera Merah Putih di Irian Barat
3. Bersiap untuk mobilisasi umum untuk mempertahankan kemerdekaan dam
kesatuan tanah air dan bangsa.

Persiapan untuk merebut Irian Barat, pada 2 Januari 1962, Presiden Soekarno
mengeluarkan keputusan Nomor 1 Tahun 1962 untuk membentuk Komando Mandala
Pembebasan Irian Barat.Presiden Soekarno pun menggunakan kekuatan persenjataan
dengan bantuan dari Uni Soviet. Ketegangan tersebut menarik perhatian Amerika Serikat.
Pada 1962, Amerika Serikat mulai menekan Belanda untuk menyelesaikan sengketa, ini
untuk mengantisipasi timbulnya terjadi peperangan.

Akhirnya pada 15 Agustus 1962, ditandatangani Persetujuan New York antara


Indonesia dan Belanda. Isi perjanjian tersebut, yakni: Pemerintah Belanda akan
menyerahkan Irian Barat kepada penguasa pelaksana sementara PBB, yaitu United Nation
Temporary Executive Authority (UNTEA) pada 1 Oktober 1962. Pada 1 Oktober 1962,
bendera PBB akan berkibar di Irian Barat berdampingan dengan bendera Belanda.
Selanjutnya akan diturunkan pada 31 Desember 1962 dan digantikan bendera Indonesia
mendampingi bendera PBB Pemerintah UNTEA berakhir pada 1 Mei 1963 dan pemerintah
selanjutnya diserahkan kepada pihak Indonesia. Pemulangan orang-orang sipil dan militer
Belanda harus selesai pada 1 Mei 1963. Rakyat Irian Barat diberi kesempatan untuk
menyatakan pendapatnya tetap di wilayah Indonesia atau memisahkan diri. Kemudian
diselenggarakan Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat). Hasil Pepera disetujui pada 19
Desember 1969 dan membuktikan bawah Irian Barat bagian dari Indoenesia.

viii
Konflik Trikora ini berdampak pada berbagai aspek kehidupan di Indonesia,
termasuk dalam penyebaran agama Islam,salah satu dampaknya adalah adanya pengaruh
politik dan keamanan yang membatasi kegiatan dakwah di daerah daerah Irian Barat.

C. Jama’ah Tabligh

Kata Jama'ah Tabligh berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti kelompok
penyampai. Merupakan gerakan dakwah yang bertujuan kembali ke ajaran Islam yang
murni. Aktivitas jama'ah ini tidak hanya terbatas pada kelompok mereka saja. Tujuan utama
gerakannya ialah membangkitkan jiwa spiritual dalam diri tiap-tiap pribadi muslim baik
secara individu maupun dalam kehidupan bersosial (Hasanah, 2017).

Jama’ah Tabligh oleh beberapa golongan di anggap sebagai aliran sesat dikarenakan
beberapa perbedaan dalam menganut ajaran agama islam, perbedaan yang menjadi ciri
pergerakan Jama'ah Tabligh ialah terletak pada kitab yang dipergunakan sebagai rujukan
yaitu kitab Tablighi Nishab atau lebih dikenal dengan sebutan kitab Fadhailul Amal
karangan Muhammad Zakariya serta kitab Hayat al-Sahabah karya Yusuf alKandahlawiy
kitab kitab tersebut dianggap sesat dikarenakan banyak mengandung hadis-hadis dhaif
bahkan maudhu’ serta cerita cerita israillyat.

Jama'ah Tabligh berupaya mengajak kaum muslimin untuk khusus mengorbankan


waktunya guna melakukan khuruj (keluar) berdakwah di jalan Allah swt. Setidaknya dalam
sebulan ada 3 hari dan 40 hari dalam setahun waktu yang sengaja disisihkan untuk
pelaksanaan khuruj. Sewaktu melaksanakan khuruj dikenal dengan kegiatan menambah lima
dan mengurangi empat. Kegiatan menambah yang lima dimaksudkan dengan pertama:
mengikuti ta’lim (membaca hadis atau kisah sahabat, biasanya dari kitab Fadail A'mal karya
Maulana Zakaria), kedua: melakukan jaulah (mengunjungi rumah-rumah di sekitar masjid
tempat pelaksanaan khuruj dengan tujuan mengajak kembali kepada Islam yang kaffah),
ketiga: melaksanakan bayan mudzakarah (menghafal sifat-sifat sahabat Rasul saw),
keempat: melakukan karkuzari (memberikan laporan harian kepada Amir) dan kelima ialah
melaksanakan musyawarah. Empat hal yang dikurangi yaitu: mengurangi waktu tidur,
mengurangi makan, tidak keluar meninggalkan masjid dan tidak pula bersifat boros. Jika
hendak keluar masjid harus atas seizin Amir Jama'ah. Misalnya untuk para karyawan kantor,
mereka masih tetap bisa bekerja tetapi harus langsung kembali lagi untuk mengikuti
kegiatan ketika pulang dari kerja. Kegiatan Jama'ah Tabligh sangatintens di masjid bahkan
selama waktu pelaksanaan khuruj, mereka tidur dan melakukan berbagai aktivitas
kesehariannya di masjid (Hasanah, 2017).

ix
Jamah tabligh dalam penyebaran agama Islam, berpotensi menimbulkan pemisahan
diri. Kegiatan dakwah Jamaah Tabligh yang terfokus pada pengamalan ajaran Islam dapat
membuat sebagian anggotanya menjadi lebih terisolasi dari masyarakat umum. Hal ini dapat
menimbulkan potensi pemisahan diri yang berdampak negatif pada hubungan sosial dan
keberagaman di Indonesia. Jamaah tabligh juga kurang mengedepankan aspek keilmuan,
Jamaah Tabligh sering dikritik karena kurang mengedepankan aspek keilmuan dalam
kegiatan dakwahnya. Hal ini membuat beberapa orang merasa kurang puas dengan ajaran
yang diterima dan akhirnya meninggalkan gerakan ini. Meningkatnya persepsi negatif di
masyarakat: Beberapa kasus terkait dengan praktik keagamaan yang kontroversial, seperti
penolakan terhadap pengobatan modern atau tindakan medis, telah menyebabkan
meningkatnya persepsi negatif di masyarakat terhadap Jamaah Tabligh. Hal ini dapat
berdampak negatif pada upaya penyebaran agama Islam di Indonesia.

D. LDII (Lembaga Dakwah Islam Di Indonesia)

Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) pertama kali berdiri pada 3 Januari 1972
di Surabaya, Jawa Timur dengan nama Yayasan Lembaga Karyawan Islam (YAKARI).
Pada Musyawarah Besar (MuBes) tahun 1981 namanya diganti menjadi Lembaga
Karyawan Islam (LEMKARI), dan pada Mubes tahun 1990, mengubah nama organisasi
menjadi Lembaga Dakwah Islam Indonesia, yang disingkat LDII.

Inti ajaran yang dikembangkan oleh LDII adalah kembali kepada Quran dan Hadis,
yang selama ini banyak ditinggalkan oleh umat Islam. Di samping itu perbedaan di
kalangan umat Islam terjadi karena tidak memiliki pemimpin pemersatu yang sangat ditaati
oleh umat. Mereka beranggapan bahwa mempelajari ilmu-ilmu agama selain Quran dan
Hadis, seperti fikih, tauhid, akhlak, dan sebagainya, percuma saja dan menyesatkan

Pokok-pokok ajaran LDII, yaitu :


1. Orang Islam di luar kelompok mereka adalah kafir dan najis, termasuk kedua orang
tua.
2. Kalau ada orang di luar kelompok mereka melakukan shalat di masjid mereka,
maka bekas tempat shalatnya dicuci karena dianggap sudah terkena najis.
3. Wajib taat kepada amir atau imam “Tidak ada Islam tanpa jama’ah, tidak ada
jama’ah tanpa keamiran, tidak ada keamiran tanpa ketaatan”
4. Mati dalam keadaan belum bai’at kepada amir atau imam LDII maka akan mati
jahiliyyah (mati kafir).
5. Al-Qur’an dan Hadits yang boleh diterima adalah yang manqul (yang keluar dari
mulut imam atau amir mereka). Yang keluar/diucapkan oleh mulut-mulut yang
bukan
6. imam/amir mereka maka haram untuk diikuti. “Barang siapa berkata mengenai
kitab Allah dengan pendapatnya (tanpa ilmu), maka dia salah walau benar.”
7. Haram mengaji Al-Qur’an dan Hafizd kecuali kepada imam/amir mereka.

x
8. Dosa bisa ditebus kepada sang amir/imam, dan besarnya tebusan tergantung besar-
kecilnya dosa yang diperbuat, sedangkan yang menentukannya adalah imam/amir.
9. Harus rajin membayar infaq, shadaqah dan zakat kepada amir/imam mereka, dan
haram menegluarkannya kepada orang lain.
10. Harta benda di luar kelompok mereka diamggap halal untuk diambil atau dimiliki
walaupun dengan cara bagaimanapun memperolehnya seperti mencuri, merampok,
korupsi, menipu, dan lain-lain, asal tidak ketahuan/tertangkap. Dan kalau berhasil
menipu orang Islam di luar golongan mereka, dianggap berpahala besar.
11. Bila mencuri harta orang lain yang bukan golongan LDII lalu ketahuan, maka
salahnya bukan mencurinya itu, tetapi kenapa mencuri kok ketahuan.
12. Harta, uang zakat, infaq, shadaqah yang sudah diberikan kepada amir/imam, haram
ditanyakan kembali catatannya atau digunakan kemana uang zakar tersebut.

Dampak LDII terhadap penyebaran Islam di Indonesia. Salah satunya adalah


bahwa pandangan-pandangan LDII yang berbeda dari mayoritas umat Islam di Indonesia,
seperti pandangan tentang sosok Jibril dan konsep Iman, dapat memicu pemisahan antar-
kelompok Muslim di Indonesia. Hal ini bisa menghambat upaya bersama untuk
mengembangkan pemahaman yang lebih luas tentang ajaran Islam, dan memperkuat
tindakan kooperatif dalam masyarakat.

Selain itu, ada juga tudingan bahwa LDII terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang
dianggap sebagai praktik sekte dan mengisolasi diri dari masyarakat. Hal ini dapat
membuat LDII tidak mudah diterima oleh masyarakat umum, yang dapat menghambat
upaya penyebaran ajaran Islam secara luas.

E. FPI (Front Pembela Islam )

Front Pembela Islam (FPI) adalah sebuah organisasi massa Islam berideologi
radikal yang berpusat di Jakarta. Disebut FRONT karena orientasi kegiatan yang
dikembangkan adalah pada tindakan konkrit berupa aksi nyata dalam menegakkan amar
ma’ruf nahi mungkar. Kata Pembela dengan harapan agar senantiasa bersikap proaktif
dalam melakukan pembelaan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Adapun kata islam
menunjukan bahwa perjuangan FPI harus berjalan di atas ajaran Islam yang benar dan
mulia.

xi
FPI di bentuk sebagai wadah kerja sama antara ulama dan umat dalam menegakkan
Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar di setiap aspek kehidupan. Amar ma'ruf adalah perintah
untuk melakukan segala perkara yang baik menurut hukum syara' dan hukum akal. Nahi
mungkar adalah mencegah setiap kejahatan yakni setiap perkara yang di anggap buruk
oleh syara' dan hukum akal. Tujuan lain adalah untuk membantu pemerintah dalam
membrantas problem social masyarakat, seperti prostitusi, perjudian, miras dan transaksi
narkoba. Secara umum FPI pun berdiri dengan tujuan untuk menegakkan hukum Islam di
Negara sekuler.

FPI menjadi sangat terkenal karena aksi-aksinya yang kontroversial sejak tahun
1998, terutama yang dilakukan oleh laskar para militernya yakni Laskar Pembela Islam.
Rangkaian aksi penutupan klab malam, tempat pelacuran dan tempat-tempat yang diklaim
sebagai tempat maksiat, ancaman terhadap warga negara tertentu, penangkapan (sweeping)
terhadap warga negara tertentu, konflik dengan organisasi berbasis agama lain adalah
wajah FPI yang paling sering di perlihatkan dalam media massa.

Habib Rizieq, sebagai ketua FPI, menyatakan bahwa FPI merupakan gerakan lugas
dan tanpa kompromi sebagai cermin dari ketegaran prinsip dan sikap. Menurut Rizieq
kekerasan yang dilakukan FPI di karenakan kemandulan dalam sistem penegakan hukum
dan berkata bahwa FPI akan mundur bila hukum sudah ditegakkan. Ia menolak anggapan
bahwa beberapa pihak menyatakan FPI anarkis dan kekerasan yang dilakukannya
merupakan cermin kebengisan hati dan kekasaran

Tindakan-tindakan radikal dan kekerasan yang dilakukan oleh beberapa anggota


FPI dapat memicu reaksi negatif dari masyarakat non-Muslim dan mengurangi toleransi
antar-agama di Indonesia. Hal ini dapat memperburuk citra Islam dan menghambat upaya
penyebaran agama Islam secara damai dan dialogis. Selain itu, pandangan-pandangan FPI
yang ekstrem dan intoleran terhadap kelompok minoritas atau pandangan lain dalam Islam
yang berbeda-beda, dapat memicu pemisahan antar-kelompok Muslim di Indonesia. Ini
bisa menghambat upaya bersama untuk mengembangkan pemahaman yang lebih luas
tentang ajaran Islam, dan memperkuat tindakan kooperatif dalam masyarakat.

Wajah dakwah radikal FPI pada gilirannya akan mempengaruhi wajah gerakan
Islam di Indonesia. Di mana gerakan Islam Indonesia lebih di kenal sangat moderat,
santun, toleran dan menghargai tradisi lokal berubah wajah menjadi gerakan Islam
Indonesia yang radikal, keras, fundamental dan anti tradisi lokal

xii
F. JIL (Jaringan Islam Liberal)

Jaringan Islam Liberal adalah gerakan atau jaringan pemikir dan aktivis yang
terdiri dari sekelompok Muslim yang berupaya mengembangkan pemahaman Islam yang
lebih inklusif dan progresif dalam konteks kekinian. Sejak akhir tahun 1990-an muncul
dikalangan anak muda muslim yaitu kelompok yang menamakan dirinya Islam Liberal.
Kelompok anak muda ini mencoba memberikan respon terhadap permasalahan-
permasalahan yang muncul pada akhir abad ke 20 dan awal abad ke 21. (Adian husaini dan
Nuim Hidayat, 2002)

Liberalisme menurut perspektif Islam juga diartikan sebagai kebebasan terhadap


nash-nash agama Islam (Alquran dan Hadis), dengan menggunakan akal pikiran yang
bebas, serta hanya menerima doktrin-doktrin agama Islam tersebut harus yang sesuai
dengan akal pikiran manusia (Departemen Agama RI, 2007).

Menurut Luthfi Assyaukanie, paling tidak ada empat agenda utama yang menjadi
payung bagi persoalan-persoalan yang dibahas oleh para pembaru dan intelektual muslim
selama ini. Yakni agenda politik, agenda toleransi agama, agenda emansipasi wanita, dan
agenda kebebasan berekspresi.

 Agenda pertama adalah agenda politik. Yang dimaksud dengan agenda ini adalah
sikap politik kaum muslim dalam melihat sistem pemerintahan yang berlaku.
Dengan kata lain, agenda ini berusaha untuk menolak sistem pemerintahan Islam
dan mendukung sekularisme. Pilihan terhadap bentuk negara, apakah republik,
kerajaan, semi-kerajaan, parlementer adalah pilihan manusiawi, dan bukan pilihan
ilahi.
 Agenda kedua adalah agenda yang menyangkut kehidupan antar-agama kaum
muslim (toleransi agama). Menurut pemahaman tokoh-tokoh JIL, asas teologi
Islam yang lebih penting menyangkut kehidupan antar-agama tidak terbatas hanya
pada pengalaman Madinah Al-Qur’an, sebagai kitab suci yang menjdi rujukan
teologis kaum muslim, memiliki banyak sekali ayat yang memerintahkan umat
Islam untuk, bukan saja menghormati keberadaan agama-agama lain, tapi
mengajak mereka mencari kesamaan-kesamaa
 Agenda ketiga adalah agenda emansipasi wanita. Agenda ini mengajak kaum
muslim untuk memikirkan kembali beberapa doktrin agama yang cenderung
merugikan dan mendiskreditkan kaum perempuan.
 Agenda keempat tentang kebebasan berpendapat dan kebebasan berekspresi.
Agenda ini menjadi penting dalam kehidupan kaum muslim modern, khususnya
ketika persoalan tersebut berkaitan erat dengan masalah Hak-hak Asasi Manusia
(HAM). Islam sangat menghormati hak-hak asasi manusia, dengan demikian, juga
menghormati kebebasan berpendapat.

xiii
Pandangan bahwa Jaringan Islam Liberal adalah menyimpang dipengaruhi oleh
pandangan konservatif dan ortodoks Islam yang memandang bahwa interpretasi Islam
yang diusung oleh Jaringan Islam Liberal bertentangan dengan ajaran Islam yang
sebenarnya. Namun, sebagian besar anggota Jaringan Islam Liberal menolak tuduhan
bahwa gerakan mereka menyimpang, karena mereka menganggap bahwa pemahaman.

Islam yang inklusif dan progresif yang mereka usung sejalan dengan nilai-nilai
kemanusiaan dan prinsip-prinsip dasar Islam. Mereka menganggap bahwa gerakan ini
adalah upaya untuk memperbaharui dan mengembangkan pemahaman Islam agar dapat
beradaptasi dengan perubahan zaman dan tantangan global. Oleh karena itu, penilaian
tentang apakah gerakan ini menyimpang atau tidak dapat berbeda-beda tergantung pada
sudut pandang dan perspektif individu dan kelompok.

G. AHMADIYAH

Ahmadiyah berdiri pada 23 Maret 1889, ketika Mirza Ghulam Ahmad mengaku
telah mendapatkan ilham dari Allah. Ia membai’at 40 orang di India, pada saat itulah
pengikut Mirza Ghulam Ahmad mengakui ia sebagai peletak dasar berdirinya organisasi
al-Jama’ah al-Islamiyah al-Ahmadiyah (Jamaah Islam Ahmadiyah)

Ahmadiyah yang masuk ke Indonesia ada dua golongan, yaitu Ahmadiyah Qadian
yang mempercayai Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi yang wajib ditaati segala
perintahnya dan sebagai Imam Mahdi, yang kedua Ahmadiyah Lahore yang menganggap
Mirza Ghulam sebagai mujaddid dan juga sebagai Imam Mahdi. Dalam penelitian ini akan
difokuskan pada Ahmadiyah Qadian yang berkembang di wilayah Indonesia khususnya di
Sumatera Barat

Pandangan bahwa Ahmadiyah adalah sesat dipengaruhi oleh pandangan


konservatif dan ortodoks Islam yang memandang bahwa ajaran Ahmadiyah bertentangan
dengan ajaran Islam yang sebenarnya. Beberapa alasan mengapa Ahmadiyah dianggap
sesat oleh kelompok konservatif adalah:

 Keyakinan bahwa Mirza Ghulam Ahmad, pendiri Ahmadiyah, mengklaim sebagai nabi
atau rasul yang datang setelah Nabi Muhammad SAW, bertentangan dengan keyakinan
umat Islam mayoritas yang meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi
terakhir dan tidak akan ada nabi lagi setelahnya.
 Keyakinan bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Mahdi atau Imam Mahdi yang
dinantikan, bertentangan dengan keyakinan umat Islam bahwa Imam Mahdi adalah
keturunan Nabi Muhammad SAW dan belum muncul di dunia ini.
 Ahmadiyah menganggap bahwa buku-buku pengajaran dan kitab suci Islam tidak
harus ditafsirkan secara harfiah, dan pandangan ini dianggap bertentangan dengan
pandangan ortodoks Islam.

xiv
 Ahmadiyah mempunyai pemahaman tentang jihad yang berbeda dengan pemahaman
yang umumnya dianut dalam Islam, sehingga dianggap kontroversial dan sesat.

Ahmadiyah memiliki dampak yang kompleks terhadap penyebaran agama Islam di


Indonesia. Sejak awal kehadirannya di Indonesia pada awal abad ke-20, Ahmadiyah telah
menjadi topik yang kontroversial dan banyak memicu reaksi dari masyarakat, khususnya
dari kalangan konservatif dan ortodoks Islam.

Dampak dari kehadiran Ahmadiyah adalah:


1. Memperburuk polarisasi di antara umat Islam di Indonesia. Ahmadiyah menjadi
sumber perselisihan di antara umat Islam, terutama karena pandangan mereka yang
berbeda tentang ajaran Islam.
2. Memperkuat kelompok-kelompok radikal dan intoleran. Reaksi negatif dari
sejumlah kelompok konservatif terhadap Ahmadiyah dapat memperkuat kelompok-
kelompok radikal dan intoleran yang menentang keberadaan kelompok minoritas.
3. Meningkatkan ketegangan sosial dan konflik. Kehadiran Ahmadiyah dapat
meningkatkan ketegangan sosial dan konflik, seperti yang terjadi dalam beberapa
kasus kekerasan dan pengusiran terhadap anggota Ahmadiyah di Indonesia.

2.3 Ormas Islam di Indonesia

1. Nahdlatul Ulama

A. Pengertian Nahdlatul Ulama


Nahdlatul Ulama memiliki arti kebangkitan para ulama. Istilah “kebangkitan” itu
sendiri pada dasarnya mengandung arti yang lebih aktif jika dibandingkan dengan kata
“perkumpulan” atau “perhimpunan”. Seperti kita ketahui, para ulama merupakan panutan
umat dimana umat akan mengikutinya. Oleh karena itu, dengan kepemimpinan para ulama,
diharapkan arah kebangkitan dan kejayaan umat islam serta kaum muslimin akan lebih
terlihat jelas dan nyata.

B. Sejarah Berdirinya Nahdlatul Ulama


Nahdlatul Ulama, disingkat NU, yang artinya kebangkitan ulama. Sebuah
organisasi yang didirikan oleh para ulama pada tanggal 31 Januari 1926/16 Rajab 1344 H
di kampung Kertopaten Surabaya. Untuk memahami NU sebagai organisasi keagamaan
secara tepat, belumlah cukup jika hanya melihat dari sudut formal semenjak ia lahir. Sebab
jauh sebelum NU lahir dalam bentuk jam’iyyah, ia terlebih dulu ada dan berwujud jama’ah
(community) yang terikat kuat oleh aktivitas sosial keagamaan yang mempunyai
karakteristik sendiri.

xv
Latar belakang berdirinya NU berkaitan erat dengan perkembangan pemikiran
keagamaan dan politik dunia Islam kala itu. Pada tahun 1924 di Arab Saudi sedang terjadi
arus pembaharuan. leh Syarif Husein, Raja Hijaz (Makkah) yang berpaham Sunni
ditaklukan oleh Abdul Aziz bin Saud yang beraliran Wahabi. Pada tahun 1924 juga, di
Indonesia K.H Wahab Chasbullah mulai memberikan gagasannya pada K.H. Hasyim
Asyari untuk perlunya didirikan NU. Sampai dua tahun kemudian pada tahun 1926 baru
diizinkan untuk mengumpulkan para ulama untuk mendirikan NU.3 Berdirinya Nahdlatul
Ulama tak bisa dilepaskan dengan upaya mempertahankan ajaran ahlus sunnah wal jamaah
(aswaja). Ajaran ini bersumber dari Al-qur’an, Sunnah, Ijma’(keputusan-keputusan para
ulama’sebelumnya) dan Qiyas (kasus-kasus yang ada dalam cerita al-Qur’an dan Hadits)
seperti yang dikutip oleh Marijan dari K.H. Mustofa Bisri ada tiga substansi, yaitu:

1. Dalam bidang-bidang hukum-hukum Islam menganut salah satu ajaran dari empat
madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’I, dan Hanbali), yang dalam praktiknya para Kyai
NU menganut kuat madzhab Syafi’i.
2. Dalam soal tauhid (ketuhanan), menganut ajaran Imam Abu Hasan AlAsy’ari dan
Imam Abu Mansur Al-Maturidzi.
3. Dalam bidang tasawuf, menganut dasar-dasar ajaran Imam Abu Qosim AlJunaidi.
Proses konsulidasi faham Sunni berjalan secara evolutif. Pemikiran Sunni dalam
bidang teologi bersikap elektik, yaitu memilih salah satu pendapat yang benar.4
Hasan Al-Bashri (w. 110 H/728) seorang tokoh Sunni yang terkemuka dalam
masalh Qada dan Qadar yang menyangkut soal manusia, memilih pendapat
Qodariyah, sedangkan dalam masalah pelaku dosa besar memilih pendapat
Murji’ah yang menyatakan bahwa sang pelaku menjadi kufur, hanya imannya yang
masih (fasiq). Pemikiran yang dikembangkan oleh Hasan AlBasri inilah yang
sebenarnya kemudian direduksi sebagai pemikiran Ahlus sunnah waljama’ah.

2. Muhammadiyah

1. Pengertian Muhammadiyah
Muhammadiyah (bahasa Arab: ‫محمدية‬, translit. muḥammadiyyah, har.
(pengikut Muhammad'); secara resmi bernama Persyarikatan Muhammadiyah, adalah
sebuah organisasi Islam non-pemerintah. Salah satu yang terbesar di Indonesia.
Organisasi ini didirikan pada tahun 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kota Yogyakarta
sebagai gerakan sosial-keagamaan reformis, yang menganjurkan dibukanya keran
ijtihad sebagai bentuk penyesuaian detail hukum Islam dengan perkembangan zaman.
Hal ini merupakan antitesis dari pemikiran kebanyakan muslim di masa kolonial yang
mencukupkan diri dengan ijtihad ulama 4 mazhab dan menutup diri dari kemungkinan
pembaharuan ijtihad.

xvi
Muhammadiyah memainkan peran penting dalam perluasan doktrin
teologis salafi di Indonesia. Salafiyah merupakan gerakan reformasi di dalam Islam
Sunni. Sejak didirikan, Muhammadiyah telah mengadopsi platform reformis yang
memadukan pendidikan agama dan pendidikan modern, terutama sebagai cara untuk
mempromosikan mobilitas Muslim ke atas menuju komunitas 'modern' dan untuk
memurnikan Islam Indonesia dari praktik sinkretis lokal. Sebagai organisasi modernis,
Muhammadiyah masih terus mendukung budaya lokal dan mempromosikan toleransi
beragama di Indonesia, sementara beberapa perguruan tinggi sebagian besar dimasuki
oleh non-Muslim, terutama di provinsi Nusa Tenggara Timur dan Papua. Kelompok ini
juga menjalankan rantai besar rumah sakit amal, dan mengoperasikan 162 perguruan
tinggi hingga saat ini.

Pada tahun 2019, Muhammadiyah dianggap sebagai organisasi Islam


terbesar kedua di Indonesia dengan 60 juta anggota. Meskipun para pemimpin dan
anggota Muhammadiyah sering terlibat aktif dalam membentuk politik di Indonesia
meskipun Muhammadiyah bukanlah sebuah partai politik. Muhammadiyah lebih
mengabdikan dirinya untuk kegiatan sosial dan pendidikan.

2. Sejarah Muhammadiyah
Pada tanggal 18 November 1912 (8 Zulhijah 1330 H), Ahmad Dahlan—
pejabat pengadilan Keraton Yogyakarta dan seorang Ulama Muslim terpelajar lulusan
dari Makkah—mendirikan organisasi Muhammadiyah di Kampung Kauman,
Yogyakarta. Ada beberapa motif yang melatarbelakangi berdirinya gerakan ini. Di
antara yang penting adalah keterbelakangan masyarakat Muslim, banyaknya muslim
yang masih menyukai klenik dan banyaknya Kristenisasi di kawasan penduduk miskin.
Ahmad Dahlan, yang banyak dipengaruhi oleh reformis Mesir Muhammad Abduh,
menganggap modernisasi dan pemurnian agama dari praktik sinkretis sangat vital dalam
reformasi agama. Oleh karena itu, sejak awal Muhammadiyah sangat perhatian dalam
memelihara tauhid dan menyempurnakan monoteisme di masyarakat.

Dari tahun 1913 hingga 1918, Muhammadiyah mendirikan lima sekolah


Islam. Pada tahun 1919 sebuah sekolah menengah Islam, Hooge School
Muhammadiyah didirikan. Dalam mendirikan sekolah, Muhammadiyah menerima
bantuan yang signifikan dari Boedi Oetomo, sebuah gerakan nasionalis penting di
Indonesia pada paruh pertama abad kedua puluh, yang menyediakan guru.
Muhammadiyah pada umumnya menghindari politik. Tidak seperti mitra
tradisionalisnya, Nahdlatul Ulama dan Persatuan Tarbiyah Islamiyah, Muhammadiyah
tidak pernah membentuk partai politik. Sejak didirikan, ia telah mengabdikan dirinya
untuk kegiatan pendidikan dan sosial.

xvii
Dalam catatan Adaby Darban, ahli sejarah dari UGM kelahiran Kauman,
nama ”Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat
Kyai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton
Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton
Yogyakarta, yang kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah melalui salat istikharah
(Darban, 2000: 34). Pada masa kepemimpinan Kyai Dahlan (1912–1923), pengaruh
Muhammadiyah terbatas di karesidenan-karesidenan seperti: Yogyakarta, Surakarta,
Pekalongan, dan Pekajangan, sekitar daerah Pekalongan sekarang. Selain Yogya,
cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922. Pada
tahun 1925, Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatra Barat
dengan membuka cabang di Sungai Batang, Agam. Dalam tempo yang relatif singkat,
arus gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatra Barat, dan dari
daerah inilah kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatra, Sulawesi, dan
Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar ke seluruh Indonesia.

Pada tahun 1925, dua tahun setelah wafatnya KH. Ahmad Dahlan,
Muhammadiyah hanya memiliki 4.000 anggota tetapi telah membangun 55 sekolah dan
dua klinik di Surabaya dan Yogyakarta. Setelah Abdul Karim Amrullah
memperkenalkan organisasi kepada etnis Minangkabau, sebuah komunitas Muslim
yang dinamis, Muhammadiyah berkembang pesat. Pada tahun 1938, organisasi tersebut
mengklaim 250.000 anggota, mengelola 834 masjid, 31 perpustakaan, 1.774 sekolah,
dan 7.630 ulama. Pedagang Minangkabau menyebarkan organisasi ke seluruh
Indonesia.
Selama pergolakan dan kekerasan politik 1965–1966, Muhammadiyah
menyatakan bahwa pemusnahan Partai Komunis Indonesia merupakan Perang Suci,
pandangan yang didukung oleh kelompok-kelompok Islam lainnya. Selama peristiwa
seputar jatuhnya Presiden Soeharto tahun 1998, beberapa bagian Muhammadiyah
mendesak pimpinan untuk membentuk sebuah partai. Oleh karena itu, pimpinan,
termasuk ketua Muhammadiyah, Amien Rais, mendirikan Partai Amanat Nasional.
Meski mendapat dukungan besar dari anggota Muhammadiyah, partai ini tidak
memiliki hubungan resmi dengan Muhammadiyah. Pimpinan Muhammadiyah
mengatakan anggota organisasinya bebas untuk bersekutu dengan partai politik pilihan
mereka, asalkan partai tersebut memiliki nilai-nilai yang sama dengan Muhammadiyah

xviii
Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha K.H.
Ahmad Dahlan untuk memurnikan ajaran Islam yang menurut anggapannya, banyak
dipengaruhi hal-hal mistik. Kegiatan ini pada awalnya juga memiliki basis dakwah
untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian Sidratul Muntaha. Selain itu peran
dalam pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan,
yang dikenal sebagai Hogere School Moehammadijah dan selanjutnya berganti nama
menjadi Kweek School Moehammadijah (sekarang dikenal dengan Madrasah
Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta khusus laki-laki, yang bertempat di Jalan
Letjend S. Parman 68, Patangpuluhan, Wirobrajan dan Madrasah Muallimat
Muhammadiyah Yogyakarta khusus perempuan, di Suronatan Yogyakarta yang
keduanya sekarang menjadi Sekolah Kader Muhammadiyah) yang bertempat di
Yogyakarta dan dibawahi langsung oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

3. HIZBUT TAHRIR INDONESIA (HTI)

A. Pengertian Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)


Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), organisasi Islam transnasional pengusung
khilafah Islamiyyah telah berdiri di Indonesia sejak dekade 1980. Sebagai organisasi
transnasional, ia mengusung agenda global yang melampaui dan mendegradasi
bangunan politik nasional. Kehadirannnya di negeri ini dibiarkan, meskipun secara
ideologis bertentangan dengan Pancasila. Ia secara sistematis telah melakukan
“penistaan negara” dengan menolak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Di
sinilah pemerintah Republik Indonesia semestinya bersikap tegas atas organisasi ini
sebagaimana sebagian besar pemerintahan di Timur Tengah.

Hizbut-Tahrir (bahasa Arab: ‫ حزب التحرير‬Ḥizb at-Taḥrīr; Partai Pembebasan)


adalah organisasi politik pan-Islamis, yang menganggap "ideologinya sebagai ideologi
Islam", yang tujuannya membentuk "Khilafah Islam" atau negara Islam. Kekhalifahan
baru akan menyatukan komunitas Muslim (Ummah) dalam negara Islam kesatuan
(bukan federal) dari negara-negara mayoritas Muslim. Mulai dari Maroko di Afrika
Utara ke Filipina selatan di Asia Tenggara. Negara yang diusulkan akan menegakkan
hukum Syariah Islam, kembali ke "tempat yang selayaknya sebagai negara pertama di
dunia", dan membawa "dakwah Islam" ke seluruh dunia. Sampai pertengahan 2015
organisasi ini dilarang di Jerman, Rusia, Cina, Mesir, Turki, dan semua negara Arab
kecuali Lebanon, Yaman dan UEA. Organisasi ini terlibat dalam "politik kebencian"
dan intoleransi yang memberikan pembenaran ideologis untuk kekerasan; memanggil
pelaku bom bunuh diri sebagai "martir", menuduh negara-negara barat melancarkan
perang terhadap Islam dan Muslim, dan menyerukan penghancuran umat Hindu di
Kashmir, orang Rusia di Chechnya dan orang Yahudi di Israel, sampai "negara Islam"
telah didirikan.

xix
B. Sejarah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
Transmisi Hizbut Tahrir sebagai gerakan Indonesia terjadi pertama kali pada tahun
1982-1983 melalui M. Mustofa, dan Abdurrahman Al-Baghdadi. M. Mustofa adalah
putra pengasuh pondok pesantren Al-Ghazali Bogor, seorang ulama yang berpandangan
modernis dan dekat dengan DDII serta Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Abdullah
bin Nuh, yang juga dikenal dengan panggilan “mamak”. Mustofa adalah alumnus
perguruan tinggi di Yordania. Sedangkan Abdurrahman berasal dari Libanon yang
bermigrasi ke Australia yang kemudian tinggal di Indonesia.

Selama ia belajar di Yordania, Mustofa ikut aktif dalam gerakan dakwah bawah
tanah Hizbut Tahrir disana. Pada mulanya, keterlibatannya dalam partai ini diawali
dengan ketertarikannya kepada buku buku karya Syekh Taqiyuddin An-Nabhani,
pendiri Hizbut Tahrir. Ia telah di perkenalkan dengan salah satu buku Taqiyuddin
ha«ārah Al-Islāmiyah (peradaban Islam) oleh ayahnya sendiri, Abdullah bin Nuh,
sebelum ia berangkat ke Yordania pada tahun 1979. Ketika sampai di Yordania, secara
tidak sengaja ia bertemu dengan para aktivis Hizbut Tahrir dan mendapatkan buku-buku
Taqiyuddin lebih lengkap. Pendalaman terhadap pemikiran Syekh Taqiyuddin
membuatnya mengagumi pemikiran tokoh ini. Mustofa menganggap Taqiyuddin telah
sampai taraf mujtahid mutlaq. Ia adalah mujtahid besar abad ini. Karena, istinbāt al-
ahkām nya (penggalian hukumnya) dan cara berfikir fiqihnya, khususnya dalam kitab
al-tafkir sama menariknya dengan imam Syafi’i. Selain itu ketertarikan Mustofa kepada
gerakan ini adalah, meskipun selalu di bawah tekanan pemerintah, Hizbut Tahrir tidak
terprovokasi untuk menggunakan kekerasan apalagi mengangkat senjata. Kegiatan
utama mereka menyebarkan pemikiran islam dan memperkuat aqidah dan ideologi
islam di tengah-tengah umat, melalui berbagai forum halaqah. Maka kemudian ia ikut
aktif dalam berbagai kegiatan dakwah pemikiran Hizbut Tahrir di Yordania.

Sedangkan Abdurrahman Al-Baghdadi aktif di gerakan Hizbut Tahrir di Libanon


sejak usia 15 tahun. Ia berasal dari keluarga aktivis Hizbut Tahrir. Keluarganya pindah
ke Australia dan menjadi warga Negara Australia. Ia kemudian berkenalan dengan
Abdullah bin Nuh ketika Abdullah menginap di keluarga Abdurrahman selama berada
di Australia untuk mengunjungi anaknya yang belajar di sana. Dalam dialog dan diskusi
intensif, Abdullah Nuh, seorang dosen senior di Universitas Indonesia itu, terkesan
dengan Al-Baghdadi yang saat itu masih berusia 25 tahun. Maka ia di ajak pindah ke
Indonesia pada tahun 1981 dan menjadi anak angkat Abdullah dan membantunya
mengembangkan pesantren Al-Gazhali Bogor. Pada saat mengajar di pesantren ini ia
berinteraksi dengan mahasiswa IPB yang aktif mengembangkan kegiatan keislaman di
mesjid Al –Ghifari kampus IPB. Di tengah interaksi inilah Al-Baghdadi
memperkenalkan pemikiran –pemikiran Hizbut Tahrir kepda para aktivis masjid Al-
Ghifari.

xx
Pada tahun 1982, Mustofa pulang dari Yordania dalam rangka cuti satu semester.
Dalam kesempatan ini ia memperkenalkan dan mengajarkan pemikiran Hizbut Tahrir
kepada para mahasiswa IPB yang memang sejak lama mengaji kepada ayahnya dan
memberikan kepada mereka buku-buku karya para ulama Hizbut Tahrir. Yang pertama
di perkenalkan dengan pemikiran ini adalah fathul hidayah, seorang mahasiswa IPB
yang kemudian menjadi motor penggerak Hizbut Tahrir pada masa-masa awal.
Tampaknya, para mahasiswa tersebut tertarik kepada pemikiran Hizbut Tahrir dan
meminta kepada untuk membedah lebih jauh pemikiran-pemikiran tersebut. Beberapa
waktu kemudian, ia di kenalkan dengan Abdurrahman oleh ayahnya, yang ternyata
aktivis Hizbut Tahrir. Maka oleh Mustofa, Abdurrahman di perkenalkan kapada Fathul
Hidayah. Selanjutnya berbagai halaqah ia adakan bersama mahasiswa IPB, baik di
pesantren Al-Ghazali, di masjid IPB maupun dirumah-rumah mahasiswa dengan nara
sumber Mustofa dan Abdurrahman. Karena Abdurrahman belum menguasai bahasa
Indonesia, maka Mustofa merangkap sebagai penerjemah.

Ketika Mustofa harus kembali ke Yordania, untuk meneruskan belajar, maka


kegiatan halaqah-halaqah, sosialisasinya serta pembangunan jaringannya di teruskan
oleh Fathul Hidayah (sekarang aktivis partai bulan bintang), dan teman-temannya
antara lain Asep Syaifullah, Adian Husaini (sekarang sekjen KISDI), Hasan Rifai Al
Faridi (aktivis dompet dhuafa republika) dan sebagainya di bawah bimbingan
Abdurrahman Al-Baghdadi di bantu oleh Abas Aula dan Abdul Hannan dua duanya
alumnus pendidikan di Madinah.

Kepemimpinan Hizbut Tahrir dilanjutkan oleh Muhammad Al-Khathath27 dengan


Ismail Yusanto sebagai juru bicara sepeninggal wafatnya “Mamak” Abdullah bin Nuh.
Jumlah pengikut Hizbut Tahrir hingga saat ini agak sulit dikonfirmasi, tetapi yang jelas
penyebarannya telah terjadi di 33 provinsi Indonesia, bahkan di beberapa privinsi telah
menyentuh pedesaan.

xxi
2.4 Posisi dan Sikap Mahasiswa

A. Menjalankan Keislaman di Indonesia


Mengetahui posisi kita dalam menjalankan keislaman di Indonesia sangatlah
penting. Hal ini karena di Indonesia terdapat banyak keragaman pemahaman dan praktik
keislaman, sehingga setiap masing masing individu perlu memahami dan menemukan
posisinya sendiri dalam menjalankan keislaman yang sesuai dengan keyakinannya.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengetahui posisi kita dalam menjalankan
keislaman di Indonesia antara lain:

1. Memperdalam pemahaman tentang ajaran Islam. Memahami dan mempelajari


ajaran Islam secara mendalam merupakan langkah awal untuk mengetahui posisi
kita dalam menjalankan keislaman di Indonesia.
2. Berdiskusi dengan orang-orang yang berbeda pemahaman dan praktik
keislamannya. Diskusi dengan orang-orang yang memiliki pemahaman dan praktik
keislaman yang berbeda-beda dapat membantu memperkaya wawasan kita tentang
keragaman keislaman dan membantu menemukan posisi kita sendiri.
3. Mempelajari sejarah dan perkembangan Islam di Indonesia. Mempelajari sejarah
dan perkembangan Islam di Indonesia dapat membantu memahami dan
menemukan posisi kita dalam menjalankan keislaman di Indonesia.
4. Menyadari konteks sosial, politik, dan budaya Indonesia. Menyadari konteks sosial,
politik, dan budaya Indonesia dapat membantu memahami dinamika keislaman di
Indonesia dan membantu menemukan posisi kita sendiri.
5. Memiliki sikap toleransi dan menghargai perbedaan. Sebagai umat Muslim, kita
harus memiliki sikap toleransi dan menghargai perbedaan dalam menjalankan
keislaman, baik perbedaan dalam pemahaman maupun dalam praktik keislaman.

Dengan mengetahui posisi kita dalam menjalankan keislaman di Indonesia, kita


dapat menjalankan keislaman dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, serta dapat
memperkuat toleransi dan kerukunan di antara umat Muslim dan dengan masyarakat
Indonesia secara umum.

xxii
B. Menyikapi Perkembangan dan Konflik Dunia
Perkembangan dunia merujuk pada berbagai perubahan dan kemajuan dalam
berbagai aspek kehidupan manusia di seluruh dunia. Perkembangan dunia meliputi
perkembangan ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan, teknologi, dan banyak lagi.

Perkembangan dunia dapat terlihat dari beberapa indikator, seperti pertumbuhan


ekonomi, angka harapan hidup, tingkat pengangguran, tingkat pendidikan, dan indeks
kemajuan manusia. Namun, definisi perkembangan dunia juga dapat bervariasi tergantung
pada konteksnya. Misalnya, untuk negara berkembang, perkembangan dapat merujuk pada
peningkatan pendapatan, sementara untuk negara maju, perkembangan dapat merujuk pada
inovasi teknologi yang lebih maju.

Perkembangan dunia tidak selalu positif, dan dapat terjadi konflik atau masalah
global seperti kemiskinan, perubahan iklim, dan ketidakadilan sosial. Oleh karena itu,
upaya global perlu dilakukan untuk mengatasi tantangan dan masalah tersebut dan
mencapai perkembangan yang berkelanjutan bagi semua manusia di seluruh dunia.

Mahasiswa memegang peran penting dalam perkembangan dunia karena mereka


adalah bagian dari kelompok muda yang paling terdidik, paling bersemangat, dan paling
mampu memengaruhi perubahan di masyarakat. Oleh karena itu, sikap mahasiswa dapat
sangat mempengaruhi arah perkembangan dunia. Sebagai agen perubahan sosial,
mahasiswa dapat mengambil berbagai sikap dalam menghadapi perkembangan dunia,
antara lain:

1. Memperdalam pengetahuan dan pemahaman: Mahasiswa dapat memperdalam


pengetahuan mereka tentang isu-isu global yang mempengaruhi dunia dan mencari
informasi dari berbagai sumber untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik.

2. Bertindak dan berkontribusi: Mahasiswa dapat memilih untuk terlibat dalam


berbagai organisasi dan gerakan sosial yang berfokus pada perubahan positif di
masyarakat. Mereka dapat berkontribusi dalam berbagai bidang, seperti
lingkungan, kesehatan, pendidikan, dan hak asasi manusia.

3. Mengkritisi dan berbicara: Mahasiswa juga dapat mengkritisi berbagai kebijakan


dan praktik yang merugikan masyarakat dan memperjuangkan perubahan melalui
demonstrasi, aksi protes, dan dialog dengan pemangku kepentingan.

4. Menjadi pemimpin masa depan: Mahasiswa merupakan pemimpin masa depan dan
dapat mempersiapkan diri mereka untuk memegang tanggung jawab dalam
menciptakan perkembangan dunia yang lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan
menempuh pendidikan yang tepat dan terus meningkatkan keterampilan
kepemimpinan mereka

xxiii
BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Isu-isu perkembangan Islam di Indonesia sangatlah kompleks dan beragam, karena
Islam sudah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Indonesia sejak berabad-abad
yang lalu. Islam datang ke Indonesia melalui para pedagang dan para ulama yang melakukan
perdagangan maupun dakwah di Nusantara. Di Indonesia sendiri telah banyak munculmnya
isu isu yang dapat menghambat perkembangan agama islam di Indonesia di ataranya: syiah di
Madura, Tragedi Trikora, Jamaah Tabligh, LDII, FPI, JIL dan Ahmadiyah

Organisasi masyarakat Islam adalah organisasi yang dibentuk oleh kelompok-


kelompok masyarakat Muslim untuk memperjuangkan kepentingan dan aspirasi mereka
dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, sosial, kesehatan, dan ekonomi. OMI dapat
terbentuk di tingkat lokal, regional, nasional, bahkan internasional. Ormas Islam yang ada di
Indonesia di antaranya: NU, Muhamadiyah, dan HTI

Sebagai mahasiswa kita harus dapat mensikapi berbagai macam pemahaman


pemahaman dan perkembangan yang terdapat di dunia dengan lebih berhati hati dalam
menyerap informasi yang ada kita dapat menghindari konflik konflik dan dapat membanu ke
masyarakat.

3.2 Saran
Makalah ini mempunyai masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami
memohon banyak masukan dan saran yang dapat membangun dan menyempurnakan makalah
ini. Diharapkan juga melalui makalah ini para pembaca dapat lebih memahami tentang agama
Islam.

DAFTAR PUSTAKA

xxiv
Ardiyanti, H. (2012). Konflik Sampang : Sebuah Pendidikan Sosiologi Dan Komunikasi. Politica
Vol. 3, No. 2, 225-238.
Arif, S. (2016). Pandangan Dan Perjuangan Idologis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Dalam Sistem
Kenegaraan Di Indonesia. Aspirasi Vol. 7 No. 1, 93-104.
Bupu, T. N., & Sumarjiana, K. L. (2021, Maret). Operasi Trikora Sebagai upaya Mengembalikan
Irian Barat Ke Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jurnal Santiaji Pendidikan,
Volume 11, Nomor 1, 9-19.
Faizin. (2016). Pemikiran Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Analisis Praktik Keagamaan
Dan Pengaruhnya Di Kabupaten Kerinci. Jurnal Islamika, Volume 16 Nomor 2, 59-78.
Farih, A. (2016, November). Nahdlatul Ulama (NU) Dan Kontribusinya Dalam Memperjuangkan
Kemerdekaan Dan Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jurnal
Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 24 No. 2, 251-284.
Febrianti, M. (2020). Aliran Syiah Dan Pemikirannya. Jurnal Media Intelektual dan Pembimbing
Rohani, 86-96.
Mubin, F. (2021). Sejarah Dan Kiprah Nahdlatul Ulama Di Indonesia. 1-15.
Muhtador, M. (2018). Ahmadiyah Dalam Lingkar Teologi Islam. Journal of Islam and Plurality
Volume 3, Nomor 1, 30-43.
Nur, A. Z., & Nuriati. (2018, September 1). Pengamalan Ajaran Agama Islam Dalam Kehidupan
Bermasyarakat. AL-MAU’IZHAH Volume 1 Nomor 1, 1-11.
Rifa, A. (2010, Desember). Konflik Dan Resolusinya Dalam Perspektif Islam. Millah Edisi
Khusus, 171-186.
Saefullah, C. (2016, Desember). Ahmadiyah: Perdebatan Teologis Dan Masa Depan Dakwah.
Aktualisasi Nuansa Ilmu Dakwah volume 15, Nomor 2, 225-247.
Siregar, A. P. (2015). Perkembangan Teknologi: Bagaimana Menyikapi Tantangan dan
Peluangnya. 154-178.
Syaefudin, M. (2014). Reinterprtasi Gerakan Dakwah Front Pembela Islam. JURNAL ILMU
DAKWAH, Vol. 34, No.2, 259-276.
Tahir, G. (2010). MUHAMADIYAH (Gerakan Sosial dan Pendidikan). Jurnal Adabiyah Vol. X
Nomor 2, 160-170.
Tina, C. T. (2012). Pergerakan Jaringan Islam Liberal Di Indonesia Tahun 2001-2005. 1-17.

xxv

Anda mungkin juga menyukai